Pengantar
Terdapat lima macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan guru yang dapat dijadikan bahan ajuan kenaikan pangkat dan naskah portofolio sertifikasi guru, satu diantaranya membuat Karya Tulis ilmiah (KTI).
KTI secara operasional didefinisikan sebagai laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Jenis KTI yang populer ada empat yaitu (1) Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (2) eksperimen, (3) deksriptif analitis, dan (4) deskriptif interpretatif.
Dari seluruh jenis KTI yang disusun guru, penilai KTI biasanya akan mengidentifikasi tulisan berdasarkan unsur APIK (Asli, perlu, ilmiah, dan konsistensi) sebagai kriteria penerimaan/penolakan KTI guru.
Berikut ini adalah kriteria penerimaan KTI
Asli, penelitian harus merupakan karya asli penyusunnya, bukan merupakan plagiat, jiplakan, atau disusun dengan niat dan prosedur yang tidak jujur. Syarat utama karya ilmiah adalah kejujuran.
Cara identifikasi penilai dalam mencurigai ketidak aslian KTI:
(1) terdapat bagian-bagian tulisan, atau petunjuk lain yang menunjukkan bahwa karya tulis itu merupakan skripsi, penelitian atau karya tulis orang lain yang diubah di sana-sini dan digunakan sebagai KTI (misalnya bentuk ketikan yang tidak sama, tempelan nama, dan lain-lain)
(2) terdapat petunjuk adanya lokasi dan subjek yang tidak konsisten. Guru mengajar di sekolah A tetapi melaporkan hasil KTI di sekolah B.
(3) Terdapat tanggal pembuatan yang tidak konsisten, tidak akurat
(4) Waktu pelaksanaan pembuatan KTI yang kurang masuk akal (misalnya pembuatan KTI yang terlalu banyak/tebal dalam kurun waktu tertentu).
(5) Adanya kesamaan isi, format, gaya penulisan yang sangat mencolok dengan KTI yang lain.
Perlu, permasalahan yang dikaji pada penelitian itu memang perlu, mempunyai manfaat. Bukan hal yang mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang tidak perlu lagi dipermasalahkan.
Ciri KTI yang tidak perlu:
(1) masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi si penulis.
(2) Masalah yang ditulis tidak menunjukkan adanya kegiatan nyata penulis dalam peningkatan/pengembangan profesinya.
(3) Permasalahan yang ditulis sangat mirip dengan KTI yang ada sebelumnya, telah jelas jawabannya, kurang jelas manfaatnya dan merupakan hal yang mengulang-ulang.
(4) Tulisan yang diajukan tidak termasuk pada macam KTI yang memenuhi syarat untuk dapat dinilai (lihat Kepmen Diknas RI No. 151/U/2003)
lmiah, penelitian harus berbentuk, berisi, dan dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah kebenaran ilmiah. Peneliltian harus benar, baik teorinya, faktanya maupun analisis yang digunakannya.
KTI yang tidak ”ilmiah”:
(1) masalah yang dituliskan berada di luar khasanah keilmuan (misalnya menterjemahkan surat Yasin, menciptakan siulan, dan lain-lain)
(2) latar belakang masalah tidak jelas sehingga tidak dapat menunjukkan pentingnya hal yang dibahas dan hubungan masalah tersebut dengan upayanya untuk mengembangkan profesinya.
(3) Rumusan masalah tidak jelas sehingga kurang dapat diketahui apa adanya yang akan akan diungkapkan pada KTI-nya.
(4) Kebenarannya tidak terdukung oleh kebenaran teori, kbenaran fakta dan kebenaran analisisnya.
(5) Landasan teori terlalu luas dan tidak sesuai dengan permasalahan yan dibahas.
(6) Pada KTI hasil penelitian (bukan PTK) tidak tampak metode penelitian, sampling, data, analisis.
(7) Kesimpulan tidak/belum menjawab permasalahan yang diajukan
Konsisten, penelitian harus dIsusun sesuai dengan kemampuan penyusunnya. Bila penulisnya seorang guru, maka penelitian haruslah berada pada bidang kelimuan yang sesuai dengan kemampuan guru tersebut. Penelitian di bidang pembelajaran yang semestinya dilakukan guru adalah yang bertujuan dengan upaya peningkatan mutu hasil pembelajaran dan siswanya, di kelas atau di sekolahnya.
Ciri KTI yang tidak konsisten:
(1) masalah yang dikaji tidak sesuai dengan tugas si penulis
(2) masalah yang dokaji tidak sesuai dengan latar belakang keahlian atau tugas pokok penulisnya.
(3) Masalah yang dikaji tidak berkaitan dengan upaya penulis untuk mengembangkan profesinya sebagai guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar