KEGAGALAN ADALAH SUKSES TERTUNDA
APA YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGHADAPI KEGAGALAN
alon wirausahawan harus siap gagal. Fahamilah makna kegagalan. Tanpa faham filosofi itu, jangan berpikir mau mengambil jalan menjadi wirausaha. Alasannya, ada yang sukses dalam usahanya, ada yang belum berhasil. Pengusaha mengetahui bahwa ”kegagalan” bukan akhir permainan dan tidak boleh takut mengalaminya. Ia menyadari dengan keberanian, bahwa bisa saja mengatasi sesuatu yang tidak mungkin untuk berhasil.
Menghadapi risiko, adalah gabungan kerja keras, kecerdikan, kehati-hatian, kecermatan membaca peluang dan kesiapan menghadapi kegagalan maupun keberhasilan. Happy ending sebuah ikhtiar adalah keberhasilan. Ini dicapai, tentu setelah melewati keberhasilan demi keberhasilan kecil, seperti keberhasilan menyingkirkan kesulitan dan bahaya. Proses ini dibangun dari kesungguhan melahirkan segenap potensi diri seorang wirausahawan. Dengan begitu, ia mengubah “kekalahan menjadi kemenangan”, sebuah proses yang kecil peluang pencapaiannya tanpa kesiapan mental menghadapi kegagalan. Kalau Anda termasuk yang tidak siap gagal, lebih baik jangan meniti jalan ini. Bahkan, mengimpikannya saja, jangan!
Setiap kegagalan adalah pelajaran yang mendorong pengusaha untuk mencoba pendekatan baru yang belum pemah dicoba sebelumnya. Bagi pengusaha sejati, “Berani Gagal” berarti “Berani Belajar”. Dengan gagal dan dengan belajar, pengusaha bertumbuh menjadi orang yang lebih baik dan belajar bagaimana menciptakan kekayaan sejati. Walaupun pengusaha kehilangan kekayaan materi yang telah mereka peroleh, mereka tahu bagaimana menciptakan semua kekayaan itu lagi. Pelajarannya tidak pemah hilang. Sebaliknya, mereka yang tidak pemah mengalami perjalanan yang sulit dan menemukan kekayaan dengan mudah, tidak akan tahu bagaimana menciptakan kekayaan ketika mereka kehilangan. Dengan kata lain, mereka yang tidak gagal tak akan tahu kekayaan sejati.
Gemerlap materi, pada komunitas bahkan kehidupan sosial yang serba benda (materialistis), lebih banyak memperoleh penilaian tinggi. Sebaliknya, siapa pun mengalami kegagalan, sudah mendapat stempel sosial sebagai manusia yang kehilangan harga. The looser dunia usaha, sering menjadi figur yang menghadapi titik balik sikap sosial terhadapnya. Dulu, saat masih jaya, ia banyak rekan dan kolega, setelah gagal dalam usahanya, hampir semua rekan dan kolega yang dulu mendukungnya, menebar senyum ramahnya, bahkan mengajak bermitra, hilang sudah! Akibat cara pandang seperti ini, banyak wirausahawan yang traumatik terhadap kegagalan. Ini, “awal kematian” benih-benih kewirausahaan. Semua pihak harus mengubah sikapnya: doronglah masyarakat menjadi pihak yang turut membangun keberanian banyak orang untuk respek terhadap ikhtiar orang meraih keberhasilan dalam bisnis. Gagal atau keberhasilan, bukan menjadi satu-satunya alasan menghargai atau meremehkan wirausahawan. Tentu, sembari tetap mentransfer sikap-sikap arif, bahwa dalam setiap kegagalan selalu ada pelajaran berharga. Seorang bijak berkata,”sukses hanyalah pijakan terakhir dari tangga kegagalan.”
Kita perlu menggalakkan orang untuk berani mengambil resiko. Hal ini membutuhkan pola pikir yang sangat berbeda. Untuk kita, itu berarti mengabaikan peraturan yang telah berlaku baik selama 30 tahun lebih.
Lee Kuan Yew, mantan PM Singapura
Yang Diperlukan Untuk Menghadapi Kegagalan
Ada banyak pembahasan tentang tips menghadapi kesuksesan. Tetapi bagi kami, sama pentingnya, menyiapkan sejumlah hal untuk menghadapi kegagalan! Billy P.S. Lim, motivator kelas dunia yang berbasis di Malaysia, pernah menanyakan kepada peserta trainingnya tentang satu masalah menarik. ”Mengapa orang akan tenggelam apabila jatuh ke dalam air?”
Berbagai jawaban diberikan tetapi yang paling sering ialah ”Dia tak dapat berenang.” Yang hadir heran, karena Lim menyalahkan jawaban itu. Yang hadir mengira, Lim bercanda. Untuk menyakinkan mereka, Lim memberi contoh kejadian orang tenggelam di air sedalam tiga inci. Akhirnya, ia memberitahu jawabannya, yang akan ia berikan kepada Anda sekarang. Kami kutip pendapat Lim: ”Orang tenggelam karena dia menetap disitu dan tidak menggerakkan dirinya ke tempat lain.”
So? Berapa kali orang jatuh tak jadi soal. Yang penting kemampuannya untuk bangkit kembali setiap kali jatuh.
Ukurannya, Bangkit Lagi
Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa. Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.
Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang mesti saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini tidak sempuma.
”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakatpun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusanpun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikanpun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.”
Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk kesekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bangkit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda. Seperti Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab,
”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”
Sungai Colorado mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright bersaudara membuahkan pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tuna netra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua orang cacat, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi presiden. Dan, tentu, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi.
Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil.”
Dr. Napoleon Hill
Menarik Hikmah, Jangan Menyerah
Anda tumbuh menjadi semakin dewasa dan bijaksana. Dulu Anda menanggung kegagalan secara pribadi. Ketika kulit Anda mulai berkerut sejalan dengan perjalanan usia, Anda cenderung belajar dari kesalahan – kesalahan Anda
Cheong Chonng Kong
Secara sederhana, kegagalan adalah situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam sesuatu yang positif. Jangan lupa bahwa Amerika Serikat merupakan hasil dari kegagalan total. Karena Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia.
Eugenio Barba.
Mengantisipasi bencana sejak dini, karakteristik seorang entrepreneur. Jangan biarkan kebanggaan dan sentimen mempengaruhi keputusan-keputusan Anda. Sebuah gagasan gagal, adalah pelajaran ada saat untuk bangkit kembali untuk mengejar target-target Anda berikutnya.
Babe Ruth, pemain baseball terkenal, tidak hanya mencetak 714 home run, namun dia juga pernah luput (strike out) 1330 kali.
Ray Meyer, pelatih bola basket legendaris di DePaul University telah memimpin timnya memenangkan 37 musim, kompetisi. Saat timnya kalah, setelah kemenangannya yang ke-29, dia ditanya bagaimana perasaannya. “Luar biasa!” katanya. “Sekarang kami dapat mengkonsentrasikan diri bagaimana memenangkan permainan daripada memikirkan kekalahan ini.”
Kegagalan, jangan biarkan sebagai sesuatu yang final. Entrepreneur sejati, memandang kegagalan sebagai awal, batu loncatan untuk memperbaharui kinerja bisnis mereka di masa mendatang. Pemimpin tidak menghabiskan waktunya memikirkan kegagalan.
Untuk memicu kesiapan mental Anda, kita belajar dari cerita tentang seorang eksekutif IBM yang memiliki prospek cerah. Ia baru saja melakukan kesalahan transaksi yang merugikan perusahaan jutaan dollar. Thomas J. Watson, pendiri IBM, memanggil eksekutif muda itu ke kantornya. Spontan eksekutif itu berkata.
“Saya tahu Anda pasti meminta saya mengundurkan diri, bukan?”
”Anda tidak perlu cemas. Kami baru saja mengeluarkan jutaan dolar untuk mendidik Anda!” Begitu jawab Watson.
***
Perusahaan seperti milik kami harus menciptakan suasana di mana orang-orang tidak takut mengalami kegagalan. Ini berarti kami menciptakan sebuah organisasi dimana kegagalan tidak hanya ditoleri tetapi ketakutan dikritik karena menyampaikan gagasan bodoh juga dihilangkan. Jika tidak, maka banyak orang yang merasa cemas dan tidak nyaman. Dan gagasan-gagasan brilian yang sangat potensial tak akan pemah terucapkan dan tak akan pemah terdengar. Kegagalan masih bisa ditolerir selama itu tidak menjadi kebiasaan.
Michael Eisner, Walt Disney Corp.
Jadi? Ya, gagal bukan kiamat bisnis, tapi jangan kelewatan. Apalagi menjadi “kebiasaan”. Kerjakan yang mampu dilakukan, semakin terbatas sumber dana, Anda patut semakin bijaksana. fahami, kapan harus meminimalisasi kerugian.
Bila Jatuh, Cepatlah Bangkit
Di dunia kerja, yang disebut masalah sesungguhnya adalah kesempatan yang menunggu, dipungut.
Henry J. Kaiser
”Bagi saya pribadi, krisis Asia telah berakhir pada saat dimulainya persaingan untuk mendapatkan hotel Regent Bangkok pada bulan Maret 1999. Setelah melewati masa-masa sulit selama dua tahun sebelumnya, mendadak saya memutuskan mengikuti lomba balap Ferari di Perancis serta bersaing di ring dengan Goldman Sachs Co., salah satu bank investasi terbesar dunia.”
William E. Heinecke, konglomerat Thailand
Pembaca, saat banyak konglomerat bangkrut dan bank-bank mengalami kegagalan di Thailand, tujuh hotel milik Heinecke, restoran siap saji dan perusahaan lainnya terus berusaha keras keluar dari krisis serta berusaha mendulang keuntungan di tahun 1998. Meskipun banyak analis meramalkan tentang pertumbuhan ekonomi pada tahun 1999 dan menguji Baht Thailand, tidak banyak perusahaan yang bisa menandingi kemampuan kerja kelompok bisnis Heinceke.
Fantastis, hotel Heinecke mengalami kenaikan 24%, 246 restoran kelompok bisnisnya menarik lebih dari tak kurang dari lima juta pelanggan! Pada tahun 1997 kelompok perusahaan Heineke mengalami kerugian 1 milyar baht, tetapi setahun kemudian tiga perusahaannya yang telah go public, mendapatkan keuntungan bersih 500 juta baht, pada triwulan pertama tahun 1999, keuntungannya lebih banyak lagi.
Belum yakin, kegagalan, hanyalah sebuah tikungan tajam yang menuntut ”kendaraan” usaha, sedikit mengurangi kecepatan, lalu di depan, begitu melihat ”jalan mulus peluang”, Anda bisa menebusnya dengan kecepatan yang lebih tinggi. Bisnis Heinecke di Thailand, saat ini benar-benar telah pulih.
Regent Bangkok, salah satu hotel terbesar di Asia, tingkat huniannya tetap tinggi. Saat itu, Regent di bawah kontrol beberapa perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan manajerial seperti halnya perusahaan-perusahaan lainnya di Thailand sehingga mereka berusaha untuk menjual saham Regent. Regent dimiliki oleh Rajadamri Hotel Company yang kemudian 32% sahamnya dimiliki oleh sebuah perusahaan Jepang yang telah bangkrut yang diwakili oleh sebuah bank Jepang yang cukup besar.
Masih ada lagi faktor lain yang lebih penting. Rajadamri Hotel Company juga memiliki 26% saham hotel bintang lima milik Heinecke, di Thailand Utara, Regent Chiang Mai. Heineke enggan menjualnya pada orang asing karena ia tak ingin ada orang asing menguasai tanah keramat itu. Bagi Heinecke, ikut ambil bagian dalam kepemilikan saham Regent Bangkok yang dijual pada awal tahun 1999 merupakan tindakan yang tepat, setelah sebelumnya ia sudah memiliki saham Regent hampir 29%.
Apa kata Heineke tentang pelintasan bisnisnya yang penuh tikungan di masa krisis ini?
“Ini adalah persaingan dimana saya harus mengeluarkan segala strategi dan kemampuan yang telah saya pelajari : mempercayai intuisi, menggunakan jaringan kerja kontrak yang mapan, menggunakan sejumlah pakar dan merencanakan strategi-strategi dalam situasi yang selalu berubah cepat jika diperhatikan, persaingan ini merupakan mikrokosmos semua strategi. Saya berusaha menguji kemampuan saya dengan lawan-lawan yang benar-benar tangguh. Goldman Sachs, salah satu grup investasi terkuat di dunia ini, merupakan pemegang saham individu terbesar Regent Bangkok, tapi itu tidak berarti bahwa mereka bisa berbuat sesuka hatinya. Saya kira bagi seorang yang tidak lulus perguruan tinggi, hasil seperti ini sudah cukup memuaskan”.
Bila Semuanya Gagal
Tekun, mengerahkan segenap daya, dan masih gagal juga. Apa yang harus kita lakukan?
Saat gagal menimpa, kendati lelah dan kecewa berat, jangan matikan energi kreatif Anda. Tetaplah berpikir kreatif. Sempurnakan produk yang ada, atau hasilkan produk baru atau usaha baru yang mungkin belum terpikirkan.
Jangan terpaku pada karier dan keterampilan yang dimiliki, yang terlalu lama bersandar pada lingkungan di mana kita dibesarkan atau selama ini bergulat. Kadang kala apabila seseorang gagal setelah berusaha dengan tabah dan mengerahkan sepenuh tenaga untuk sekian lama, mungkin tiba saatnya ia mengkaji kembali bidang yang digeluti dan menilai apakah ia mampu untuk mendapatkan apa yang dinginkannya di bidang tersebut.
Banyak cara untuk mencapai tujuan hidup. Sebagian lebih cepat atau lebih lambat daripada yang lain. Sebagian kurang berisiko tetapi lebih lambat daripada yang lain.
Saran kami, janganlah terlalu kaku mengatakan bahwa Anda tidak bisa berubah. Kami sendiri, kerap berubah seiring dengan perkembangan in put dan stimulasi kondisi di sekitar kami. Tanpa itu, bagaimana mungkin kami menyusun sebuah buku, memberi pencerahan bagi banyak orang?
Kadang kala dalam kehidupan kita terpaksa menekuni bidang usaha yang berlainan dan kita mesti menyesuaikan segala keterampilan dan bakat yang tidak kita peroleh dari bidang-bidang usaha di masa lalu. Lalu? Salurkan kekuatan itu di bidang usaha yang baru. Mungkin, kita dipaksa mempelajari keterampilan baru, sebagai konsekuensi menghadapi tantangan serba-baru itu.
Pernahkah Anda bertanya bagaimana orang Jepang bangkit kembali dari kehancuran PD II untuk menjadi pengusaha ekonomi yang unggul saat ini? Dulu, produk Jepang sempat dinilai murahan, tidak berkualitas, dan stigma jelek lainnya. Tapi sekarang, sulit bagi kita untuk hidup tanpa barang-barang buatan Jepang di dalam rumah kita. Ini tidak hanya berlaku di Negara kita saja, tetapi bahkan di seluruh dunia.
Orang-orang Jepang tidak menciptakan mobil. Tidak juga kamera, kulkas, televisi, AC, mesin cuci, penghisap debu, film atau system perangkat audio berkualitas tinggi. Mereka tidak menciptakan banyak benda. padahal yang mereka lakukan ”hanyalah” meniru.
Hakikat :peniruan ala Jepang”, sarat pesan penting bagi calon entrepeneur. Di sana ada proses penyempumaan tanpa kenal lelah, sampai akhirnya ”tiruannya” lebih baik dari aslinya! Mereka menggunakan ”kreativitas” untuk menyempumakan barang yang sudah ada. Tak ada yang membantah, Jepang meraih suksesnya. Kultur entrepreneurship tumbuh subur di sana, menyebar menguasai dunia.
Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak berhasil mencapai tujuan Anda pada suatu pekerjaan di mana Anda telah dilatih untuk melakukannya, latihlah atau lengkapi diri Anda dengan pekerjaan yang memberi peluang meraih yang lebih baik di masa depan. Janganlah gantungkan diri Anda pada satu keterampilan saja. Sebagai manusia, Tuhan memberi kita kemampuan untuk mempelajari keterampilan baru dan menerjuni bidang usaha lain. Jangan ”hidup-mati” Anda gantungkan pada satu bidang saja. Orang lain bisa sukses. Anda tentu juga bisa. hanya saja, ada yang lekas tercapai, ada yang masih berliku.
”Jangan malu karena gagal, …seperti Christopher Colombus.”
”Ketahuilah apa yang akan Anda lakukan, lakukanlah dan jangan menunda kembali. Jika Anda membuat kesalahan, buatlah kesalahan yang hebat. Seperti orang yang sampai di persimpangan jalan dan bertanya,”Arah manakah yang perlu saya tuju, arah sana atau sini?” Pergi saja! Pilih satu arah dan pergilah. Unsur masa itu pasti ada. Segala sesuatu mempunyai waktu dan tempat yang wajar.”
Gum Rutt
Tengok kiri-kanan Anda. Produk Cina, membanjiri negeri ini. Bayangkan, seperti apa sepuluh atau duapuluh tahun yang akan datang? Akankah ini kita terima sebagai ”keharusan ekonomi”? Tidakkah Anda mulai berpikir hal yang sebaliknya? Anda bisa!
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PENGUSAHA
Definisi Pengusaha
J.B. Say seorang ekonom Peracis pada awal abad 19 dihargai secara umum dengan mengenali bahwa seorang pengusaha dalam masyarakat kapitalis adalah sumbu dan semua hal berbalik. Definisi terkini mengenai seorang pengusaha adalah: Orang yang membentuk ulang atau mevolusir pola produksi dengan memanfaatkan suatu penenmuan atau, secara lebih umum, sebuah kemungkinan teknologis yang belum pernah dicoba untuk rnenghasilkan suatu komoditi baru ataupun memproduksi suatu bentuk lama dengan cara baru. Tindakan ini akan membuka suatu sumber baru yang menyediakan bahan atau outlet baru untuk pro¬duk dengan mengorganisir ulang suatu industri
Apakah Anda memiliki atribut-atribut ini?
Pengerahan Diri
Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman bekerja untuk diri sendiri.
Pengasuhan Diri
Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak seorang pun memilikinya.
Orientasi pada Tindakan
Hasrat menyala untuk memujudkan, mengaktualisasikan dan mengubah ide-ide Anda menjadi kenyataan.
Energi Tingkat Tinggi
Mampu bekerja dalam waktu lama secara emosional, mental dan fisik.
Toleransi atas Ketidakmenentuan
Secara psikologis mampu menghadapi resiko
Beberapa isu kritis untuk dipertimbangkan
√ Kemampuan Sumber Finansial
√Ketrampilan-Ketrampilan Manajemen
√ Banyak Kontak
√ Ketrampilan-Ketrampilan Teknis
√ Ketrampilan Komersial
√ Kemauan untuk mendengar
(Anda temukan urutannya atau tidak. Yang kalah banyak dan itu sangat menyakitkan. Kemenangan yang diraih membuat semuanya layak diperjuangkan. )
Apakah Anda memiliki atribut-atribut ini?
1. Apakah Anda mendambakan keamanan dari kerumunan?
2. Apakah Anda beroperasi berdasar konsensus dan komite?
3. Apakah Anda mau memberi pengorbanan?
4. Apakah Anda merasa nyaman bekerja 6 atau 7 hari, 60-80 jam seminggu?
5. Apakah Anda mudah dikacaukan saat mengerjakan proyek khusus?
6. Apakah Anda siap untuk melakukan lebih dari yang dilakukan pesaing Anda?
7. Dapatkah Anda membuat keputusan penting?
8. Dapatkah Anda mengendalikan diri saat mereka di sekitar Anda tak lagi mampu?
”BERANI”, MODAL AWAL ENTREPRENEUR
Kami yakin, kalau entrepreneur berani memiliki visi, maka akan lebih dapat menciptakan kekuatan positif di dalam pikirannya. Sehingga nantinya akan lebih mampu meningkatkan kemampuan kerja dan kualitas hidup kita. Karena ini saya sangat yakin dengan ungkapan berikut ini: “Hati-hatilah dengan angan-anganmu, karena angan-anganmu itu akan menjadi kenyataan”
Presiden RI pertama, Ir. Soekamo, pernah bilang, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Visi itu memang bisa mensugesti orang. Dan, semua langkah kita akan kita arahkan kesana. Apalagi entrepreneur ini biasanya seorang pemimpi. Maka mimpi tentang perusahaan, mimpi tentang masa depan, tentu akan dapat mempengaruhi para pengikut yang dipimpinnya.
Anda “juru penerang”, mengusir gelapnya pikiran orang lain yang Anda pimpin. Ini prinsip kepemimpinan. Wirausahawan yang memiliki visi, adalah penerangan bagi para bawahannya, anggota “tim sukses”nya dalam bisnis. Wirausahawan dengan visi besar, merangsang terbangunnya atmosfir bisnis penuh kreativitas dan inovasi.
Bahkan orang meyakini, jiwa wirausahawan itu, dekat sekali dengan dunia pengkhayal. Apa susahnya, berkhayal? Berkhayal adalah aktivitas yang “murah”. Bagaimaan tidak, karena berkhayal tidak memerlukan fasilitas khusus, apalagi ongkos. Sekarang juga, Anda pun bisa berkhayal. Tentu saja, khayalan seorang wirausahawan, bukan sembarang berkhayal. Bahkan, di zaman susah, dengan tumpukan persoalan hidup yang harus dipikul, bisa membuat orang pun tidak berani berhkayal. Anda akan tercenung, kalau kami katakan, “Berkhayal pun, perlu keberanian!”
Mengapa? Khayalan yang memicu keberhasilan, atau minimal, keberanian berbuat dan berkreativitas, dihambat pandangan lama yang cuku berurat-akar dalam benak kita, bahwa orang sukses harus ditopang pendidikan dan gelar formal. Sebetulnya, keyakinan ini bisa dipatahkan dengan mudah. Misalnya, hadirkan saja, beberapa nama orang sukses yang lulus SMA pun, tidak. Sejumlah wirausahawan, memulai dari khayalan. Dan ia mulai kembangkan khayalannya, dari nol sampai akhirnya terwujud.
Bill Gates mengimpikan, personal computer akan tersedia di rumah setiap orang. Untuk merealisasikan mimpinya, ia drop out dari studinya, memilih menekuni Microsoft-nya. Ia berhasil. Kini, ia salah satu orang terkaya dunia.
Michael Dell, punya impian menakjubkan: mengalahkan perusahaan komputer raksasa IBM. Ia juga berhasil menjadi orang pertama yang memasarkan komputer pribadi dengan strategi direct marketing. Usahanya yang dirintis tahun 1984 berhasil, penjualan Dell Computer laris manis. Bahkan Dell dalam usia 34 tahun berhasil menjadi salah satu orang terkaya di Amerika Serikat.
Contoh lainnya, Jeff Bezos. Mimpinya, menjadi pengusaha sukses di dunia e-commerce, perdagangan melalui intemet. Meski baru tahun 1995, yaitu di saat usianya 30 tahun, ia nyemplung ke dunia maya, mendirikan Amazon. com. Situs itu melejit menjadi situs paling banyak dikunjungi orang, untuk mendapatkan informasi atau membeli buku-buku bermutu dari seluruh dunia. Mimpinya terwujud. Ia pun tercatat sebagai miliarder di negeri Paman Sam itu.
Berani Mencoba
Andai kita berani mencoba, dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti kegagalan tak pernah ada
Bisnis modern akan berhenti berputar kalau sikap berani mencoba itu lenyap. Memang, banyak orang yang gagal dalam usahanya, putus asa tanpa, tak berani mencoba lagi. Ini bukan bukan saja merugikan aspek materi atau finansial saja, tapi juga aspek psikologis. karena itu, sekalipun krisis, tetaplah menjadi entrepreneur dengan semangat kewirausahaan tinggi. Sesungguhnya tidak ada yang gagal dalam berbisnis, yang ada hanya karena ia berhenti mencoba, berhenti berusaha. Berani mencoba, lebih tekun dan ulet, kegagalan takkan pernah ada.
Beranilah mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk di dalam dunia entrepreneur yang dapat menggantikan keberanian mencoba dengan bakat bisnis. Sebagus apa pun bakat seseorang, tidak akan sukses tanpa mulai mencoba. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak. Kejeniusan terpendam, sama saja dengan omong-kosong. Pendidikan terbaik? Juga bukan jaminan. Dunia ini sudah penuh dengan pengangguran berijazah sarjana. Dan ternyata, sekali lagi, keberanian mencoba dan mencoba itulah penentu kesuksesan bisnis kita.
Berani Merantau
Keberanian merantau, membangun percaya diri dan kemandirian
Ingat tragedi Sampit? Semua bersedih, karena sebagian pengusaha sukses etnis Madura, ikut hengkang dari Sampit, Kalimantan Tengah. Kami bukan menyoal tragedinya, tetapi dari aspek kewirausahaan. Madura dan Kalimantan, jelas bukan seperti antar rumah di sebuah kampung. Ini dua pulau yang berbeda dan berjauhan. Tapi, berapa banyak orang Madura yang masih kelahiran Madura, lalu merantau ke Sampit. Banyak, bahkan banyak sekali dan kemudian anak-turunnya lahir di Kalimantan.
Sebagian dari mereka, sukses, meskipun awalnya dari nol. Kami hanya mau mengatakan, mereka “dari bukan apa-apa”, merantau, lalu sukses. Etnis lainnya yang fenomenal, orang Jawa asal Tegal. Ibukota saja, mereka taklukkan. Kalau mau menghitung jumlah warung “beridentitas daerah” paling banyak yang mana, jawabannya: Warung Tegal. Di sektor makanan rakyat, ada penjaja bakso keliling. Banyak di antara mereka, mengusung identitas daerah. Seperti bakso Malang , bakmi Wonogori, Pecel Lamongan, atau rumah makan Padang.
Yang lebih fenomenal, dan ini juga lebih global, perantau Cina pun yang sukses di negeri yang mereka datangi. Bukankah Anda yang sering bepergian lintas daerah, pernah mendengar, transmigran petani Jawa atau bali, banyak yang sukses sebagai transmigran di Sumatera, atau Sulawesi? Sukses dalam usaha, juga disokong sebuah keberanian: merantau.
Merantau, punya makna sosial tersendiri. Ia berarti “jauh dari keluarga” yang memicu terbangunnya jiwa kemandirian. Tak bergantung pada keluarga, berarti mulai melangkah menjadi dewasa. Di rantau, apalagi di lingkungan yang tak tahu siapa kita sebelumnya, Anda bisa menjadi pribadi yang baru.
Kebaruan ini, sarat tantangan. Merantau, menyadarkan kita apa kelebihan dan kekurangan kita karena kita dihadapkan pada kenyataan-kenyataan baru. Merantau, membuat seseorang relatif tangguh, karena diterjunkan dalam situasi serba baru.
Perantau, umumnya segan minta tolong. Di situlah, kemauan menjadi lebih termotivasi. Perantau, rata-rata enggan berutang budi. Justru, karena ia orang baru, seorang perantau cenderung menanam jasa untuk banyak orang. “Investasi sosial” ini, pada saatnya berbuah kebaikan. Siapa sangka, banyak orang yang menyukai kepribadian kita, bernagsur-angsur, menjadi pendukung setia langkah kita menganyam kesuksesan. Jadi? Cobalah merantau, temukan jatidiri Anda yang tangguh, kreatif, dan cerdik menangkap peluang
Berani Gagal
Hanya orang yaug berani gagal total, akan meraih keberhasilan total.
PERNYATAAN John. F. Kennedy ini ada benarnya. salah satu dari kami, membuktikannya. Gagal total, itu karier bisnis , Purdi E.Chandra dalam bukunya “Menjadi Entrepreneur Sukses” bertutur : “Akhir 1981, merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan saya meninggalkan kampus. Saat itu saya pikir, gagal meraih gelar sarjana, tapi bukan berarti gagal mengejar cita-citanya. Tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama. Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Pada awalnya, sepi peminat, cuma dua orang! Saat ini, wow, peminatnya membludak, sampai-sampai Primagama membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia”.
Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses daripada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.
Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, jangan harap orang akan memuji Anda; orang di sekitar anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal; Anda tidak disalahkan; semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda; Anda akan mendapat dukungan moral dari teman yang lain; Ada orang yang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara; Apalagi ini: bank akan memberikan pinjaman selanjutnya! No way!
Mengapa gambaran seorang entrepreneur yang gagal, kami gambarkan begitu buruknya? Itulah masyarakat kita. Kita cenderung memuji yang sukses dan menang, dan mudah menghujat yang kalah dan gagal. Sebaiknya, setiap kita mulai mengubah budaya itu, beri kesempatan kedua bagi setiap orang.
Menurut pengalaman kami, apabila orang gagal, tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Kegagalan seharusnya membuat enerpreneur sejati tertantang untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali. Tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian, memang banyak. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.
Seorang entrepreneur, harus berani menghadapi kegagalan, dan memetik hikmahnya. Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah tatkala lengah. Menjadi berani ketika kita takut. ltu sebabnya, kita bisa sepakat pada pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood,”Kegagalan itu penting bagi karier siapapun.”
Mengapa? Banyak orang membuat kesalahan yang sama, dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Sebaliknya. kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan. tapi mengapa seseorang gagal dalam bisnis. Ada beberapa sebab umum.
Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu “melankolis” dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha. Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Buat kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kita bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.
Berani Sukses
Seberapa besar rezeki yang kita inginkan, itu sama dengan seberapa besar kita berani mengambil risiko
SUKSES adalah proses. Ia dicapai dengan pengorbanan. Salah satunya, tidak cengeng dengan kegagalan. Sukses, pikirkanlah sebagai keseharian Anda. Keyakinan bisa sukses, selalu dibangun setiap saat. Karena itulah, jangan biarkan Anda kehilangan motivasi untuk sukses, dan terus membangun keyakinan itu dalam sanubari.
Buanglah semua alasan, Anda gagal karena kelemahan dari diri Anda. Kurang cerdas, kurang fit, sudah terlalu tua, dan segudang “rasa kurang”, bukanlah alasan Anda gagal. Sukses memerlukan keberanian tanpa henti, mempelajari kemunduran bisnis.
Hadapkan setiap problem dengan perjalanan sukses wirausahawan lain yang serupa usahanya dengan Anda. Bahkan, Anda simak mereka yang gagal, dan temukan jawabannya mengapa dia gagal. Kesiapan pribadi seorang wirausahawan menghadapi perubahan, juga dipermantap. Jangan mudah dikejutkan perubahan.
Pelajarilah kesuksesan orang lain, himpun semua “sebab-sebab sukses” itu, temukan kelebihan-kelebihan itu, dan mulai mencoba menyusun apa kelebihan Anda, apa kebaruan yang bisa ditelurkan dari proses membandingkan dengan usaha orang lain.
Seorang wirausahawan, adalah yang selalu “melek” dan “buka telinga” terhadap setiap peluang. Sukses wirausahawan, bukan sekadar “rezeki dari langit”, tapi juga kejelian membaca/menangkap peluang. Dan ini memerlukan stamina usaha yang tinggi. Jangan ketakutan lebih dulu, seakan-akan wirausahawan itu orang yang tidak pernah beristirahat. Tidak! Secara fisik, istirahat perlu, tapi sebagai wirausahawan, pikiran “tetap jalan” dalam arti, keseharian kita dibiasakan terus memikirkan, kebaikan-kebaikan apa yang bisa dibangun berdasarkan peluang yang kita hadapi setiap saat.
Tidak ada orang yang bisa mendapatkan kenikmatan dari hidup yang terus merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-setengah. Sukses berarti hanya hal yang mengagumkan dan positif. Sukses berarti kesejahteraan pribadi: rumah bagus, keamanan di bidang keuangan dan kesempatan maju yang maksimal, serta berguna bagi masyarakat. Sukses juga berarti memperoleh kehormatan, kepemimpinan, dan disegani. Dengan demikian sukses berarti self respect, merasa terhormat, terus-menerus merasa bahagia, dan merasakan kepuasan dari kehidupannya. Itu artinya, kita berhasil berbuat lebih banyak hal yang bermanfaat. Dengan kata lain, sukses berarti menang. Namun sayangnya, diera globalisasi seperti sekarang ini, tidak semua entrepreneur berani menyebutkan, bahwa dirinya telah mencapai kesuksesan.
Menurut kami, sebagai wirausahawan, jangan segan Anda nyatakan: hari ini saya sukses. Dengan begitu, rasa percaya diri itu pun terbangun. Kepercayaan diri yang besar itu, membangkitkan semangat untuk meraih kesuksesan. Dan kesuksesan itu, juga berarti perlu dibagi kepada sesama pebisnis. Betapapun sibuknya wirausahawan yang sukses, dalam dirinya ada jiwa sosial saat diminta membantu wirausahawan lain yang belum sesukses dirinya. Yakinlah, dalam jiwa seorang wirausahawan sukses, ada keyakinan: Allah itu kekuatanNya besar yang mendorong umatnya, termasuk para wirausahawan, untuk tidak egois. Karena pribadi yang senang melihat orang lain “gagal melulu”, sejatinya sedang menanti gelombang kegagalan menerpanya. Jadi, beranilah berpikir sukses!
Berani Berbeda
Munculkanlah keberanian berpetualang di zaman baru, kendati untuk itu kita siap membayar harga orang yang menertawakan, mengejek, dan mengkritik kita.
Mengapa orang menertawakan kita? Atau lebih enteng dari itu, mengapa orang meremehkan kita? Karena kita berbeda. Tapi, apa salahnya jika kita berbeda? Kenyataaannya, menjadi berbeda sudah terjadi sejak kita lahir. Setiap individu di dunia ini berbeda. Tak ada seorangpun yang 100 % sama dengan lainnya. Sidik jari kita cukup membuktikan fakta ini – tak ada dua sidik jari yang sama di dunia. Setiap orang dari kita berbeda – UNIK. Dan keunikan kita memisahkan kita satu dengan lainnya.
Bila kita benar-benar ingin berhasil dalam hidup ini, munculkanlah bakat ini dari dalam diri, biarkan ia bersinar begitu terang. Orisinalitas gagasan, di mana Anda menampakkan “sesuatu yang baru dan terang”, akan membuat keberbedaan itu, memberi nilai lebih bagi pribadi Anda.
Lebih baik kita berani berbeda. Dan, perbedaan kita dari yang lain, adalah wujud ketekunan kita menjadi LEBIH BAIK. Seorang diri, menjadi lebih baik, di antara banyak orang yang berpikiran nyaris sama tentang suatu hal, lalu keberbedaan Anda, diterima banyak orang dan diterima dunia. Luar biasa, bukan.Mari, gunakan energi Anda menghasilkan perbedaan yang bertenaga. Perbedaan yang bernilai.
“Pengusaha swasta memainkan peran lebih besar dalam ekonomi dunia. Pengusaha kecil telah merampas multi miliaran dolar dari bisnis besar.”
John Naisbit
Entrepreneur :
Kreativitas Tak Pernah Henti
Kalau Anda berani tanpil beda,
itu berarti Anda memiliki jiwa entrepreneur
KUTIPAN di atas, sangat mungkin, mengundang senyum meremehkan. Masa, berbeda saja, sampai menjadi ciri jiwa enterpreneur. Kalimat itu terasa berlebihan. Pembaca, entrepreneur sendiri adalah dunia yang unik. Itu sebabnya, mengapa entrepreneur atau wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif setiap saat. Dengan kreativitasnya, tak mustahil akan terbukti bahwa ía betul-betul memiliki citra kemandirian yang memukau banyak orang. Karenanya, ia pantas dikagumi, dan selanjutnya diikuti.
Menjadi entrepreneur kreatif di saat krisis ekonomi, tentu saja tantangan yang sangat berat. Siapa saja yang mencoba terjun menjadi entrepreneur kreatif, ia harus bekerja 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Ini masih harus dijalankan sedikitnya untuk kurun waktu sekitar dua tahun pertama. Sebuah babak baru yang berat, berjuang tanpa henti dengan berbagai tekanan fisik maupun psikis.
Bisnis modern? Apalagi! Ia boleh dikatakan, mustahil bisa eksis dan berkembang tanpa kemampuan menciptakan sesuatu yang baru pada setiap harinya. Berpikirlah kreatif setiap hari. Dari mana ia datang? Dari mana saja, dari siapa saja. Interaksi sosial Anda, menjadi stimulan munculnya ide inovatif. Memang, tak mudah melahirkan sesuatu yang orisinal atau sama sekali baru. Bisa saja, ia adalah kombinasi “sentuhan baru” pada karya-karya yang sudah ada. Kesan, aksentuasi disain, modifikasi, adalah bagian dari proses kreatif.
Milik siapakah kemampuan ini? Apakah ini hanya dimiliki pribadi tertentu? Tegas, kami nyatakan: tidak. Pada dasarnya, kita semua kreatif. Tentu saja, dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda-beda.
Kemampuan kreatif itu terdistribusi hampir secara universal kepada seluruh umat di muka bumi ini. Kreativitas, bak sebuah mata air, jangan biarkan sumbernya mengering. Agar tetap berair, gali terus, agar “mata air kreativitas” kita tetap berair.
Raudsepp, peneliti dari Princeton Research Inc.
Kreativitas: Keharusan dalam Kewirausahaan
Jangan terpaku saja melihat gemerlap perubahan! Anda, satu di antara sekian orang yang sanggup menghadirkan hal baru! Pikirkanlah hal ini sebagai kebiasaan. Karena Anda hidup dalam abad kreativitas. Kreatif adalah, kunci memenangkan kompetisi. Ada banyak konsep kreativitas. Salah satunya, mengambil inspirasi dari dunia musik, tepatnya, musik jazz. Dalam musik jazz, ada istilah jam session, saat pemusik tidak memainkan lagu tertentu, tapi alat musiknya mengalunkan paduan nada tanpa terikat lagu, bebas-mengalir saja. Jamming, menjadi inspirasi John Kao menuangkan teorinya dalam buku yang sudah beredar dalam bahasa Indonesia, “Jamming: Seni dan Disiplin Kreativitas Bisnis”.
Kalau jamming bisa menggelitik telinga dengan alunan musik indah, bisnis pun, amat mungkin mengambil langkah alternatif di luar yang biasa berlaku. Hasilnya, seperti jamming dalam jazz, tetap “berirama dan enak didengar”. Begitulah analogi teori Kao dalam dunia bisnis.
Jamming dalam bisnis, adalah ikhtiar kreatif. Ada imajinasi, totalitas berkreativitas, menyerap pendar-pendar inspirasi dari mana-mana. Dari sana tercipta ide-ide kreatif dalam pengembangan bisnis. Siapa “sparing partner” seorang wirausahawan dalam mengeksplotasi gagasan kreatifnya? Ia bisa sesama wirausahawan, meskipun tak ada salahnya dengan orang lain yang sangat berbeda dunia kerja (bukan wirausahawan).
Bekerja “serba rutin”, “manut pakem”, di level pengambilan keputusan tertinggi, terutama sebagai pusat penyikapan terhadap realitas bisnis, diyakini merupakan sebuah sikap berbahaya bagi keberlangsungan usaha. Rutinitas, pakem-pakem itu, menjadi belenggu bagi kemajuan. Namun begitu, jangan salah memaknainya. Manajemen kreativitas, bukan “anti aturan”. Aturan tertentu, harus tetap ada, tetapi keberadaannya tidak memasung kreativitas. Ada yang “ekstrim” dalam kasus pembaharuan ini. Misalnya, produsen piranti keras komputer yang mendunia, Intell. Intell, secara berkala selalu menghancurkan produk lama mereka setelah memproduksi produk baru hasil kreativitas timnya. Langkah yang serupa, meskipun “tak sengaja” dialami perusahaan Unilever. Begitu produk barunya muncul, produk lama Unilever “otomatis” dikalahkan produk barunya sendiri.
Kalau ada contoh Intell dan Unilever di bagian ini, dua dari sekian big corporate dunia, sejatinya kreativitas tidak menjadi monopoli korporat besar. Dalam sektor usaha kecil pun, ide kreatif muncul dari perenungan dan perbincangan akan hal-hal yang tak pernah terpikirkan. Justru dalam usaha kecillah, kreativitas seharusnya lebih berkembang, karena biasanya usaha kecil, punya sumber daya insani tak banyak. Ini poin lebih sehingga usaha kecil relatif lebih kompak orang-orangnya, sehingga transfer kreativitas baru bisa lekas merata. Dalam usaha berskala kecil transfer kreativitas lebih pendek jalurnya. Seorang inovator dalam tempo pendek ia bisa langsung mentransfer temuan barunya kepada semua orang yang bekerja bersamanya. Bukan mustahil, proses mentransfer temuan baru itu, sekaligus bisa memicu tumbuhnya kreativitas.
Luwes Menyikapi Peluang
Jika Anda termasuk dalam golongan orang yang selalu ingin tahu, kemudian dapat melihat suatu peristiwa dan pengalaman untuk dijadikan sebuah peluang, di mana orang lain tidak melihatnya, kemudian memiliki keberanian berpikir kreatif dan inovatif, bersiaplah Anda untuk menjadi entrepreneur.
Banyak contoh yang dapat memberikan gambaran kepada kita, bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin dilakukan wirausahawan. Keluarkan semua ide atau gagasan Anda, jangan takut diremehkan atau dihina orang. ‘Ide gila” yang Anda sampaikan, boleh jadi suatu waktu akan mengundang kekaguman banyak orang. Begitu Anda mulai menuai sukses, barulah orang akan berguman, “Mengapa itu tak terpikirkan oleh saya sejak dulu, ya?”
Kalau Anda berani tampil beda, itu berarti Anda berjiwa entrepreneur. Saya setuju pendapat yang mengatakan, keberhasilan entrepreneur ibarat kesabaran dan ketenangan seorang aktor akrobatik meniti tambang tipis hingga sampai ke tujuan. Ia tidak menghabiskan waktunya dengan perasaan khawatir, tapi konsentrasinya tertuju pada tujuannya. Tak kalah pentingnya, jangan malu akan kesalahan yang kita buat. Seorang entrepreneur memang tidak menyukai kesalahan, tapi ia tetap akan menerimanya sepanjang hal itu dapat memberikan pelajaran berharga. Ia harus mampu meloloskan diri dari situasi-situasi yang hampir mustahil bisa diatasi. Dalam era global sekarang ini, kegiatan usaha yang kita jalankan hampir 90% justru tidak sesuai rencana.
Karena itu, kita harus luwes dengan rencana yang telah kita buat. Bersiaplah berpindah dari satu rencana ke rencana lainnya. Seorang entrepreneur juga tidak boleh mudah berputus asa. Ia harus yakin dengan kreativitasnya. Selalu ada jalan yang tidak pernah terbayang sebelumnya.
Proses Kreatif Berwirausaha
Kita berani berpikir kreatif.
Itu berarti kita sudah berani mengambil risiko
SALAH satu tugas kita sebagai pengusaha, selain memiliki ketrampilan interpersonal, leadership, dan managerial, juga harus mampu melakukan tugas kreatif. Kreativitaslah, unsur penting eksis dan berkembangnya sebuah usaha. bagi entrepreneur, seolah tiada hari tanpa kreativitas. Saatnya kita terus kreatif. Apalagi, kalau di bagian sebelumnya, kerap disebut-sebut angka luar biasa pertumbuhan kewirausahaan di Amerika Serikat, di Indonesia sendiri, keragaman usaha maupun jumlah wirausahawannya, belum sebanyak di Amerika Serikat ataupun di negara lain.
Di Amerika Serikat misalnya, ada bisnis yang masih langka dan belum memasyarakat di Indonesia, yakni bisnis menyewakan pakaian dan perlengkapan bayi. Jadi sebenarnya banyak macam usaha yang bisa kita kerjakan, asal kita mau kreatif. Dalam hal apa saja, kita harus kreatif? Kreatiflah dalam beberapa hal, antara lain, memilih jenis usaha dan memilih waktu untuk memulainya.
Maka, jangan ragu menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap unsurnya bisa kreatif. Jadikan setiap sudut, setiap suasana dalam usaha Anda, kondusif bagi munculnya ide-ide kreatif. Kreativitas itu sendiri, memang memerlukan proses, yakni proses kreatif. Jadi pada awalnya, untuk kreatif itu perlu persiapan, meski secara tidak formal. Tinggal, bagaimana kita sendiri membuat suasana kerja itu kreatif.
Dalam prosesnya, ternyata kreatif itu juga membutuhkan konsentrasi kita. Padahal, yang kerap terjadi, saat kita melakukan konsentrasi, malah menemui jalan buntu. Akibatnya, kita tak bisa berbuat apa-apa, dan berangsur-angsur menjadi frustrasi. Dan, sebenarnya frustasi itu merupakan bagian dari proses kreatif itu sendiri.
Dalam kondisi inilah, menurut saya, sebaiknya kita tidak menyerah atau putus asa. Jangan berhenti sampai di situ. Yakinlah, pada saatnya, wawasan atau iluminasi akan muncul. Kemudian, kita melewati proses kreatif berikutnya: inkubasi atau pengendapan masuk ke dalam alam bawah sadar. Pada saatnya, yaitu pada kondisi yang tidak disengaja, bisa saja muncul iluminasi itu artinya ide kreatif telah kita temukan.
Langkah penting untuk ini, mengolah atau menjalankan ide kreatif menjadi konkret, demi kemajuan bisnis kita. Bahkan menurut kami, demi kepuasan pelanggan pun, perlu pendekatan kreatif. Kreatif, juga kata kunci dalam urusan mencari modal atau dana pengembangan usaha, peningkatan kegiatan produksi, perbaikan desain, pemasaran, dan lain sebagainya.
Orang kreatif, adalah orang yang berani mengambil risiko. Hanya tinggal seberapa besar sebenarnya kualitas kreativitas itu akan mempengaruhi risiko usaha yang dijalankan. Bahkan, seseorang yang berani berpikir kreatif, berarti dia sudah berani mengambil risiko. Kami pun yakin, hanya pengusaha yang berani mengambil risiko itulah yang usahanya dapat berkembang maju, baik untuk saat ini ataupun untuk masa depan.
FAJAR KEWIRAUSAHAAN
Tahukah Anda, ditaksir, populasi dunia mencapai enam miliar di akhir 1999 dan tahun 2020, angkanya melonjak menjadi delapan miliar! Apakah pemerintah bisa menyediakan pekerjaan untuk sedemikian banyak orang? Faktanya, ’privatisasi’ menjadi begitu populer pada dekade lalu, menunjukkan bahwa mereka ”mencuci tangan” dari tugas menciptakan pekerjaan yang mengerikan itu.
Fakta lainnya, merger, akuisisi, dan restrukturisasi dalam sektor swasta lebih sering membuahkan PHK masal. Lalu siapa yang mendapat beban menciptakan lapangan kerja? beban itu harus dipikul INDIVIDU-nya sendiri. Setiap orang, menciptakan sendiri pekerjaannya! Setiap orang, siap atau tidak, kondisi mendorongnya menjadi wirausaha.
Mau pilih yang mana: segera menyiapkan mental dan ketramplan kewirausahaan atau, saatnya nanti, terpaksa serabutan, mencoba-cobamenjadi wirausahawan setelah ”terdepak” dari posisi ”orang gajian”!
Saran kami, dan itu tugas buku ini pula, segeralah belajar mengambil inisiatif, inovatif, berani dan kreatif. Mulailah mempromosikan dan menampilkan ide Anda. Anda harus mulai hidup ”sedikit bersusah-payah”, jangan menunggu gaji bulanan Anda, dan mulai menunda kepuasan Anda.
Sadarilah, fenomena ini. Bahwa kewirausahaan, yang tidak dikenali seperempat abad lalu, saat ini diajarkan sebagai mata kuliah di universitas di seluruh dunia. Di Amerika Serikat saja, ratusan perguruan tinggi mengajarkan itu. Apakah ini benar-benar fenomena baru?
Tidak persis demikian. Kita sebenarnya dilahirkan sebagai wiirausaha. Keberanian, kreativitas, dan inisiatif – semuanya adalah sifat yang dimiliki seseorang sejak lahir. Itu alami, melekat dalam diri Anda! Tinggal masalahnya, buatlah kemampuan itu muncul dan bekerja optimal! Bayi manapun di dunia ini, sebelum mereka dibanjiri nilai-nilai dan peraturan masyarakat, tanpa perlu ikut seminar tentang ”berjalan”, ia belajar berjalan sampai bisa. Anda, pembaca, dulu juga bayi yang merangkak pun belum bisa. Setiap kali si bayi yang belajar berjalan itu tersandung, ia bangkit lagi. Bayi itu pun belajar berbicara tanpa perlu menghadiri kelas bahasa. Sayangnya, semua kelebihan itu hilang ketika ia memasuki institusi yang kita sebut sekolah.
Cobalah jawab pertanyaan kami.
Adakah institusi di dunia ini, tempat Anda bisa mempelajari cara menjalankan bisnis Anda sendiri?
Saya yakin Anda mulai menyebut beberapa kursus atau jurusan bisnis dengan nama-nama tetentu yang ditawarkan oleh universitas atau sebuah lembaga kursus. Terus terang, itu semua tidak mengajarkan Anda bagaimana menjalankan bisnis untuk diri Anda sendiri. Mereka hanya mengajarkan Anda bagaimana menjalankan bisnis untuk orang lain! Kalau Anda mengikuti kursus akuntansi, yang diajarkan adalah bagaimana Anda menghitung uang orang lain.
Bukan masanya bicara tentang kelebihan teknologi. Mari, kita bicara kelebihan kewirausahaan. Kita memerlukan wirausaha untuk menciptakan perusahaan yang besar dengan teknologi temuan terbaru!
Sejumlah pakar, praktisi, orang sukses, Anda yakini bakal mengatasi tugas menciptakan pekerjaan untuk orang banyak. Mengapa harus orang lain? Mengapa harus mereka, bukan Anda sendiri? Bukankah mereka yang sukses, sudah tak punya masalah lagi dalam menciptakan lapangan kerja, karena mereka sudah di sana, sementara Anda, mungkin masih mencari terus bisnis apa yang pas Anda jalankan sendiri.
Mari kita amati tren 1000 tahun terakhir. Di sana kita lihat perpindahan kekuasaan pada kelompok orang atau individu tertentu .
Tahun 1000 Kekuasaan berada di tangan kaum rohaniwan yang secara kebetulan adalah beberapa orang yang mampu membaca dan menulis
Tahun 1455 Penemuan mesin cetak yang memungkinkan pengetahuan lebih bisa disebarkan kepada lebih banyak orang. Dengan demikian kekuasaan bergeser dari agama ke politik
Tahun 1555 Politisi mulai lebih berkuasa dan untuk mempertahankan kekuasaan itu, birokrasi dibuat
Tahun 1970 Penemuan microchip memungkinkan informasi lebih tersebar kepada keompok orang yang lebih besar. Kekuasaan bergeser perlahan dari politik ke ekonomi
Tahun 1995 Ekonomi sekarang begitu penting sehingga menjadi sebab jatuhnya banyak pimpinan politik (mis.Presiden Soeharto dari Indonesia, Perdana Menteri Chavalit Yongchaiyudh dari Thailand) selama masa yang sangat singkat
Tahun 2020 Keseimbangan kekuasaan bergeser perlahan dari birokrasi menjadi kewirausahaan. (Bill Gates dipilih sebagai orang paling berkuasa di Inggris)
Telah diramalkan bahwa selama 25 tahun, individu birokrat akan bersikap defensive, mencari cara untuk mempertahankan status keamanan yang sudah ada dari standar hidup mereka, sedangkan individu yang berjiwa wirausaha akan bersikap ofensif, mencari cara memperbesar kesempatan mereka, kemampuan mereka dan kualitas hidup mereka yang meningkat.
“Karena perkembangan dinamis bakat kewirausahaan, Amerika Serikat mampu mewujudkan lebih dari 15 juta pekerjaan dalam tempo 7 tahun.”
Sumber : Dare to Fail by Billi P.S. Lim
Telah diramalkan bahwa selama 25 tahun, individu birokrat akan bersikap defensif, mencari cara untuk mempertahankan status keamanan yang sudah ada dari standar hidup mereka, sedangkan individu yang berjiwa wirausaha akan bersikap ofensif, mencari cara memperbesar kesempatan mereka, kemampuan mereka dan kualitas hidup mereka yang meningkat.
“Karena perkembangan dinamis bakat kewirausahaan, Amerika Serikat mampu mewujudkan lebih dari 15 juta pekerjaan dalam tempo 7 tahun.”
Benar, pembaca. Sekilas angka dan fakta ini, adalah fenomena merekahnya fajar baru kewirausahaan. Anda, mungkin sedang menapaki jalan di dalam terangnya fajar ini.
JANGAN MAU SEUMUR HIDUP
JADI ORANG GAJIAN
Sekarang marilah kita renungkan mengapa saya menganjurkan Anda jangan mau jadi orang gajian seumur hidup. Bayangkan berapa gaji yang akan Anda peroleh setiap bulannya. Berapa total setahunnya.? Dan berapa Anda digaji setiap jamnya ? Juga renungkan apa yang akan Anda lakukan dengan pengahasilan sebesar itu ? Apa yang dapat Anda belanjakan setiap bulannya ? Serta berapa sisa yang dapat Anda tabung s? Dan apakah tabungan Anda selama setahun itu dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda dan keluarga ? Saya yakin tidak. Untuk lebih jelasnya Anda dapat melihat perkiraan pengahasilan Anda pada tabel dibawah ini :
Pertanyaan selannjutnya adalah, “Dalam kelompok manakah Anda berada ? Saya sangat yakin hanya sedikit sekali diantara Anda para pembaca yang berada dalam kelompok Rp.10.juta keatas setiap bulannya, alias hanya dibayar Rp.60.000 untuk setiap jamnya. Dengan penghasilan sebesar itu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan Anda yang mendasar, seperti membeli rumah yang layak, kendaraan, asuransi kesehatan, dan lain sebagainya. Berapa tahun yang dibutuhkan ?
Saya sering menayakan kepada peserta pelatihan yang saya adakan, bagaimana seorang pegawai negeri dengan gaji yang pas-pasan atau karyawan swasta dengan kedudukan yang menengah dapat menjadi kaya ? Jawabannya beragam, tapi setidaknya ada empat jawaban yang dominan diberikan : Mendapat warisan, Menang undian, punya bisnis sampingan dan korupsi. Dan Anda dapat menebak sendiri kira-kira jawaban mana yang paling dominan ?
Itulah sebabnya mengapa saya mengajak Anda untuk tidak menjadi orang gajian seumur hidup. Lalu mengapa kita harus menjalankan bisnis kita sendiri ? Pertama, pemilik bisnis paling sukses akan mengatakan kepada Anda bahwa mereka mempunyai kebebasan yang luar biasa. Mereka adalah para tuan atas diri sendiri. Disamping itu, mereka mengatakan kepada bahwa bekerja sendiri risikonya kurang ketimbang bekerja untuk orang lain.
Seorang professor di Amerika pernah mengatakan pertanyaan berikut kepada kelompok enam puluh mahasiswa MBA yang bekerja sebagai eksekutif korporasi publik :
Apa yang disebut rsiko ?
Seorang mahasiswa menjawab :
Menjadi entrepreneur !
Teman-teman mahasiswanya setuju. Kemudian profesor tadi menjawab pertanyaannya sendiri dengan mengutip ucapan seorang entrepreneur :
“Apa yang disebut risiko ” Mempunyai satu sumber penghasilan. Karyawan menghadapi risiko….Mereka mempunyai satu sumber penghasilan. Bagaimana kalau entrepreneur yang menjual jasa menjaga rumah kepada majikan Anda ? Dia mempuunyai ratusan pelanggan….ratusan sumber pengahasilan.”
Untuk menjadi pemilik bisnis juga diperlukan agar Anda mempunyai kemauan yang kuat untuk bekerja sendiri. Bila Anda tida suka berada di luar lingkngan korporasi, entrepreneur mungkin bukan panggian Anda. Para pemilik bisnis paling sukses memiliki satu karakteristik yang sama : Mereka semua suka pada apa yang mereka lakukan. Mereka semua bangga dengan “bekerja sendiri”.
Banyak diantara para entrepreneur sukses yang sebelumnya adalah karyawan diperusahaan tempatnya bekerja kemudian sukses membangun usahanya sendiri. Baru-baru ini saya menjumpai seorang kawan yang baru satu tahun memulai bisnis jasa pelatihan. Sebelumnya ia bekerja sebagai manajer SDM pada bank terkemuka di Jakarta dengan gaji mendekati Rp.10 juta perbulan. Dia mengetahui anggaran pelatihan untuk perusahaan tersebut besarnya 20 miliar setahun. Dengan semangat entrepreneur serta melihat peluang yang ada ia menggundurkan diri dan mempromosikan anak buah kepercayaannya sebagai penggantinya. Ia kemudian mendirikan perusahaan yang bergerak dibidang pelatihan. Dan dapat Anda tebak siapa pelanggan pertamanya ? Dan dari siapa ia mendapatkan proyek tersebut ? Ya perusahaan tempatnya bekerja dan dari orang kepercayaannya, Kalau sebelumnya pengahasilannya Rp. 10 juta sebulan, sekarang hampir Rp.20 miliar anggaran pelatihan bank tersebut masuk ke kocek perusahaannya. Itulah entreperneur.
KEBERHASILAN USAHA
Apa yang membuat sebuah perusahaan berhasil?
Pengumpulan pendapat terbaru mengenai manajemen menghasilkan rating berikut :
1. Sebuah prasangka terhadap tindakan lakukan, perbaikan, coba
2. Bentuk sederhana dan staf sedikit
3. Kontak yang berkesinambungan dengan konsumen
4. Otonomi operasional untnk mendorong semangat usaha
5. Tekanan pada nilai bisnis kunci
6. Sikap BISA DILAKUKAN
7. Komitmen untuk mencapai kepuasan konsumen
8. Fleksibilitas dalam memenuhi permintaan khusus (dapatkah Anda mengirimkan hari ini’—“ya”, -“tidak”- “maaf”, truknya telah berangkat, terlalu sibuk”, dsb.)
9. Tanggapan pada permintaan khusus
10. Hal-hal yang amat baik (outsome) jika diperlukan
11. Tempatkan hadiah pada jasa
12. Memonitor aktivitas pesaing
13. Menapak teknologi terbaru
14. Menjadi yang terbaik
15. Berpusat pada pelayanan konsumen
Mereka mungkin bisa juga akan menambahkan-‘tetaplah pada tema dasar’ atau ‘bisnis inti’ Jadilah yang paling lengkap
Buatlah bisnis Anda sebagai yang :
• Paling seksama
• Memiliki persediaan terbaik
• Memliki profil tertinggi
• Merupakan benchmark yang menjadi ukuran untuk bisnis saingan lain
Juga:
• Jangan hidup mengikuti kriteria—ciptakan kriteria itu!
• Desain produk Anda dengan lebih baik
• Tampilkan dengan lebih baik
• Sediakan instruksi yang lebih baik
• Sediakan pendukung penjualan yang lebih baik
Manajemen Waktu
“Saya harap saya memperoleh waktu, untuk mengikuti Kursus Ma¬najemen Waktu”
1. Manajemen waktu memiliki tiga komponen—kebutuhan untuk :
• prioritas yang mapan
• menggunakan penjadwalan atau pemrograman yang realitas
• belajar membuat keputusan dasar dan bertindak sesuai keputasan tersebut
2. Manajemen waktu yang efektif mengenai :
• merencanakan dan menyusun prioritas
• apa hal paling penting untuk dilakukan hari ini?
• Apa yang harus dikerjakan hari ini?
• Daftarkan sesuai urutannya dalam agenda harian atau selembar kertas
• Dan kerjakan sesuai urutannya
3. Mengelola prioritas
Klasifikasikan tugas-tugas dalam kelompok, seperti :
Kategori A—prioritas utama, memerlukan perhatian pribadi Anda
Kategori B—penting, namun bukan prioritas utama
Kategori C—dapat dikerjakan setelah selesai dengan kategori A dan B
Kategori D—delegasikan pada orang lain
4. Banyak manajer bisnis kecil menganggap penting hal-hal:
• Membuka surat
• Mengerjakan pekerjaan sehubungan dengan kegiatan perbankan sehari-hari
• Hal-hal ini merupakan bagian dari hal-hal biasa yang dapat dan sebaiknya didelegasikan pada seorang yang bertanggung jawab mengenai administrasi
5. Alokasikan waktu rutin setiap hari untuk tugas-tugas tertentu, contohnya :
• Rapat-rapat
• Wawancara
• Korespondensi
• Percakapan telepon—masuk dan keluar
6. Apakah Anda proaktif atau reaktif?
• Apakah Anda menghabiskan waktu memadamkan api? (reaktif)
• Atau mengisi waktu merencanakan dan mencapai target? (proaktif)
7. Tetap terfokus
. Tataplah pada tugas yang menjadi prioritas- jangan terkecoh menger¬jakan hal lain
• Tangani dokumen-dokumen sekali saja
• Putuskan tindakan yang diminta dan bertindaklah menurut keputusan itu
• Jangan menangani dokumen setiap hari selama berminggu-minggu
Keberhasilan adalah Mengenai Pengembangan Kualitas Pelayanan. Ini menyangkut:
• Dapat dipercaya
dapat diandalkan dan konsisten
• Responsif
berkemauan dan sigap
• Kompeten
keterampilan dan pengetahuan
• Akses
mudah dicapai
• Sopan santun
sopan, penuh perhatian, hormat , bersahabat
• Komunikasi
mudah dimengerti dan dihubungi
• Kredibilitas
jujur, dapat dan layak dipercaya
• Keamanan
tidak berbahaya, berisiko, atau meragukan
• Pemahaman
pengertian kebutuhan konsumen
• Nyata
bukti dari pelayanan
• Fokus, Fokus, Fokus
• Memenuhi Standar Kualitas Manajamen Total atau direncanakan untuk Memenuhi Tuntutan Tersebut
Resiko
1. Tertawa berisiko tampak bodoh.
2. Mengisak berisiko tampak sentimentil.
3. Merggapai orang lain berisiko keterlibatan.
4. Mengekspersikan perasaan beresiko menampilkan diri Anda yang sebenarnnya.
5. Hidup berisiko kematian
6. Berharap beresiko patah harapan
7. Mencoba berisiko gagal
8. Namun resiko harus diambil karena bahaya terbesar dalam hidup adalah tidak memiliki resiko
9. Dirantai oleh kepastiannya, ia adalah seorang budak : ia telah mengorbankan kebebasannya.
10. Hanya orang yang memiliki resikolah yang bebas.
Bagaimana Jika Kita Menaikkan Harga?
Banyak perusahaan menggunakan harga sebagai taktilk keberhasil¬an. Mereka menurunkan harga untuk menyaingi harga pesaing. Ini dapat menjadi siklus ganas yang mengurangi margin keutungan semua perusahaan.
Bagaimana jika perusahaan menaikkan harganya?
Staf penjalan mungkin akan memprotes betapa banyak bisnis akan dirugikan secara nyata hanya dalam semalam karena tidak menggunakan harga yang mengikuti pola ‘saya juga’
Bayangkan sebuah kasus hipotesis saat produk dijual $100 dengan variabel biaya $75 dan dengan demikian memiliki kontribusi margin 25%. Manajemen ingin menaikkan harga sebanyak 15%, melawan protes keras seluruh staf penjualan yang meyakinkan bahwa volume penjualan akan jatuh. Manajer penjualan dipanggil oleh manajemen untuk menghitung berapa banyak bisnis yang hilang dengan kenaikan harga yang diajukan, dan kemudian meminta tim penjualannya untuk menyediakan laporan perkiraan angkanya.
Pada saatnya, manajer penjualan menyampaikan manajemen bahwa rata-rata, volume penjualan akan jatuh sebanyak 22% dengan 15% kenaikan. Manajer memiliki angka untuk melakukan prakiraan sederhana.
Ia mengalikan harga (100). Dengan persentasi kenaikan harga (15) untuk hasil 1500. Ini dibagi persentase kontribusi (25). Ditambah persentase kenaikan harga (15), menghasilkan kenaikan harga hingga 40. Bagi 1500 dengan 40 dan hasilnya merupakan volume kehilangan kritis sebanyak 37,5%.
Jadi, penjualan akan turun sebesar 37,5% ; lebih dari perkiraan para staf penjualan, sebelum keuntungan dari kenaikan harga ini mencapai titik impas.
Ini berarti, penjualan perusahaan akan turun 37,5% sebelum keuntungan kenaikan harga itu mencapai titik impas.
RUMUSNYA ADALAH :
X = Penurunan atau kenaikan harga dalam persentase
C = Persentase kontribusi
100 kali X dibagi X + C = CVL ( critical volume loss = volume kehilangan kritis)
sebagai persamaan untuk mengukur kapan Anda ingin memotong harga,
100 kali X dibagi C – X = CVG ( volume perolehan kritis)
Citra
Kesan pertama sangat penting dan benar-benar diperhitungkan. Citra macam apa yang telah atau akan diproyeksikan oleh perusahaan atau produk baru Anda? Cara penampilan dan citrra perusahaan dan pro¬duk Anda dapat dan mungkin akan, memiliki efek yang penting dalam peningkatan penjualan.
- Apakah toko atau kios Anda memiliki KONSEP TOTAL?
- Bagaimana produk Anda dikemas?
- Dapatkah kemasan produk Anda diperbaiki
- Apakah bisnis anda memiliki brosur perusahaan yang menarik, yang dapat Anda berikan pada prospektif klien Anda?
- Apakah itu memaparkan pengalaman, ketrampilan, kualifikasi, produk, jasa, garansi, spesialisasi, fitur, keuntungan perusahaan Anda?
Pertimbangkan ini!
Saat-saat serang konsumen membuka surat atau menerima literaturr promosi dari perushaan Anda :
• Apakah itu ditampilkan secara baik pada kertas berkualitas dan tercetak baik?
• Apakah perusahaan dan produk Anda terwakili secara baik?
Saat seorang konsumen menerima invoice dari perusahaan Anda :
• Apakah mudah dibaca dan dimengerti?
• Apakah itu mudah dikenali di timbunan invoice lainnya?
• Apakah tampilannya mendorong konsumen untuk membayar?
Apakah Anda menggunakan daerah penerima tamu untuk :
• Menonjolkan dan memajang produk perusahaan Anda
• Memamerkan kualifikasi khusus
• Memamerkan penghargaan perdagangan dan industri
• Memajang literatur perusahaan
- Apa yang Anda dapat dengan menghadirkan citra yang lebih baik?
- Berapa yang harus Anda keluarkan untuk menghadirkan citra yangl ebih baik?
Pelajaran Dari Masa Lalu
Ini tahun 1973, apa yang akan Anda investasikan? Maukah penanam modal mendukung ide Anda?
• Toko komputer pribadi
• Tempat sampah plastik beroda
• Minuman botol
• Warung telekomunikasi
• Bengkel
• Bengkel spesialis
• Bisnis franchise
Mengapa ide-ide di atas berhasil?
• Fokus, nengidentifikasi kebutuhan pasar, da menyediakan kebutuhan itu dalam bentuk yang diterima konsumen
• Benang merah semua bisnis ini adalah beroperasi dalam produk spesialis yang dihantarkan dengan baik dan mudah diakses
Audit Pemasaran
Kuesioner awal
Anda sebenarnya ada dalam bisnis apa?
• Apa sasaran bisnis Anda?
• Apa sasaran pribadi Anda?
• Aria kekuatan bisnis Anda’
• Apa kelemahannya?
• Apa kesempatan yang dimilikinya?
• Apa ancaman yang ada sekarang dan di masa depan?
• Apakah bisnis Anda musiman?
• Apakah Anda menindaklanjuti konsumen dengan menanyakan apakah mereka cukup puas?
• Berapa penjualan rata-rata Anda sehari-hari?
• Apakah ada produk yang secara menonjol lebih mengun¬tungkan dari yang lain?
• Apakah ada produk yang secara menonjol kurang mengun¬tungkan?
• Apa isu kritis yang sekarang ini mempengaruhi bisnis Anda?
• Periklanan?
• Promosi?
• Distribusi?
• Pelayanan apa yang akan menjadi keuntungan khusus?
Apa yang membuat Anda kompetitif?
• Posisi?
• Harga?
• Perhatian?
• Kualitas?
• Keunikan?
• Pengalaman?
• Kontak?
• Jangka waktu pembayaran?
• Garansi?
Pertimbangan lain :
• Apa yang mernbuat para pesaing Anda menonjol?
• Siapa yang memerlukan Anda?
• Bagaimana konsumen menilai Anda?
• Bagaimana konsumen menilai para pesaing Anda?
• Apakah Anda menawarkan potongan harga?
• Apakah produk baru yang dapat Anda tawarkan? Apa saja?
Periklanan —10 butir Kiat
• Apa yang Anda iklankan?
• Apa yang seharusnya menjadi pesan sentral?
• Apakah iklan kooperatifnya sesuai?
• Haruskah anda menggunakan iklan yang sama di semua media?
• Apakah iklan itu menarik dan menahan perhatian?
• Apakah iklan itu memiliki headline yang menarik?
• BARU, GRATIS adalah kak-kata yang bagus untuk digu¬nakan pada salinan Anda.
• Beberapa foto dan garnhar menambah daya tarik.
• Pemilihan media sangat penting.
• Promosi integral apa yang dapat Anda lakukan sabagai pendukung?
Aturan lama
Kontak terbaik dengan pembeli potensial adalah kontak personal.
Aturan Baru
Kontak terbaik dengan pembeli adalah kontak yang efektif.
Inovasi
Inovasi yang membuat perubahan pada struktur industri efektif khususnya jika industri jika industri dan pasarnya di’dominasi oleh satu pro¬dusen atau supplier yang sangat besar, atau oleh hanya sedikit produsen saja. Bahkan jika bukan benar-benar merupakan monopoli, produsen dan supplier besar dan dominan ini telah mengalami sukses dan tak tertandingi selama bertahun-tahun, cenderung menjadi arogan.
Di mana Anda Akan Bertemu?
Anda akan pergi ke kota yang asing dan baru untuk menemui orang¬-orang, untuk pertama kalinya, yang tertarik untuk berbisnis dengan Anda.
Sebagai seorang pengusaha, seperti biasa, Anda memiliki sedikit uang dan tidak mampu menginap di hotel bintang lima—tingga Anda menginap di sebuah motel murah di daerah pinggiran.
Orang-orang yang akan Anda temuii untuk pertama kalinya bisa jadi sangat penting untuk bisnis Anda dan merupakan keharusan bagi Anda untuk membawakan ‘kesan yang tepat’ pada pertemuan ini. Jelaslah bahwa orang-orang yang akan Anda temui juga akan meng¬ukur Anda, dan akan meninggalkan pertemuan kali ini dengan me¬nyimpan kesan yang baru saja didapat.
Membangun Jejaring, Mutlak!
Al Rise dan anaknya Laura dalam Law Number 3: The Law of Publicity antara lain menyebutkan: Publicity in general is more powerful than advertising. Publicity sesungguhnya hanya salah satu bentuk public relation (PR). Law Number 3, seharusnya berbunyi : PR is much more powerful than advertising. Alasannya, selain bisa tampil secara above the line dan below the line, PR atau kehumasan juga mampu menjangkau ke luar (PR ekstemal) dan ke dalam (PR intemal). Yang tak kalah penting, PR mempunyai sentuhan yang lebih halus (subtil), sehingga sering kali dipercaya dan efektif. Fungsi PR dalam kaitannya baik dalam (organisasi) maupun ke luar (intended public) dalam rangka membangun jejaring sangat dahsyat, apabila dikelola dengan sadar, sistematis, komprehensif dan terencana baik.
Teman Adalah Asset
Jaringan usaha atau organisasi nirlaba sering dipahami dan diterjemahkan secara sederhana. Orang selalu setuju pada ungkapan “teman adalah aset”. Apakah membangun jejaring sesederhana seperti menjalin pertemanan? Jejaring yang perlu dibangun antara satu organisasi dengan organisasi yang lain sering tidak sama. Karena, karakteristik dan kebutuhannya berbeda. Maka perlu diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, dengan pihak-pihak mana saja kita perlu membangun jejaring. Bagi dunia usaha, yang perlu dijalin hubungannya antara lain lembaga konsumen, pemerintah (departemen terkait), militer, organisasi keagamaan, LSM, rekanan usaha, institusi penunjang (lembaga keuangan, lembaga pasar modal yang sudah go public) dan para tokoh informal masyarakat. Perlu digaris bawahi, membangun jejaring dalam konteks ini sama sekali berbeda dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), yang umumnya lebih bersifat hit and run serta jangka pendek.
Selain itu, yang tidak kalah penting diperhatikan dan dijalin hubungannya dengan baik adalah mereka yang tergolong intemal concered group, seperti para pemegang saham, karyawan serta manajemen madya atau penyelia. Dalam konteks inilah membangun jejaring semakin relevan, apalagi information technology telah berkembang sedemikian pesat, sehingga perbedaan geografis nyaris bukan hambatan lagi.
Jejaring memang perlu dibangun dengan sadar, sistematis, komprehensif dan terencana baik. Untuk itu, perlu dibentuk departemen (PR), yang fokus menangani secara profesional. Program membangun jejaring melibatkan seluruh jajaran perusahaan. Pelaksana programnya bisa meliputi satpam hingga direktur utama, tergantung pada bentuk kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam konteks ini, semua anggota organisasi pada dasarnya petugas PR perusahaan.
Jejaring yang dibangun dengan baik menjadi aset perusahaan, dan dirasakan manfaatnya baik dalam proses kehidupan sehari-hari perusahaan maupun pada saat terjadi kasus. Malahan, kalau jejaring sudah terbangun dengan luas dan solid kita bangga dan rendah hati boleh mengatakan: “Ini jejaringku”. Benar, manusia perlu pergaulan yang luas, sebab manusia seperti diungkapan Aristoteles adalah zoon politicon.
Kami punya seorang kawan, Amie Primarni namanya. Dia direktur sebuah usaha rumah busana, Rizqita, di Depok, Jawa Barat. Suatu ketika, setelah perbincangan bisnis usai di ruang pertemuan, kami ke tempat parkir. Ternyata, sopir mobil Bu Amie, saat pamit makan, tak kunjung muncul. Setengah jam-an kami menunggu sang pengemudi. Bukan menunggu percuma di parkiran. Kebetulan, ia sedang memerlukan beberapa karyawati baru. Sambil menunggu, ia berbincang dengan beberapa petugas Satpam. Ia iseng bertanya, apa tidak punya saudara atau kenalan wanita yang sedang mencari pekerjaan? Satpam yang disapanya bilang,”Oh, Ada.” Dalam tempo beberapa menit, ia sudah kembali dengan dua buah amplop besar, lamaran kerja. Lalu, dari seorang Satpam lainnya, Amie mendpat dua amplop lamaran lagi.
Ia tersenyum puas. ”Saya perlu beberapa pilihan,meski pun peluangnya tak banyak. Saya punya ruko baru di sini. Bayangkan, kalau pekerja saya adalah kenalan atau saudara Satpam di sini, mereka akan mewujudkan terima kasihnya dengan cara-cara yang kita tak bisa bayangkan. Minimal, toko saya akan dibantu diawasi. Saya punya kenalan yang tak punya interest buruk, karena saudara bekerja di toko saya.”
Begitulah, pembaca, Amie memanfaatkan sedikit waktu untuk meluaskan jejaringnya, di sekitar tempat usahanya. Buat kami, ia entrepreneur dengan kecerdasan sosial, bukan hanya kecerdasan ekonomi.
Membangun Jejaring
Persahabatan merupakan unsur penting dalam hidup kita, sebagaimana hubungan profesional menjadi pusat keberhasilan kita. Karena itu, membangun jejaring menjadi keahlian yang sangat bermanfaat.
Ungkapan “Yang penting bukan apa yang Anda tahu, tapi siapa yang Anda kenal” tidak sepenuhnya benar, tapi hanya separuh benar. Kenyataannya, dalam mengembangkan karier dan bisnis atau menuntun ke arah cita-cita, yang penting adalah siapa yang kenal Anda!
Bakat, keahlian, pengalaman dan kepandaian semata tidaklah cukup untuk mencetak keberhasilan. Justru, hubungan dan kontak dengan orang lainlah yang akan mendorong Anda menuju sukses. Sukses bersifat relatif, karena Anda tahu apa yang Anda inginkan, apa nilai yang Anda anut, serta apa yang Anda mau lakukan.
Anda pasti akrab dengan komputer. Internet, juga bukan lagi sesuatu yang asing. Semua menyadari, internet memberi akses informasi instan, dari yang serius seperti peta investasi lintas bangsa, kebijakan politik, isu-isu kemanusiaan terkini sampai sekadar resep dan anekdot. Bagi wirausahawan, informasi harus bisa ia jadikan “peluru” dalam pertempuran bisnis. Jadikanlah informasi sebagai kekuatan saat ia dipertukarkan. Salah satu cara memperkuat basis informasi, membangun jejaring.
Apakah jejaring itu? Dalam konteks ini, yang kami maksud adalah, proses dua arah yang benar di mana berbagai sumberdaya dibagikan dan diterima. Di dalam proses ini, ada semangat saling berbagi informasi. Ya: informasi! Kalau Anda termasuk tipe pembangun jejaring yang baik, maka Anda akan bahagia saat Anda dapat memberi kepada mitra-mitra Anda, stakeholder jejaring, seluruh elemen yang terlibat dalam “proses saling berbagi informasi” ini.
Sepintas, “berbagi informasi” serasa sesuatu yang mudah. Perlu energi lebih, kalau pertukaran informasi dilekati kepentingan memperkuat performance bisnis. Menerapkan pertukaran informasi dan membangun “jejaring yang efektif” untuk menguatkan sebuah usaha, tidaklah segampang menjelaskannya. Bagaimana agar sukses membangun jejaring? Saran kami, jadilah pribadi yang menjunjung tinggi cara, proses serta tujuan dibangunnya sebuah jejaring. Jangan mengabaikan pentingnya ikhtiar mengembangkan dan memperhalus kemampuan melakukan tindak lanjut. Anda mungkin punya banyak informasi menarik dan potensial melancarkan bisnis Anda, tapi semuanya tidak menjadi apa-apa tanpa tindak lanjut. Sebagai wirausahawan yang berhasrat memperkuat usaha melalui jejaring, fokus tindakan Anda: menyadarkan, bahwa mitra jejaring Anda punya informasi bernilai. Pastikan, Anda temukan argumentasi yang tepat, apa informasi itu, dan bagaimana ia bisa bernilai bagi Anda.
Kembangkan Kontak-kontak Anda
Jika Anda menemukan seseorang yang mampu memberikan inspirasi kepada Anda mintalah bantuan kepadanya
Seorang entrepreneur sukses harus selalu membangun kontak bisnis dan sosial. Dalam hal ini, itikad baik merupakan modal dasar yang tidak bisa dibeli tetapi harus dimiliki. Bahkan ada beberapa perusahaan yang sama sekali menjauhkan diri dari media massa. Saya kira sikap seperti ini tidak bijaksana karena saya tidak percaya dengan pepatah lama yang mengatakan bahwa bentuk publikasi apapun tidak jelek sebab hubungan-hubungan yang baik akan dapat membawa suatu perubahan penting.
Kami punya contoh konkret. Seorang mitra, dua bulan ke depan habis kontrak rukonya di Depok. Padahal, bisnisnya sedang bagus-bagusnya. Apa akal. ”Saya punya banyak teman. Tapi untuk urusan roko, mau tak mau, perlu duit besar di muka. Ini urusan sewa setahun dua tahun dibayar dimuka. Saya tidak langsung berpikir untuk meminjam uang dari bank. Saya harus terbuka pada teman-teman saya. Saya yakin, mereka punya jalan keluar. Hasilnya, saya mendapat apa yang saya inginkan, dan tanpa keluar dana besar!”
Bagaimana kawan kami ini memperoleh rukonya? Padahal harga ruko baru di Pulogadung Trade Center (PTC) tempat yang diincarnya, tak kurang dari empat puluh jutaan rupiah pertahun? ”Seorang kawan, menyewa satu ruko dan food court di PTC yang dibuka awal bulan depan. Begitu penyerahan kunci dan di-launching, ruko dan lokasi usaha yang disewanya tak boleh didiamkan kosong. kalau sampai sekian lama kosong, maka pengelola PTC akan mendendanya sebesar lima juta rupiah. Nah, daripada dia kena denda, satu ruko yang ia siapkan sebagai investasi saja dan belum sanggup segera ia isi, ia serahkan pada saya mengelolanya. Praktis, saya tak perlu sewa, cukup bagi hasil yang perhitungannya nanti setelah usaha ini jalan.”
Luar biasa, kan? Kawan saya ini, tak perlu berhutang ke bank, karena jejaring usahanya, terawat baik. Apalagi, ia akrab pula dengan pers, sesuatu yang sanggup meresonansikan ”success story” dan kredibilitas bisnisnya. Dengan kondisi seperti itu, kawan saya mudah mendapat kepercayaan koleganya. Dalam bisnisnya, ia sedikitnya punya 100 pemasok untuk tokonya, yang rata-rata awet berhubungan dengannya sejak ia membuka usaha tiga tahun silam.
Ubahlah Semuanya Menjadi Peluang
Kesuksesan semata-mata hanya masalah keberuntungan, oleh karenanya hadapilah segala kemungkinan kegagalan.
Anonim
Keberuntungan hanya mungkin terjadi bila persiapan mampu menangkap kesempatan.
Elmer Letterman
Keberuntungan pastilah sesuatu yang berada pada tempat dan waktu yang tepat. Mungkin saja, ciri paling umum yang dapat ditemukan pada orang-orang beruntung adalah bahwa mereka memanfaatkan kesempatan yang mereka dapatkan. Keberuntungan bukan sesuatu yang harus Anda tunggu sambil santai, tetapi harus diraih. Napoleon pemah berkata: Jangan jendral-jenderal brilian, tetapi berilah saya jendaral—jenderal yang memiliki keberuntungan.”
William E. Heinecke, konglomerat yang menuliskan tips bisnisnya itu, pernah menyatakan, ”Saya cukup beruntung menapakkan kaki di Thailand di tahun 1960-an yang penuh peluang. Kami sering mengingatkan kepada tim kami bahwa semakin keras kita bekerja, akan semakin banyak keberuntungan yang akan kita dapatkan. Nasib baik bisa datang dengan berbagai macam bentuk. Bisa lewat peningkatan kesempatan bisnis, orang yang Anda sewa, kontrak personal yang Anda buat serta kesehatan yang Anda nikmati.”
Sebagai pendatang di Negeri Gajah Putih, Heinecke merasa keberuntungannya juga berkat pertemanannya yang kental dan luas di Thailand, hal yang berat ia tingalkan. Untuk itu, ia tak ragu-ragu menolak nasihat orangtuanya untuk meninggalkan Thailand. Ayahnya, seorang koresponden Voice of Amerika, berwawasan luas mengenai masalah-masalah dunia, mengatakan,” Nak, carilah keberuntunganmu di Pilipina atau Iran. Di Thailand tempat yang tidak menjanjikan untuk bisnis.” Heinecke ”bandel” karena yakin, sahabat-sahabat Thai-nya turut berperan penting mem-back up sukses bisnisnya. Apa yang ia dapat?
Kata-kata ayahnya, tak berlaku lagi. Memang, saat 1960-an, gagasan sang ayah masuk akal, karena Thailand saat itu merupakan salah satu negara miskin. Di bawah kepemimpinan Shah dan juga Ferdinand Marcos, ekonomi Iran dan Philipina lebih stabil. Heinecke sendiri, dibesarkan di Asia. Philipina, memang lebih prospektif, persis nasihat ayahnya. Secara ekonomi, Philipina berada di atas Thailand dan karena kehadiran tentara pertahanan Amerika maka ada banyak pengaruh baru di tengah masyarakat Thailand. Di mata Heinecke, ada elemen keberuntungan di dalamnya. Heinecke, adalah pelajaran sukses entrepreneurship dengan pertemanan luas yang terawat baik.
Kewirausahaan
Dibentuk atau Dilahirkan?
Perbedaan antara seorang wirausahawan dengan pengusaha seringkali menjadi pertanyaan bagi banyak orang. Biasanya wirausahawan (entrepreneur) akan dengan pengusaha. Mungkin karena memang kebanyakan pengusaha atau wira¬swastawan.
Menurut Taufik Bahaudin. seorang konsultan manajemen dalam ruang lingkup Manajemen sumberdaya manusia dan pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan yang diidealkan. Perbedaan seorang wiraswastawan dengan seorang wirausahawan adalah wirausahawan cenderung bermain dengan resiko dan tantangan. Artinya. wirausahawan lebih bermain dengan cara memanfaatkan peluang-peluang tersebut. Sedangkan wiraswastawan lebih cenderung kepada seseorang yang memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk membuka suatu usaha tertentu. Seorang wirausahawan bisa jadi merupakan wiraswastawan, namun wiraswastawan belum tentu wirausaha. Wirausahawan mungkin adalah seorang manajer yang mengelola suatu perusahaan yang bukan miliknya. Namun wiraswastawan adalah seseorang yang memiliki sebuah usaha sendiri.
Tanri Abeng adalah seorang wirausahawan yang sukses, namun bukan seoang wiraswastawan karena ia tidak memiliki perusahaan yang dipimpinnya. Bob Sadino merupakan seorang wirausahawan yang juga seorang wiraswastawan yang memiliki perusahaan yang dipimpinnya. Bahkan bukan tidak mungkin pegawai yang bekerja pada pemerintahan dapat disebut wirausahawan karena ia sukses dalam mengembangkan diri dan departemen yang digelutinya. Setiap orang bisa disebut sebagai wirausahawan selama ia dapat memanfaatkan peluang menjadi sebuah tantangan dalam pekerjaannya. Ruang lingkup yang akan dibahas adalah sejauh mana pendidikan kewirausahawan dapat mempengaruhi jiwa seseorang. Ruang lingkup ini akan dipersempit kepada pendidikan kewirausaha yang diberikan di perguruan tinggi.
Perlunya Pendidikan Kewirausahaan
Kecenderungan yang terjadi pada mahasiswa-mahasiswa yang duduk di perguruan tinggi sekarang adalah kebanyakan dari mereka lebih menginginkan pekerjaan yang mapan setelah menyelesaikan pendidikannya. Mereka tidak mau mengawali kehidupan setelah lulus dari perguruan tinggi dengan memulai suatu usaha. Kesuksesan seseorang mereka lihat dari ukuran seberapa makmur kehidupan orang tersebut, berapa besar gaji yang diperolehnya, apakah ia sudah memiliki mobil mewah atau rumah yang indah. Padahal, menurut Taufik, sukses tidaknya seorang wirausahawan bukan dilihat dari sudut pandang kemakmuran dan kesejahteraan seseorang. Namun lebih dinilai dari usaha apa yang telah diperbuat dalam pekerjaannya, baik itu dengan memulai suatu usaha sendiri atau lewat pekerjaan yang digelutinya.
Pendidikan kewirusahaan yang diberikan di perguruan tinggi sekarang ini cenderung kepada bagaimana memulai suatu usaha dan mengelola usaha tersebut dengan baik. Padahal mengacu kepada definisi wirarusaha yang diberikan sebelumnya, wirausaha bukan berarti harus memiliki suatu usaha. Wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan- tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sehing¬ga yang menjadi pertanyaan adalah keberadaan kurikulum pendidikan mengenai kewirausahaan ini. Apakah memang seharusnya mengajarkan bagaimana memulai usaha atau bagaimana menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang usaha ? Kalau yang diberikan adalah bagaimana memulai suatu usaha, maka kurikulum yang ada telah menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi kalau yang diberikan adalah bagaimana menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang usaha, maka akan timbul pertanyaan lain yang lebih sulit dijawab. Apakah seorang wirausahawan/entrepreneur itu dibentuk atau dilahirkan? Ulasan berikut ini lebih membahas pertanyaan yang terakhir tadi.
Dilahirkan atau Dibentuk
Beberapa pakar mengatakan secara umum, jiwa dan kepriba¬dian seseorang itu paling tidak di pengaruhi oleh. dua hal, yaitu bakat dan lingkungan. Mengingat besarnya proporsi kedua faktor yang cukup membingungkan yaitu 50%:50%, maka agaknya hal ini perlu dikaji lebih lanjut. Apalagi dikaitkan dengan dimasukkannya pendidikan kewirausahaan di dalam kurikulum perguruan tinggi sekarang.
Memang akhir-akhir ini sudah banyak pelatihan-pelatihan yang diadakan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta mengenai kewirausahaan. Bahkan di Amerika Se¬rikat sendiri, yang banyak melahirkan ahli-ahli dalam bidang bisnis dan kewirausahaan, sudah banyak kursus-kursus yang memberikan pengetahuan mengenai kewirausahaan. Salah satunya di sekolah bisnis terkenal Harvard Business School. Salah satu pengajar kreativitas dan kewirausahaan di sekolah tersebut, John Kao, menganggap pendidikan kewirausahaan ini cukup penting, mengingat kembali pada besarnya lingkungan yang antara lain adalah pendidikan mempengaruhi bentuk kepribadian seseorang sebesar 5O%. Dari institusi pendidikan juga telah banyak lahir konsep-konsep mengenai bagaimana menjadi wirausahawan yang baik.
Motivasi dan Disiplin Diri
Walau demikian, tetap masih ada dilema mengenai faktor terbesar yang membentuk jiwa kewirausahaan. Apakah memang jiwa kewirausahaan itu bisa dibentuk dari lingkungan sekitar atau tergantung pada bakat yang ada pada diri seseorang tersebut.
Meskipun belum tentu bisa dibenarkan, tetapii ada sedikit pemikiran yang perlu disikapi. Dari sekian banyak buku-buku yang menulis dan membahas tentang wirausaha, ternyata para ahli tersebut merasa masih ada satu hal yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi wirausahawan yang sukses, yaitu motivasi dan disiplin diri. Motivasi dan disiplin diri mendapatkan proporsi yang besar untuk membentuk seseorang menjadi wirausahawan sejati, selain faktor bakat dan faktor lingkungan. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki bakat wirausaha dapat menjadi seorang wirausahawan sejati. Seseorang yang telah banyak mengikuti kursus-kursus, pelatihan-pelatihan maupun kuliah yang membahas mengenai cara mengelola suatu bisnis atau apapun, tetap memerlukan motivasi dan disiplin diri dalam menjalankan usahanya. Motivasi dan disiplin diri merupakan faktor penting, selain faktor bakat dan lingkungan, dalam membentuk seseorang menjadi wirausahawan sejati.
Faktor lingkungan ternyata paling penting tidak masih dapat dibagi kedalam dua hal, yaitu pengalaman dan pendidikan. Keduanya sama-sama memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan jiwa kewirausahaan. Dengan memiliki banyak pengalaman dan mengikuti banyak pelatihan maupun kursus yang sifatnya pendidikan, maka se¬seorang barulah lengkap dapat menuju jalur kesuksesan untuk menjadi seorang wirausahawan sejati. Bagaimanpun pepatah yang mengatakan “pengalaman adalah guru yang terbaik” masih menjadi relevan dalam hal kewirausahaan. Karena buku-buku yang membahas kewirausahaan di dunia bisnis ternyata tidak terlepas dari pembahasan atas pengalaman beberapa praktisi yang berkecimpung di dalam dunia kewirausahaan.
MANFAATKAN OTAK ORANG LAIN
Pernah berbincang, atau membaca kisah wirausahawan senior? Sebagian dari mereka, membanggakan prestasinya bukan karena mereka bersekolah tinggi-tinggi. Mereka membanggakan “kampus hidup”, dengan guru-guru “jalanan” dan kearifan menangkap “ilmu kehidupan”.
Sukses mereka, dibangun dengan realitas bisnis (dan kehidupan global) yang belum serumit zaman sekarang. Karena kerumitannya kian kompleks, wirausahawan memerlukan banyak input, termasuk dari pendidikan. maka, “success story” tempo dulu, diambil saripatinya, kearifan dan kegigihannya, bukan “semangat besar zonder pengetahuan”. Wirausahawan pun untuk sukses, memerlukan pengetahuan dan keterampilan teknis. Bagaimana ia bisa “menjual” kalau tidak mendalami “dagangannya”? Bagaimana meyakinkan orang, kalau ia tidak mengerti apa yang harus ia tawarkan?
Perlunya orang yang mampu dan berpengalaman dalam membantu sebuah bisnis, tidak perlu diperdebatkan lagi. Meskipun demikian, kualifikasi akademik yang bagus, bahkan dari institusi yang paling bergengsi, juga bukan jaminan kesuksesan di setiap tingkatan dalam dunia korporat. Apapun perusahaannya Anda harus memiliki keterampilan teknis atau kemampuan mempekerjakan orang untuk itu. Ini yang saya sebut “bekerja dengan otak orang lain.”
Pendahulu kita, juga orangtua kita sering bilang, “Nak, pergilah ke sekolah (kuliah), kalau tidak, kamu bakal gagal menjalani kehidupan. Kamu tidak bakal sukses.” Oke, niat baik orangtua, kita terima. Tapi sukses, bukan hanya karena kepintaran. Wirausahawan sejati (kebanyakan) menikmati saat ia memimpin, menjadi pengelola usahanya sendiri. Ia memiliki orang-ornag yang bekerja padanya. Karena urusan teknis memerlukan keahlian teknis, sebagai bos, ia harus mendapatkan orang lain yang menguasai ketrampilan teknis itu. Maka ia pekerjakan seseorang yang lebih pintar daripada dirinya. Jika Anda pemilik usaha ini, maka Anda adalah bos yang mempekerjakan tenaga ahli. begitu usaha Anda sukses, selangkah demi selangkah mengisi jagad dunia usaha, bahkan Anda naik terus ke jenjang prestisius dalam bisnis yang Anda geluti, saat itu orang tak lagi peduli Anda pintar atau tidak di sekolah. Bahkan, kampus Anda saja, orang tak lagi hirau. Anda dulu anak siapa, “sesulit apa”, juga tak lagi menjadi perbincangan.
Bicara soal memanfaatkan otak orang lain, David Ogilvy, tokoh paling inspirasional dalam dunia iklan, pernah memberi nasihat. Katanya,”Pekerjakanlah orang yang lebih pintar daripada Anda.” Dengan mempekerjakan orang yang lebih pintar dari Anda, maka Anda akan lebih cepat dan banyak belajar dari mereka. Banyak orang yang lebih pintar daripada Anda pada banyak hal – menulis pidato, membangun tim, yang dengan sadar mengajar anggota tim baru berbagai keterampilan baru. Sama halnya dengan keuangan. Anda dapat belajar akunting dasar dengan cepat kepada akuntan anda.
Perusahaan yang menonjol seperti Coca-Cola, IBM, Microsoft, memiliki orang dengan kualitas menonjol hampir di semua bidang. Pekerjakanlah orang lain, buat mereka bekerja untuk Anda meskipun untuk itu, Anda harus mengeluarkan banyak uang.
Satu hal lagi yang harus diingat, jangan bergantung kepada daftar riwayat hidup dalam mempekerjakan orang, sebab semua itu dapat dibuat dan ditata sedemikian menarik, padahal sesungguhnya itu tidak mencerminkan realita yang ada. Penilaian justru didasarkan pada naluri atau insting dasar yang Anda miliki. Carilah orang yang Anda yakin:
� mampu mengendalikan bisnis
� menunjukkan antusiasme
� mampu memperlakukan staf dengan baik
Miliki orang yang memiliki komitmen untuk mengembangkan bakat. Ini merupakan satu inti kelompok bagi anda. Pastikan bahwa Anda mempekerjakan orang yang tepat, pada tempat yang tepat dan waktu yang tepat.
Bisnis berhasil karena konsep dasarnya bagus, juga naluri wirausahawan terhadap suatu momen. Wirausahawan harus mampu bersikap luwes. Kalau memproduksi bunga plastik tidak menguntungkan, dia bisa cepat berganti memproduksi rambut palsu, lalu mainan dan elektronik. Dengan begitu, perusahaannya bisa menemukan ceruk yang betul-betul menjadi awal yang baik untuk berkembang.
GAYA MANAJEMEN-nya berdasar pada akal sehat dan PERTUMBUHANNYA berasal dari momentum alamiah dan intuisi.
Keahlian bisnis dari bangku kuliah? Oke, ia adalah serangkaian “nilai studi” di atas kertas sertifikat kelulusan. Tapi, itu bukan jaminan sang alumnus sekolah bisnis, akan mampu merintis bisnis. Sebab, dengan gelar dan nilai cum laude sekalipun, sebatas “jaminan” penguasaan administrasi bisnis. Dan administrator bukanlah wirausahawan. Jangan berharap, setelah sukses studi Master of Bussiness Administration (MBA), misalnya, sang alumnus akan mengurus sebuah industri, melibatkan keluarganya total bekerja bersamanya – mungkin tanpa upah dulu – sampai usahanya sukses. Ini bukan “kelas” akademisi bisnis, tapi dunianya seorang wirausahawan dengan energi juang bisnis yang tinggi. Akademisi bisnis, memang diperlukan dalam sebuah usaha, karena perannya berkait erat dengan langkah pembenahan sistem manajemen dan kontrol dalam sebuah bisnis. namun begitu, sang master administrasi bisnis, tidak bisa memulai bisnis itu sendiri.
Jika Anda bekerja dengan orang yang sangat cemerlang dibidangnya dan memiliki beragam bakat dan latar belakang, Anda akan mengembangkan sebuah tim dengan kekuatan dan kelenturan yang baik. Adalah esensial untuk mampu mengenali bakat sejati dan mengembangkannya.
Memakai otak orang lain adalah benar-benar suatu kesenangan jika anda suka permainan dalam tim. Bekerja dengan seorang yang tidak Anda sukai secara aktif, di sisi lain, bisa menjadi sebuah pengalaman yang sangat membuat stress, walaupun mereka sangat cakap dalam pekerjaannya.
Anda tidak akan pemah menyesal bekerja dan berkembang bersama orang-orang berbakat. Orang-orang seperti ini yang akan membuat Anda menjadi wiraswastawan yang lebih sukses. Satu fakta menarik, bisa diperlhatkan di sini, bagaimana figur kharismatik di sebuah di desa tertinggal, menarik ”orang-orang terdidik” untuk berbuat sesuatu didesanya. Ia, figur yang mampu bekerja dengan otak orang lain, meskipun cuma berbekal Sekolah Rakyat ”Ongko Loro” (Angka Dua). Contoh serupa itu, kami temukan di Cijeruk, Bogor Selatan. Ada Haji Zakaria, punya tanah lumayan luas, pendidikannya cuma SR, tapi ia bisa mengoptimalkan lahannya sebagai contoh bagi pertanian di desanya dan desa-desa sekitarnya, saat melibatkan mulai LSM Pertanian Organik sampai Dinas Pertanian setempat, memperlihatkan bagaimana bertani yang baik dan bernilai bisnis.
MASA DEPAN ITU
MILIKNYA SANG PEMBERANI, INOVATIF, DAN PUNYA JIWA WIRAUSAHA
Wah, dunia usaha berkembang pesat! Begitu mungkin, kata-kata yang Anda lontarkan, andai Anda “orang baru” dalam sebuah bidang usaha. Kian dalam, Anda masuki dan dalami sebuah bidang bisnis, kian banyaklah hal baru yang Anda lihat. Apa yang lima tahun lalu belum ada, saat ini sudah begitu massal dan eksis di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, kejayaan yang diraih pengusaha semasa orangtua kita, dalam perjalanan waktu, mejadi “bisnis kuno” yang tersisa kejayaannya dalam kisah-kisah belaka, karena the real bussiness mereka sudah tumbang atau sedang diambang kehancuran. Sudah muncul wirausahawan baru, dengan jurus-jurus barunya yang mulai merajai bidang usaha yang ditanganinya. Usahawan seperti apa, yang berkesanggupan membangun dan mengelola kebaruan demi kebaruan seperti itu? Pasti, ia termasuk pribadi yang gigih, wawasannya luas, kemauannya besar.
Kita juga belum melihat di Indonesia sendiri ada organisasi bisnis yang cukup tangguh merespon kebaruan. Bahkan, peluang-peluang baru, sering lewat begitu saja karena kita belum mampu meresponnya secara baik. Tidak dipungkiri, tantangan pasar lokal maupun global dengan permintaan, selalu meningkat. Pada sisi lain – selain kebaruan-kebaruan dalam bisnis – semangat memberi layanan terbaik berikut inovasi dalam segi pelayanannya, juga berkembang pesat. Siapa bisa mewujudkan idealitas seperti itu, dan sanggup merespon kebaruan, sekaligus kreatif-inovatif di sisi pemberian pelayanan, akan sukses.
Masa depan menjadi milik mereka yang tidak kenal takut, inovatif, yang mengenali betapa pentingnya mengembangkan kepemimpinan wirausaha dalam organisasinya.Jangan lalai meluangkan waktu untuk belajar, menulis, meneliti, memberikan saran, konsultasi, dan terus belajar. Organisasi-organisasi terdepan dunia, tak henti melakukan itu. Kami percaya sepenuhnya pada prinsip bahwa cara terbaik untuk melayani diri Anda, untuk berjuang menjadi yang terbaik yang Anda bisa, adalah dengan cara melayani orang lain. Ada tiga hal yang ingin kami ungkap dalam konteks ini.
Pertama, meski dalam skala yang lebih sederhana, kami memiliki kesempatan untuk belajar melayani yang lain, bersikap kreatif, memimpin yang lain, dan menyelesaikan apa yang kami mulai. Dalam proses itu, yang berangsur luluh dalam pembelajaran, ”bagaimana untuk bertahan hidup” (to get by), daripada untuk membangun kebersamaan (to get on).
Mungkin saat paling kritis yang terpenting dari proses pertumbuhan kami sesungguhnya adalah bersikap kritis. Seringkali terlalu sering kita menjadi lebih ahli dalam menunjuk apa yang salah dari suatu pendapat, daripada yang benar. Karena kita terbiasa berusaha keras untuk bertingkah laku dengan cara yang konsisten dengan apa yang membuat kita merasa nyaman, kita menerapkan cara pandang kritis yang sama terhadap ide-ide baru, inovasi baru dan kreativitas. Segala bentuk dari ‘pemikiran kewirausahaan’ atau ‘kepemimpinan inovatif’ dalam pandangan kita yang terkondisi, justru kerap dianggap: ”sebaiknya dihindari”.
Kurangnya pemikiran kewirausahaan ini berakibat serius. Pertemuan demi pertemuan dalam organisasi bisnis, terlalu banyak berisi ”wacana”, tidak banyak menghasilkan sesuatu yang konkret. Kegagalan wirausahawan, kendati secara kumulatif “sukses” adalah, ketika ditelusuri bagian demi bagian, ditemukan bagian-bagian yang kurang bahkan tidak sukses! Ada sukses besar yang mensubsidi kegagalan bagian tertentu dalam organisasi bisnis yang bersangkutan. Yang parah, kegagalan bagian-bagian tertentu yang “tertutupi” sukses kumulatif organisasi, tak banyak dipersoalkan, atau lalai dipersoalkan. Padahal, ini tidak boleh dibiarkan, karena tidak selamanya sukses kumulatif itu bisa diraih. Sebaliknya, sebuah kegagalan di beberapa bagian, berakibat merusak strategi pencapaian totalitas sukses organisasi.
Kalau diungkapkan dalam momentum yang tepat, dengan cara yang juga tepat, biasanya sebagian besar dari mereka setuju. Dan tindakan kecil namun penting (tapi tidak ditindak lanjuti sehingga terlupakan selamanya) yang didiskusikan dalam pertemuan tim sampai dengan pesan-pesan strategis yang disampaikan melalui pertemuan pleno yang mahal (namun tidak diteruskan sehingga tetap tinggal sebagai pesan yang tidak terkomunikasikan), terlalu banyak penggerak bisnis yang sangat terlatih ternyata bertolak dari pengalaman berpikir dan bertindak sederhana sebagai orang upahan! Anda bisa bertanya, apa salahnya dengan ”orang upahan”.
Bersiaplah mendengar sesuatu yang pedas. Orang-orang semacam ini, hanya mengecewakan apa yang mereka percayai dari instruksi, peran atau tanggung jawab pekerjaan yang diharapkan dari mereka. Tentunya itu dengan persepsi mereka sendiri. Salah satu dari prinsip yang ada dalam buku ini, belajar berpikir kewirausahaan (sebagai wirausaha) daripada kekaryawanan (sebagai karyawan).
Hal yang ketiga, kami terheran-heran selama bertahun-tahun pada jawaban yang saya terima terhadap pertanyaan sederhana yang ditujukan pada lulusan yang cemerlang dan manajer yang sangat berpengalaman, seperti: ‘Mengapa suatu organisasi mempekerjakan Anda?’. Jawabannya bervariasi dari: ”Karena saya memiliki CV/ MBA/ gelar/pengalaman/ pendidikan/latarbelakang/dll. yang baik” sampai dengan: ”Saya dapat mengelola orang/administrasi/sistem kontrol, dll. dengan baik yang berkaitan dengan kebutuhan yang normal.” Padahal, perlu kami tegaskan, suatu organisasi tidak, sebaiknya tidak pada tingkat mana pun, mempekerjakan karyawan dengan kualifikasi tinggi atau berpengalaman baik karena kualifikasi atau pengalaman mereka.
Kalau bukan demikian, lalui apa? Suatu bisnis beroperasi secara sukses ketika dia memberikan hasil yang terukur dan meningkat melalui produk dan layanannya. Sukses suatu bisnis memerlukan tujuh ‘In’ dari eksekutif yang ada:
1. Insight (wawasan) tentang seperti apa masa depan nantinya
2. lntuisi untuk membuat keputusan yang benar
3. Inisiatif untuk bertindak efektif
4. Inovasi untuk mencipta secara berbeda
5. lntegritas untuk mengikuti dengan tekun dan dengan benar
6. lndividualitas untuk menerima kepemilikan
7. Interdependensi untuk menetapkan hal-hal di atas sebagai rekan dalam suatu tim
Organisasi bisnis (bahkan organisasi apapun) perlu serius mengembangkan sumber daya insaninya. Ini kunci mengoptimalkan potensi kreatif, daya inisiatif dan kepemimpinan. Sukses organisasi bisnis di masa depan, dimulai dari ikhtiar simultan pengembangan kepemimpinan kewirausahaan hari ini. Tak ada yang “terlalu dini” dalam urusan pengembangan kepemimpinan, karena dari kepemimpinan yang antisipatif, visoner, bisa dibangun sukses di masa depan.
Disraeli bilang, “Perubahan, adalah sesuatu yang konstan”. Namun hanya sedikit organisasi mapan yang sungguh-sungguh mengakui makna sesungguhnya pernyataan ini, walaupun perubahan bujet sering kali lebih besar daripada keuntungan dari beberapa organisasi, bahkan di sejumlah negara kecil. Rasa puas profesional, kurangnya inovasi dan penghindaran rasa memiliki tidak dapat lagi diperkenankan menyebar dalam bisnis seperti saat ini. Organisasi yang berupaya untuk menghasilkan pertumbuhan positif bagi semua stakeholder yang terlibat, harus mengembangkan keseimbangan nyata antara pemikiran kewirausahaan dan struktur mapan mereka.
Di dalam arena bisnis, hanya sedikit model bisnis yang relevan pada saat ini, baik di tingkat lokal maupun global. Mungkin model yang paling sesuai adalah sebuah gyroskop yang berputar karena kemampuannya untuk tetap seimbang tanpa memperhatikan sudut dan arah. Model semacam ini, sebagai contoh, memastikan bahwa planet yang kita diami menjaga keseimbangan sempurna dari jagad raya. Di lain pihak tanggapan negatif pada suatu gyroskop merupakan suatu proyektil peluru terhadap keseimbangan dan terarah pada sasaran. Model semacam ini yang konstan, namun tetap bergerak, adalah penggambaran yang sempuma untuk penciptaan budaya wirausaha dalam suatu organisasi yang mapan. Dengan setiap arah strategis, seluruh perusahaan bergerak sembari mempertahankan keseimbangan.
Suatu organisasi harus secara penuh memiliki tanggungjawab untuk mengembangkan sumber daya manusianya, dan pada gilirannya potensi kreativitas, inisiatif dan kepemimpinannya mencapai prestasi optimalnya. Organisasi yang ingin mencapai sukses besok akan mengembangkan kepemimpinan kewirausahaan pada hari ini.
Bab-bab selanjutnya secara berurutan menunjukan bagaimana menciptakan organisasi wirausaha karena masa depan menjadi milik mereka yang: Pemberani, Inovator, dan Punya Jiwa Wirausaha
Pengetahuan Saja Tak Cukup
Bersekolah tinggi-tinggi, membuat pribadi pembelajar memperoleh pengetahuan. Tapi belum tentu mereka memiliki ide. Napoleon Hill pemah berkata,”Pikiran adalah benda”. Tapi pikiran biasa tidak akan sanggup membawa kita kemana-mana. Setiap orang punya pikiran, tapi hanya sedikit yang punya ide. Ide, adalah pikiran yang punya arah atau tujuan.
Buat kami, menganggap pengetahuan berharga, maaf saja, itu pandangan keliru. Pengetahuan itu statis, idelah yang berguna. Banyak orang dalam masyarakat kita hanya memikirkan penumpukan pengetahuan sehingga kita mendorong anak-anak kita mengejar pemilikan lembaran ijazah. Einstein pemah bilang,”Pengetahuan yang tidak diterapkan itu tidak berguna. Hanya ide yang bisa mengubah dunia.” Apa gunanya menjadi perpustakaan atau ensiklopedi berjalan?
Mugkin cukup inspiratif bagi Anda, menyimak sidang penghinaan terhadap Henri Ford, pendiri Ford Motor. Koran pemah menyebutnya ignoramus (orang bodoh). Kasus itu dibawa ke pengadilan. Untuk membuktikan bahwa ia memang orang bodoh dan tak berpendidikan, pembelanya menanyakan pertanyaan seperti ini :
”Siapa presiden kesembilan belas Amerika?”
”Berapa mil jarak matahari ke bumi?”
”Apa yang dikatakan dalam Prinsip Archimedes?”
”Berapa akar pangkat dua dari 1?”
Pertanyaan itu berkisar dari sejarah sampai fisika dan matematika dengan harapan bila ia tidak bisa menjawabnya, itu akan membuktikan bahwa ia tidak punya pengetahuan dan memang bodoh!
Henry Ford bosan menghadapi semua pertanyaan itu. Ia sontak berdiri, menghadap hakim.
”Ya Tuhan, mengapa saya harus menyia-nyiakan waktu menjawab pertanyaan bodoh ini bila dengan hanya memencet tombol, saya bisa memanggil ahli sejarah terbaik untuk menjawab pertanyaan dan dengan tombol lain saya bisa memanggil ahli fisika terbaik untuk menjawab dan ahli matematika terbaik untuk menghitung semua soal….”
Semua yang ada di ruang sidang, terdiam. Baru saja mereka mendengarkan kata-kata dari seorang terpelajar dan bijaksana. Tak perlu dikatakan, Henry Ford memenangkan perkara!
Pembaca, kami hanya mau bilang, perbedaan antara pergi ke sekolah dan menjadi terpelajar. Banyak orang menganggap orangtua dan kakek kita tidak terpelajar karena tidak pemah bersekolah. Ini menyedihkan! Beberapa anak bahkan merasa malu akan orangtuanya karena punya orangtuanya petani padi, penderes karet, pemilik binatu atau pedagang kaki lima.
Apakah kita bisa menanamkan seorang lulusan universitas tapi malu akan orangtuanya sebagai orang terpelajar?
Yang menarik, dari semua hal yang berubah dalam 50 tahun terakhir, pendidikanlah yang berubah belakangan.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa seorang ilmuan yang mempelajari hidup dan pemikiran Socrates mendapat PhD untuk itu. Tapi Socrates sendiri tidak punya ijazah sama sekali.
Bila beberapa cerita dan hal-hal yang disampaikan pada halaman ini menantang pikiran Anda, ini pertanda baik. Karena, sebelum kita bisa menghasilkan ide, pikiran kita harus bebas. Itu yang ingin kami capai. Pendidikan harus membebaskan pikiran kita dan bukan menguncinya.
Tujuan pendidikan adalah menggantikan pikiran yang kosong dengan pikiran yang terbuka.
Anda akan memperhatikan bahwa sulit sekali ide muncul bila pikiran terlalu kaku dan terkontrol atau terkondisi. Perhatikan bahwa salah satu penemu terbesar sepanjang masa, Thomas Alfa Edison, hanya bersekolah selama tiga bulan. Henry Ford bersekolah sebentar.
Mungkin spesialis terlalu terbenam dalam pikiran mereka, sehingga mereka tidak bisa keluar untuk memecahkan masalah.
Anda pernah dengar, bukan, tentang Lembah Silikon (Silicon Valley). Itu desa kecil di California. Bukan kebetulan kalau di sini lahir banyak ide. Miliuner yang dihasilkan lembah ini setiap bulan, mengejutkan. Setiap lima hari, sebuah perusahaan go public di Lembah Silokon!
Tahun 1980-an, ”mesin uang” mereka, sektor manufaktur. tahun 1990-an, pebisnis jasa, merupakan gelombang kedua pencetak uang. Pada milenium baru ini, penghasil uang terbesar, adalah kelompok yang bekerja berdasarkan ide. Berikut ini, 20 multimiliuner yang berusia di bawah 40 tahun pada 1 September 1999.
Ini berarti sudah waktunya kita mengubah ide yang dapat membantu kita mendapatkan uang tunai, penjualan atau bisnis, dalam kehidupan sehari-hari.
Bila Anda merenungkan lebih lanjut, bahwa ternyata setiap masalah yang belum terselesaikan adalah karena kita belum memikirkan ide untuk mecahkannya.
”Kekayaan adalah produk dari kapasitas pemikiran manusia.”
Amy Rand
“Orang dengan ide baru adalah orang aneh – sampai ide itu berhasil.”
Mark Twain
Kadang-kadang dalam pencarian kita untuk suatu pemecahan kita tidak boleh hanya bertahan pada cara pikir lama. Masalahnya sejak sekolah kita terkondisikan demikian, kita hanya punya jawaban yang salah atau benar. Hidup tidak semuanya hitam atau putih. Kadang bisa juga berwama abu-abu bahkan seperti pelangi. Cobalah beberapa ide atau metode yang mungkin. Beberapa mungkin kedengaran gila, tapi mungkin juga berhasil.
Harga Sebuah Ide?
Berapakah harga sebuah ide ?
Coca Cola perusahaan raksasa dunia yang memproduksi minuman berkarbonasi dengan jutaan karyawan, penghasilannya 169 miliar dollar pertahun, mereknya dihargai $ US 69, 6 miliar diatas para kampium yang bisnisnya “lebih bergengsi” seperti Microsoft ($ US 64,1 miliar), IBM ($ US 51,2 miliar), GE ($ US 41,3 miliar), Intel ($ US 30,,9 miliar), Nokia ($ US 30,0 miliar), Disney ($ US 29,3 miliar), dan Mercedez Benz ($ US 21,0 miliar).
Pembaca, ide itu mahal. Sering nilainya unlimited. Kalau pun terpaksa harus muncul sebuah angka nominal tertentu untuk harga sebuah ide, lebih karena kepentingan praktis, transaksi atas itu harus berlangsung. Sejatinya, ide sendiri, susah diukur nilainya. Ia bergerak, memberi pengaruh terhadap banyak hal, menciptakan banyak situasi-situasi baru.
Kewirausahaan, adalah “jagad ide” yang akan mati saat ide sudah hilang tergantikan dengan rutinitas mekanistik. Rutinitas itu, sering terjadi sebagai dampak psiklogi dunia formal. Ya, tegasnya: pendidikan formal. Korban-korbannya begitu banyak. Mereka bersekolah, tapi kebingungan dalam menyusun kemauannya sendiri. Berbondong-bondong, mengekori sebuah tujuan tertentu, membuat sebuah peluang kerja, menjadi kian sempit lantaran persaingan amat ketat.
Padahal, segudang fakta menunjukkan, mereka yang “lepas dari belenggu persekolahan dan penjara pengetahuan”, malah melihat peluang dan membangunkan jiwa kewirausahaan dalam dirinya.
Lihat saja, Primagama, bimbingan belajar milik Purdi Chandra, drop out dari Universitas terkemuka, Gajah Mada, kini menjadi satu-satunya bimbingan belajar yang masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) memiliki 297 cabang tersebar di 122 kota di Indonesia dengan 107.334 siswa dengan penghasilan tahunan berkisar 300 miliar (data tahun 2003).
Jangan Pergi ke Sekolah?
Kalau begitu, masih perlukah sekolah? Sangat sesuai jika kata-kata terakhir dari bab ini, kami nukil dari Lerry Ellison, CEO Oracle Corp, orang kedua terkaya di dunia. Pada suatu kesempatan, ia diundang untuk memberi pidato pembukaan untuk wisuda Kelas 2000 Universitas Yale dan ‘diseret turun’ dari panggung sebelum ia menyelesaikan pidatonya. Dibawah ini adalah salinan pidatonya:
“Lulusan Yale University, saya minta maaf bila Anda telah mengalami prolog seperti ini sebelumnya, namun saya ingin Anda melakukan sesuatu untuk diri Anda sendiri. Tolong, lihatlah sekeliling Anda dengan baik. Lihatlah teman di sebelah kiri Anda. Lihatlah teman di sebelah kanan Anda. Sekarang pikirkan ini: 5 tahun dari sekarang, 10 tahun dari sekarang, bahkan 30 tahun dari sekarang, kemungkinannya adalah orang disebelah kiri Anda akan menjadi pecundang. Orang di sebelah kanan Anda juga akan jadi pecundang. Dan Anda di tengah? Apa yang Anda harapkan? Pecundang, pecundang, cum laude pecundang.
Nyatanya, ketika saya melihat ke hadapan saya sekarang, sayatidak melihat seribu harapan untuk masa depan yang cerah. Saya tidak melihat permimpin masa depan dalam seribu industri. Saya melihat seribu pencundang. Anda kesal. Itu bisa dimengerti.
Bagaimanapun, bagaimana saya, Lawrence ‘Larry’ Ellison, seorang yang drop out dari kampus, memiliki keberanian untuk mengatakan omong kosong ini pada lulusan salah satu institusi paling bergengsi bangsa ini? Akan saya katakan sebabnya. Karena saya Lawrence ‘Lerry’ Ellison, orang terkaya di planet ini adalah seorang drop out kuliah dan Anda tidak.
Karena Bill Gates, manusia terkaya di planet – saat ini – adalah juga drop out kuliah, dan Anda tidak.
Karena Paul Allen, orang ketiga terkaya di planet ini, keluar kampus, dan Anda tidak.
Dan berikutnya, karena Michael Dell, No. 9 dari daftar dan bergerak cepat, adalah drop out kampus, dan sekali lagi Anda tidak.
Hemmm…Anda sangat kesal. Itu bisa dimengerti. Jadi biarkan saya mengelus ego Anda dengan menunjukkan, dengan jujur, bahwa diploma Anda tidak diperoleh dengan percuma. Kebanyakan dari Anda, saya percaya, telah menghabiskan empat sampai lima tahun di sini, dan dalam banyak hal apa yang Anda telah pelajari dan alami akan berguna bagi Anda di tahun mendatang. Anda telah membuat kebiasaan kerja yang baik. Anda telah membuat jaringan orang yang akan membantu Anda di jalan. Dan Anda telah membuat apa yang akan menjadi hubungan seumur hidup dengan kata ‘tetapi’. Semuanya itu tentu saja baik. Karena sebenarnya Anda akan membutuhkan jaringan itu. Anda akan membutuhkan kebiasaan kerja yang kuat itu. Anda akan membutuhkan terapi.
Anda akan membutuhkan mereka karena Anda tidak drop out, dan Anda tidak akan pemah berada di antara orang terkaya di dunia. Oh pasti, Anda bisa, mungkin mendaki jalan Anda ke atas ke No. 10 atau 11, seperti Steve Ballmer. Tapi kemudian, saya tidak perlu mengatakan kepada siapa ia bekerja bukan? Dan, ia drop out dari sekolah persiapan. Agak ketinggalan berkembang.
Akhirnya, saya menyadari banyak dari Anda, saya harap kebanyakan dari Anda bertanya-tanya? ”Apakah ada yang bisa kulakukan? Apakah ada harapan untukku?” Tidak ada! Terlambat sudah. Anda telah menyerap terlalu banyak, pikiran Anda tahu terlalu banyak. Anda tidak 19 tahun lagi. Anda memiliki topi yang terbentuk dan saya tidak merujuk pada papan mortar di kepala Anda.
Hmm………..Anda sangat kesal. Itu bisa dimengerti. Jadi mungkin ini waktunya untuk membawa garis perak. Bukan untuk Anda, Kelas 2000. Anda sudah dihapuskan, jadi akan saya biarkan Anda mencari pekerjaan yang mengibakan, yang cek gaji Anda ditandatangani oleh teman sekolah Anda yang drop out dua tahun lalu.
Sebaliknya, saya ingin memberi harapan bagi semua yang masih sekolah di sini sekarang. Saya katakan kepada Anda, saya tidak bisa menekankan ini. Pergilah. Kemasi barang-barang dan idemu dan jangan kembali. Drop out dan mulailah.
Karena bisa saya katakan bahwa topi dan jubah akan menurunkan Anda seperti petugas keamanan ini menarik saya turun dari panggung menurunkan saya.
(Pidato, dihentikan!)
Ya, sudah dikatakan bahwa abad ke-20 adalah abad di mana gelar akademi dari universitas sangat peting, tapi tidak lagi di abad 21. Kecenderungan ini sudah dimulai di AS, Jepang, dan kemudian di seluruh dunia. Banyak yang drop out dan mulai! Bila Anda punya gelar, itu bagus, tapi jangan jadikan itu sebagai halangan. Jangan biarkan ijazah Anda menentukan jumlah yang bisa Anda dapatkan atau apa yang bisa Anda lakukan.
Memulai Suatu Bisnis
1. Mengapa Anda memulai bisnis sendiri?
Tujuan pribadi
- Untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri Anda sendiri
- Untuk membangun perusahaan yang sukses dan menjualnya dengan tujuan
menghasilkan uang
- Untuk membangun dan menjalankan sebuah perusahaan yang berkemhang
- Untuk mendapat penghidupan yang lebih baik ketimbang hanya bekerja untuk mendapat upah
- Untuk membangun sutatu usaha/lapangan kerja untuk anggota keluarga
Tujuan perusahaan
Bisnis
o Mulai dengan lingkup jasa yang luas, namun mengembangkan ceruk untuk pasar.
o Mulai dengan lingkup produk yang kecil dengan sasaran berkem¬bang menjadi pemimpin pasar.
o Menyediakan jasa spesialis untuk menetapkan kelompok industrinya.
Pertumbuhan
o Pertumbuhan maksimum dan penekanan, pasar dengan penahanan keuntungan.
o Membuka jaringan cabang nasional dan/atau menunjuk beberapa dealer/ distributor.
o Perkembangan terus-menerus dan terkendali serta perluasan se¬jumlah x % per tahun.
o Batasan ukuran usaha untuk membatasi jumlah konsumen dan pegawai.
Staf
o Mempekerjakan keluarga dan teman-teman saja.
o Membangun tim berdedikasi yang terdiri dari penampil berkualitas tinggi, dengan penekanan pada loyalitas.
o Menawarkan bayaran dan kondisi yang sangat baik untuk mereka yang berprestasi, tanpa menyediakan tempat bagi mereka yang tak dapat bekerja dengan baik
Konsekuensi Bisnis
o Terkadang menjadi konglomerat, dengan pertumbuhan yang dicapai melalui akuisisi.
o Tetap terfokus pada spesialisasi dan membangtm perusahaan de¬ngan pertumbuhan internal.
o Tetap kecil dengan pertumbuhan sedikit dan berorientasi lokal.
Pertumbuhan
o Pertumbuhan perlahan karena fokus yang dangkal dan orientasi lokal.
o Mengambil banyak risiko, dengan penerimaan utang tingkat tinggi dan kemungkinan pencairan yang seimbang.
o Mengambil rlsiko yang kecil dan telah diperhitungkan untuk men¬jaga/menciptakan pertumbuhan konservatif.
o Menerima beberapa sumber keuangan luar dan pemegang saham.
o Mengamhil risiko minimal, dengan sedikit pinjaman atau pemegang saham tambahan
Staf
o Tidak ada staf, selain sedikit bantuan di saat tertentu atau subkon¬traktor.
o Loyalitas seadanya dari para staf dengan tingkat turn -over yang masih dapat diterima.
o Staf yang loyal dan stabil yang diidentilikasikan dengan dan men¬dukung perusahaan.
o Bisnis keluarga dengan sedikit orang luar dan keraguan untuk berkembang dengan orang luar. Sangat loyal dan nepotis.
2. Beberapa ancaman yang terselubung
Menurut pendapat dan pengalaman saya, terdapat beberapa tuntutan, dan merupakan kesalahan yang sangat lazim dan tersebar luas yang harus di waspadai saat orang meluncurkan usaha, produk dan jasa baru :
- Kebutuhan untuk menyiapkan komitmen 100% ( lebih ) dari usaha mereka untuk membuat usaha atau produk baru mereka berhasil.
- Kebutuhan untuk MENDENGARKAN. Sebelum anda memulai suatu spekulasi bisnis, tanyakan pada konsumen potensial anda apakah mereka bersedia menggunakan jasa Anda.
- Tanyakan bagaimana bisnis atau produk mungkin dapat disempurnakan.
- Pada kebanyakan kasus apa yang ingin mereka beli berbeda dengan apa yang Anda jual.
- Temukan apa yang ingin dibeli oleh konsumen potensial Anda.
Jangan berasumsi bahwa bisnis atau produk Anda itu ‘barang bagus’.
• Banyak oranng mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa bisnis atau produk potensial mereka adalah barang bagus, memproduksi barang yang belum pernah dicoba dan diuji dalam jumlah cukup banyak, dan menolak menjalankan riset pasan apa pun.
• Mereka terlalu takut mengenai biasanya ‘pesaing yang menunggu di luar untuk mencuri ide mereka’ yang sebenarnya tidak pernah ada, dan kemudian menyalahkan dunia luas ketika tak ada yang mau membeli produk di tingkat konsumen dengan syarat dan konsumen yang mereka tetapkan.
• Apakah Anda memahami kultur dan protokol industri di mana Anda ingin, menjual barang Anda?
• Kebutuhan untuk mewaspadai realitas komersial?
• Perlunya riset pasar, dan riset yang terus berjalan dan pengembang¬an.
• Banyak orarg sulit menerima bahwa pengecer, dalam banyak hal akan menghasilkan lebih banyak laba dari sebuah produk diban¬ding produsennya.
• Mungkin perlu waktu berbulan-bulan hingga produk/jasa Anda terbayar.
Apakah Anda memahami bagaimana penjual dan pemasaran di dunia perdagangan berfungsi?
• Banyak orang tanpa latar belakag penjaulan berpikir mereka dapat menjual lebih banyak dari orang-orang dengan pengalaman dan kontak penjualan dan pemasaran bertahun-tahun. Sangat jarang mereka menjual lebih banyak pada seorang sekali pun.
• Apatisme bisnis dan publik secara umum, untuk mengubah dan menambahkan produk-produk baru.
• Penelitian dan pengembangan terlibat dalam produk-produk baru yang paling berhasil dalam 1 hingga 3 tahun. ‘Ide cemerlang’ semalam akan membutuhkannya banyak pengembangan.
• Perlunya anggaran periklanan dan kampanye penjualan dan pe¬masaran yang terintegrasi.
• Perlunya produk yang memenuhi harapan konsumen sebaik sesuai dengan peraturan dan standar industri dan pemerintah.
• Perlunya menyimak konsumen potensial dan memahami apa yang mereka inginkan.
• Konsumen sangat jarang ingin membeli tepat seperti yang Anda ingin jual.
• Anda memerlukan daftar harga/formulir pemesanan dan syarat dan kondisi
perdagangan yang mudah dibaca.
• Spekulan modal bersedia menguangkan spekulan baru yang secara nyata tidak eksis.
• Perusahaan bersedia mengalihkan sejumlah besar uang untuk ‘riset dan pengembangan’ dan ‘izin produksi’ yang secara nyata tidak eksis.
3. Meluncurkan produk, Jasa atau ide baru Anda
Apakah pasar?
Pasar adalah orang-orang dengan:
- Kebutuhan atau keinginan
- Uang untuk dibelanjakan
- Kemauan untuk membelanjakan
Tiga hal dibawah ini merupakan panduan mudah dan cepat untuk di¬terapkan dalam bisnis, produk, jasa atau ide baru mana pun yang Anna selama ini Anda renungkan:
o Apakah ini merupakan pasar yang berkembang?
o Apakah produk-produk ini diperlukan oleh pasar?
o Apakah ini kendaraan bagi penjualan?
4. Anda sebenarnya berbasis pasa bisnis apa?
Jika seseorang menanya¬kan pada Anda mengenai bisnis baru Anda, mungkin Anda menjawab ‘kami menjual bor’. Bagaimana pun, apa yang sebenarnya Anda jual adalah keun¬tungan yang disediakan oleh bor-bor Anda.
Tak seorang pun sungguh-¬sungguh menginginkan bor—mereka ingin apa yang dapat dijalankan oleh bor itu. Anda menjual keuntungan dari bor dan memuaskan kebutuhan dari segmen khusus.
Perbedaan antara menjual dan memasarkan
Memperluas produk Memperluas pelanggan
Perusahaan membuat lalu membutuhkan dan mengirim Perusahaan menentukan untuk menjual produk
Manajemen berorientasi menjual Manajemen berorientasi untung
Perencanaannya berjangka pendek untuk produk dan pasar sekarang Perencanaannya berjangka panjang mendatang dan pertumbuhan yang akan datang
5. Apakah isu-isu ini berhubungan dengan bisnis baru Anda?
• Apahah perubahan di pasar menawarkan kesempatan dan tantang¬an?
• Haruskah Anda memperkirakan ulang berbagai isu di sekitar bisnis Anda?
• Haruskah Anda mengkaji ulang arah bisnis Anda?
• Apakah bisnis Anda sudah terfokus?
• Di bisnis apa Anda (sesungguhnya) berada?
• Apakah permainan utamanya?
• Apakah syarat perdagangan konsumen Anda realitis?
• Apakah Anda membeli pembagian pasar?
• Sudahkah Anda melihat kembali dan menetapkan peran perusa¬haan Anda di milenium baru?
• Apakah manajemen berada di seputar pelaksanaan keeja dan isu harian?
• Atau apakah manajemen mengatur gambaran besarnya?
• Apakah Anda memberi nilai tambah pada bisnis Anda?
• Apakat prospektif konsumen Anda beroperasi dalam kultur berbeda dengan kebutuhan yang berbeda dengan bisnis Andea?
• Apakah Anda menyadari kebutuhan klien Anda?
• Apakah bisnis Anda berorientasi pada pemasaran?
• Apakah Anda menunjukan pada dominasi pasar?
• Sudakah Anda kehilangan obyektivitas Anda?
• Isu lain apa yang akan dilihat orang luar sebagai hal yang penting terhadap terhadap aktivitas bisnis Anda?
• Apakah Anda bersedia berubah?
• Isu lain apa yang mungkin ada?
6. Surat Langsung (Direct Mail)
Beberapa aturan umum untuk pemasaran melalui surat langsung adalah:
- Surat senilai 65 % dari 3 halaman penyerahan.
- Brosur senilai 25% dari 3 halaman penyerahan.
- Formulir pesanan senilai 10% dari 3 halaman penyerahan.
- Tingkat tanggapan 2% dapat dipertimbangkan sebagai rata-rata!
7. Bisnis baru atau peluncuran produk, penemuan produk atau ide baru
Apakah Anda memerlukan bantuan dan saran profesional dengan rnulainya bisnis baru Anda atau mewujudkan ide Anda menjadi sebuah bisnis?
• Suatu rencana bisnis untuk mencakup produk.
• Beberapa riset pasar dasar.
• lnvestigasi besarnya dan volume pasar potensial.
• lnvestigasi dan diskusi mengenai aktivitas pesaing.
• Desain dan dokumentasi strategi penjualan dan pemasaran sesuai dengan produk Anda.
• Pilihan nama dagang, dan permintaan-permintaan mengenai pe¬ngemasan.¬
• Nasihat dalam memenuhi tuntutan pajak penjualan.
• Pengaturan harga grosir dan eceran serta poin harga.
• Persiapan daftar harga yang menarik, berilutrasi, detail dan mudah dibaca.
• lntegrasi pemasaran dengan kampanye periklanan, promosi dan publikasi.
• Stand, pengaturan display dan literatur tempat usaha.
• Pengaturan penjualan nasional serta jaringan kerja distribusi.
• Menjual produk pada tingkat pedagang grosir.
• Penjualan, penerbitan invoice dan pengiriman barang.
• Meraih modal perdagangan dan keuangan.
• Menjalankan penjualan, pemasaran, dan mengiklankan produk Anda.
• Investigasi atas kesempatan lisensi dan royalti.
• Pengembangan pasar ekspor.
• Pertimbangan proposal rencana cadangan.
• Memperkirakan kesempatan sukses komersial.
• Risiko-risiko bisnis.
• Pengembangan berbagai biaya.
• Apakakah produk memenuhi tuntutan pemerlntah dan undang¬-undang.
• Isu-isu lingkunggan hidup.
• Rentang waktu pengembalan pembayaran.
• Penerimaan pasar.
• Keuntungan komersial.
• Apakat Anda cocok untuk mennjalankan perusahaan ini.
• Apakah Anda dipersiapkan untuk perusahaan ini.
• Apakah Anda mampu bekerja dengan modal yang amat kurang.
• Memperkirakan kemungkinan Anda untuk bertahan hidup.
• Kesempatan lebih lanjut untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan.
• Apakah produk itu mengungguli produk pesaing (Jika ya, ia memiliki 3,7 kali kesernpatan untuk berhasil.)
• Apakah produknya benar-benar berheda dari milik pesaing? (Jika ya, ia memiliki 2,4 kali kesempatan berhasil.)
8. Merencanakan Bisnis
Berikut ini adalah daftar agar dipertimbangkan pada tahap sangat awal dalam, merencanakan sebuah, bisnis baru. Jika Anda menyelesaikan satu hal, tempatkan tanda koreksi (,) di depan setiap pernyata¬an.Jika tidak dapat diterapkan pada situasi Anda, ditulis “TD” di awaI setiap pernyataan. Jika terdapat instruksi lain untuk pernya¬taan tertentu, sesuaikan respons Anda. Jika Anda menemukan/mengidentifikasi pernyataan tambahan untuk ditambahan pada daftar cek Anda, selipkan di tempat yang tepat. Seiring kemajuan yang Anda capai sepanjang daftar cek ini. Anda akan merasa ber¬ada pada jalur Anda untuk merealisasikan bagaimana memulai bis¬nis Anda sendiri.
Daftar cek: Menentukan dan merencanakan bisnis
Evaluasi motif dan kemampuan Anda untuk memulai atau mengoperasikan sebuah bisnis sebagai berikut :
Apakah Anda memiliki atau telah menunjukkan… (pilih ‘Ya’ atau ‘Tidak’)
- Kebutuhan untuk mencapai hasil
- Hasrat untuk mencari kesempatan-kesempatan baru
- Kemauan mengambil resiko
- Suatu energi tingkat tinggi
- Kemampuan memulai sendiri, berunding dan membuat kesepakatan
- Hasrat untuk menyusun strategi pusat sebuah bisnis secara pribadi pada prinsip-prinsip Anda sendiri
- Kemampuan memotivasi orang lain dan bergaul baik dengan mereka
- Dukungan dari keluarga (orang tua/pasangan)
- Tanggung jawab penting dan pengalaman kepimpinan di awal karir Anda
- Berpikir kreatif
- Kemampuan melaksanakan ide—ide
- Pelatihan teknis yang sehat
- Pelatihan bisnis sebelumnya dari sekolah
-Tertarik dalam meneliti konsep bisnis yang di tawarkan
- Model peran yang kokoh atau mentor
- Keterampilan dan kecerdasan berpolitik dalam sebuah organisasi
- Kemampuan menyesuaikan gaya manajemen untuk saat-saat tertentu
- Pelatihan manajemen khusus di luar tugas
- Integritas dan kejujuran
- Kemampuan kepemimpinan
- Rajin dan ketahanan
- Pengendalian diri
- Kemampuan merencanakan dan melihat jauh ke depan
- Bakat dan hasrat bagi aktvitas bisnis terfentu
- Ambisi dan etika kerja yang kokoh
- Kecerdasan dan pola pikir pembelajaran yang berkesinambungan
- Keterampilan berkomunikasi secara efektif
- Kemampuan mengambil keputusan yang sehat
- Kemampuan untuk mendelegasikan secara efektif
- Uang yang disimpan untuk diinvestasikan dalam bisnis
Semakin banyak kualitas yang Anda miliki, semakin besar
Anda dapat secara berhasil memulai dan menjalankan sebuah
bisnis
Sebuah Analisa SWOT
Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, Ancaman
Sebagai bagian dari proses peren¬canaan bisnis, suatu analisa dan tin¬jauan atas Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman (SWOT) suatu organisasi harus dilakukan. Ini dapat membantu manajemen dalam mengidentifikasi kompoten¬si, keterampilan, kultur dan sumber daya organisasi yang membedakan¬nya dari yang lain.
Di bawah ini adalah analisa SWOT yang mungkin menjelaskan tentang toko furnitur
KEKUATAN KELEMAHAN
• Berada di tempat yang mudah • Tak ada bisnis lain yang mendukung
terlihat, jalan utama, lokasi di kota di daerah sekitar
• Telah menetap di lokasi yang sama • Tempat parkir terbatas
sama selama 10 tahun • Hanya dapat diakses dari satu sisi
• Arus kas bisnis yang baik jalan saja
• Merupakan spesialis dalam jenis • Bangunan nampak kuno
produk yang sedikit dan terbatas • Ruang pamer memerlukan citra baru
• Perputaran stock yang tinggi • Staf penjualan kurang termotivasi
• Simpanan yang menyedia¬kan • Sarana penjualan yang kurang me-
modal kerja madai di tempat usaha
• Memiliki dasar konsumen, yang kuat • Tidak ada tempat untuk menemui
penjual di tempat usaha
• Pengembalian yang baik atas dana • Jenis produk terkonsentrasi
pemilik
- Apa yang harus saya lakukan untuk mempertahankan kekuatan-kekuatan ini?
- Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini?
KESEMPATAN ANCAMAN
• Merenovasi bangunan yang sekarang • Terdapat banyak pengecer furnitur
dan menciptakan pengembangan baru nasional ddalam radius 3 km
• Meningkatkan jenis dan campuran pro duk • Larangan parkir yang meningkat
• Memotivasi dan melatih staf penjualan • Meningkatnya aktivitas pesaing da-
lam wilayahnya
• Membuat kerja sama baru dengan
dealer
• Membentuk aliansi strategis
- Apa yang dapat saya lakukan untuk menarik keuntungan dari kesempatan-kesempatan ini?
- Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi ancaman-ancaman ini?
Bisnis Macam Apakah yang Harus Saya Jalankan?
Proses enam langkah berikut ini dapat digunakan sewaktu menentukan jenis jenis bisnis yang akan dijalankan :
Langkah 1: Membuat Daftar Problem di Pasar
Langkah 2: Mengidentifikasi Peluang Bisnis yang Bersangkutan
Langkah 3: Menentukan Kemampuan dan Sumber Daya yang Dibutuhkan
Langkah 4: Memproyeksikan Dimensi Finansial dari Peluang-Peluang yang Masih Ada
Langkah 5: Membuat urutan Peluang Menurut Keinginan Pribadi, Nilai Finansial dan Penaksiran Risiko
Langkali 6: Memilih Peluang Bisnis yang akan Dikejar
Setelah Anda mengidentifikasi peluang, mengevaluasi kemam¬puan Anda, dan menentukan profitabilitas potensial bagi setiap usaha bisnis, baru Anda bisa mempertimbangkan untuk memulai bisnis Anda sendiri.
Langkah 1 : Membuat Daftar Problem di Pasar
Di mulai dengan mendengar kepada pasar. Perlu membuat daftar bidang di mana kebutuhan orang-orang tidak dipenuhi dengan cukup baik atau tidak sama sekali. Terutama penting bagi Anda agar tidak membatasi diri hanya kepada satu jenis produk, jasa, atau daerah geografis tertentu. Anda harus memiliki pikiran terbuka dan dasar persepsi yang luas.
Langkah 2: Mengidentifikasi Peluang Bisnis yang Bersangkutan
Perhatian sekarang ini diarahkan kepada apakah setiap problem atau kesenjangan dapat diubah menjadi peluang bisnis. Salah satu hal yang menarik mengenai langkah ini adalah bahwa setiap problem atau kesenjangan dapat membantu terbentuknya banyak peluang bisnis yang berbeda. Ini membutuhkan pikiran yang terbuka dan ketangkasan mental.
Langkah 3: Menentukan Kemampuan dan Sumber Daya yang Dibutuhkan
Proses ini dapat dipercepat dengan dua cara. Pertama, jika Anda memiliki latar belakang yang kuat untuk memulai dan mengelola suatu bisnis, Anda dapat menyewa para spesialis untuk menangani segi”teknis” bisnis. Kedua, Anda dapat mengajak seorang mitra yang mempunyai pengalaman teknis yang baik, sebaiknya dari menyewa orang lain.
Langkah 4: Memproyeksikan Dimensi Finansial dari Peluang-Peluang yang Masih Ada
Mencakup menentukan tingkat yang diharapkan penjualan, pengeluaran, laba, prasyarat modal awal, dan arus kas yang diproyeksikan bagi setiap bisnis.
Langkah 5: Membuat urutan Peluang Menurut Keinginan Pribadi, Nilai Finansial dan Penaksiran Risiko
Setiap peluang kemudian harus diurutkan menurut nilai finansialnya. Ini mencakup penetapan target”laba minimal atau pendapatan atas investasi”. Sekalipun peluang yang tersisa sampai kini tampak memiliki potensi laba, anda mungkin perlu mencoret usaha-usaha yang tidak akan menghasilkan tingkat laba yang memadai untuk mentokong risiko yang ditanggung
Langkali 6: Memilih Peluang Bisnis yang Akan Dikejar
Jika proses enam langkah ini telah mengidentifikasi suatu peluang yang menarik, kini Anda berada pada posisi siap untuk beralih ke langkah “ketujuh”. Anda dalam membangun suatu bisnis akan memberi anda peluang masuk akal untuk mengatasi rintangan
MENCIPTAKAN MASYARAKAT
BERBUDAYA WIRAUSAHA
Lembaga Manajemen FE UI pada tahun 1987 melakukan penelitian dan berhasil merumuskan beberapa permasalahan utama yang dihadapi SME (small medium enterprises): 1. Sebelum investasi masalah permodalan: kemudahan usaha (lokasi dan perizinan); 2. Pengenalan usaha: pemasaran, permodalan, hubungan usaha; 3. Peningkatan usaha: pengadaan bahan/barang; 4. Usaha menurun karena: kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang keterampilan teknis, dan administrasi; 4. Mengharapkan bantuan pemerintah berupa modal, pemasaran, dan pengadaan barang; 5. 60 % menggunakan teknologi tradisional; 7. 70 % melakukan pemasaran langsung ke konsumen; 8.Untuk memperoleh bantuan perbankan, dokumen-dokumen yang harus disiapkan dipandang terlalu rumit.
Pembaca, melakukan switch mental, dari mental ambtenaar ke wirausahawan, bukan soal mudah. Tapi juga, ia bukan sesuatu yang luar biasa sulit. Terlalu lama meyakini, berwirausaha itu sulit, membuat orang cenderung mematikan potensinya. Persis data tahun 1987 di awal bab ini: semua terlalu rumit!
Tahukah Anda, sejumlah orang yang sudah merasa dirinya terlalu lama menjadi orang gajian, mulai tergelitik untuk memiliki usaha sendiri. Keinginan itu diperkuat dengan sering membaca profil sukses wirausahawan yang jumlahnya terus bertambah. Hasilnya, kebanyakan dari mereka kian yakin mereka akan memilih menjalankan usaha sendiri. ”Jiwa wirausaha”, harus dikembangkan di tengah masyarakat, karena manfaatnya bukan hanya bagi sang enterpreneur tapi juga untuk penyehatan perekonomian masyarakat umumnya. Organisasi, sebaiknya mulai menata diri untuk memiliki budaya kewirausahaan. Berikut ini beberapa diantara syarat pencapaiannya.
Kepercayaan dan Kebersamaan
Budaya organisasi harus mencakup ‘pertumbuhan’ kepercayaan timbal balik antar individu di dalamnya. Dalam organisasi berdasar hubungan, orang tidak diatur, tetapi mereka diperlakukan sebagai individu yang layak dipercaya yang berkeinginan untuk membaktikan waktu dan tenaga mereka pada apa ”yang ingin mereka lakukan” dan ”yang harus mereka lakukan”, karena mereka memahami tidak ada pemisah antara keduanya. Jelasnya, harus terdapat jiwa kepemilikan bersama dalam sebuah organisasi, yang membuat individu di dalamnya memiliki komitmen mengoptimalkan kerja. Komitmen semacam itu adalah kondisi yang baik untuk memulai investasi dalam bisnis, sekaligus mengapresiasi sebuah semangat wirausaha yang muncul ditengah-tengah masyarakat.
Pembelajaran Kepemimpinan Wirausaha
Ada yang dihantui rasa berat, bahwa keragaman amat sulit beroperasi secara sepakat dalam menerapkan strategi pokok. Menurut kami, yang diperlukan adalah kesanggupan untuk sepakat memanfaatkan seluruh kekuatan, saling melengkapi dalam sebuah ikhtiar kesatuan tujuan. Dengan kepemimpinan semacam ini fokus keberhasilan sudah jelas. Tanpa itu, keragaman memang menjadi ”hantu” penghambat pencapaian tujuan. Kata simpulnya, tidak lain:
Keragaman yang mencapai kesepakatan bulat, melengkapi kekuatan para pemimpin untuk mencapai tujuan yang mempersatukan.
Saling Sokong Inisiatif Wirausaha
Kebanyakan organisasi mapan beroperasi dibawah kepemimpinan yang terpusat. Desentralisasi bisnis yang melahirkan unit-unit yang terpisah, dibangun di bawah arahan penyokong yang terpilih dan berkemauan untuk mendukung insiatif-insiatif ini. Sokongan ini, tentu saja, harus berasal dari tingkat tertinggi dengan kemampuan pengambilan keputusan penuh.
Kegiatan pendampingan penasihat, penyokongan dan pemberdayaan penting dalam mendukung para wirausahawan dalam unit bisnis yang baru. Para penyokong/pendamping, menyediakan sumber dan saluran untuk pengembangan kewirausahaan dan belajar, serta diterapkan secara konsisten.
Arahkan Tim Wirausaha
Sebelum menyinggung “arahan”, kita kenali tim wirausaha. Butir-butir berikut ini, menjelaskan tim wirausaha:
Dimotivasi oleh rangsangan kesempatan pasar yang telah diidentifikasi untuk dikejar.
Kualitas tim wirausaha adalah faktor yang menentukan sukses dalam perusahaan yang sangat menguntungkan. Suatu tim wirausaha terdiri dari anggota pendiri suatu perusahaan baru atau unit bisnis sokongan.
Penting bahwa suatu tim diperlengkapi peningkatan kekuatan dan pengetahuan. Merupakan tugas pimpinan wirausaha untuk menyatukan dan menumbuhkan lapisan-lapisan ini menjadi tim kerja yang terintegrasi.
Cara pikir yang beragam, dilengkapi “kekuatan” dan “kesepakatan untuk tujuan yang dominan”, penting bagi tim yang tepat sebagaimana campuran “keterampilan manajemen” dan “wirausaha”.
Mengandung kesetiaan dan kepercayaan, efektivitas kerja kelompok pengambil keputusan
Saat menyusun tim yang spesifik dalam sebuah perusahaan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai tambahan adalah :
Apakah si calon memiliki pengalaman dalam industri spesifik itu?
Apakah mereka memiliki catatan yang membuktikan kompetensi mereka dalam inisiatif berwirausaha?
Akankah mereka memiliki kredibilitas pada industrinya dan rekan timnya?
Jaringan kerja atau sumber daya apa yang mereka bawa untuk tim?
Apakah mereka termotivasi untuk menjadi bagian tim, unit dan diarahkan oleh inisiatif?
Hargailah Tingkah Laku Wirausaha
Masyarakat kita sering mencemooh bila ada yang berprofesi sebagai wirausaha, terlebih bila ia berpendidikan tinggi, S2 apalagi S3. Ini tidak terlalu mengherankan karena stigma berpikir masyarakat kita yang sudah sedemikian terpola: “Setelah lulus sekolah lalu kerja!” Sangat jarang yang berpikir, setelah lulus menciptakan pekerjaan. Manusia dalam katagori ini sering dibilang orang gila, nggak waras, bodoh dan sederetan kecaman lain. Barulah setelah berhasil, semua orang akan mendekat. Bukankah semua usaha yang dilakukan para entrepreneur sukses pada awalnya dianggap gila hingga ia berhasil?
Karenanya ambil setiap kesempatan untuk menunjukkan pada kolega, rekan dan tim Anda bahwa Anda percaya pada mereka dan memiliki keyakinan pada kemampuan mereka. Tinggallah dalam perusahaan dan tetap dalam kendali jika Anda suka, namun bertingkah lakulah sebagai pemimpin yang membantu dalam hubungan rekanan. Hargailah rekan Anda untuk memiliki saham dalam perusahaan.
Bangunlah Jaringan Kewirausahaan
Jaringan dan berhubungan dengan jaringan selalu merupakan fondasi kuat untuk membangun bisnis. Karena kita hidup di zaman pekerja berpengetahuan yang dioperasikan di bawah paradigma yang diarahkan oleh mutu tinggi dan hubungan baik, dasar tersebut sangat penting untuk keberhasilan.
Dengan database berlimpah, digabung keuntungan praktis yang disediakan internet, diperoleh akses untuk berhubungan ataupun untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sebelum era internet, belum pernah ada jalan semudah ini. Saat ini, dengan sentuhan jari, pengetahuan yang dipilih beserta detailnya dapat dikirimkan dan diterima. Tidak mengherankan inisiatif bisnis wirausaha dapat bergerak dengan cepat dan mudah tumbuh dengan baik dan kuat.
Terlalu banyak organisasi yang memiliki unit yang menyimpan banyak hal untuk mereka sendiri dan cemas unit tetangga mencuri ide-ide mereka. Kurangnya hubungan dalam organisasi adalah alasan utama mengapa organisasi tersebut kehilangan kesempatan. Saat kekuatan semua sumber daya dibawakan bersama-sama, tercapai keberhasilan yang lebih besar. Sekali Anda melakukan kontak, pelihara mereka. Mereka adalah sumber daya wirausaha.
Ada cerita dari sebuah sudut Jakarta, puluhan tahun silam. Saat itu, sudah masyhur, bahwa perputaran uang terbesar di Indonesia terletak antara Glodok dan Jembatan Tiga. Konon di daerah Jembatan Tiga, ada kedai mie yang dikenal sebagai mie Toko Tiga. Di situ sering menjadi tempat mangkal para tauke. Bila ada yang ingin melakukan bisnis dan butuh uang, tak jarang mereka hanya mengambil secarik kertas bekas pembungkus rokok, menulis sedikit catatan diatasnya serta sejumlah angka dan menandatanganinya. Dengan bekal kertas bekas rokok tersebut si pembawa dapat melakukan peminjaman uang ke jaringan mereka di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri. Tapi jangan coba-coba mengingkari kepercayaan apalagi menipu. Sekali jalan ditutup tak kan terbuka lagi seumur hidup bahkan hingga tujuh turunan.
Masih soal “jaringan” yang dirawat baik, ada contoh menarik tentang sumber daya modal yang mengalir dengan amat sederhana. Seorang kawan, mendapat cerita tentang bagaimana rekannya – seorang keturunan Tionghoa, secara rutin memperoleh kiriman dana segar dari rekan-rekannya. Usaha riilnya, melayani pengobatan alternatif tusuk jarum. Tapi bukan dari urusan pengobatan itu, ia memperoleh dana relatif lancar. “Bisakah kamu mengatakan, berapa orang yang benar-benar kawanmu? Lalu siapa diantara kawan dekatmu, yang rela memberimu sekadar uang pertemanan setahun sekali dengan nilai nominal tertentu. Setahun sekali, Bung. Takkan ada yang keberatan. Nah, modal saya, cuma telpon genggam dan pulsa. Saya ingatkan kawan-kawan saya, uang pertemannya tahun ini, saatnya ditransfer.” Nah, dengan mengirim pesan seperti itu, si shinse kecil-kecilan ini mendapat dana rutin, setiap hari dari orang yang berbeda. Semuanya, dari kawannya!
Saat istri kawan saya ini sedang menanti kelahiran anaknya yang ketiga, ia dalam situasi tongpes (kantong kempes)! “Duitku cuma ada satu jutaan di tabungan. Paling sedikit, kalau istriku melahirkan normal, bisa habis sejutaan lebih. Kalau ada masalah, bisa lebih besar. Aku khawatir sekali. Lalu kuingat kawanku, si shinse itu. Semua nomor ha pe kawan yang ada dalam ha pe ku, kukirimi SMS, memberitahu mereka, saat ini aku sedang berdebar-debar menunggui kelahiran anak ketiga di rumah sakit. Habis itu, aku pasrah saja. Beberapa kawan membalas, menanyakan nomor rekeningku. Eh, tak lama, paginya, setelah kulunasi duapertiga biaya persalinan, aku masih punya tunggakan. Kujanjikan kepada petugas adminsitrasi, siang itu juga kekurangannya akan kulunasi. Kawan, tahu apa yang terjadi saat aku periksa saldo di rekeningku. Saldo tabunganku, bertambah dua kali lipat. Lebih dari cukup untuk melunasi tunggakan biaya istri melahirkan. Bahkan esoknya masih ada beberapa transfer susulan.”
Pembaca, kisah tauke Jembatan Tiga, shinse dengan sumbangan pertemanannya, dan kawan saya yang baru melahirkan anak ketiga itu, adalah contoh, betapa penting merawat “jaringan”. Jaringan, adalah sekumpulan individu yang memiliki rasa respek terhadap diri kita, karena kredibilitas pertemanan kita yang bisa diandalkan. Bisnis, di zaman kapan pun, akan eksis dengan kredibilitas semacam ini. Kewirausahaan, memang bukan cuma soal “uang” tapi juga “jaringan”. Dunia perubahan sosial menyebutnya sebagai social capital.
MENJADI BOSS BAGI DIRI SENDIRI
Anda mulai panas? Anda pikir Anda sudah mempunyai apa yang diperlukan untuk menjadi seorang wiraswastawan? Anda sudah baca semua kisah sukses tentang orang lain dan itu membuat anda ”kepanasan”? Benar, pembaca, kalau itu terjadi, tiba saatnya untuk menjadi boss bagi diri Anda sendiri. Tapi, apakah Anda sudah siap meninggalkan pekerjaan yang bagus dan nyaman dengan gaji bulanan, kantor modern, sekretaris yang efisien, dan perasaan aman yang datang pada saat anda bekerja untuk sebuah organisasi yang mapan?
Seorang teman yang telah bertahun-tahun bekerja pada perusahaan penerbangan nasional terbesar, dengan ribuan staf, gaji jutaan, fasilitas lengkap, tiba-tiba saja memutuskan keluar dan berwirausaha. Kata-kata yang pertama diterimanya adalah,
”Apakah kamu gila?”, ….”Kamu menghancurkan sebuah karir yang menjanjikan”…..dan caci maki lainnya. Belum lagi perasaan anak-istri, orangtua dan saudara lainnya yang tidak bisa berucap…
Diperlukan keberanian besar untuk menulis surat pengunduran diri. Masih yakinkah Anda mempunyai segala sesuatu yang akan mengantarkan Anda menjadi seorang wiraswastawan sukses? Lalu apa yang akan Anda kerjakan? Peraturan pertama kewirausahaan, latihlah diri Anda untuk melihat kekosongan atau celah di pasar, lalu mengisinya.
Lihatlah sekeliling Anda. Lihatlah orang di jalanan, mereka yang duduk di belakang mesin jahit, pelayanan apa yang akan dia berikan? Lihatlah wanita perempuan penjual sate ayam di dekat penginapan murah itu, mengapa ia pilih lokasi itu? Bagaimana dengan hotel baru di jalan utama itu, mengapa bisa begitu sukses? Bagaimana dengan orang yang bekerja di bagian komputer itu bisa sangat sukses dalam bisnis program perangkat lunaknya sendiri?
Ada satu jawaban singkat untuk semua pertanyaan ini: bisnis ini eksis karena ada yang membutuhkan mereka. Tidak peduli apakah Anda berusaha dengan paha ayam, rumah makan bagus atau website. Atau, apakah anda berbicara tentang putaran harian Rp100.000 atau Rp.100.000.000. Dari mulai Tanah Abang – Jakarta Pusat, Glodok – Jakarta Pusat, bahkan daerah Sawangan, Depok Privinsi jawa Barat, prinsipnya sama:
� Keberhasilan dalam bisnis
� Bekerja dengan prinsip
� Menemukan sebuah kekosongan
� Dan mengisinya!
Ketika dunia laki-laki digemparkan dengan ditemukannya pil biru Viagra yang sebenarnya adalah obat pemacu jantung, tapi kemudian jadi pemacu organ kejantanan pria, beberapa tahun lalu serentak seluruh dunia mempublikasikannya (ingat, Viagra tidak pernah beriklan di media manapun). Hasilnya, Viagra menjadi product of the year dan menghasilkan miliaran dollar bagi penemunya.
Kasus Viagra di dunia, rupanya memberikan inspirasi bagi Simon Jonathan. Setelah sebelumnya sukses melahirkan Extra Joss, yang menghasilkan ratusan miliar, kemudian muncullah Irex yang kurang lebih sama fungsinya dengan Viagra. Dengan tag line ”Kado Ulang Tahun Mama”, dan dikemas dengan iklan yang diperankan oleh laki-laki kurus kering dan loyo, tiba-tiba menjadi perkasa setelah meminum Irex, hasilnya, produk ini meledak di pasaran. Ya, mereka jeli melihat peluang, kekosongan dan mengisinya.
Lalu mengapa bukan Anda yang melakukan ini? Jika Anda yang pertama menawarkan kepada publik sesuatu yang dibutuhkan publik dan tidak didapatkan dari orang lain, atau jika Anda berhasil mengantisipasi sebuah kebutuhan di masa depan, Anda memiliki sebuah kesempatan bagus untuk menjadi kaya. Sampai saat adanya kompetisi, Anda akan memiliki semua pasar itu sendirian.
Sejarah memberikan banyak contoh wiraswastawan yang menjadi sukses dengan memenuhi atau mengantisipasi kebutuhan akan produk baru. Isaac Merit Singer memproduksi mesin jahit yang cocok untuk bekerja di ruang terbatas, bahkan di dalam kamar sekalipun. Henry Ford memakai metode jalur perakitan untuk memproduksi mobil yang bisa dibeli orang biasa. George Eastman melihat kebutuhan akan kamera kecil yang bisa dibawa-bawa. Ray Krock dari Mc Donald melihat potensi usaha waralaba makanan cepat saji.
Darimana datangnya gagasan-gagasan seperti itu? Ada tiga macam sumber gagasan.
Pertama, pekerjaan Anda. Pekerjaan yang sudah Anda kerjakan bisa menjadi sebuah potensi sumber gagasan, Karena disitulah naluri bisnis Anda sudah dikembangkan.
Kedua, hobi atau minat Anda di luar pekerjaan, karena itu adalah sebuah wilayah lain dimana Anda memiliki suatu perasaan alamiah.
Sumber ketiga, adalah apa yang sering disebut orang sebagai ”observasi pejalan kaki”, atau mengenali sebuah peluang melalui suatu perjumpaan biasa, atau suatu insiden dalam kehidupan sehari-hari Anda.
Kalau Anda yang pertama, maka Anda tidak harus brilian. Nanti Anda akan memiliki waktu untuk mengembangkan dan memperbaiki segala sesuatu yang pemah Anda lakukan. Tapi ketika yang lain mulai berkompetisi dengan Anda, maka Anda harus menjadi yang terbaik.
Bekerja Keras
Nasib seorang wiraswastawan tidak mudah. Anda harus bekerja keras. Namun, karena Anda bekerja disebagian besar waktu Anda, pasti ada harga yang harus dibayar. Korban pertama adalah kehidupan sosial Anda. Waktu untuk berkencan, untuk keluarga, bahkan untuk bersenang-sengang tidak akan anda miliki pada masa-masa awal menjalankan bisnis anda.. Bisa-bisa ini menjadi sebuah kehidupan yang sunyi.
Dalam keadaan seperti ini Anda sangat beruntung apabila memiliki kekasih atau seorang istri yang setia menemani dalam suka maupun duka. Karena menjadi seorang wirausahawan juga adalah masalah daya tahan. Seperti mendung di musim hujan. Setelah hujan pun turun, langit akan menjadi cerah kembali.
Ada kompensasi. Semakin keras Anda bekerja, maka Anda akan semakin beruntung. Kami punya rekan, namanya Apiko Joko Mulyono. Dia, ”cuma” reporter di tabloid keluarga muslim, Fikri namanya. Sebagai employee — kalau mengikuti teori kuadran Robert T. Kiyosaki – berkat dorongan kami, dan ”keahlian interpersonalnya”, berkomunikasi, ia kami desak menjadi jurnalis ”semi-bisnis” dalam arti, memfungsikan ketrampilan jurnalistik dan lobbynya untuk menulis soft advertorial. Meski awalnya agak ogah-ogahan, ia memula peran-peran semacam copywriter, penulis artikel soft advertorial di tabloidnya (maksudnya: rubrik bernuansa promotif, dengan dua macam kompensasi: penjualan langsung dalam jumlah minimal tertentu, atau semi-iklan). Bung Apiko, meskipun masih sayang profesi jurnalistiknya, mulai menjalankan tugas barunya.
Hasilnya? Luar biasa untuk reporter yang sepanjang empat tahunan bekerja, murni sebagai jurnalis. Apiko berhasil mencapai targetnya. Ia memang bekerja keras, dan agak mengorbankan waktunya untuk keluarga. Bukan itu saja. Ia ”tebal muka” dicibiri sebagai ”jurnalis matre” (materialis, Pen.), karena artikelnya kian selektif pada isu-isu yang ”bergizi” alias bisa menghasilkan ”penjualan langsung” ataupun ”semi advertorial”. Akibat lanjutnya, bisa ditebak. Dari ”main-main” jadi serius. Bossnya, pemimpin perusahaan tabloid Fikri, malah menargetkan jumlah tertentu perminggunya harus ia capai. target itu, tercapai, bahkan beberapa kali terlampaui. Apa yang ia kerjakan, semua orang di perusahaannya tahu. Meski pun berisiko dilecehkan, Apiko tahan banting. The show must go on. Apa yang dikerjakannya, menginspirasi unit bisnis lainnya di bawah payung holding yang sama.
”Syukur, istri saya sangat pengertian. Untuk kerja keras itu, saya bisa menabung dengan nilai yang lumayan dibanding rekan selevel saya. Saya bisa membeli sepeda motor secara tunai, dalam tahun kedua saya bekerja. Itu sesuatu yang tidak saya bayangkan sama sekali, bahwa saya mampu membelinya.” Itulah Apiko, yang karena masih sayang pada profesi jurnalistiknya, mengaku baru menggunakan belum separuh dari potensi enterprenership yang ada dalam dirinya.
”Seseorang yang bekerja 16 jam sehari akan sampai ke tempat yang ingin dicapainya dua kali lebih cepat daripada orang yang bekerja 8 jam sehari.”
David Ogilvy
Ketekunan
Jaques Cousteau, penyelidik, penemu dan ahli lingkungan dalam sebuah wawancara dengan Eugene Grisham penulis buku Achievement Factors dalam sebuah wawancara di atas sebuah jet carteran menuju Atlanta, mengungkapkan pendapat menarik. Kami kutip untuk Anda.
”Bagaimana Anda bisa mengerjakan semua itu?” Cousteau terdiam beberapa saat, lalu menjawab.
”Saya keras kepala – kalau saya punya suatu maksud di kepala saya…saya membuat daftar hal-hal untuk main-main: Amazon, Haiti, kapal Angina. Saya mencoba, dan saya tidak punya uangnya. Saya mencoba lagi, dan saya tidak dapat uangnya, dan setelah sepuluh tahun saya mendapatkannya.”
Dengan bijaksana, dengan penuh tekat dan ketekunan, selalu mengejar apa yang ia inginkan, kadang cepat, kadang-kadang pelan, ia telah mengalami kemenangan-kemenangan. Pada tahun 1943, tabung oxygen (Aqualung) yang ia kembangkan dengan Emile Gagnan, memberi kesempatan petualangan di bawah air, membuka dunia di bawah air untuk berjuta-juta penyelam scuba. Lalu ia kembangkan keterampilan sebagai seorang ahli fotografi di bawah air, dan pada tahun 1956, ia menangkan Oscar untuk The Silent World. Sembilan tahun kemudian ia sekali lagi memenangkan oscar untuk World Without Sun. Saat ini usianya 80-an. Dan kakek Cousteau masih bekerja, masih memeriksa hal-hal yang ia catat dalam daftarnya, menyusun daftar, lalu mengeksekusi satu persatu daftar targetnya.
Fokus
Logika ”focusing”, meminjam fenomena matahari. Mahakarya Tuhan ini, sumber energi yang amat kuat, yang setiap jamnya menyinari bumi dengan jutaan kilowatt energi. Siapa pun, bisa ”mandi matahari” berjam-jam dengan risiko yang ringan.
Bagaimana dengan laser? Seberkas sinarnya, adalah energi lemah. Ia hanya membutuhkan beberapa kilowatt energi tetapi bisa difokuskan menjadi sebuah pancaran cahaya yang koheren. Dari seberkas cahaya laser, temuan ilmuwan bisa menggunakannya untuk dari memotong baja sampai mematikan sel kanker.
Beralih pada perbincangan sebuah usaha. Anda bisa menciptakan efek yang sama: sebuah kemampuan kuat laksana laser untuk mendominasi sebuah pasar. Itulah yang kami maksud sebagai ”tindakan memfokuskan”.
Ketika sebuah usaha menjadi tidak fokus, ia akan kehilangan kekuatannya. Usaha itu menjadi seperti matahari, menyebarkan energinya terlalu banyak produk, di pasar yang terlalu luas.
Konsentrasi, kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada tugas yang dihadapi, dan dalam jangka panjang, berkonsentrasi pada suatu karier, merupakan satu segi dari fokus. Tetapi bukan hanya itu. Segi lainnya, intensitas. Intensitas melibatkan kemampuan untuk menyalurkan sejumlah besar tenaga pada tugas yang dihadapi. Menjalankannya sebagai kebiasaan, akan meningkatkan karier Anda. Secara analog, fokus mempunyai pengaruh yang sama terhadap pekerjaan seseorang, bak lensa pembesar yang dipegang di atas sehelai kertas pada hari yang cerah. Memegang lensa dengan sudut yang tepat, membuat sinar-sinar berkonsentrasi pada satu titik, sanggup membakar kertas itu.
Prioritas, masuk dalam gagasan fokus. Jangan segan-segan mengubah dan menaruh yang paling penting sebagai nomor satu jika sesuatu yang tak terduga muncul. Bekerjalah atas dasar prioritas.
Tahukah Anda, apa rahasia
nomor satu sukses? Prioritas.
Helen Gurley Brown
Tentukanlah apa prioritas puncak dalam pekerjaan dengan berpikir secara cermat untuk apa perusahaan mempekerjakan Anda. Banyak orang membuat kesalahan dengan bekerja keras untuk tiap tugas yang mereka hadapi, tanpa atau dengan sedikit sekali memperhitungkan pentingnya tugas-tugas itu. Pada akhir hari, mereka akan sangat kelelahan, sambil memuji diri sendiri karena semua pekerjaan sudah diselesaikan. Sayangnya, ada saja yang tanpa sadar sudah membelakangkan pekerjaan penting (important) dan mendesak (urgent). Penting saja, mungkin bisa saja bukan di uturan teratas, tapi urgent, sesuatu yang terkait dengan deadline, yang tak bisa tidak, ia didahulukan atau sesuatu yang buruk menghadangnya.
Letakkanlah surat-surat, memo-memo dan peringatan-peringatan tentang semua tugas lainnya yang menunggu dalam map-map dengan tanda prioritas A, B, dan C.
Alan Lakein, Konsultan Manajemen Waktu
Membahas soal fokus, bisa kita mengutip pendapat Eugene Grisham dalam Achievement Factor, buku best seller dunia itu. Ia bercerita tentang faktor-faktor sukses hasil wawancara bertahun-tahun dengan tokoh-tokoh sukses dunia. Kesimpulan buku itu cuma satu: “Untuk sukses besar dalam suatu bidang, apapun bidangnya, dibutuhkan waktu setidaknya sepuluh tahun dengan tetap berfokus pada bidang tersebut.”
Kami yakin benar dengan kesimpulan buku itu. Kami punya bukti, seorang yang cukup kami kenal, sejak lulus SMA, hidup dari berdagang dan tak pemah berpindah-pindah bidang usaha kecuali pada produk rumah tangga yang sangat digemari kaum ibu. Kenyataannya, tak sampai sepuluh tahun, ia sukses di bidang yang digelutinya. Itulah kekuatan fokus.
Bak air yang menetesi sebuah batu, setetes demi setetes; hari berganti hari, tahun berganti tahun, pada saatnya, kita akan terkaget-kaget melihat kenyataan bahwa batu tersebut telah menjadi cekung hanya karena tetesan air.
PARADIGMA BISNIS DI ERA MILLENIUM
Begerak adalah awal kesuksesan bisnis
ZAMAN semakin maju, dan waktu terasa cepat. flu barangkali, yang kita rasakan saat ini. Maka, agar kita tidak ketinggalan zaman, sebaiknya entrepreneur harus lebih mampu bergerak cepat. Lebih proaktif, dan berani mengambil risiko. Dengan dernikian, kita akan lebih mudah mengantisipasi kemungkinan munculnya berbagai kendala bisnis yang mungkin terjadi. Bukan, bersikap seperti dulu, yang hanya reaktif dan menghindari risiko.
Saya jadi teringat dengan Rupert Murdoch, yang melangkah cepat dalam bisnisnya. Pada saat boss perusahaan lainnya masih terlelap tidur, ia selalu menjadi penelpon pertama untuk inelakukan negosiasi bisnis. Dengan bergerak cepat, ia mampu mengambil keputusan lebih cepat dan pesaingnya. Bagi Murdoch, bergerak lamban adalah milik mereka yang kalah. Langkah semacam ml, saya kira menux~ukkan, jika kim tidak bertindak dan bergerak, tnaka bisnis yang kita geluti sekarang akan sulit bergerak xnaju. Karena, pada dasamya, bergerak adalah awal kesuksesan bisnis kita.
Dalam konteks ini, saya sependapat dengan Matthew I Kiernan, penulis “The Commandments of the 21st Century Management” yang mengatakan, bahwa dalam bisnis telah terjadi pergeseran paradigma. Jika, di abad ke-20, bisnis kita lebih terkesan stabil dan bisa diprediksi, namun di abad ke-21 atau di era millenium ketiga ini, perubahannya cenderung terputus-putus. Begitu pula, bisnis kita yang dulu Iebih didasarkan ukuran dan skala, tapi kini lebih pada kecepatan dan responsif Kepemimpinan, kalau dulu banyak dilakukan dari atas, kini dilakukan semua orang. Maka tak mengherankan bila dalam menjalankan bisnis di era milenium ketiga ini, memang dituntut untuk lebih luwes, tidak kaku. Sebab, perjalanan bisnis lebih dikendalikan oleh visi dan nilai-nilai, dibandingkan sebelutnnya yang semata-mata hanya dikendalikan peraturan dan hirarki. Selain itu, kalau kita dulu di dalam menjalankan bisnis selalu membutuhkan kepastian. tapi kini hams lebih toleran terhadap amtiguitas atau memiliki sikap mendua. Soal informasi bisnis demikian juga, yang sebelumnya hanya untuk pucuk pimpinan, tapi kini disebarkan ke semua orang. Sehingga, saat ini bisnis tak lagi mengandalkan pada analisis kuantitatif, namun lebih pada kreativitas dan intuisi. Tanpa itu, saya kira bisnis yang kita jalankan sekarang ini akan banyak tersendat atau sulk untulc maju. Bahkan, kalau dulunya kita berkeyakinan, bahwa masing-Inasing perusahaan bisa mandiri, tapi sekarang terasa sulit. Karena pada dasarnya, perusahaan-perusahaan akan saling tergantung satu dengan lainnya.
Pergeseran paradigma bisnis di era milenium ini, juga akan rnengajak kita, kalau dulu hanya berfokus pada organisasi internal, tapi kini kita harus lebih berfokus pada lingkungan yang kompetitif. juga dan integrasi vertikal ke integrasi maya. Seperti Amazon. com, toko buku virtual pertama dan terakbar di dunia maya. Bahkan. kalau dulu, kita hanya bersaing untuk pasar masa kini, tapi sekarang kita justru lebih tertantang untuk menciptakan pasan masa depan. Karena itu kita jangan lagi hanya mengandalkan pada keunggulan kompetitif yang berkesinambungan, tapi justru harus terus-menerus mencari keunggulan.
Saya yakin, dengan kepekaan kita terhadap kondisi tersebut, ,maka kita akan lebih siap menghadapi kondisi yang berubah-ubah, lebih terbuka menerima ide-ide baru. Bahkan, kita akan lebih piawai dalam mengambil kesempatan bisnis, lebih berani mengambil risiko. dan tentu saja akan lebih siap meraih keberhasilan. Anda berani mencoba?
KECERDASAN EMOSIONAL ENTREPRENEUR
Mengedepankan kecerdasan emosi kita dalam bisnis
itu adaIah hal yang mutlak.
Anda mulai panas? Anda pikir Anda sudah mempunyai apa yang diperlukan untuk menjadi seorang wiraswastawan? Anda sudah baca semua kisah sukses tentang orang lain dan itu membuat anda ”kepanasan”? Benar, pembaca, kalau itu terjadi, tiba saatnya untuk menjadi boss bagi diri Anda sendiri. Tapi, apakah Anda sudah siap meninggalkan pekerjaan yang bagus dan nyaman dengan gaji bulanan, kantor modern, sekretaris yang efisien, dan perasaan aman yang datang pada saat anda bekerja untuk sebuah organisasi yang mapan?
Seorang teman yang telah bertahun-tahun bekerja pada perusahaan penerbangan nasional terbesar, dengan ribuan staf, gaji jutaan, fasilitas lengkap, tiba-tiba saja memutuskan keluar dan berwirausaha. Kata-kata yang pertama diterimanya adalah,
”Apakah kamu gila?”, ….”Kamu menghancurkan sebuah karir yang menjanjikan”…..dan caci maki lainnya. Belum lagi perasaan anak-istri, orangtua dan saudara lainnya yang tidak bisa berucap…
Diperlukan keberanian besar untuk menulis surat pengunduran diri. Masih yakinkah Anda mempunyai segala sesuatu yang akan mengantarkan Anda menjadi seorang wiraswastawan sukses? Lalu apa yang akan Anda kerjakan? Peraturan pertama kewirausahaan, latihlah diri Anda untuk melihat kekosongan atau celah di pasar, lalu mengisinya.
Lihatlah sekeliling Anda. Lihatlah orang di jalanan, mereka yang duduk di belakang mesin jahit, pelayanan apa yang akan dia berikan? Lihatlah wanita perempuan penjual sate ayam di dekat penginapan murah itu, mengapa ia pilih lokasi itu? Bagaimana dengan hotel baru di jalan utama itu, mengapa bisa begitu sukses? Bagaimana dengan orang yang bekerja di bagian komputer itu bisa sangat sukses dalam bisnis program perangkat lunaknya sendiri?
Ada satu jawaban singkat untuk semua pertanyaan ini: bisnis ini eksis karena ada yang membutuhkan mereka. Tidak peduli apakah Anda berusaha dengan paha ayam, rumah makan bagus atau website. Atau, apakah anda berbicara tentang putaran harian Rp100.000 atau Rp.100.000.000. Dari mulai Tanah Abang – Jakarta Pusat, Glodok – Jakarta Pusat, bahkan daerah Sawangan, Depok Privinsi jawa Barat, prinsipnya sama:
� Keberhasilan dalam bisnis
� Bekerja dengan prinsip
� Menemukan sebuah kekosongan
� Dan mengisinya!
Ketika dunia laki-laki digemparkan dengan ditemukannya pil biru Viagra yang sebenarnya adalah obat pemacu jantung, tapi kemudian jadi pemacu organ kejantanan pria, beberapa tahun lalu serentak seluruh dunia mempublikasikannya (ingat, Viagra tidak pernah beriklan di media manapun). Hasilnya, Viagra menjadi product of the year dan menghasilkan miliaran dollar bagi penemunya.
Kasus Viagra di dunia, rupanya memberikan inspirasi bagi Simon Jonathan. Setelah sebelumnya sukses melahirkan Extra Joss, yang menghasilkan ratusan miliar, kemudian muncullah Irex yang kurang lebih sama fungsinya dengan Viagra. Dengan tag line ”Kado Ulang Tahun Mama”, dan dikemas dengan iklan yang diperankan oleh laki-laki kurus kering dan loyo, tiba-tiba menjadi perkasa setelah meminum Irex, hasilnya, produk ini meledak di pasaran. Ya, mereka jeli melihat peluang, kekosongan dan mengisinya.
Lalu mengapa bukan Anda yang melakukan ini? Jika Anda yang pertama menawarkan kepada publik sesuatu yang dibutuhkan publik dan tidak didapatkan dari orang lain, atau jika Anda berhasil mengantisipasi sebuah kebutuhan di masa depan, Anda memiliki sebuah kesempatan bagus untuk menjadi kaya. Sampai saat adanya kompetisi, Anda akan memiliki semua pasar itu sendirian.
Sejarah memberikan banyak contoh wiraswastawan yang menjadi sukses dengan memenuhi atau mengantisipasi kebutuhan akan produk baru. Isaac Merit Singer memproduksi mesin jahit yang cocok untuk bekerja di ruang terbatas, bahkan di dalam kamar sekalipun. Henry Ford memakai metode jalur perakitan untuk memproduksi mobil yang bisa dibeli orang biasa. George Eastman melihat kebutuhan akan kamera kecil yang bisa dibawa-bawa. Ray Krock dari Mc Donald melihat potensi usaha waralaba makanan cepat saji.
Darimana datangnya gagasan-gagasan seperti itu? Ada tiga macam sumber gagasan.
Pertama, pekerjaan Anda. Pekerjaan yang sudah Anda kerjakan bisa menjadi sebuah potensi sumber gagasan, Karena disitulah naluri bisnis Anda sudah dikembangkan.
Kedua, hobi atau minat Anda di luar pekerjaan, karena itu adalah sebuah wilayah lain dimana Anda memiliki suatu perasaan alamiah.
Sumber ketiga, adalah apa yang sering disebut orang sebagai ”observasi pejalan kaki”, atau mengenali sebuah peluang melalui suatu perjumpaan biasa, atau suatu insiden dalam kehidupan sehari-hari Anda.
Kalau Anda yang pertama, maka Anda tidak harus brilian. Nanti Anda akan memiliki waktu untuk mengembangkan dan memperbaiki segala sesuatu yang pemah Anda lakukan. Tapi ketika yang lain mulai berkompetisi dengan Anda, maka Anda harus menjadi yang terbaik.
Bekerja Keras
Nasib seorang wiraswastawan tidak mudah. Anda harus bekerja keras. Namun, karena Anda bekerja disebagian besar waktu Anda, pasti ada harga yang harus dibayar. Korban pertama adalah kehidupan sosial Anda. Waktu untuk berkencan, untuk keluarga, bahkan untuk bersenang-sengang tidak akan anda miliki pada masa-masa awal menjalankan bisnis anda.. Bisa-bisa ini menjadi sebuah kehidupan yang sunyi.
Dalam keadaan seperti ini Anda sangat beruntung apabila memiliki kekasih atau seorang istri yang setia menemani dalam suka maupun duka. Karena menjadi seorang wirausahawan juga adalah masalah daya tahan. Seperti mendung di musim hujan. Setelah hujan pun turun, langit akan menjadi cerah kembali.
Ada kompensasi. Semakin keras Anda bekerja, maka Anda akan semakin beruntung. Kami punya rekan, namanya Apiko Joko Mulyono. Dia, ”cuma” reporter di tabloid keluarga muslim, Fikri namanya. Sebagai employee — kalau mengikuti teori kuadran Robert T. Kiyosaki – berkat dorongan kami, dan ”keahlian interpersonalnya”, berkomunikasi, ia kami desak menjadi jurnalis ”semi-bisnis” dalam arti, memfungsikan ketrampilan jurnalistik dan lobbynya untuk menulis soft advertorial. Meski awalnya agak ogah-ogahan, ia memula peran-peran semacam copywriter, penulis artikel soft advertorial di tabloidnya (maksudnya: rubrik bernuansa promotif, dengan dua macam kompensasi: penjualan langsung dalam jumlah minimal tertentu, atau semi-iklan). Bung Apiko, meskipun masih sayang profesi jurnalistiknya, mulai menjalankan tugas barunya.
Hasilnya? Luar biasa untuk reporter yang sepanjang empat tahunan bekerja, murni sebagai jurnalis. Apiko berhasil mencapai targetnya. Ia memang bekerja keras, dan agak mengorbankan waktunya untuk keluarga. Bukan itu saja. Ia ”tebal muka” dicibiri sebagai ”jurnalis matre” (materialis, Pen.), karena artikelnya kian selektif pada isu-isu yang ”bergizi” alias bisa menghasilkan ”penjualan langsung” ataupun ”semi advertorial”. Akibat lanjutnya, bisa ditebak. Dari ”main-main” jadi serius. Bossnya, pemimpin perusahaan tabloid Fikri, malah menargetkan jumlah tertentu perminggunya harus ia capai. target itu, tercapai, bahkan beberapa kali terlampaui. Apa yang ia kerjakan, semua orang di perusahaannya tahu. Meski pun berisiko dilecehkan, Apiko tahan banting. The show must go on. Apa yang dikerjakannya, menginspirasi unit bisnis lainnya di bawah payung holding yang sama.
”Syukur, istri saya sangat pengertian. Untuk kerja keras itu, saya bisa menabung dengan nilai yang lumayan dibanding rekan selevel saya. Saya bisa membeli sepeda motor secara tunai, dalam tahun kedua saya bekerja. Itu sesuatu yang tidak saya bayangkan sama sekali, bahwa saya mampu membelinya.” Itulah Apiko, yang karena masih sayang pada profesi jurnalistiknya, mengaku baru menggunakan belum separuh dari potensi enterprenership yang ada dalam dirinya.
”Seseorang yang bekerja 16 jam sehari akan sampai ke tempat yang ingin dicapainya dua kali lebih cepat daripada orang yang bekerja 8 jam sehari.”
David Ogilvy
Ketekunan
Jaques Cousteau, penyelidik, penemu dan ahli lingkungan dalam sebuah wawancara dengan Eugene Grisham penulis buku Achievement Factors dalam sebuah wawancara di atas sebuah jet carteran menuju Atlanta, mengungkapkan pendapat menarik. Kami kutip untuk Anda.
”Bagaimana Anda bisa mengerjakan semua itu?” Cousteau terdiam beberapa saat, lalu menjawab.
”Saya keras kepala – kalau saya punya suatu maksud di kepala saya…saya membuat daftar hal-hal untuk main-main: Amazon, Haiti, kapal Angina. Saya mencoba, dan saya tidak punya uangnya. Saya mencoba lagi, dan saya tidak dapat uangnya, dan setelah sepuluh tahun saya mendapatkannya.”
Dengan bijaksana, dengan penuh tekat dan ketekunan, selalu mengejar apa yang ia inginkan, kadang cepat, kadang-kadang pelan, ia telah mengalami kemenangan-kemenangan. Pada tahun 1943, tabung oxygen (Aqualung) yang ia kembangkan dengan Emile Gagnan, memberi kesempatan petualangan di bawah air, membuka dunia di bawah air untuk berjuta-juta penyelam scuba. Lalu ia kembangkan keterampilan sebagai seorang ahli fotografi di bawah air, dan pada tahun 1956, ia menangkan Oscar untuk The Silent World. Sembilan tahun kemudian ia sekali lagi memenangkan oscar untuk World Without Sun. Saat ini usianya 80-an. Dan kakek Cousteau masih bekerja, masih memeriksa hal-hal yang ia catat dalam daftarnya, menyusun daftar, lalu mengeksekusi satu persatu daftar targetnya.
Fokus
Logika ”focusing”, meminjam fenomena matahari. Mahakarya Tuhan ini, sumber energi yang amat kuat, yang setiap jamnya menyinari bumi dengan jutaan kilowatt energi. Siapa pun, bisa ”mandi matahari” berjam-jam dengan risiko yang ringan.
Bagaimana dengan laser? Seberkas sinarnya, adalah energi lemah. Ia hanya membutuhkan beberapa kilowatt energi tetapi bisa difokuskan menjadi sebuah pancaran cahaya yang koheren. Dari seberkas cahaya laser, temuan ilmuwan bisa menggunakannya untuk dari memotong baja sampai mematikan sel kanker.
Beralih pada perbincangan sebuah usaha. Anda bisa menciptakan efek yang sama: sebuah kemampuan kuat laksana laser untuk mendominasi sebuah pasar. Itulah yang kami maksud sebagai ”tindakan memfokuskan”.
Ketika sebuah usaha menjadi tidak fokus, ia akan kehilangan kekuatannya. Usaha itu menjadi seperti matahari, menyebarkan energinya terlalu banyak produk, di pasar yang terlalu luas.
Konsentrasi, kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada tugas yang dihadapi, dan dalam jangka panjang, berkonsentrasi pada suatu karier, merupakan satu segi dari fokus. Tetapi bukan hanya itu. Segi lainnya, intensitas. Intensitas melibatkan kemampuan untuk menyalurkan sejumlah besar tenaga pada tugas yang dihadapi. Menjalankannya sebagai kebiasaan, akan meningkatkan karier Anda. Secara analog, fokus mempunyai pengaruh yang sama terhadap pekerjaan seseorang, bak lensa pembesar yang dipegang di atas sehelai kertas pada hari yang cerah. Memegang lensa dengan sudut yang tepat, membuat sinar-sinar berkonsentrasi pada satu titik, sanggup membakar kertas itu.
Prioritas, masuk dalam gagasan fokus. Jangan segan-segan mengubah dan menaruh yang paling penting sebagai nomor satu jika sesuatu yang tak terduga muncul. Bekerjalah atas dasar prioritas.
Tahukah Anda, apa rahasia
nomor satu sukses? Prioritas.
Helen Gurley Brown
Tentukanlah apa prioritas puncak dalam pekerjaan dengan berpikir secara cermat untuk apa perusahaan mempekerjakan Anda. Banyak orang membuat kesalahan dengan bekerja keras untuk tiap tugas yang mereka hadapi, tanpa atau dengan sedikit sekali memperhitungkan pentingnya tugas-tugas itu. Pada akhir hari, mereka akan sangat kelelahan, sambil memuji diri sendiri karena semua pekerjaan sudah diselesaikan. Sayangnya, ada saja yang tanpa sadar sudah membelakangkan pekerjaan penting (important) dan mendesak (urgent). Penting saja, mungkin bisa saja bukan di uturan teratas, tapi urgent, sesuatu yang terkait dengan deadline, yang tak bisa tidak, ia didahulukan atau sesuatu yang buruk menghadangnya.
Letakkanlah surat-surat, memo-memo dan peringatan-peringatan tentang semua tugas lainnya yang menunggu dalam map-map dengan tanda prioritas A, B, dan C.
Alan Lakein, Konsultan Manajemen Waktu
Membahas soal fokus, bisa kita mengutip pendapat Eugene Grisham dalam Achievement Factor, buku best seller dunia itu. Ia bercerita tentang faktor-faktor sukses hasil wawancara bertahun-tahun dengan tokoh-tokoh sukses dunia. Kesimpulan buku itu cuma satu: “Untuk sukses besar dalam suatu bidang, apapun bidangnya, dibutuhkan waktu setidaknya sepuluh tahun dengan tetap berfokus pada bidang tersebut.”
Kami yakin benar dengan kesimpulan buku itu. Kami punya bukti, seorang yang cukup kami kenal, sejak lulus SMA, hidup dari berdagang dan tak pemah berpindah-pindah bidang usaha kecuali pada produk rumah tangga yang sangat digemari kaum ibu. Kenyataannya, tak sampai sepuluh tahun, ia sukses di bidang yang digelutinya. Itulah kekuatan fokus.
Bak air yang menetesi sebuah batu, setetes demi setetes; hari berganti hari, tahun berganti tahun, pada saatnya, kita akan terkaget-kaget melihat kenyataan bahwa batu tersebut telah menjadi cekung hanya karena tetesan air.
PERSOALAN DASAR
KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA
Apabila kita berkecimpung disektor bis¬nis, kita banyak dituntut lingkungan untuk te¬rus berinisiatif, kreatif, dinamis, agresif dan se¬lalu harus mampu mengantisipasi tuntutan lingkungan yang terus berturnbuh. ini semua justru mematangkan pola berpikir dan kehi¬dupan kita untuk terus menempa jiwa wira¬swasta kita.
Istilah kewiraswastaan (entrepreneurship) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, walaupun maknanya belum be¬gitu difahami benar. Masih banyak di antara kita belum me¬nyadari pentingnya kewiraswastaan.
Sektor bisnis yang sangat kompetitif dan peka terhadap pengaruh lingkungan, mutlak membutuhkan manusia wira¬swasta, yang memiliki dinamika, motivasi, kreativitas dan ini¬siatif nyata. Mereka ini mampu bekerja sama dengan penuh tanggung jawab dalam setiap penugasan yang dibebankan ke¬padanya. Begitu pula, sektor pendidikan yang relatif tidak atau kurang kompetitif tetap membutuhkan manusia wiraswasta.
Jangan beranggapan bahwa apabila kita ingin mendidik calon wiraswasta, kita sendiri tidak perlu berjiwa ataupun ber¬prilaku sebagai wiraswasta. Ini keliru namanya. Kita harus ter¬lebih dulu menjiwai dan mempraktekkan kewiraswastaan ter¬sebut, barulah kita akan berhasil mendidik orang lain. Saya kira keseluruhan aspek kehidupan manusia menuntut agar ke¬wiraswastaan bertumbuh di sanubari masing-masing insan demi keberhasilannya dalam hidup ini.
Penyebab Rendahnya Jiwa Wirausaha
Harus diakui bahwa kegiatan yang lebih mementingkan hasil dan prestasi kerja, akan lebih mendorong terciptanya pola mekanisme kerja yang lebih obyektif. Sayang hal ini masih me¬rupakan cita-cita belaka. Sebagian besar dari kita belum memi¬liki jiwa wiraswasta secara nyata. Jiwa ambtenaar masih me¬warnai dan menghantui tingkah laku serta kebiasaan kita.
Mengapa demikian ? Banyak faktor yang menyebabkan¬nya. Mulai dari lingkungan keluarga sampai pada kebiasaan kerja atau praktek-praktek yang terjadi di masyarakat memang kurang mendukung tumbuhnya jiwa wiraswasta di kalangan masyarakat kita.
Nilai-nilai yang diyakini masyarakat kita pada hakekatnya merupakan warisan sejarah kolonial. Struktur masyarakat me¬mang kurang memberi peluang kepada pribumi bangsa kita untuk bisa menempa, mengembangkan atau memiliki jiwa wiraswasta yang baik. Struktur masyarakat pada masa kolonial sengaja diatur agar kita tidak bisa maju. Kesempatan untuk berkembang dibatasi. Pendidikan sangat dibatasi, hanya orang-orang tertentu saja yang memperoléh peluang untuk rnengenyam kemudahan pendidikan dengan baik.
Mulai masa kanak-kanak sampai melangkah dewasa dan bekerja, kita kurang dibekali prin¬sip-prinsip, hidup positif. dinamis dan kreatif. Paling-paling kita diharapkan bisa mèmpelaja¬ri dari contoh-contoh yang terjadi di masyara¬kat melalui cara coba-coba.
Kegiatan dan lapangan kerja dibatasi pula. Paling tinggi kita bisa bekerja sebagai pegawai negeri di kantor-kantor pemerintahan ini pun terbatas bagi orang-orang kaya dan keturunan bangsawan. Sebagian terbesar rakyat justru bekerja sebagai buruh dan petani kecil. Kegiatan di sektor ekonomi, perdagangan dan sektor bisnis lainnya diserahkan pada orang-orang Eropa dan golongan non pribumi. Sektor-sektor inilah yang sebenarnya mampu menempa kewiraswastaan kita. Tetapi justru kita kurang diberi kesempatan di bidang ini. Paling-paling satu dua, alias terbatas sekali jumlahnya.
Apabila kita berkecimpung di sektor bisnis, kita banyak dituntut lingkungan untuk terus berinisiatif, kreatif, dinamis agresif dan selalu harus mampu mengantisipasi tuntutan lingkungan yang terus bertumbuh. ini semua justru mematangkan pola berpikir dan kehidupan kita untuk terus menempa jiwa wiraswasta kita.
Tempo dulu orang kita kalau sudah bisa bekerja di kantor gubernemen. sebagai ambtenaar atau pegawai sudah merasa status sosialnya tinggi. Orang yang bekerja di luar gubernemen dianggap sebagai masyarakat kelas dua atau rendah martabatnya. Kebiasaan ini sudah bertahun-tahun kita alami. Konsekuensinya jiwa ambtenaar telah merasuk ke lubuk hati kita dan telah menjadi keyakinan sebagian terbesar orang kita. Sampai kinipun hal ini masih tertekan.
Sudah sejak kecil kita selalu dibebani gambaran bahwa menjadi pegawai adalah satu-satunya tujuan yang harus dicapai. Orang tua kita menginginkan agar anaknya bisa menjadi ambtenaar. Target yang harus diraih anaknya ialah menjadi pegawai kantoran saja. Prestige lebih diunggulkan dibandingkan dengan prestasi. Orang cenderung lebih memperhatikan gengsi dibandingkan kerja keras untuk berprestasi. Yang lebih di utamakan adalah kepentingan status pribadi ini semakin lama semakin berkembang negatif
Lebih-lebih dengan pengaruh materialisme yang semakin menghantui kehidupan manusia. Kualitas dan prestasi kerja kurang diperhatikan bahkan nyaris diabaikan. Orang hanya mengejar kedudukan dan materi. Bahkan unit kerja yang menjadi favoritpun mempengaruhi gairah kerja setiap orang. Unit yang basah dirasa semakin penting dibanding dengan unit yang kering. Orang akhirnya akan selalu memperhatikan materi melulu, tidak melihat makna pekerjaan yang harus ditangani.
Etika dan aturan permainan dalam organisasi diabaikan begitu saja. Fungsi manajemenpun tidak akan berperan baik. Akibatnya pola manajemen dan mekanisme organisasi tidak akan bisa terkendali. Sistem tidak akan mampu mengatur dan mengendalikan kegiatan organisasi. Individu yang menduduki pucuk pimpinan organisasi seharusnya mampu mengendali¬kan mekanisme kerja organisasi. Tetapi justru mereka kurang memperhatikan aktivitas organisasi secara utuh. Ia hanya mengutamakan kepentingan pribadinya demi kelangsungan dan kesinambungan posisi dan kedudukannya. Ia kurang memperhatikan detail operasional organisasi yang ia pimpin. Segala urusan teknis operasional dipercayakan kepada bawah¬an dengan otoritas yang dibatasi pula. Konsekuensinya, kelan¬caran operasionalpun akan terganggu. Sebab orang yang ber¬hak mengambil keputusan berada jauh dari pihak yang mem¬butuhkan keputusan tersebut. Kesenjangan komunikasi ini semakin menganga lebar dan pada gilirannya akan cukup merugikan organisasi secara keseluruhan.
Perkembangan juga memperlihatkan adanya kecende¬rungan pucuk pimpinan untuk berusaha mendominasi organi¬sasi. Otoritas sebagai Pimpinan dicoba untuk ditonjolkan. Segala sesuatu diarahkan agar tergantung pada pucuk pimpin¬an sepenuhnya. Sampai-sampai sewaktu pimpinan menjalan¬kan cutipun, semua pekerjaan terpaksa harus menunggu sam¬pai ia kembali bertugas. Merah-hitamnya organisasi beserta nasib anggotanya tergantung belas kasihan beliau. Dialah yang berwenang mengatur segalanya.
Masyarakat serta lembaga pendidikan benar¬-benar dituntut peran-sertanya untuk bersama – sama pemerintah memikirkan tersusunnya dan terlaksananya pola pendidikan yang inte¬gral.
Praktek-praktek demikian telah mampu meruntuhkan jiwa wiraswasta, jiwa mandiri ataupun kemauan bekerja keras bagi setiap pendatang dalam organisasi. Orang yang baru me¬ninggalkan bangku sekolah atau universitas, setelah melihat, merasakan dan mengalami sendiri, idealisme mereka akan mu¬dah luntur atau hilang. Ia akan larut ke dalam arus materialistis, egoisme individu dan berorientasi pada status saja. Pengeta¬huan manajemen ataupun pengetahuan lain yang sempat di¬peroleh selama studi akan tersimpan rapat dalam benaknva tanpa perlu dipraktekkan atau diamalkan demi kepentingan masyarakat banyak. Inisiatif ataupun kreativitas seseorang akan mudah hilang lenyap dalam kemelut demikian.
Apabila kita mau mengkaji semuanya itu, ternyata hal ter¬sebut wajar kalau terjadi demikian. Sebab sudah sejak kecil kita secara tidak sadar telah diarahkan untuk memiliki nilai-nilai hidup demikian. Mulai masa kanak-kanak sampai melangkah dewasa dan bekerja, kita kurang dibekali prinsip-prinsip hi¬dup positif, dinamis dan kreatif. Paling-paling kita diharapkan bisa mempelajari dan contoh-contoh yang terjadi di masyara¬kat melalui cara coba-coba. Ya, kalau ketemu contoh yang baik. Tetapi kalau terus-menerus dihadapkan pada hal-hal yang ne¬gatif, kemungkinan besar pola berpikir kitapun akan negatif.
Masa Pra-Sekolah
Umar kalau sudah besar mau jadi Apa ? Jadi dokter begitu jawab bocah berusia 5 tahun yang bernama Umar. Ya sejak kecil kita memang sudah diajari untuk memiliki cita-cita semacam dokter, Insinyur, guru dan pekerjaan formal lainnya yang Kyosaki menyebutnya sebagi self employee. Jarang orangtua kita mengajarkan, mengarahkan dan membimbing kita untuk jadi pengusaha. Pemikiran seperti itu bisa dimaklumi dalam masyarakat kita yang mementingkan status dan kedudukan social yang mapan disamping peran cultural sebagai sisa-sia penjajahan yang begitu lama.
Sejak kanak-kanak kita sudah terbiasa dihadapkan pada kenyataan hidup yang sebenarnya cukup merugikan pertumbuhan jiwa dan pribadi kita di kemudian hari. Lebih-lebih bagi masyarakat masa kini yang sudah termasuk golongan masyarakat dengan kehidupan ekonomi atau sosial cukup baik. Pola kehidupannya ternyata kurang menguntungkan pendidikan anak-anak mereka sendiri.
Karena kecukupan materi anak dibiasakan diasuh, didampingi pembantu, istilah kerennya baby – sitter. Segala kebutuhannya diatur dan disediakan oleh si pembantu. Ia dimanja oleh lingkungan keluarga. Akibatnya ia akan suka memerintah, tahu beres saja. Ia tidak pernah mau berusaha sendiri. Ia selalu menggantungkan diri pada orang lain.
Dari kecil kita sudah diajari pula untuk membatasi diri pada lingkungan hidup tertentu saja. Muncullah pengelompokan-pengelompokan dalam masyarakat yang non-formal sifatnya. Sebagai keturunan orang gedongan, ia tidak diperke¬nankan sembarangan bergaul. Ia diisolir oleh gambaran-gam¬baran yang bisa meracuni keyakinan hidupnya di kemudian hari. Konsekuensinya ia akan bisa menutup diri dan hanya bergaul dengan sekelompok masyarakat tertentu saja. Pan¬dangan hidup dan pola berpikirnya akan sempit dan kerdil. Kebiasaan ini nantinya akan dapat mernpertebal orientasinya yang hanya menitik beratkan pada gengsi-gengsian atau status saya, kalau ia memang tidak dibekali prinsip-prinsip hidup yang kokoh.
Bagi orang berada, segala kebutuhan, ke¬perluan anak selaiu tersedia. Pokoknya tugas anak hanya sekolah dan belajar. Pendekatan rnanusiawi oleh kedua orang tua dalam masa pendidikan banyak terlupakan.
Masa Sekolah
Sewaktu mendaftarkan diri masuk sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, anak-anak sudah dibiasakan dibantu orang tua. Ini dilakukan dengan dalih bahwa untuk bisa masuk sekolah atau mendaftarkan diri sering ada uang ini dan itu. Yang dapat mengatur hal tersebut hanyalah orang tua. Akibatnya anak-anak kurang dididik un¬tuk bisa berusaha sendiri. Minimal mulai masuk Sekolah Lan¬jutan Tingkat Atas, seyogyanya anak-anak mulai diarahkan untuk berusaha mendaftarkan sendiri. Bahkan sering pula ter¬jadi bahwa jurusan pendidikan yang harus diikuti anak-anak juga diatur berdasarkan keinginan orang tua.
Pergi ke sekolahpun selalu diantar oleh orang tua atau pembantu. Ada yang diantar dengan mobil, motor ataupun sepeda. Ada yang harus sewa becak atau minibus antar jemput secara bulanan. lni wajar diiakukan untuk anak kecil bukan untuk remaja, karena kondisi transportasi memang kurang me¬mungkinkan. Syukur apabila sekolah-sekolah, melalui KOPE¬RASI SEKOLAH misalnya, bisa menyediakan kendaraan antar jemput, sekalipun harus membayar bulanan. Karena hal ini akan dapat mendidik anak-anak untuk berusaha sendiri, ber¬inisiatif dan mulai mandiri. Lalu dilepas dari sifat ketergantung¬annya pada orang lain. Anak-anak diberi kebebasan memang baik. Tetapi jangan pula sampai jor-joran seperti sekarang atau mereka (siswa SLTP/SLTA) sudah diperbolehkan mem¬bawa mobil sendiri ke sekolahan. Penggunaan sepeda motor-pun seyogyanya bisa dibatasi dengan disediakannya kemu¬dahan transportasi yang nyaman aman. Satu dan lain untuk mencegah persaingan yang tidak sehat ser¬ta tumbuhnya kecongkakan kekuasaan yang bisa menekan wibawa para pendidik.
Pola pendidikan di negara kita memang belum memikir¬kan secara menyeluruh demikian Pemerintah baru berusaha membenahi sistem dan kurikulum péndidikan yang memang harus segera ditangani secara serius. Di sini masyarakat serta lembaga pendidikan benar-benar dituntut peran sertanya Un¬tuk bersama-sama pemerintah memikirkan tersusunnya dan terlaksananya pola pendidikan yang integral. Jadi orangtua wajib ikut berperan aktif dalam menata masa depan anaknya dengan menumbuhkan kemandirian si anak. Jangan hanya memanjakan saja. Jangan hanya menyerahkan kepada lembaga pendidikan untuk membentuk watak dan kepribadiannya.
Dewasa inipun kita sering mendengar apabila seorang anak tidak naik kelas, tidak lulus ujian atau tidak diterima ma¬suk sesuatu sekolah, orang tuanya segera tampil untuk menga¬tasinya. Dengan kekuasaanya, entah berupa gertak dan atau kekayaan, ia memaksa agar anaknya dinaikkan, diluluskan atau diterima saja. Kenyataan ini nampak sudah biasa atau sudah jamak di masyarakat kita. Sistem backing bertumbuh. Muncullah kecongkakan kekuasaan atas diri anak-anak. Begitu ada masalah, anak-anak berlindung pada Babenya untuk minta bantuan. Akhirnya si anak tidak akan menjadi orang berprin¬sip ataupun menjadi orang yang penuh tanggung jawab. Ini berbahaya.
Sistem pendidikan yang kurang membantu bertumbuhnya inisiatif, dinamika ataupun kreativitas anak didik. Murid seca¬ra pasif hanya mendengarkan teori yang dikemukakan oleh sang guru. Sifat pelajaran relatif banyak hafalan. Baru sekarang ini saja sifat pelajaran yang menanamkan pengertian mulai di¬ajarkan. Murid kurang pula dibekali dengan pemberian penger¬tian melalui gambaran kenyataan hidup yang ada. Bahkan pe¬nyediaan bahan bacaan yang terbatas kurang membantu peningkatan pengetahuan anak didik. Untunglah dewasa ini Pe¬merintah mulai menjamah dan menangani hal tersebut secara lebih serius. Pola dan sistem pendidikan yang partisipatif seca¬ra bertahap nampak ditumbuhkan.
Disamping itu, banyak dari kita kurang menyadari bahwa kita semua wajib belajar dengan cara melihat, mengamati, mendengarkan, merasakan atau mengalami langsung. Saat ini masih banyak kecenderungan orang untuk hanya mendengar¬kan kata guru atau dosen dan membaca buku pelajaran saja. Kita relatif belum mendayagunakan kelima indera kita untuk mendengarkan dan melihat kenyataan hidup yang kita alami. Perkembangan lingkungan kehidupan kitapun nyaris tidak di¬perhatikan sama sekali. Akibatnya banyak dari kita memisah¬kan secara nyata antara teori dengan praktek. Kita kurang meyakini akan pentingnya ilmu pengetahuan yang kita per¬oleh demi keberhasilan hidup kita.
Kita sudah cukup banyak mencetak tenaga-tenaga sarjana yang diharapkan akan mampu menumbuhkan serta mencipta¬kan manager-manager profesional dengan kapabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi nyatanya hal tersebut masih merupakan harapan. Kemampuan para cendekiawan untuk mengembangkan buah pikirannya nampak masih terba¬tas, karena mereka kurang mau berusaha untuk itu. Apalagi se¬bagian besar dari sarjana kita begitu selesai studinya berhenti belajar. Ia kurang berusaha untuk mengkaji terus kenyataan¬ – kenyataan yang ada untuk diolah secara ilmiah. Kerja ya kerja. Baca buku dianggap buang tempo atau dianggap teoritis melu¬lu dan ini tidak perlu. Yang penting praktek. Kalaupun ada yang berkeinginan untuk membaca, ternyata harga bukunya pun tidak terjangkau oleh kantongnya.
Orang tua dalam mendidik anak-anaknya pun kurang me¬mikirkan perlunya inisiatif dan kepribadian anak ditumbuh¬kan. Orang tua selalu mengarahkan agar anaknya memilih ju¬rusan yang dianggap menguntungkan kehidupan materi dikemudian hari, sekalipun yang bersangkutan tidak mampu untuk studi di bidang tersebut. Keinginan orang tua harus di¬turuti. Kepribadian anak sering terguncang akibatnya. Ia tidak sempat memupuk kepercayaan diri ataupun menumbuhkan prinsip hidup yang kokoh agar bisa hidup mandiri.
Bagi orang berada, segala kebutuhan, keperluan anak sela¬lu tersedia. Pokoknya tugas anak hanya sekolah dan belajar. Pendekatan manusiawi oleh kedua orang tua dalam masa pen¬didikan banyak terlupakan. Orang tua sibuk dengan urusan¬nya. Mereka menganggap materi yang disediakan bagi anak-¬anaknya sudah lebih dan cukup. Kalau sudah menyediakan Segala kebutuhan materi anak, orang tua merasa bahwa ia sudah mampu berperan sebagai orang tua yang penuh tanggung ja¬wab. Mereka lupa bahwa ia berkewajiban memberikan dasar pandangan hidup, keyakinan hidup serta membimbing kehi¬dupan rohaninya. Bahkan tidak jarang terjadi dalam suatu ke¬luarga adanya kesenjangan komunikasi yang dalam antara orang tua dengan anak-anaknya.
Pendidikan non-formal yang banyak kita te¬mui, kita alami dalam kenyataan hidup berma¬syarakat, justru yang paling banyak memben¬tuk pola berpikir dan sikap hidup kita. Inipun kalau kita benar- benar bersikap antisipasif ter¬hadap lingkungan hidup dan kerja kita.
Unsur materialisme saat ini memang sangat mencekam kehidupan kita semua. Segala sesuatunya diukur hanya de¬ngan nilai uang. Uang dan materilah yang menentukan segala – ¬galanya. Anak-anak orang berada, di sekolahnya pun bertingkah dan dihinggapi kecongkakan kekuasaan. Dengan kekayaannya mereka memberikan warna pergaulan hidup yang ku¬rang baik sok kuasa dan meremehkan orang lain. Keadaan de¬mikian merupakan konsekuensi logis tidak atau kurang berfungsinva orang tua sebagai pengayom dan panutan anak-¬anaknya.
Bapak sebagai kepala keluarga sudah disibukkan dengan urusan kantor, bisnis, rapat, sidang, urusan golf sampai pro¬gram jantung sehat segala. Sang lbu tak kalah sibuk. Aktif de¬ngan organisasi wanita, kegiatan sosial dan pertemuan-perte¬muan lain sebagai pendamping suami yang notabene diwajib¬kan demi kemajuan atau kelangsungan kedudukan sang suami. Luruhlah posisi dan peranan keluarga sebagai lembaga pendidikan non-formal terpenting bagi pertumbuhan perso¬nalitas serta kematangan pola berpikir si anak. Bahkan secara tidak sadar banyak orang tua sudah melepaskan tanggung ja¬wabnya sebagai pendidik watak dan kepribadian anak mereka. Akibatnya pertumbuhan kepribadian, kepercayaan diri atau¬pun keyakinan hidup si anak tidak bisa bertumbuh stabil. Tanpa bekal iman dan kepribadian dari rumah secara mantap, anak-anak akan mudah diguncang oleh pengaruh lingkungan. Mereka mudah terombang-ambing karena memang belum me¬miliki prinsip hidup yang mantap.
Pendidikan formal tidak cukup sebagai bekal hidup di ma¬syarakat yang telah banyak dipengaruhi unsur-unsur material¬isme dan kemajuan teknologi. Tanpa bekal yang kuat, orang akan mudah mengagungkan materi di atas segala-galanya. Kehidupan materialistis ini jelas lebih banyak berpengaruh negatif terhadap perilaku manusia. Orang hanya akan meng¬hargai sesamanya diukur dari harta atau status sosialnya saja. Saat ini pun sudah banyak contoh dan buktinya.
Lain pula dengan golongan yang kurang begitu mampu, yang kehidupan ekonominya cukupan saja. Hasrat dan kemau¬an belajarnya umumnya tinggi. Mereka mau menghayati dan memahami makna kesulitan hidup. Kreativitas dan inisiatif akan mudah bertumbuh karena memang harus benar-benar berjuang untuk hidup. Mereka umumnya memiliki pandangan hidup atau pegangan hidup yang baik. Mereka tahan uji, tahan dari hantaman dan percobaan. Mereka umumnya tekun dan ulet dalam perjuangan hidupnya. Kenyàtaan ini bisa kita lihat dari pola kehidupan bapak-bapak kita yang mengalami pahit getirnya perjuangan fisik dibandingkan dengan pola kehidup¬an anak-anak beliau yang relatif berkecukupan dalam kehidupannya di masa pembangunan ini.
Karena kerasnya perjuangan fisik dan pahitnya kehidupan tempo dulu, bapak-bapak tersebut cukup ulet, tabah dan pantang menyerah sehingga sekarang beliau hidup sukses. Penga¬laman pahit demikian inilah yang banyak mendorong mereka untuk cenderung memanjakan anak-anaknya supaya jangan ikut merasakan getirnya kehidupan yang pernah dialaminya. Akibatnya bisa kita lihat dalam kehidupan sekarang ini. Ba¬nyak anak kurang memiliki disiplin, inisiatif ataupun kreativi¬tas yang tinggi. Lingkungan kehidupan telah memanjakan dan menina-bobokannya sehingga mereka tidak bisa hidup man¬diri.
Guna membenahi ini semua dan untuk menumbuhkan jiwa wiraswasta di kalangan masyarakat, perlu kiranya dibe¬nahi pola pendidikan kita secara menyeluruh. Untuk itu, anta¬ra Pemerintah dengan masyarakat harus terjalin kerjasama yang saling mendukung. lnterdependensi antar seluruh ang¬gota masyarakat harus bisa dikembang-tumbuhkan ke arah yang lebih positif. Lembaga pendidikan tidak akan mampu membentuk pribadi-pribadi manusia yang tangguh tanpa pe¬ran serta anggota masyarakat secara nyata. Orangtua wajib membekali dasar pembentukan watak dan kepribadian serta keyakinan anak-anaknya. Masyarakat wajib ikut serta meng¬endalikan atau mengamankan pola pengaturan tatanan masyara¬kat sesuai peraturan yang berlaku. Pemerintah dan unsur ma¬svarakat lainnya aktif melaksanakan kegiatan pendidikan seca¬ra integral.
Masa Pendewasaan
Pematangan pola berpikir harus terus dilakukan dalam ke¬hidupan bermasyarakat ini. Bukan berarti kalau kita sudah se¬lesai atau tamat sekolah, kesempatan belajarnya pun terhenti. Proses belajar sebenarnya tidak akan ada henti-hentinya sela¬ma hayat dikandung badan. Proses ini dilakukan dengan me¬manfaatkan seluruh indera kita semaksimal mungkin. Pendi¬dikan non-formal yang banyak kita temui, kita alami dalam ke¬nyataan hidup bermasyarakat, justru yang paling banyak membentuk pola berpikir dan sikap hidup kita. Inipun kalau kita benar-benar bersikap antisipatif terhadap lingkungan hidup dan kerja kita.
Kita belajar dari hasil membaca, melihat kenyataan, mendengarkan pengalaman-pengalaman orang lain, merasakan dan mengalami sendiri suatu kejadian. Dari pengalaman kita inilah, kita akan mampu mengkaji sesuatu dan mematangkan kemampuan kita. Dari pola atau cara belajar demikianlah, masa pendewasaan tersebut harus kita lalui sehingga pola berpikir kita akan semakin matang, luas, mendalam dan mantap.
Dalam mengkaji pengalaman tersebut, kita harus pandai-pandai menyaring agar diperoleh hasil akhir yang justru mematangkan pola berpikir kita.
Selama proses pendewasaan demikianlah, saya rasa letak titik kritisnya. Banyak orang merasa kalau sudah bekerja dan berkeluarga, sasaran utamanya ialah mencari uang saja. Lain tidak. Segala upaya difokuskan untuk itu. Sejalan dengan upaya tersebut, setiap orang minimal akan berusaha untuk bisa meraih kedudukan , posisi ataupun status demi prestige dan gengsinya dalam kehidupan masyarakat. Berkembanglah praktek-praktek yang membawa ekses negatif bagi pola manajemen serta mekanisme organisasi.
Kenyataan ini diperburuk dengan semakin kompleksnya perkembangan organisasi. Dalam organisasi yang membengkak timbul berbagai ekses yang cukup menghambat pertumbuhan manajemen. Antara lain timbulnya klik dan koncoisme. Sistem manajemen atau sistem operasional akan kurang bermakna karena aktivitas organisasi sepenuhnya berkiblat pada selera pucuk pimpinan.
Pola manajemen dan mekanisme organisasi semacam ini wajar akan muncul bertambah mengingat latar belakang kehidupan keluarga, sosial dan masyarakat yang kita alami memang kurang menguntungkan. Kita sebagai masyarakat panutan ternyata kurang konsekuen sebab banyak senior kita yang justru kurang bisa berperan sebagai panutan yang baik. Lagi pula lingkungan kerja kitapun kurang mendorong bertumbuhnya jiwa wiraswasta yang mandiri dalam sanubari pegawai, dimana pegawai seyogyanya merupakan tenaga PILAR suatu organisasi. Tenaga PILAR yakni tenaga yang memiliki karakteristik berikut :
1. “Pandai”. Tingkat kepandaiannya dapat diandalkan.
2. “Inisiatif”. Kemampuan untuk mengambil inisiatif tampak nyata.
3. “Lugas”. Sifat hidupnya jujur dan tegas penuh disiplin serta tanggung jawab.
4.”Antisipatif”. Kemampuan untuk terhadap perkembangan lingkungan hidup atau kerjanya cukup baik.
5. ”Rasional”. Pola berpikirnya sangat rasional.
Seyogyanya kalau senioritas digunakan sebagai dasar penilaian pegawai, maka kita ha¬rus menganut makna senioritas yang murni tanpa mengurangi unsur prestasi Sistem senioritas tetap bisa dimanfaatkan asal diga¬bungkan dengan sistem penilaian prestasi yang berlandaskan kematangan atau kedewa¬saan pola berpikir pegawai.
Dalam prakteknya. Pucuk Pimpinanlah yang menentukan segala-galanya. Pola kerja demikian sangat merugikan organisasi. Pendapat pribadi pegawai sulit dilontarkan, Bahkan nyaris tidak diberi hak untuk mengemukakan pandangannya.
Selama ini tenaga-tenaga PILAR sulit dikembangkan karena memang kita sudah terlena, sudah terbawa arus pola berpikir yang lebih mementingkan prestige dibandingkan dengan prestasi.
1. UNSUR SENIORITAS
Dalam masyarakat paternalistik atau panutan, unsur senioritas sangat diperhatikan. Tetapi yang diperhatikan nampaknya baru senioritas dalam arti sempit yakni hanya dilihat masa kerjanya, bukan ketrampilan atau kemampuan pegawai yang dapat diperoleh selama masa kerja tersebut. Masa kerja pegawai sudah 15 (lima belas) tahun. Hanya saja selama itu pegawai kurang mau atau mampu berusaha untuk menghayati dan mendalami sifat atau karakteristik serta detail penugasan yang dibebankan kepadanya. Keluasan dan kedalaman penguasaan tugas yang bersangkutanpun setingkat dengan pengalaman kerja selama 1 (satu) tahun saja. Seyogyanya, seseorang dikatakan sudah berpengalaman kerja atau bisa dikatakan pejabat senior, apabila ia benar-benar
a. Berpengalaman kerja yang dapat diandalkan bobot dan kadarnya.
b. Berpengetahuan dan memiliki pandangan yang luas.
c. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup dalam, serta
d. memiliki pola berpikir yang matang dan mantap.
e. Memiliki kearifan (wisdom)
Apabila kita mau menganut sistem senioritas, ya harus konsekuen. Jangan hanya karena ia sudah lama bekerja lantas dikatakan senior. Unsur pengalaman sesuai penempatan tidak dihiraukan, sehingga arti senior sudah tidak murni lagi dan memberikan citra yang kurang baik.
Seyogyanya kalau senioritas digunakan sebagai dasar penilaian pegawai, maka kita harus menganut makna senioritas yang murni tanpa mengurangi unsur prestasi. Tegasnya kita wajib melakukan pelurusan sistem senioritas yang selaras dengan keyakinan masyarakat kita. Melalui pendidikan dan pembinaan yang mendasar dan integral, diharapkan kita bisa mulai meluruskan sistem dan mekanisme pengorganisasian setiap unit kerja. Sistem senioritas tetap bisa dimanfaatkan asal digabungkan dengan sistem penilaian prestasi yang berlandaskan kematangan atau kedewasaan pola berpikir pegawai,
2. MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan dalam suatu organisasi di negara kita, sebagian terbesar dilakukan kelompok (oleh kelompok PIMPINAN) yakni berlandaskan musyawarah dan mufakat. Demikian pula keputusan yang sifatnya penting. Sayangnya, cara demikian kurang dilakukan secara konsisten , hanya setengah-tengah saja.
Dengan dalih musyawarah untuk mufakat, dalam suatu organisasi sering diadakan rapat ataupun pertemuan-pertemuan konsultatif. Apapun nama pertemuan tersebut, tetapi setiap keputusan rapat relatif tidak ada yang mengikat sifatnya. Keputusan rapat nampaknya hanya sekedar keputusan di atas kertas.
Dalam prakteknya, Pucuk Pimpinanlah yang menentukan segala-galanya. Pola kerja demikian sangat merugikan organisasi. Pendapat pribadi pegawai sulit dilontarkan bahkan nyaris tidak diberi hak untuk pendapatnya. Akibatnya, inisiatif, kreativitas pegawai memudar, atau malah mati impoten. Dan ini membuat kesenjangan semakin dalam. Pada gilirannya pimpinan akan kurang mampu menghayati posisi organisasinya secara obyektif lagi.
Marilah kita renungkan benar-benar, apakah dengan pola kerja demikian, partisipasi pegawai dalam organisasi dapat dikembang-tumbuhkan ? Sulit untuk dikatakan saya kira. Sebab nampak adanya kecenderungan pola manajemen yang otoriterlah yang akan berkembang subur. Dan kalau diamati, tindakan otoriter tersebut sebenarnya sebagai akibat ketidak atau kekurang-matangan para senior dan kekurang-mampuan kita mengartikan istilah beserta makna :
- Senioritas dan sistem pembinaan pegawai,
- Pola pengambilan keputusan secara musyawarah/mufakat serta
- Pola manajemen yang partisipatif.
Perbaikan pola manajemen sebenarnya bisa terus digalakkan asalkan Pucuk Pimpinan dan seluruh jajaran Pimpinan organisasi benar-benar sadar akan perlunya perbaikan tersebut.
POTRET SME & ENTREPRENEURSHIP
DI INDONESIA
“… Saat ini jumlah penganggur sudah mencapai 45,2 juta. Dari jumlah tersebut,
sekitar 2.650.000 orang penganggur terdidik lulusan perguruan tinggi. … “
www.mail-archive.com/ msg00090.html
“… Dari jumlah penganggur terbuka, 65,71% boleh dikatakan penganggur terdidik yang berpendidikan …
www.jurnalindonesia.com/Current/04TinjauKhusus1.htm
“Data Sakernas empat tahun terakhir (BPS 1997-2000) menunjukkan bahwa jumlah penganggur lulusan setiap jenjang pendidikan meningkat dari 4 juta orang pada tahun 1997 menjadi 6 juta pada tahun 2000. Jumlah penganggur lulusan sekolah menengah terus meningkat dari 2,1 juta orang pada tahun 1997 menjadi 2,5 juta orang pada tahun 2000. Peningkatan jumlah penganggur ini juga terjadi pada perguruan tinggi, tidak kurang dari 250 ribu penganggur lulusan sarjana setiap tahunnya, 120 ribu lulusan Diploma III, dan 60 ribu lulusan diploma I dan II.” www.pdk.go.id/serba_serbi/Renstra/bab-II.htm
Ah,saya telah menakut-nakuti Anda dengan angka-angka diatas ? Tidak, tidak, bukan begitu maksud saya. Saya hanya ingin Anda melihat fakta. Begitulah wajah dunia pendidikan kita. Setiap tahun hanya menghasilkan para penganggur terdidik ?
Saya hanya ingin Anda duduk sesaat dan merenung kemudian memikirkan “Masa depan seperti apa yang Anda inginkan ?” Apakah setelah lulus Anda menggadaikan ijasah Anda kemana-mana dan menjadi orang gajian serta menetap disana selamanya hingga datang masa pensiun ? Kemudian mengeluh terus sepanjang hidup Anda karena apa yang Anda bawa pulang untuk istri dan anak Anda tidak pernah mencukupi kebutuhan hidup Anda, bahkan yang paling dasar sekalipun. Ataukah Anda segera bangkit meninggalkan gelar Anda dan mengikuti orang-orang yang telah sukses “tanpa gelar”. Membangun mimpi dan dunia masa depan Anda dimana Anda ingin berada ? Membangun usaha Anda sendiri, merintis, menumbuhkan, membesarkan dan mewariskannya kepada anak cucu Anda. Ya semua itu tergantung Anda !
….Saat ini jumlah UKM di Indonesia mencapai 99,99 persen dari dari total tenaga kerja produktif, serta memberi kontribusi terhadap GDP sebesar 59 %.”
www.sme center.com/ccom/news/news-01-250700-01.htm
……..dari total tenaga kerja produktif, serta memberi kontribusi terhadap GDP sebesar 59,36 persen. UKM Indonesia dinilai juga memberikan kontribusi yang besar…..
www.kompas.com/business/news/0007/25/24.htm
Ya lihatlah ! Bagaimana pengusaha kecil, penjual nasi padang, pedagang baso dipinggir jalan, pedagang kaki lima, pengusaha tempe, penjual ayam potongan mereka nyata-nyata memberikan sesuatu yang berarti bagi negeri ini.
Dipuncak krisis pada 1998 – 2000, kontributor SME terhadap Produk Domestic Bruto (PDB) mencapai 60 % lebih. Data dikementrian Koperasi dan UKM menyebut konntribusi SME terhadap PDB pada 2003 masih dikisaran 56,44% dan diprediksi akan naik pada 2004 menjadi 57,11%. Sementara itu kontribusinya terhadap nilai eksporpun diperkirakan naik dari 21 % menjadi 25%. Dengan kata lain, SME masih diandalkan sebagai motor penggerak perekonomian.
Sayangnya harapan ini tampaknya bertolak belakang dengan perhatian pemerintah. Pasalnya dari tahun ke tahun anggaran belanja pemerintah yang dialokasikan ke sektor SME hanya 6 – 7 % – selebihnya justru mengerojok ke perusahaan-perusahaan besar. Padahal raksasa-raksasa bisnis, para konglomerat banyak yang melarikan uang rakyat kekantong mereka bahkan sebagian dilarikan keluar negeri.
… Kematian Hendra kian menyulitkan upaya pemerintah mengusut Rp 2,6 triliun
kerugian negara akibat penyalahgunaan BLBI tersebut …
www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2003-February/000834.html
… investigasi BPK menunjukkan bahwa potensi kerugian negara mencapai Rp 138 triliun akibat dana BLBI …
www.geocities.com/faaktor/News-Doc/20000828-Rbs.html
dan selama periode 1996-1997 pelarian modal telah diperkirakan
US$ 80 miliar devisa telah dilarikan ke luar negeri
www.geocities.com/ypenebar/globalization/Swasono-Sritua.html
Jumlah utang swasta Indonesia per September
tahun 2000 tercatat 68,2 miliar dollar AS.
www.kompas.com/kompas-cetak/0308/06/finansial/474903.htm
UKM Pada Masa Krisis – Akhir 1997 Sampai Saat Ini
Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tengah tahun 1997 sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Krisis ini juga telah mengakibatkan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu pailit karena bahan baku impor yang meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan juga ikut terpuruk memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UKM yang sebagian tetap bertahan, bahkan cenderung bertambah.
Data terakhir dari Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah (Menekop & PKM) menunjukkan bahwa pada tahun 2000, ada sekitar 38,99 juta Usaha Kecil dengan rata-rata penjualan pertahun kurang dari Rp.1 Miliar, atau sekitar 99,85 % dari jumlah perusahaan di Indonesia. Pada tahun yang sama, ada 55.061 perusahaan dari katagori Usaha Menengah, dengan rata-rata penghasilan per tahun lebih dari Rp.1 Miliar tetapi kurang dari Rp.50 Miliar, atau sekitar 0,14 % dari jumlah unit usaha.
Pertambahan penduduk yang besar setiap tahun menjadi permasalah tersendiri bagi penyediaan lapangan pekerjaan. Usaha besar tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan. Ketidaksanggupan usaha besar dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar disebabkan karena memang pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan UKM realtif padat karya. Disamping itu Usaha Besar umumnya membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tinggi dan pengalaman kerja yang cukup, sedangkan UKM sebagian pekerjanya berpendidikan rendah.
Data dari Menegkop & UKM menunjukkan bahwa pada tahun 2000, lebih dari 66 juta orang bekerja di Usaha Kecil, atau sekitar 99,44 % dari jumlah kesempatan kerja di Indonesia. Sedangkan dalam bentuk kontribusi terhadap PDB, UKM menyumbang 40 % tahun 2000 dibandingkan 38 % tahun 1997.
Dipuncak krisis pada 1998 – 2000, kontributor SME terhadap Produk Domestic Bruto (PDB) mencapai 60 % lebih. Data dikementrian Koperasi dan UKM menyebut konntribusi SME terhdap PDB pada 2003 masih di kisaran 56,44% dan diprediksi akan naik pada 2004 menjadi 57,11%. Sementara itu konntribusinya terhadap nilai eksporpun diperkirakan naik dari 21 % menjadi 25%. Dengan kata lain, SME masih diandalkan sebagai motor penggerak perekonomian.
Sayangnya harapan ini tampaknya bertolak belakang dengan perhatian pemerintah. Pasalnya dari tahun ke tahun anggaran belanja pemerintah yang dialokasikan ke sektor SME hanya 6 – 7 % – selebihnya justru mengerojok ke perusahaan-perusahaan besar. Padahal raksasa-raksasa bisnis, para konnglomerat banyak yang melarikan uang rakyat kekantong mereka bahkan sebagian dilarikan keluar negeri.
Peluang Ada di Mana-mana
Ketika krisis menimpa Asia ditahun 1997, kebanyakan orang memperkirakan kawasan tersebut akan runtuh. Apa yang telah terjadi terhadap ekonomi dengan pertumbuhan tercepat didunia yang tiba-tiba saja menjadi tempat yang paling menggerikan bagi investasi. Banyak komentar langsung menyalahkan krisis tersebut. Para ekonom menyalahkan kebijakan ekonomi. Analis keuangan dan perbankan menuding kelemahan sistem keuangan dan banyak lagi analis lainnya yang berkomentar.
Huruf cina untuk Krisis (lihat dibawah) dibaca wei-ji, dan memiliki dua arti “bahaya – danger” dan “peluang – opportunity.”
Puncak krisis yang menimpa Indonesia menyebabkan kepanikan dan kerusuhan dimana-mana. Harga-harga naik selangit, dollar menggila, penjarahan dimana-mana, kelangkaan pangan, rush besar-besaran terhadap perbankan. Dan situasi tersebut berjalan cukup lama.
Tetapi, tidak! Ternyata masih ada seberkas sinar harapan di antara puing-puing kehancuran. Beberapa pengusaha kecil tam¬pak masih tegar. Bahkan beberapa di antaranya justru mendapat berkah karena adanya krisis moneter, yang menjungkirkan nilai rupiah sampai babak belur di dasar jurang. Mereka ini kebanyak¬an merupakan pengusaha kecil yang menjalankan usahanya secara konvensional, penuh kehati-hatian, disiplin, tidak meng¬obral utang atau menjebol bank, sehingga krisis moneter tidak menyebabkan mereka hancur seketika. Mereka masih bisa berta¬han, sehingga walaupun tidak bebas dan tekanan, mereka masih mempunyai kesempatan untuk melakukan penyesuaian dan per¬baikan-perbaikan seperlunya. Mereka juga tidak bergantung pada bahan baku impor. Dengan begitu, mereka tidak akan terlalu kena dampak melambungnya biaya produksi.
Rezeki sebagian dari mereka malah bertambah, karena bisnis¬nya berorientasi ekspor. Dengan “dukungan” krisis moneter, harga produk mereka menjadi sangat bersaing, dan pembayaran yang diterima dalam bentuk dolar menyebabkan keuntungan menjadi berlipat ganda.
Pertanyaan terakhir adalah: “Apa kesimpulannya? Bagaimana menentukan tindakan selanjutnya dalam suasana knisis ini?”
Dengan kenyataan-kenyataan seperti yang diutarakan di atas, tidak ada kesimpulan yang lebih tepat bahwa menjadi pengusaha kecil yang baik merupakan jawaban yang paling “pas” untuk mengatasi krisis. Lebih-lebih jika bidang usahanya berorientasi ekspor dengan bahan baku lokal, maka itu akan menjadi solusi ideal agar bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang kuat secara ekonomis, tidak rapuh dalam menghadapi gejolak mo¬neter. Tentunya jika didukung oleh sistem kebijakan serta pembi¬naan yang sungguh-sungguh dan pemerintah. Pemerintah yang notabene bersih dari unsur-unsur KKN.
Berikut ini penulis sampaikan sebuah kutipan tentang salah satu contoh keberhasilan pengusaha kecil Indonesia dalam meng¬hadapi badai krisis moneter.
Selama krisis moneter Asia, ditemukan bahwa Taiwan khususnya tidak terkena. Alasannya : ekonominya ditopang oleh sejumlah besar usaha kecil dan menengah serta pabrik di pedesaan. Hal yang sama juga terjadi di AS. Jumlah pekerjaan yang diciptakan oleh perusaahaan kecil dan menengah jauh melebihi yang diciptakan oleh perusahaan dalam Fortune 500.
Yang disebut “model jepang” di mana ekonomi Negara tergantung hanya pada beberapa perusahaan besar (keiretsu) terbukti kurang bertahan. Negara yang mengikuti model ini seperti Korea (chaebol), Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapura semuannya terpukul sangat keras selama krisis. Dalam istilah orang awam, sangat berisiko menaruh semua telur dalam satu keranjang. Dalam waktu yang berubah, orang harus menaruh telurnya di lebih dari satu keranjang – untuk menyebarkan risikonya. Itulah prinsip yang digunakan oleh kebanyakan perusahaan asuransi. Bila kita amati, selama badai besar, banyak pohon raksasa tercabut dari akarnya dan tumbang atau rusak. Akan tetapi, rumput kecil hanya membungkuk terkena angin. Sekarang ada kecenderungan di antara perusahaan besar untuk memecahkan diri menjadi organisasi yang terdiri dari banyak organisasi kecil tersendiri.
Bagi entrepreneur situasi macam apapun selalu terdapat peluang. Penderitaan disatu pihak kadang kala justru menjadi peluang bagi pihak lain. Masih ingat ketika terjadi perkosaan terhadap etnis cina ? Pada saat itu mendadak banyak orang menjual celana “anti perkosaan.” Para spekulan dollar untung besar. Bahkan ada sebagian pengusaha perikanan di daerah berdoa agar krisis jangan pernah berlalu karena menangguk untung besar karena pembelinya sebagian besar pihak luar negeri.
Sekarang saya ingin mengajak Anda untuk melihat kebelakang sejarah kultural bangsa kita dalam dunia entrepreneur.
Budaya Jawa dan Penjajahan
Pada zaman pra-kolonial, struktur kerajaan yang ada terbagi menjadi dua, agraris, seperti Kerajaan Mataram; dan kedua, bersifat maritim, yang diwakili Kesultanan Aceh. Struktur semacam ini menampakkan bahwa jalur perdagangan antara kerajaan agraris dan maritim berjalan dengan lancar, di mana kerajaan agraris bertindak sebagai pemasok barang kebutuhan pokok. seperti beras yang tidak dihasilkan oleh kerajaan maritim, sementara kerajaan maritim berorientasi pada ekspor-impor rempah-rempah.
Adapun perdagangan yang ramai ini bukan berarti tingkat kemakmuran rakyat kerajaan itu tinggi. Penelitian beberapa sejarawan membuktikan bahwa. tingkat hidup petani Jawa saat itu bersifat subsistem. Lalu siapa yang diuntungkan dengan kesibukan perdagangan – yang notabene menghasilkan keuntungan uang tunai ?
Menurut Onghokham, golongan pedagang zaman itu berasal dari kalangan aristokrat, rajalah yang memegang monopoli perdagangan. Dalam konteks kebudayaan Jawa-agraris yang kratonsentris, hal ini tidaklah mengherankan, sebab raja bukan saja menjadi pemegang monopoli dagang, tapi juga sebagai pemilik tanah.Dengan sendirinya, kondisi ini menyebabkan tidak menimbulkan mobilitas modal dan kepercayaan dagang. Karena sewaktu-waktu, raja dapat mengambil tanah garapan seseorang (asalkan berada dalam lingkungan kerajaannya). Selain itu, perlu dicatat bahwa agaknya kebiasaan dagang pun bukan murni budaya Jawa. Perdagangan adalah kompetisi yang tidak sesuai dengan konteks budaya Jawa, karena “menyalahi”nilai kerukunan – patut dicatat bahwa nilai kerukunan bukan diartikan sebagai tidak adanya beda pendapat, tapi menurut mereka, beda pendapat lebih baik disimpan dan tidak dikemukakan. Ini untuk menjaga ketenteraman, biarpun di dalam hatinya ada perbedaan pendapat. Perdagangan lebih merupakan hasil interaksi raja-raja dengan pendatang.
Jadi jelas bahwa lingkungan sosial budaya nusantara pada masa pra-kolonial tidak mendukung kemunculan inovator, suatu kelas baru dalam masyarakat; yakni kelas menengah yang berdana kuat – untuk membantu penyediaan kredit – yang bukan berasal dari kalangan elite politik. Dalam periode berikutnya, kerajaan-kerajaan ini mulai berkenalan dengan orang-orang Eropa. Portugis yang datang dengan motif penyebaran agama Katolik disertai dengan keinginan merusak jalur perdagangan Islam yang telah terbentuk di Asia hanya bertahan beberapa puluh tahun di nusantara yang kemudian mundur ke Timor sampai 1976. Meskipun demikian, pedudukan Malaka oleh Portugis membawa dampak besar bagi perdagangan. Praktek monopoli yang diberlakukannya mengakibatkan kemunduran perdagangan internasional. Monopoli ini dilakukan untuk menutup tingginya risiko yang harus ditanggung pihak Portugis.
Setelah Portugis dipaksa mundur ke Timor, datanglah Belanda. Tidak berbeda dengan Portugis, Belanda juga menerapkan sistem monopoli. Dengan demikian, perdagangan nusantara menjadi bersifat internal dan stimulasi dan perdagangan internasional tidak lagi dinikmati. Ini merupakan pukulan bagi perekonomian nusantara, khususnya raja-raja Jawa. Namun satu hal perlu dicatat bahwa praktek monopoli Belanda maupun Portugis sebelumnya secara tidak langsung ‘direstui’ elite politik. Bagi Belanda, Indonesia tidak lebih dan sekedar penghasil bahan mentah.
Arief Budiman mengatakan bahwa kapitalisme Belanda bukan seperti Inggris yang berorientasi pada industri, sebaliknya Belanda bersifat merkantilis. Yang diinginkan Belanda adalah komoditi primer dan negara jajahannya untuk kemudian diperdagangkan di pasar dunia. Dari segi sosial, di sini terlihat hilangnya fungsi yang dijalankan Syahbandar dan pedagang yang dulu sangat berperan dalam perdagangan internasional. Kedudukan pedagang perantara ini diberikan pada golongan Timur Asing. Ini terjadi setelah tahun 1799 ketika VOC bangkrut dan semua hutang serta kekayaannya diambil alih oleh pemerintah Belanda. Sementara VOC hanya bertindak sebagai vassal, maka pemerintah Hindia Belanda mengubah struktur masyarakat Indonesia menjadi tiga yakni golongan atas yang ditempati pemerintah kolonial, golongan menengah diberikan kepada kelornpok Timur Asing, sedang golongan bawah diduduki penduduk pribumi. Kebijakan diskriminatif ini sengaja dilakukan untuk mencegah munculnya kelas menengah murni yang tidak berasal dari elite politik. Dengan alasan menghindari nepotisme dan favoritisrne, Belanda lalu melarang elite politik untuk ikut dalam kegiatan dagang. Dengan demikian, elite tidak pernah memiliki kekuatan ekonomi dari politik secara bersamaan. Belanda kuatir mereka akan hadir sebagai ‘borgouise’ yang mendorong perubahan baik politik maupun ekonorni Indonesia.
Ketakutan Belanda pada borgouise class di Hindia Belanda terlihat juga pada peristiwa pembunuhan serta pembatasan lingkungan orang-orang Cina baik di Batavia maupun di tempat lain – orang Cina harus mempunyai pas jalan untuk pergi ke tempat yang bukan pecinan. Kondisi yang diciptakan Belanda ini untuk mematikan berdirinya suatu kelas menengah yang kuat. Keadaan ini semakin memperburuk situasi yang dapat memunculkan entrepreneur. Setelah selama kurang lebih dua abad rnenjalankan praktek monopoli, akhirnya pemerintah Belanda membuka Indonesia untuk berbagai pengaruh perdagangan internasional. Hal ini bersamaan dengan pertumbuhan industri di Belanda. Namun sedikit sekali – bahkan tidak ada – pengaruh perdagangan ini dirasakan oleh rakyat nusantara. Kenyataannya orientasi kebijakan membuka Hindia Belanda pada PMA hanya demi kepentingan industri Belanda sendiri. Hindia Belanda hanya dijadikan sebagai produsen bahan mentah sekaligus pasaran hasil industri Belanda – yang kualitasnya kurang baik dibandingkan hasil industri Inggris ataupun Jerman. Ketika depresi melanda seluruh dunia, kondisi perekonomian Hindia Belanda bertambah buruk terutama karena Belanda mengenakan tarif untuk membendung politik dumping Jepang dan penggunaan gold standard monetary system yang sudah dilepas Inggris maupun Amerika Serikat. Dengan depresi ini, jatuhnya harga komoditi primer bertambah buruk karena apresiasi mata uang Belanda.
Usaha Menumbuhkan Entrepreneur Pribumi
Dari sejarah di atas tampak bahwa di samping faktor budaya Jawa-agraris yang sangat besar pengaruhnya hingga kini, pemerintahan kolonial juga menyebabkan iklim usaha di Indonesia tidak mampu menghadirkan kelas menengah yang terpisah dari elite politik dan secara finansial mampu menopang eksistensi entrepreneur dalam perekonomian Indonesia. Walaupun demikian, kenyataan itu tidak boleh dijadikan alat justifikasi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi kita. Setelah 59 tahun merdeka, rasanya tidak adil kalau kita tetap menyalahkan Belanda.
Setelah tahun 1950, mulailah rencana pembangunan Indonesia dicanangkan, sekaligus kebijakan-kebijakan politik yang diperlukan untuk mendukung rencana tersebut. Dari sisi sosial, sebenarnya struktur masyarakat Indonesia tidak berubah. Pergantian peran orang-orang pribumi yang mengggantikan orang Belanda menduduki golongan atas, sementara sektor ekonomi tetap dikuasai golongan Cina.
Waktu itu, kebutuhan dana yang besar seakan menyadarkan elite politik kita bahwa mereka memang terlalu mendominasi birokrasi tanpa kekuatan ekonomi. Pengusaha pribumi yang kuat sulit ditemukan. Karena itu, disusunlah kebijakan yang bertujuan membangun kelas pengusaha pribumi yang lebih dikenal sebagai Program Benteng.
Program ini merupakan bagian integral Rencana Urgensi Perekonomian 1950-1957 untuk mendorong kelas pedagang pribumi agar mampu bersaing dengan importir asing. Pemerintah memberikan lisensi impor hanya kepada pengusaha pribumi selain membatasi impor barang tertentu. Dengan lisensi impor ini, pengusaha pribumi dapat mengimpor barang dengan kurs resmi, sehingga dengan selisih kurs dipasar gelap saat itu, pengusaha pribumi bisa memperoleh profit yang besar. Dalam pelaksanaannya terlihat bahwa orang pribumi yang menerima perlakuan istimewa ternyata bukan berasal dan kalangan yang memiliki potensi kewiraswastawan melainkan dari mereka yang mempunyai hubungan dengan elite poitik. Lebih parah lagi, mereka tidak mendirikan perusahaan impor yang sesungguhnya, melainkan membeli lisensi impor dan menjualnya kepada orang-orang Cina yang memiiki sumber dana dan jaringan bisnis yang intensif. Kolaborasi ini yang disebut perusahaan-perusahan Ali Baba, dengan Ali (pengusaha pribumi) bertugas memperoleh lisensi sedangkan Baba (Cina) menyediakan modal dan keahlian usahanya. Walaupun demikian, Program Benteng tidak gagal sama sekali. sebab beberapa pengusaha pnibumi yang masih tetap kuat hingga kini merupakan hasil dan program tersebut seperti Soedarpo Sastrosatomo dan Hasjim Ning.
Secara konseptual sebenarnya program Benteng ini tidak berbeda dengan apa yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda. Perlakuan istimewa yang diberikan pada golongan Cina oleh pemerintah kolonial Belanda (dengan memberikan kedudukan pedagang perantara) dimaksudkan untuk mencegah munculnya kelas burjuasi pribumi dan mencegah persaingan antara perusahaan-perusahaan Belanda sendiri. Dengan sendirinya, program Benteng tidak akan berhasil membangun basis yang kuat bagi munculnya kelas pengusaha pribumi yang tangguh. Pada saat program ini diluncurkan, sebenarnya beberapa kalangan sudah tidak menyetujuinya. Antara lain, Mr. Sjafruddin Prawinanegara yang waktu itu menjabat Gubernur Bank Indonesia. Sjafruddin Prawiranegana menilai bahwa kebijakan diskriminatif terhadap modal asing dan modal nonpribumi tidak relevan mengingat pada saat itu, kondisi yang dihadapi adalah kelangkaan modal domestik. Bila saat itu Indonesia kelebihan modal, pengusiran modal asing dan memandulkan modal nonpribumi memang masuk akal. Analisis Sjafruddin berakhir pada kesimpulan bahwa kebijakan pembinaan diskriminatif pengusaha nasional hanya akan menghasilkan pengusaha yang tidak mandiri di samping menyebabkan korupsi di kalangan birokrasi.
Bersamaan dengan periode berkembangnya ide nasionalisme ekonomi, pemerintahan Soekarno kemudian menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing sebagai bagian dari kampanye pembebasan Irian Barat pada tahun 1957. Dari sinilah, pihak militer memperoleh basis ekonomi yang kuat dan periode pertentangan militer dengan partai politik, akhirnya diselesaikan Soekarno melalui Dekrit 5 Juli 1959, dimulai. Hal ini dapat dikatakan sebagai kemenangan militer atas partai-partai politik ( kecuali PKI yang justru makin kuat ).
Setelah Orde Baru berkuasa, ada kecenderungan munculnya kesadaran elite politik untuk tidak terjebak pada pengambilan kebijakan yang bersifat diskriminatif. Meskipun demikian, aliansi militer dan kelompok burjuasi menjadi semakin kuat (basis ekonomi diperoleh militer melalui nasionalisasi). Hal ini terlihat dengan munculnya pengusaha-pengusaha yang umumnya mempunyai hubungan dekat dengan jenderal-jenderal dan tidak hanya berasal dari golongan pribumi tapi banyak yang berasal dari golongan Cina.
Apa kiranya yang perlu dilakukan untuk mendorong kemunculan tokoh entrepreneur Indonesia untuk merangsang pertumbuhan ekonomi kita? Belajar dari pengalaman, kebijakan bersifat diskriminatif terutama dengan memisahkan asing-nonpribumi dan modal pribumi tidak akan berhasil. Kesalahan para pengambil keputusan program Benteng masih bisa dimaklumi karena pada awal kemerdekaan, ide-ide “Indonesianisasi” masih merajalela tetapi sekarang prioritas utama kita adalah pertumbuhan ekonomi yang semakin adil.
Tampaknya keterbukaan semua pihak yang berkepentingan dengan pengambilan keputusan politik dan ekonomi sudah tak dapat ditawar-tawar lagi. Keterbukaan terhadap modal asing terutama perlu mengingat bahwa selama ini, pengusaha Indonesia terutama golongan Cina sangat bergantung pada modal luar negeri. Logika yang disampaikan Mr. Sjafruddin Prawiranegara masih sangat relevan. Kondisi kelangkaan modal domestik mestinya tidak diselesaikan dengan mengusir modal asing dan nonpribumi. Sebagai analog dari masalah ini, kita bisa melihat pada sejarah bangkitnya kapitalisme di Eropa. Dalam abad 16-17, para pengusaha Yahudi seperti golongan Cina di Indonesia yang minoritas mendominasi perekonomian Eropa. Bangkitnya kapitalisme secara dinamis di belahan Utara Eropa terutama dikaitkan dengan penerimaan kaum borjuasi nasional terhadap pengintegrasian modal Yahudi menjadi bagian dari modal nasional. Sementara di Eropa Selatan (Spanyol dan Portugis) yang mendiskriminasi bisnis Yahudi menunjukkan kondisi perekonomian yang lebih terbelakang.
Keterbukaan yang lebih penting menyangkut proses tender proyek-proyek yang berlangsung. Sampai sekarang, proses seperti ini masih berjalan secara gelap dalam arti tender tertutup untuk pihak-pihak tertentu. Selain itu, pemerintah sudah seharusnya memperhatikan lebih baik aspek human investment kita. Sampai sekarang, penyediaan tenaga ahli masih sangat kurang yang menyebabkan kondisi keterbelakangan teknologi maupun pengetahuan manajemen pengusaha Indonesia. Dalam kondisi ini, pengambilan inisiatif oleh pemerintah dalam perekonomian dipandang sangat perlu untuk mendorong iklim usaha yang lebih baik sekaligus semakin memeratakan distribusi pendapatan yang timpang selama bertahun-tahun. Perlu dicatat bahwa selama ini, efisiensi perusahaan-perusahaan pemerintah masih belum terbenahi juga. Lemahnya aparatur negara menyebabkan banyaknya masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang dan rendahnya efisiensi perekonomian.
P.R.I.N.C.I.P.L.E.S. (PRINSIP)
Sejati Kepemimpinan Kewirausahaan
Menguasai sepenuhnya prinsip dan tindakan kepemimpinan wira¬usaha adalah suatu proses yang menuntut pertumbuhan seiring dan tiga komponen, yaitu pengembangan pnibadi individu, efektivitas kerja sama tim dan perubahan organisasi. Namun tenlalu sering ketiga komponen mi tumbuh tidak seining. Sebagai contohnya, kita ambil mere¬ka yang memilih untuk melakukan pengembangan pribadi. Tidak terhin¬dankan lagi, cepat atau lambat, akan dijumpai bahwa mereka melihat se¬suatu dengan cara yang berbeda dan tim tempat mereka bekerja dan dan onganisasi yang mereka layani. Apa yang terjadi?
Biasanya rekan sekerja sangat cepat untuk memadamkan pendekatan antusias mula-mula yang dimiliki oleh seorang individu dengan komen¬tar: ‘Jangan pedulikan, mereka sudah berada di jalur yang benar—tapi jangan khawatir, meneka akan segera kembali normal’. Pendekatan indivi¬dual yang kedua yang lebih jujur adalah mencoba untuk mengawali per¬ubahan di dalam tim dan organisasi mereka. Sering kali setelah itu mere¬ka merasa terisolasi. Pendekatan ketiga yang lebih menentukan adalah memiliki pendirian. Ini memberikan pembenaran bagi rekan-rekan yang lain untuk mengisolasi lebih jauh. Bergantung pada daya tahan dan ting¬katan status mereka, pendekatan yang beragam mi dapat berjalan sampai dengan tingkatan tertentu, namun biasanya hanya untuk jangka pendek.
Kemudian pendekatan reflektif yang keempat ‘mengapa saya mem¬buang-buang waktu saya di sini’ datang kepada mereka. Dan sini sese¬orang akan jatuh kembali dalam rasa aman perilaku lama yang sudah dibuang atau mengambil kesempatan untuk pergi. Langkah mi mungkin berharga bagi orang tersebut, walaupun menyakitkan bagi organisasi. Mereka melakukan hal itu bukan karena mereka benar-benar mengingin¬kannya tapi karena mereka telah mencapai tingkat ketidakpuasan ten¬hadap apa yang mereka lakukan. Dengan bekerja keras untuk mengem¬bangkan potensi mereka, mereka ingin tetap melanjutkan bertumbuh, bukannya dihalangi oleh pemikiran sempit dan kekhawatiran akan rasa aman. Mereka ingin memiliki kemampuan untuk melayani dan dihargai, menjadi seperti kepada siapa mereka bekerja sekarang. Untuk alasan yang sama banyak hubungan gagal ketika salah satu berkembang dan yang lain ingin menjaga agar segala sesuatu tetap seperti apa adanya. Dalam suatu hubungan, kecuali terdapat kesepakatan untuk pertumbuhan dan peng¬hargaan, mereka akan kandas gagal atau tersapu hanya disebabkan oleh perilaku mereka.
Hal yang sama dan sudut pandang organisasi, setiap program perubah¬an yang tidak mengembangkan secara pribadi orang-orangnya dan terus melakukannya dengan membangun pemikiran dan kepemilikan wirausa¬ha, tidak akan dapat menghindar dan ketidaklanggengan dan akan terli¬hat hanya sebagai suatu trend sesaat dengan pengulangan kata-kata yang umum: ‘lagi-lagi i, program perubahan yang lain’ yang disuarakan di sepanjang koridor dan e-mail.
Suatu kejutankah bahwa organisasi tidak mempertahankan orang¬orang terbaiknya? Persentase orang yang meninggalkan organisasi cukup tinggi. Beninvestasi jutaan dolar untuk pelatihan demi keuntungan kom¬petisi merupakan kegiatan yang biasa dilakukan, namun mempertthan¬kan orang-orang unggul yang menjadi kunci pengembangan organisasi sebenarnya lebih masuk akal. Dan sudut pandang tim, banyak pesaing yang sukses dan organisasi mapan telah mempersiapkan diri karena keseluruhan tim yang dikem¬bangkan bersama, merasa tertahan baik oleh orang-orang dalam organisasi maupun oleh struktur organisasi itu sendiri.
Keseluruhan butir kepemimpinan wirausaha adalah bahwa dia mem¬bangkitkan yang terbaik dari setiap individu, tim dan organisasi. Ingat bahwa Kepemimpinan Wirausaha adalah: menanamkan keyakinan untuk berpikir, berperilaku dan bertindak dengan cara wirausaha dengan pemikir¬an menyadari sepenuhnya tujuan yang sesungguhnya dan organisasi demi pertumbuhan yang menguntungkan bagi semua stakeholders yang terlibat,
Tampak bahwa kewirausahaan melibatkan kemauan untuk bekerja bersama. Dua bab pada bagian ini terangkum dalam daftar (Pninsip dan Pelaksanaan) di atas yang dimaksudkan untuk membantu Anda belajar, menerapkan, mengajarkan dan menumbuhkan pninsip dan kegiatan yang akan mengembangkan atribut dan kepemimpinan wirausaha kepada selu¬ruh organisasi.
(Purposeful) – MEMILIKI TUJUAN YANG JELAS UNTUK DICAPAI: tujuan yang sesungguhnya
Memiliki tujuan yang jelas berarti punya pendinian, memiliki fokus, memiliki keyakinan akan keputusannya, memiliki kemampuan memu¬tuskan, dan berdaya tahan, sesungguhnya merupakan kualitas pencapaian yang sukses dan tuntutan tujuan apa pun. Tak dapat dipungkiri, ini adalah salah satu kualitas manusia yang paling dicari dalam kehidupan, namun banyak orang yang belum memilikinya. Seseorang yang tidak memiliki tujuan dapat diibaratkan sebagai sebuah kapal di tengah-tengah kabut di lautan yang telah kehilangan kemudi dan layar sekaligus. Di saat semuanya berjalan mulus, sering kali dilema muncul tanpa kita sadari, ke¬cuali mungkin kurangnya pemahaman akan arah yang jelas atau gerakan yang meyakinkan. Saat cuaca berubah ia akan bereaksi dengan pengaruh dari luar. Namun kita tetap dapat kehilangan arah tujuan kita seandainya¬pun layar dan kemudi tetap ada di tempatnya. Kecuali jika Anda mcmi¬liki tujuan yang jelas dalam mengambil suatu tindakan, Anda akan me¬nuju arah yang salah. Sebagaimana Ella Wheeler Wilcox dengan tepat menggambarkan hal ini dalam puisinya ‘Nasib’ (Fate):
Suatu perahu menuju ke timur dan yang lain menuju ke barat,
Dengan tiupan angin yang sama
Cara memasang layarlah, bukan tiupan kencang angin
Yang membenitahukan kita arah yang dituju.
Sebagaimana angin laut, demikianlah jalannya nasib
Sebagaimana kita mengarungi hidup
Adalah jiwa kita yang menentukan tujuannya
Bukannya kelembutan atau kecamuk konflik
Beberapa tahun yang lalu saya diundang ke upacara minum teh tradi¬sional di nuang pertemuan dewan PHP, suatu onganisasi yang didirikan oleh Konosuke Matsushita dengan suatu misi untuk meningkatkan ke¬makmunan individu dan organisasi melalui pengembangan yang berke¬lanjutan. Cangkir teh yang diberikan kepada saya berasal dan awal jaman Edo (1650). Sesudah upacana tensebut saya menerima sejumlah tulisan dan Matsushita berjudul Velvet Glove, Iron Fist (Sarung Tangan Beludru, Kepalan Tangan Besi), yang di dalamnya memuat cerita tentang Ikeda Mitsumasa, Pangenan Perang yang terkenal dan jaman Edo. Cenita tersebut berkaitan dengan untuk membangkitkan yang terbaik dan diri kita, rekan kita, tim kita, dan organisasi kita, kita harus sepenuhnya memiliki tujuan yang jclas. Untuk sepenuhnya memiliki tujuan yang jelas kita harus menemukan keseimbangan antara kekerasan dan kelembutan. Bica¬ra tentang pengandaian, tangan Anda haruslah seperti kepalan besi (iron fist) dalam sarung tangan beludru (velvet glove).
Jika Anda selalu memuji orang lain untuk memperoleh yang terbaik dan mereka, meneka akan merasa puas diri dan tidak berkembang. Seba¬liknya, jika Anda selalu mengkritik mereka karrna tidak mengerjakan pekerjaan seperti yang seharusnya, mereka jadi enggan melakukan pen¬dekatan dengan ide-ide baru. Terdapat keseimbangan peran yang harus dilakukan. Para rekan Anda seharusnya paham bahwa dukungan Anda akan membantu mereka menjadi yang terbaik yang mereka mampu dan memberikan hasil yang baik pula. Namun mereka juga hanus waspada karena elemen kekerasan terletak di bawah permukaan. Tanpa memiliki kekerasan ini tidak mungkin Anda memiliki tujuan yang jelas. Tanpa dibungkus dengan kelembutan, kepemilikan Anda terhadap tujuan yang jelas itu akan kehilangan kekuatannya.
Suatu gabungan yang luar biasa antara kekerasan dan kelembutan membedakan pemimpin wirausaha yang terkenal seperti Jack Welch. Dalam suatu pertemuan dengan Jeff Immelt, sebelum dia ditunjuk seba¬gai penerus pimpinan GE, dia mengilustrasikan hal berikut. Setelah sekian lama tidak berhasil memecahkan suatu permasalahan yang sulit, Jeff mengatakan bahwa dia merasa letih dan ingin tidur. Welch mem¬bawanya ke sudut, melingkarkan tangannya, dan berkata: ‘Jeff, saya peng¬gemarmu yang terbesar, tapi kamu sedang mengalami tahun terburuk diperusahaan ini. Saya menyayangi kamu, dan saya tahu kamu dapat me¬lakukannya dengan lebih baik. Tapi saya akan mengeluarkan kamu jika kamu tidak bisa membereskannya.’ Sekitar empat tahun kemudian ketika dia memberikan tahtanya kepada Jeff Immelt sebagai penggantinya, Welch mengatakan: ‘Saya merasa senang sekali untuk pergi, dan saya akan merasa sangat ngeri jika saya memiliki keraguan terhadap Jeff.’
Welch percaya bahwa Anda harus bersikap keras untuk menjadi lembut. ‘Hanya perusahaan yang sukses mampu bensikap baik pada onang¬orangnya, dan Anda tidak akan benhasil apabila Anda tidak keras,’ katanya. Welch menerapkan filosofinya di GE dengan cara yang didebat oleh beberapa orang dengan istilah brutal, sebagai contohnya, semua manajer haruslah memecat paling tidak 10 persen dan staf mereka setiap tahun. Fakta yang menunjukkan bahwa GE telah menjadi satu dari orga¬nisasi winausaha yang paling berhasil dan konsisten, dengan dasan yang diletakkan oleh Edison sampai dengan dua dekade terakhir yang fenome¬nal di bawah kepemimpinan wirausaha Jack Welch. Jelasnya, filosofi onganisasi yang diasah oleh berbagai pimpinannya bersifat kondusif untuk mengembangkan pemimpin winausaha. Jeff Immelt terpilih dan antara onganisasi karena seperti kata Welch, ‘dia adalah orang yang paling memi¬liki tujuan jelas.’
Dua minggu setelah menerima tahta tersebut, Immelt mendapatkan ujian penuh bagi kepemilikannya akan tujuan yang jelas. Setelah peristiwa serangan tenonis yang biadab terhadap World Trade Center pada tanggal 11 September 2001 yang mengagetkan selunuh dunia, harapan GE yang berkesinambungan akan kemakmuran terlihat suram. Pengumuman yang dibuat Lmmelt dengan suatu tujuan untuk mempertahankan pertum¬buhan dua digit membangkitkan keyakinan yang mengerahkan seluruh pasar saham untuk mengambil sikap mental yang lebih positif.
Melesat ditengah Ketidakpastian
Memanfaatkan prinsip bertujuan jelas adalah dengan membentuk misi pnibadi, sejalan dengan mu adalah misi organisasi dan menetapkan tujuan dalam kerangka kerja misi-misi tensebut. Saya percaya lebih mudah untuk melakukan mi danipada tidak melakukannya. Pendapat saya berakar dari pertanyaan: ‘Mengapa kita bentoleransi tenhadap pimpinan yang buruk? Mengapa kita bertahan terhadap kecaman/knitik yang tidak adil, rekan yang menghalangi, kurangnya dukungan, janji yang tidak ditepati dan ketidakbijaksanaan? Jika kita lakukan, maka kita akan disalahkan atas pelanggaran ini pula. Jika seandainya tidak demikian, kita tidak akan siap untuk mengakomodir mereka. Saya juga percaya bahwa pada tingkatan mana kita mengakomodasi keburukan, sebanding dengan kekurangan kita untuk memiliki tujuan yang jelas. Demikian pula pada tingkatan mana kita meminta yang terbaik sebanding dengan seberapa kita memili¬ki tujuan yang jelas. Menerima apa pun yang kurang berarti tidak meng¬hargai baik apa yang kita lakukan maupun diri kita sendiri. Namun ter¬lalu sering kita menerima begitu saja keburukan karena kita merasa lebih pasti dengannya.
Kita hidup di jaman ketidakpastian, di mana kita terus berupaya mencari rasa aman di tengah ketidakpastian. Kepemimpinan organisasi tradi¬sional membutuhkan iklim kepastian. Kepemimpinan wirausaha maju dengan pesat di tengah ketidakpastian. Perbedaan utama adalah bahwa yang pentama akan mcncoba untuk menetapkan batasan, yang belakangan akan melihat jauh ke depan. Dalam menguji kepemilikan kita akan tujuan yang jelas, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab adalah pertanyaan-pertanyaan ini efektif dalam membawa kita untuk bercer¬min dan meninjau ulang, karena awalnya mereka hanya membutuhkan jawaban sederhana ya atau tidak. Mampu menjawab ‘ya’ untuk setiap pen¬tanyaan menunjukkan bahwa Anda memiliki tujuan yang jelas. Memiliki keinginan untuk menjawab ya lebih daripada ‘tidak’ menunjukkan bahwa dalam diri Anda terdapat aspirasi untuk memiliki tujuan yang jelas. Mengakui bahwa Anda lebih banyak menjawab ‘tidak’ daripada ‘ya’ sayangnya menunjukkan bahwa Anda tidak memiliki kejelasan dalam tujuan yang sesungguhnya dalam hidup maupun bisnis Anda.
Walaupun pertanyaan-pertanyaan itu bisa dijawab dengan jawaban sederhana ya mula-mula, akar dan setiap pertanyaan menuntut pencari¬an-batin, evaluasi pnibadi, dan pengalaman yang sulit dimenangkan hanya untuk mampu menjawab ya. Pertanyaan 1 — 5 contohnya, membutuhkan pentimbangan sangat matang karena pemahaman yang jelas akan din Anda dan kemudian menyelaraskan pnibadi Anda dengan apa yang Anda kerjakan dalam profesi Anda, kemudian menyatukannya dalam diri Anda sampai pada titik di mana Anda dapat menyampaikannya kepada orang lain untuk memperoleh dukungan meneka, merupakan hal terpenting dan kepemimpinan yang benhasil digabungkan dengan memiliki tujuan yang jelas dalam bertindak. Menjawab pentanyaan semacam ini seharusnya tidak menjadi suatu upaya untuk menghakimi seseorang, namun lebih untuk membantu menentukan apa yang dipenlukan untuk menjadi diri sendiri. Cara mengembangkan keselarasan yang demikian telah dibahas pada karya saya sebelumnya ‘Terlahir untuk Sukses’ dan ‘Jalan menuju Kesuksesan’. Keinginan saya di sini adalah untuk mengidentifikasi apa yang diperlukan untuk memiliki tujuan yang jelas.
1. Apakah Anda telah menerapkan misi pribadi?
2. Apakah Anda memiliki komitmen terhadap misi organisasi Anda?
3. Apakah Anda kedua hal tersebut berjalan?
4. Apakah Anda mengambil tindakan sehari-hari dalam memenuhi misi Anda?
5. Apakah Anda mampu menyampaikan misi Anda kepada orang lain?
6. Apakah Anda merasa sedih ketika orang lain melanggar janji mereka ter-hadap Anda?
7. Apakah Anda berjanji pada diri sendiri?
8. Apakah bersikap tegas ketika orang lain meragukan apa yang telah Anda
9. lakukan?
10. Apakah merasa aman ketika suatu hasil tidak menentu atau tidak pasti?
Memiliki Tujuan yang Jelas Dalam Tindakan
Hiroshi Okuda, pemimpin Toyota dan timnya menupakan contoh orga¬nisasi yang mempenlihatkan pninsip memiliki tujuan yang jelas. Bagi mereka, tujuan meneka yang jelas adalah melayani dunia dengan mobil yang berkualitas tinggi dan nilai baik yang membutuhkan perawatan mi¬nimal. Penciptaan nilai ekonomis Toyota tiada bandingnya dalam indus¬tni mi. Onganisasi mi telah mempertahankan pangsa pasarnya selama dua puluh tahun, walaupun banyak upaya pesaing untuk mengikisnya, karena kemampuannya untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuh¬an konsumennya. Salah satu faktor penentu kebenhasilan meneka adalah kembali ke hal-hal mendasar. Toyota secara terus menerus menyempur¬nakan sistem baru berjalan yang ditemukan pertama kali oleh Henry Fond dengan maksud untuk menghilangkan pemborosan pada setiap titik di jalur perakitan, mengembangkan rantai penyediaan tepat waktu (just-in¬time supply chains), dan menjaga biaya lebih rendah dan harga yang mau dibayar oleh konsumen.
Untuk memperluas keberadaan mereka secara global dan mempenta¬hankan riset dan pengembangan, membayar dividen dan pengeluaran tahunan, mereka mempertahankan cadangan sebesar 20 miliar dolar. Analis benspekulasi bahwa dengan perang seperti ini perusahaan chest se¬macam BMW dapat saja menjadi sasaran. Namun Toyota tidak memiliki keinginan untuk meningkatkan jangkauan global mereka melalui akuisisi sepenti yang dilakukan oleh Ford tenhadap Volvo, Land Rover dan Mazda, dan sepenti yang dilakukan GM membeli Saab dan saham di Fiat Auto, Suzuki dan Isuzu. Transaksi tambahan dan pengambilalihan besar-besaran tidak menjadi tujuan yang sesungguhnya. Meneka lebih berkonsentrasi pada investasi di pnoduksi dan desain lokal. Bahkan lebih danipada pe¬mikiran mi, sebagaimana dikatakan Mn. Okuda, ‘tujuan kami memiliki makna untuk menghapuskan cacat/kerusakan dan memastikan setiap Toyota dibuat dengan standar tinggi—ini menyelesaikan semua perma¬salahan yang lain.’
Pemimpin yang memiliki tujuan jelas memiliki kemampuan sama de¬ngan perusahaan yang melingkupinya. Welch memilih Immelt dan penusahaan yang memiliki kualitas Welch dan Immelt sccara berkelim¬pahan. Mr. Okuda mengepalai perusahaan yang berbagi tujuan. Alexan¬der Agung memimpin dan depan, namun dia dikelilingi oleh tim pe¬ngawal elit yang telah dilatihnya. Dia telah memilih yang terbaik dan mencoba membangkitkan yang tenbaik dan mereka. Ketika Alexander meninggal, tim yang telah berkembang bersamanya mampu menjaga banyak kenajaan penerusnya berabad-abad lamanya. Ingatlah bahwa untuk memiliki tujuan yang jelas berarti berpendinian, memiliki fokus, memiliki keyakinan akan keputusannya, memiliki kemampuan memutuskan, dan berdaya tahan serta bersikap keras. Pemimpin wirausaha harus cukup memiliki kekerasan hati untuk mem¬bangkitkan yang terbaik dan orang-orangnya sekalipun dia harus bersikap keras.
(Responsible) – TANGGUNG JAWAB: kehandalan yang sejati.
Geral Ronson meninggalkan bangku sekolah pada usia 15 tahun. Ia ber¬kelimpahan satu kualifikasi yang sangat penting dalam membawa kesuk¬sesan dalam hidup; keinginan kuat untuk mengejar gairah. Kita semua memilikinya namun kita tenggelam, bukan mengejarnya. Di tempatnya kita memperoleh kualifikasi yang berbeda, yang semuanya lebih sering berubah menjadi ketidakpuasan dalam kelimpahan; kebutuhan untuk mengejar pensiun. Merupakan sesuatu yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan pensiun, namun kita juga bertanggung jawab untuk me¬ngejar gairah kita. Sesungguhnya, itulah tanggung jawab terbesar kita; jika kita tidak bisa bertanggung jawab terhadap din sendiri, bagaimana kita bisa bertanggung jawab terhadap orang lain? Kita mungkin memang tidak selalu bertanggung jawab untuk tanggung jawab yang dimiliki orang lain, namun kita selalu bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kega¬galan kita. Dalam istilah bisnis mengejar gairah berarti memelihara ke¬berhasilan kita sementara mengamankan pensiun kita melalui tawar¬menawar. Ini hanya dapat terjadi karena kondisi yang kami percayai bahwa mengejar gairah adalah sesuatu tindakan yang tidak bertanggung jawab. Mengejar melibatkan bertanggung jawab walaupun dengan suatu paradigma fokus pada solusi, dan bukannya paradigma yang fokus pada menyalahkan orang lain. Terlalu sering dunia bisnis berfokus pada mene¬mukan siapa yang harus disalahkan untuk suatu masalah. Inilah alasan mengapa terdapat keengganan untuk mengambil bagian atau mengambil suatu tanggung jawab. Ini dapat membahayakan pensiun.
Dalam mengejar gairahnya Gerald Ronson telah membangun Heron, perusahaan swasta yang terbesar dan paling menguntungkan di Inggris. Dengan melakukan penjualan eceran bahan bakar minyak secara revolu¬sioner pada tahun 1970-an, Ronson menjadi penggagas pertama konsep tempat pengisian bahan bakar dan warung swalayan bertenda. Jika bukan karena dia, orang-orang tidak akan dapat memperoleh makanan ringan di larut malam, atau mengisi bahan bakar mobil jam dua pagi. Dia memiliki visi untuk menyadari bahwa orang-orang menginginkan kenyamanan pada saat mereka berbelanja. Dengan Heron sebagai pengecer (retailer) independen terbesar di Inggris dengan penghargaan terhadap pelatihan manajemen dan tugas untuk memberikan saran untuk pemasaran minyak bumi secara internasional, Ronson terus mengumpulkan keberuntungan yang lebih jauh dengan grup wirausaha propertinya, Heron International, perusahaan bangunan swasta yang ternama di Inggris. Pada tahun 1990 dia masuk penjara.
Gerald Ronson adalah satu di antara empat, termasuk pemimpin Guinness, Ernest Saunders, yang dipersalahkan berkolusi dalam operasi dukungan saham melanggar dihukum, untuk menjamin keberhasilan peng¬ambilalihan Distillers oleh Guinness senilai 4 miliar dolar empat tahun sebelumnya. Dengan mengabaikan beda pendapat bahwa ia telah meng¬alami pemeriksaan pengadilan yang tidak adil, Ronson dipenjara dan didenda sebesar 7 juta dolar. DTI (Departemen Perdagangan dan Industri Inggris) telah menetapkan untuk memberikan contoh mengenai apa yang mereka percayai sebagai konspirasi. Permohonannya untuk naik banding ditolak. Sesungguhnya salah satu dan pelaku konspirasi Jack Lyons telah dicopot kebangsawanannya, yang sebelumnya dianugerahkan untuk kerja kerasnya di bidang kemanusiaan dan bisnis. Tidak sampai sepuluh tahun kemudian Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia di Strasbourg memutuskan bahwa Ronson telah mengalami pengadilan yang tidak adil.
Sebagai tahanan teladan dan bahkan dinamai ‘Sang Gubernur’ di an¬tara sesama narapidana, Ronson dibebaskan enam bulan kemudian. Pada saat yang sama kemerosotan penuh pada awal tahun 1990-an telah me¬nyebabkan Grup Heron terhuyung-huyung dalam ketidakmampuan membayar hutang sebesar 2 miliar dolar. DTJ dan para veteran pers menunggu setiap hari demi berita dan kantor pusat Heron di London. Tidak pernah muncul. Banker dan kreditur sungguh-sungguh lebih me¬miliki keyakinan pada orang yang mengejar gairah yang meninggalkan bangku sekolahnya pada usia 15 tahun daripada para praktisi pengejar pensiun yang mengalami ancaman ketidakmampuan membayar hutang dalam jumlah amat besar. Kepercayaan mereka telah didukung oleh keter¬bukaan Ronson mengenai masalah yang dihadapi oleh grup dan penilai¬annya yang realistis tentang pembedahan yang diperlukan. Dia menyadari bahwa tanggungjawab utamanya adalah pada organisasi Heron dan kepa¬da orang-orang yang telah membuat keberhasilan. Rencananya termasuk melepaskan hampir seluruh saham keluarganya di grup itu, dan mem¬buang hampir semua stasiun swalayan yang dengan susah payah dikem¬bangkannya.
Heron dapat bertahan hidup dan kemudian mengembangkan pemba¬ngunan tempat-tempat belanja dan rekreasi bernilai miliaran dolar di selu¬ruh Eropa. Dengan mengantisipasi permintaan baik stasiun pengisian bahan bakar swalayan maupun toko tenda di bagian depan bangunan, Ronson bergerak melawan trend belanja lewat Internet, dan percaya bahwa pusat belanja 24 jam yang dimotori oleh dunia hiburan itulah yang diinginkan konsumen. Sekali lagi dia terbukti benar. Prediksinya bahwa ketika tempat perbelanjaan standar yang kurang memberikan nilai tam¬bah bergeser kepada belanja melalui Internet dan televisi, jaringan penge¬cer (retail) dipaksa untuk memberikan nilai tambah atau malah akan mati jadi kenyataan. Telah terjadi pergeseran yang berlanjut di dunia retail ke aktivitas yang lebih fokus, gaya hidup dan hiburan.
Baru-baru saja Gerald Ronson memenangkan penghargaan UK Pro¬perty Personality of the Year. Penghargaan mi ditentukan melalui voting yang dilakukan melalui polling telepon di industni pnoperti, dan orang yang berpengaruh di dunia internasional yang kembali memimpin Grup Heron tampil sebagai pemenang. Alasannya adalah karena orang-orang properti menghargai seorang pejuang yang bertahan hidup, pengembang wirausaha, seseorang yang mempertahankan loyalitas baik rekan sekerja maupun teman-teman dan tanggung jawab untuk melakukan apa yang harus dilakukannya. Sekanang mi Heron merupakan kekuatan utama properti internasional yang dikenal membangun suatu tim berdedikasi yang terdini dan orang-orang yang berpengalaman, penuh intuisi dan keahlian dalam mengembangkan dan mengelola propenti untuk memak¬simalkan nilainya. Walaupun Heron telah memiliki sejumlah besar stasi¬un pengisian bahan bakar swalayan, Ronson menyempatkan dirinya untuk mengunjungi satu per satu dan mereka secara rutin. Pendekatan manajemen, motivasi dan layanan yang diberikannya telah membuahkan Penghargaan Industry Training—secara kebetulan merupakan salah satu divisi dan DTI. Mempertahankan keyakinan dan loyalitas dan orang-orang Anda, teman-teman, kreditur dan kelompok Anda betapa pun dunia Anda telah berubah, merupakan suatu ukuran yang sebenarnya dan keberhasilan. Untuk menciptakan budaya di sekeliling Anda di mana setiap orang per¬caya ‘jika memang hanus demikian, itu terserah saya’ membutuhkan gairah yang bahkan membuat keberuntungan datang menolong Anda. Sebaliknya Pemimpin Guinness, Ernest Saunders, terperangkap dalam sisi ‘siapa yang patut disalahkan’ dan pedang bermata dua dan akuntabilitas, ketika dewan direksi yang penakut mengabaikannya saat situasi menjadi tidak menguntungkan. Organisasi yang beroperasi di bawah kepemim¬pinan menunjuk ke siapa yang bisa disalahkan tidak akan dapat mem¬bangun lingkungan wirausaha yang akan meningkatkan akuntabilitas. Mengakui bahwa Anda salah membutuhkan keberanian, menyelesaikan segala sesuatunya menjadi baik dengan bertanggung jawab membutuhkan pengalaman. Pengalaman didapatkan dengan cara diizinkan untuk berbuat salah dengan catatan bahwa ada dukungan loyal di belakang Anda. Gairah dan tindakan yang bertanggung jawab dan Julius Caesar memba¬ngun sebuah kekaisaran. Namun ketika waktu berganti seperti yang terja¬di di dalam setiap siklus kehidupan, dia menyerahkan hidupnya demi akuntabilitas. Penyesalannya yang paling mendalam adalah ketidaksetiaan yang dirasakannya dan tangan orang yang paling dekat dengannya. Perumpamaan membunuh rekan dengan mempersalahkannya bukanlah jalan yang ditempuh dalam kepemirnpinan wirausaha.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab sendiri mengenai ‘akan menjadi seperti apa perusahaan saya, jika semua orang seperti saya’ adalah sebagai berikut: Menanamkan akuntabilitas yang sebenarnya dalam diri kita membu¬tuhkan evaluasi yang teratur. Kebiasaan memahami betapa kita harus bertanggung jawab terhadap apa yang kita pikirkan dan lakukan menu¬pakan hal bernilai untuk dibangun. Menanamkan akuntabilitas yang sebenarnya pada din orang lain membutuhkan pujian dan evaluasi kiner¬ja yang teratur. Kebiasaan semacam ini akan mengembangkan loyalitas yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih besar sebagaimana tanggung jawab yang kita harapkan dan orang lain. Sebagian besar evalu¬asi kinerja tradisional terlalu terpisah-pisah dan lebih berlandaskan pada ‘bagaimana Anda dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik’ danipada ‘seberapa balk yang telah Anda lakukan.’ Evaluasi kinerja seharusnya mengikutsertakan secara tepat apa yang ingin dicapai dan kata itu: baik mengevaluasi maupun juga memuji.
Mengakui bahwa Anda salah membutuhkan keberanian,
Menyelesaikan segala sesuatunya menjadi baik dengan
Bertanggung jawab membutuhkan pengalaman
Evaluasi prestasi kinerja formal yang sesungguhnya seharusnya dilaku¬kan sekurang-kurangnya setiap tiga bulan, sementara pemberian pujian secara informal dan membangun keyakinan dilakukan pada setiap kesem¬patan yang ada. Menciptakan suatu nilai tambah dan peluang adalah hakikat kewirausahaan. Jika kita tidak dapat mengambil kesempatan untuk mengembangkan orang lain, maka mereka juga tidak akan memi¬liki loyalitas yang sama atau motivasi untuk bertanggungjawab mengejar peluang bagi organisasi mereka.
(Integrity) — INTEGRITAS: nilai yang sejati
Tidak ada kualitas tunggal yang mendefinisikan para pemimpin, baik yang berpemikiran wirausaha atau tidak. Namun kualitas yang tak dapat diabaikan adalah melakukan sesuatu yang benar berdasarkan kesadaran akan kehormatan dan penghargaan pada orang lain. Memahami apa yang benar untuk dilakukan dan secara nyata mengerjakannya berarti memiliki integnitas. Filsuf Yunani Socrates percaya bahwa untuk sungguh menge¬tahui apa yang benar tidak mungkin tanpa bertindak selaras dengannya. Ketika dia telah dijatuhi hukuman mati oleh pemenintah untuk apa yang dianggap sebagai pandangan yang sangat kontroversial, teman-temannya memaksanya untuk melarikan diri dengan rencana yang telah mereka susun. Socrates dengan tegas menolak saran mereka, dengan menjawab: ‘Sepanjang hidupku, aku telah mengajarkan bahwa orang harus mema¬tuhi hukum yang berlaku di suatu tempat. Jika hukum itu salah maka kita harus memperbaikinya melalui diskusi, dan walaupun saya menjadi kor¬ban ketidakadilan, saya tidak dapat dengan tiba-tiba melawan apa yang menjadi kepencayaan saya hanya karena hidup saya terancam. Pnionitas pertama manusia bukan hanya untuk hidup, namun untuk memimpin suatu kebaikan dan menjalani kehidupan’ Dengan lebih memilih untuk memberikan hidupnya dibandingkan hidup tanpa integnitas, dia mem¬buat sebuah contoh sangat besar mengenai melakukan apa yang Anda ajarkan.
Sebagai seonang pemimpin, jika Anda mengajarkan sesuatu dan me¬lakukan hal yang bertolak belakang untuk menyelamatkan diri Anda sendiri, Anda tidak akan pernah berhasil meyakinkan orang. Nixon dipak¬sa keluar dari kantor Kepresidenan karena dia dituduh sebagai orang yang tidak memiliki integritas. Integritas adalah suatu kualitas yang membuat orang percaya pada Anda. Tanpa adanya kepercayaan, tidak akan ada suatu hubungan, dan sudah pasti tidak akan berjalan. Kemanusiaan yang asli adalah sebagaimana adanya, Anda mungkin tidak akan dapat hidup dengan memegang 100% prinsip ini sepanjang waktu. Namun demikian pemimpin wirausaha yang tidak cukup memilikinya tidak akan mampu untuk membangun iklim loyalitas yang sangat penting berbagi kesempatan ide inovatif. Sesungguhnya, saya percaya bahwa sekutu terbesar bagi organisasi wirausaha adalah dukungan yang loyal secara moral maupun finansial yang didapat dari reputasi integritas.
Menemukan Nilai yang Sejati
Ketika saya memfasilitasi pengembangan pernyataan misi dan visi inti ( core value ) untuk perusahaan satelit yang baru dibentuk dari suatu organisasi telekomunikasi yang besar, proposal dari kelompok kerja saya tidak mempedulikan nilai-nilai tradisional. “Ya, memang penting untuk mengenal tujuan kita” para anggota kelompok berpendapat, ’ namun untuk mendukung pencapaian tujuan dengan kata-kata kosong tanpa arti, dibandingkan dengan apa yang tampaknya dimiliki oleh setiap organisasi lain di industri ini, kita hanya membuang –buang waktu jika harus mencoba melakukan sesuatu yang membuat kita istimewa dari yang lain.
Bagian paling penting dari proses yang mereka jalani adalah mereka mampu menemukan apa yang menjadi nilai mereka yang sejati dengan suatu cara yang membuat mereka memiliki kemauan untuk menyampaikan baik kepada orang-orangnya maupun kepada konsumennya. Pertanyaan-pertanyaan pada berikut dibawah ini, dapat Anda jawab dengan jujur untuk menolong Anda menemukan nilai sesungguhnya.
Strategi haruslah berubah untuk menyesuaikan keadaan,
sedangkan nilai inti tidak dapat berubah sekalipun
keadaan berubah
1. Apakah Anda memahami hal-hal yang benar-benar penting bagi Anda ten-
tang pekerjaan Anda? Y/T
2. Apakah Anda memahami hal-hal yang benar-benar penting bagi Anda ten-
tang organisasi Anda? Y/T
3. Apakah Anda memahami hal-hal yang benar-benar menarik bagi Anda dalam
apa yang Anda kerjakan? Y/T
4. Apakah Anda memahami hal-hal yang benar-benar mengganggu Anda ten-
tang organisasi Anda? Y/T
5. Apakah Anda memahami hal-hal yang membuat Anda merasa bangga ketika
Anda diminta melakukannya? Y/T
6. Apakah yang terpenting dari pekerjaan Anda? ……………….
7. Apakah nilai primer bagi Anda? ……………………………..
8. Apakah nilai primer yang membedakan organisasi Anda dari yang lain? ……
9. Apakah nilai primer yang Anda ketahui di dalam diri orang lain? ………………
10.Jika Anda harus menerapkan pilihan melawan nilai primer Anda, namun
dengan melakukannya Anda dijanjikan suatu promosi tertentu yang me-
mungkinkan mencapai tujuan Anda, apakah Anda akan tetap memilih demi-
kian? Y/T
(Nonconformity) – KETIDAKCOCOKAN: kreativitas yang sesungguhnya
Pemimpin wirausaha bukanlah seorang yang mudah cocok, kecuali dalam hal ketaatan mereka terhadap nilai inti. Tak seorang pun mencapai sukses yang sesungguhnya untuk menjadi diri sendiri dengan menjadi seorang yang mudah cocok (konformis). Namun dalam bisnis, banyak orang berpegang teguh pada pola yang mereka percayai, yaitu selubung mayoritas merupakan suatu prasyarat bagi persetujan dan keberhasilan. Dengan cara ini bisnis menjadi mangsa mitos , mendasar—bahwa mayoritas secara otomatis dan tanpa terkecuali selalu benar. Namun mayoritas tidaklah maha tahu semata-mata karena dia adalah mayoritas dan sullt untuk memastikan kebenaran pendapat tersebut. Orang yang mengabaikan pen¬dapat telah menghasilkan keberhasilan yang lebih kreatif Seseorang seperti itu adalah Jim Clark.
Walaupun sebagian besar dari kita memperoleh manfaat dari inovasi¬nya, hanya sedikit orang yang pernah mendengar pemimpin wirausaha yang telah berperan penting dalam membangun tiga organisasi miliaran dolar yang terpi- sah satu sama lain mulai dari awalnya. Efek spesial pada film yang kita nikmati adalah hasil karyanya. Kita dapat secara universal mengakses internet karena dia. Kita memperoleh bantuan medis secara on line karena dia.
Setelah dikeluarkan dari sekolah, ia mengambil PhD di bidang ilmu komputer. Dipecat pada usia 38 tahun karena pembangkangan dari New York Institute of Technology, Clark melanjutkan mendirikan Silicon Graphics. Dibantu oleh lulusan Stanford yang tertarik pada teknologi kreatifnya, dan chip yang didesain untuk memproses gambar tiga dimensi real time, Silicon Graphics menjadi pemimpin tingkat dunia dalam hal teknologi komputer berkemampuan tinggi. Solusi dan produk visualisasi kompleks mereka secara dramatis mempengaruhi industri film, penerbangan, otomotif, ilmu pengetahuan, pertahanan, media, dan industri manufaktur.
Diusir dari dewan direksi perusahaan yang didirikannya, Clark kemudian memulai Netscape. Dia tidak menemukan Internet. Itu terjadi secara tidak langsung seperti Pentagon mencari jalan untuk mengirimkan informasi rahasia. Clark meyakini bahwa:
Mereka bagaikan orang-orang dari satu suku bangsa dengan sekumpulan tujuan umum dan dalam pengertian bahwa Anda dapat memiliki kejujuran dari setiap orang yang berkontribusi, Anda membuat mereka menjadi bagian dari proses. Anda menjadikan mereka sebagai pemegang ¬saham. Anda membuat mereka menang ketika perusahaan menang. Ini barangkali melawan pendapat tradisional, namun ketidakcocokan (nonconformity) semacam ini penting bagi semangat wirausaha.
Konformis tidak dilahirkan, mereka dibuat. Sesungguhnya tekanan terus-menerus membombardir individu, dengan maksud bahwa mereka dapat diizinkan untuk mendaki tangga penerimaan untuk sukses, datang dari semua sisi, hanya berbeda sedikit dari generasi kegenerasi. Seringkali kita mematikan ide-ide dan pemikiran brilian kita sendiri hanya karena mereka adalah milik kita. Mereka dibimbing oleh apa yang benar bagi mereka dan bukan apa yang benar bagi masyarakat. Nonkonformis yang sejati berpakaian dan berperilaku tidak peduli apakah konvensional atau tidak konvesional karena dengan cara itulah mereka merasa nyaman. Itu adalah cara mereka. Bukan untuk terkenal , berbeda atau diberi label penentang.
Jawablah pertanyaan dibawah ini untuk menguji sikap nonkonformis Anda.
1. Anda berada ditengah-tengah konfrensi dan terdapat sebuah lelucon yang menurut tidak lucu maupun pintar. Setiap orang tertawa dengan ‘tawa perusahaan’ karena ’seseorang yang penting’ menyuruh demikian. Apakah Anda ikut tertawa?
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
2. Pada sebuah pertemuan, seorang rekan memiliki ide yang ditolak oleh semua orang sebagai sesuatu yang tidak layak untuk dilanjutkan. Anda menyadari bahwa Anda sendiri yang beranggapan bahwa ide tersebut berharga untuk didiskusikan lebih lanjut?
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
3. Anda terlibat dalam suatu proyek yang sungguh-sungguh Anda yakini. Dengan anggaran ketat berarti proyek Anda akan terbuang oleh karena proyek lain yang Anda percaya tidak akan berjalan. Rekan-rekan Anda setuju, namun merasa mereka harus bergabung dengan proyek lain. Apa yang Anda lakukan?
4. Raja George IV dari Inggris mengembangkan gaya baru di dunia sepatu pada tahun 1820-an. Pemikiran wirausaha mengenai boot yang diperkenalkan diperbanyak dan merupakan suatu hal biasa sekarang ini, namun pada masanya merupakan hal yang tidak lazim. Apakah itu?
5. Anda diundang ke sebuah acara eksklusif dengan pemberitahuan mendadak. Anda telah berjanji pada diri Anda sendiri untk berada ditempat lain. Apakah Anda mengubah rencana Anda?
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
Tingkatan yang mempengaruhi kita secara eksternal ada pada proporsi langsung terhadap sikap konformis kita. Bersikap khawatir dan resah ter¬hadap sesuatu yang tidak sugguh-sungguh dan sepele, bahkan sampai dengan mengenakan apa yang dipahami sebagai pakaian yang benar, mengemudikan mobil yang benar dan tinggal di tempat berlindung yang pantas, merupakan kepompong bagi kita dalam suatu budaya yang dipikirkan orang lain sebagai yang terbaik bagi kita. Meniru tanpa banyak tanya mereka yang mengikuti jalur yang membuat yakin merupakan satu-satunya jalan, telah mengabaikan individualitas kita. Ketika melakukannya kita melepaskan kemampuan kita untuk berinovasi dan kita sebaiknya menjadi peniru. Saya yakin bahwa nonkon- formitas atau konformitas diukur dari kreativitas atau kurangnya kreativitas kita. Makin tidak masuk akal ide kita, makin nonkonformitis diri kita. Dalam istilah nonkonformitis yang kreatif, Einstein; ‘Jika, pada awalnya, suatu ide tidaklah mustahil, maka tidak ada harapan untuk itu.
Setiap organisasi yang orang-orangnya takut untuk mengatakan
apa yang mereka yakini, berbuat kekeliruan, atau menjadi
sangat inovatif demi kepentingan perusahaan, hanya akan
sukses dalam membangun konformitis musiman/sementara
(Coureqeous) – KEBERANIAN : kekuatan yang sejati
Ketika Anda memiliki keberanian terhadap pendirian Anda dan kebe¬ranian untuk menjadi diri Anda sendiri dan mengikuti jalan yang Anda percayai sebagai yang terbaik, kekuatan Aiida yang sejati berkembang secara alami. Pada pekerjaan sebelumnya, saya beradu pendapat melawan analisis SWOT yang umum digunakan, sebagai gantinya saya memperke¬nalkan analisis SOM. Analiss SWOT digunakan secara umum dalam organisasi umum dalam organisasi bisnis. Di dalamnya, Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ditinjau ulang dan diperhatikan, sementara kategori Kelemahan lebih diutamakan daripada apa yang dianggap sebagai kekuatan. Setiap laporan akan menekankan lebih pada yang pertama daripada yang terakhir secara sungguh-sungguh, sekalipun salah pedoman, kepercayaan bahwa sesuatu yang salah haruslah menjadi perhatian.
Karena adanya kecenderungan ini, analisis SWOT lebih tepat disebut sebagai Tes yang hanya mencari kelemahan. Lebih banyak waktu dihabiskan dengan pegawai sales mengenai target penjualan yang tidak dicapainya dibanding dengan mereka yang berhasl memenuhinya dengan sukses. Cara paling efektif untuk mengembangkan dan pelang adalah dengan mengabaikan hal-hal lainnya. Dengan merapkan analisis Kekuatan, Peluang dan Manfaat, SOM akan memfokuskan perhatian Anda hanya pada elemen yang penting. Ingatlah, para atlit memastikan bahwa mereka berlatih hanya pada apa yang mereka dapat lakukan dengan baik. Dalam melakukannya, mereka mengingat apa yang bisa mereka lakukan, dan bukannya apa yang tidak bisa lakukan. Melakukan analisis SOM untuk maju daripada analisis SWOT untuk mundur memungkinkan Anda untuk menemukan di mana Anda memiliki kemampuan yang baik melakukan lebih dari itu ; dan menemukan di bagian mana Anda tidak dapat melakukan dengan baik sehingga Anda dapat berhenti melakukannya.
Pertanyaan untuk dijawab dalam mengenali dan menerapkan kekuatan dalam daftar berikut :
1. Bidang mana yang paling menyerap Anda dalam pekerjaan?
2. Terhadap peran film apa Anda terkait?
3. Apa mata pelajaran favorit Anda semasa sekolah?
4. Apa yang Anda lamunkan?
5. Olah raga apa yang paling Anda sukai?
6. Apakah Anda mendelegasikan apa yang tidak dapat Anda kerjakan dengan baik?
7. Pada saat yang menyulitkan bagi Anda, apa yang putuskan?
8. Apa yang menjadi pemecahan yang berulang-ulang bagi Anda?
9. Tahukah Anda apa yang diharapkan orang lain dari Anda?
10. Tahukah Anda tiga kekuatan terbesar dari Anda?
11. Apakah Anda mengaplikasikannya dengan sepenuhnya?
Tidak ada seorang pun yang menyukai ditemukannya
Kesalahan dalam apa yang mereka lakukan. Namun setiap
Orang memiliki kecenderungan untuk melakukannya terhadap
orang lain. Belajar mengenali kekuatan dan mengembangkan keberanian untuk
menggunakannya secara efektif sangatlah penting
(Intuitive) — INTUITIF : keputusan yang sesungguhnya
Suatu keputusan yang nyata merupakan sesuatu yang sangat penting. Bukan apa yang anda, Anda makan, ke mana Anda akan pergi atau bahkan, mobil apa yang akan Anda beli. Keputusan yang sesungguhnya adalah sesuatu yang mempengaruhi masa depan dan keberhasilan Anda dan juga orag lain. Sedikit orang akan berpendapat bahwa salah satu kemampuan yang terpenting dalam bisnis adalah untuk maju bersama dengan yang lain. Saya percaya bahwa itu sama pentingnya dengan membuat keputusan yang benar ‘Tentu saja demikian! dapat saya bayangkan Anda berkata kepada diri Anda sendiri. Hidup ini akan menjadi sempurna yang kita harapkan jika ini yang terjadi. Namun membuat keputusan yang sulit, apalagi selalu membuat keputusan yang benar. Saya berpendapat, setiap dari kita dapat belajar bagaimana untuk menjadi intuitif sampai pada titik saat kita harus membuat sesuatu keputusan yang sangat penting, baik besar maupun kecil, dengan latihan bertahap untuk menjadi yang terbaik.
Intuisi adalah suatu keputusan yang kita semua miliki sejak lahir, seperti kemampuan untuk bernafas dan makan. Ketika kita mengenali bimbingan intuitif kita, keputusan kita selalu benar. Suatu hal yang mengejutkan bahwa banyak dari kita tidak bernafas ataupun makan dengan tetap.
Efektif Secara Mengejutkan
Walaupun keputusan sesungguhnya yang mula-mula adalah untuk mengambil sekolah hukum, karena dia percaya itulah yang diharapkannya dan dengan gelar Stanford secara logis benar; Carly Florina keluar dari sekolah hukum setelah beberapa bulan karena baginya itu tidak terasa benar dan tidak sepenuhnya benar. Bahkann tanpa pernah membayangkan karier di bidang bisnis karena besar di lingkungan akademik, Carly ber¬gabung dengan perusahaan broker investasi di bidang real-estate, Marcus & Milichap sebagai resepsionis. Kantornya berseberangan dengan kantor pusat Hewlett Packard. Dia mempelajari dasar-dasar perdagangan selama satu tahun dan kemudian pergi ke Italia untuk mengajar bahasa Inggris. Dia kemudian memutuskan bahwa sekolah bisnis adalah yang paling tepat untuknya.”Memilih sekolah bisnis merupakan hal mengejutkan namun sepenuhnya tepat bagi saya,’katanya.”jangan biarkan pilihan-pilihan melumpuhkan Anda. Buatlah keputusan karena itu terdengar dan terasa benar, dan pilihlah apa yang akan terjadi.
Dari pertanyaan itu timbul ia meminta mereka untuk bertanya pada diri mereka sendiri dengan pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah saya bertindak karena suatu peran, atau saya hidup dalam kebenaran?
2. Apakah saya memilih, atau saya sudah berhenti memilih?
3. Apakah saya disuatu tempat memberdayakan pikiran dan menangkap hati?
4. Apakah saya terperangkap dalam masa lalu, atau saya mendefinisikan masa depan saya?
Mempertanyakan Keputusan
Pada Tabel 3.3. terdapat 5 pertanyaan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang sebenarnya yang bisa ya atau tidak sesuai bagi diri Anda saat ini. Dalam menjawabnya gunakan prosedur 4 pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa saya ketahui tentang ini?
( Bagaimana fakta-fakta menjadi logis? )
2. Apa yang saya pikirkan tentang ini?
( Apa interpretasi saya? )
3. Apa yang saya rasakan tentang ini?
( Apakah perasaan saya terpengaruh? )
4. Apa intuisi saya tentang ini?
( Apakah itu terdengar benar? )
1. Apakah saya harus mendaftar untuk suatu posisi yang segera dibuka?
- Apa yang saya tahu tentang ini?
- Apa yang saya pikirkan tentang ini?
- Apa yang saya rasakan tentang ini?
- Apa intuisi saya tentang ini?
2. Apakah saya harus melanjutkan proyek yang saya kerjakan saat ini?
- Apa yang saya tahu tentang ini?
- Apa yang saya pikirkan tentang ini?
- Apa yang saya rasakan tentang ini?
- Apa intuisi saya tentang ini?
3. Apakah akuisisi/merger/pembuangan merupakan jalan yang tepat untuk dilalui?
- Apa yang saya tahu tentang ini?
- Apa yang saya pikirkan tentang ini?
- Apa yang saya rasakan tentang ini?
- Apa intuisi saya tentang ini?
4. Apakah hubungan/kerja sama ini merupakan yang terbaik?
- Apa yang saya tahu tentang ini?
- Apa yang saya pikirkan tentang ini?
- Apa yang saya rasakan tentang ini?
- Apa intuisi saya tentang ini?
5. Apakah saya memenuhi peran saya sekarang dengan efektif?
- Apa yang saya tahu tentang ini?
- Apa yang saya pikirkan tentang ini?
- Apa yang saya rasakan tentang ini?
- Apa intuisi saya tentang ini?
Pembelajaran kembali untuk mempercayai intuisi kita mem-
butuhkan pengakuan bahwa bagi setiap pertanyaan yang kita
hadapi, tersedia jawaban di sana
(Patience) — KESABARAN: hubungan yang sesungguhnya
Manusia memiliki keunikan, dalam menempatkan batasan waktu bagi suatu hasil yang diinginkannya dalam hidup, khususnya berkaitan dengan relasi. Tentu saja, mudah bersikap sabar terhadap sesuatu yang ihasilnya sudah ten- tu, karena dalam kepastian, hanya sedikit ruang untuk kecemasan. Terdapat hubungan langsung yang berkaitan antara kesabaran dan kepastian, sebanyak antara ketidaksabaran dan keraguan. Semakin Anda tidak sabar untuk sesuatu berjalan sesuai kehendak Anda, semakin Anda bertanya-tanya apakah akan terjadi demikian. Kapanpun Anda mempertanyakan suatu ide intuitif yang Anda percayai benar, pertanyaan Anda menyebabkan meningkatnya keraguan sampai Anda berpikir bahwa ide itu tidak tidak masuk akal dan kemudian mengabaikan atau mengulurnya hingga sesuai dengan batasan rasional Anda. Sekalipun ide tersebut benar dalam rasio Anda, terpengaruh oelh ketidaksabaran Anda untuk mencapai apa yang Anda inginkan, akan tampak sebagai ide yang salah atau jalan yang terlalu lambat untuk apa yang Anda inginkan. Bersikap sabar membutuhkan keyakinan.
Satu Langkah Pada Setiap Waktu
Kesabaran merupakan kunci dasar, baik dalam membangun maupun mempertahankan hubungan. Ketidaksabaran merupakan pembalasan keadilan dari relasi dengan relasi konsumen. Dalam menjawab pertanyaan Tabel 3.4. Anda dapat dengansegera mempelajari kuota kesabaran Anda. Jika Anda memiliki kecenderungan menjadi seperti kura-kura. Anda akan menjawab dengan selalu/kadang-kadang. Ini karena Anda memiliki keyakinan dalam apa yang Anda kerjakan dan memiliki kepastian bahwa segala sesuatu terjadi pada saat yang tepat dan ditempat yang tepat.
1. Apakah Anda bersabar ketika orang lain tidak memahami Anda?
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
2. Apakah Anda bersabar ketika batas waktu tidak bisa dipenuhi?
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
3. Apakah Anda memberikan kepada orang lain perhatian Anda yang terpecah-
pecah?
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
4. Apakah Anda fokus kepada hasil atau proses dalam tindakan yang Anda
fokuskan?
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
5. Apakah kurangnya sumber daya finansial membuat Anda tidak sabar?
Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
Kita membangun keyakinan yang lebih besar ketika kita belajar
untuk bekerja dengan sabar dalam proses apa yang kita
kerjakan daripada bersikap tidak sabar menunggu hasil
dari usaha kita
(Listen) — MENDENGARKAN: pasar yang sesungguhnya
Pemasaran adalah istilah yang pada mulanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana keberhasilan suatu bisnis bergantung sepenuhnya pada sesuatu di luar dirinya. Pemasaran mengajarkan, jika kita mendengarkan perekonomian, masyarakat, dan konsumen, kita dapat menggunakan informasi tersebut untuk menentukan strategi internal. Aneh,nya pemasaran sangat jarang digunakan untuk hal ini. Bukan berarti ‘siapakah konsumen kita’ , pemasaran telah menjadi sekadar alat pendukung penjualan dengan bertanya ‘bagaimana kita dapat menjual lebih banyak yang kita inginkan. Dengan telah beralihnya kita dari budaya menjual produk menjadi melayani konsumen, sekarang menjadi lebih penting untuk mendengarkan pasar kita dan menentukan apa yang mereka inginkan dibanding masa-masa sebelumnya.
Mendengarkan merupakan suatu hal vital dalam bisnis, khususnya dalam tiga area utama, namun jarang kita menyediakan waktu untuk mereka satu persatu. Area pertama berkaitan dengan siapa saja yang memiliki tanggung jawab besar untuk mengerjakannya. Area kedua adalah siapa saja yang terlibat dalam suatu posisi tanggung jawab seharusnya selalu memiliki kemauan untuk mendengarkan ide dan pemikiran kolega-koleganya. Area ketiga berkaitan dengan mendengarkan menggunakan suatu cara hingga Anda mampu menyadari pada pasar riil semacam apa kita seharusnya lebih memfokuskan diri, bahkan bila hal itu bertentangan dengan para analis.
1. Apakah tim pemasaran Anda menulis iklan, mendisain brosur dan biasanya
bertindak sebagai alat pendukung bagi penjualan?
YA TIDAK
2. Apakah tim pemasaran Anda mengumpulkan data tentang trend yang ter-
jadi di masyarakat, indikator ekonomi, dan secara aktif mendengarkan per-
mintaan konsumen.
YA TIDAK
3. Dapatkah anda menyampaikan dalam satu kalimat pasar yang sesungguh-
nya bagi perusahaan Anda?
4. Apakah Anda memiliki forum diskusi atau kebijakan yang aktif?
YA TIDAK
5. Apakah Anda melandasi tindakan Anda lebih terhadap laporan pemasaran
dibandingkan dengan yang lain?
YA TIDAK
Memahami pasar Anda yang sesungguhnya dalam mendengar-
kan apa yang diinginkan akan tampak seperti sesuatu yang
sudah sewajarnya, namun sudah pasti bukan kegiatan
yang biasa dilakukan
(Enthusiasm) – ANTUSIASME : komunikasi yang sesungguhnya
Manusia dilahirkan dengan cara pandang yang optimis atau positif, na¬mun pesimisme atau pandangan-pandangan negatif sering kali memung¬kinkan untuk dikedepankan. Pesimisme datang dan kekecewaan, dari suatu impresi buruk yang terbentuk karena rintangan yang terjadi di masa lalu. Mungkin pesimisme menunjukkan kehati-hatian dan pengalaman, namun yang baik adalah untuk berpikir hanya pada kesulitan macam apa yang dapat terjadi di depan kita? Efek psikologis dan optimisme adalah dia membantu pencapaian keberhasilan.
Bagi individu yang optimistik, tidak masalah bila sesuatu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, mereka akan tetap mengambil kesempatan itu. Karena hidup adalah suatu kesempatan dan penawaran macam itu menjanjikan penguasaan, bukan penarikan diri daripadanya. Banyak orang memperpanjang situasi sulit dengan mengisinya dengan pemikiran¬pemikiran pesimistik. Mereka secara tidak sengaja melakukannya hingga kondisinya menjadi begitu nyata sehingga ketiadaan hal itu menjadi tam¬pak tidak alami/normal. Mereka percaya keadaan yang mereka alami nor¬mal bagi mereka, bahwa penderitaan macam itu adalah bagian dan hidup mereka. Seorang yang optimis akan secara alami membantu mereka yang tenggelam dalam ketakutan atau kekecewaan. Seorang pesimis, kebalikan¬nya, apabila menemui orang semacam mi akan semakin menenggelamkan mereka lebih dalam lagi ke dalam keputusasaan mereka.
Seorang pesimis hanyalah seorang yang tidak kondusif dalam berko¬munikasi dengan orang lain. Namun demikian, banyak orang tampak le¬bih memilih mereka daripada orang-orang yang terlalu antusias. Memiliki kecenderungan untuk memecahkan gelembung harapan orang lain kane¬na sikap terlalu antusias mereka, hampir merupakan bentuk perlakuan yang kejam. Mengatakan sesuatu yang pernah suatu kali dikatakan kepa¬da kita memiliki pengaruh yang sama kepada orang lain, sama seperti yang pernah kita alami. Antusiasme, sebagai contoh, yang dirasakan oleh karyawan baru ketika pertama kali bekerja seharusnya tidak dipadamkan. Sekalipun begitu setiap hari dilakukan di tak terhitung banyaknya kan¬tor, dengan alasan mengajarkan realita.
Optimisme dan antusiasme berjalan seining. Keduanya saling mem¬bantu. Tidak mungkin ada seorang yang pesimis sekaligus antusias. An¬tusiasme satu orang akan berbeda dengan yang lain, namun kita akan mengenali ketika orang lain memilikinya. Dia bergairah dalam apa yang mereka kerjakan, dan keyakinan mereka menular kepada yang lain. Kita secara magis tertanik kepada orang yang memunculkan antusiasme yang alami. Kita harus bertanya pada din sendiri secara teratur seberapa antu¬sias kita benpikir tentang apa yang kita kerjakan, karena itulah yang men¬jadi dasar kita untuk mengkomunikasikannya kepada yang lain.
Dibandingkan dengan Billy Graham dengan kotbah sucinya, CEO dan Cisco System, John Chambers, secara antusias mengkomunikasikan visi dan strateginya dan orang-orang mengikutinya. Ketika saya pertama kali mendengan ia menyampaikan, saya langsung tertanik. Begitu banyak penghargaan yang menjelaskan keberhasilannya. Dalam hal kepemim¬pinan, Chambers telah menerima julukan CEO of the year (Worth), Best Boss in America (20/20), Best Industry Leader (US Internet Council) dan Mr. Internet (Business Week), sebagian dan berbagai terbitan periodik yang terkenal. Lebih penting lagi, Cisco telah disebut sebagai perusahaan yang paling dinamis di Amerika Serikat (Forbes), ranking ke-3 tempat kerja ter¬baik, dan ranking ke-3 perusahaan yang paling dipuja di Amerika Serikat (Fortune), perusahaan nomor 1 sebagai tempat kerja di Inggris (The Sunday Times), adalah beberapa di antaranya. Dalam lima tahun Cham¬bers mengembangkan organisasinya dan keuntungan tahunan di bawah $2 miliar menjadi $20 miliar dan memenangkan penghargaan tambahan sebagai perusahaan di Amenika Serikat yang paling cepat meraih kapitali¬sasi pasar sebesar $500 miliar.
Antusiasme orang-orang Cisco menempatkannya sebagai perusahaan nomor satu di Inggris. Cisco menerapkan kepemimpinan wirausaha de¬ngan memberikan kepercayaan pada orang-orangnya dengan pola kerja yang sangat fleksibel dan gaya manajemen hands-off Seratus persen para stafnya dilaporkan selalu memiliki kesediaan untuk melakukan lebih banyak untuk memastikan pekerjaannya selesai. Sesungguhnya, keba¬nyakan orang yang baru direkrut datang dan referensi pegawai saat ini karena begitu antusiasnya mereka terhadap perusahaan mereka. Baik vlsi maupun strategi telah dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada setiap tingkatan organisasi. Mengkomunikasikan pesan yang sesungguhnya baik kepada orang-orang dalam organisasi maupun kepada konsumen meru¬pakan salah satu tantangan terbesar dan bisnis, namun sangat penting bagi fokus bersama. Ambisi Chambers terhadap Cisco System adalah untuk menumbuhkan Net pada tulang punggung semua komunikasi, mengubah cara orang bekerja, bermain, hidup dan belajar. Budaya yang dihargainya di Cisco menghadiahkan waktu bagi kon¬sumen dan menyumbang sesuatu bagi keberhasilan mereka. Dia telah membuktikan bahwa hadiah semacam itu dapat dicapai dengan menam¬bahkan gairah untuk melakukannya kepada semua orang di dalam orga¬nisasi. Adalah hal yang kecil, bagi saya, yang mencerminkan hakikat budaya. Secara khusus saya selalu sangat peka terhadap perlakuan yang dibenikan oleh resepsionis terhadap konsumen sebagai cermin seperti apa budaya perusahaan tersebut. Resepsionis di Cisco demikian antusias ten¬hadap pekerjaan mereka sehingga mereka datang lebih pagi danipada yang diperlukan untuk menyiapkan kopi menyambut tamu. Antusiasme, seper¬ti juga pesimisme dalam organisasi sangat menular, digandakan dan diko¬munikasikan seperti kobaran api liar. Sesungguhnya, benita buruk bahkan lebih cepat menyebar. Oleh karena itu sangatlah penting bahwa orang¬orang yang duduk di belakang meja diperlakukan dengan cana yang sama dengan konsumen yang berdini di depan meja. Untuk mewujudkan hal ini secara efektif, diperlukan tindakan untuk melayani orang-orang Anda sebagaimana Anda melayani konsumen. Diperlukan juga kegiatan merekrut dan memiliki orang-orang yang akan disukai oleh konsumen Anda. Pada gilirannya, dibutuhkan juga bahwa baik orang-orang baru dan yang lama harus mencintai pekerjaan mereka. Jika tidak demikian, mereka menghalangi keberhasilan organisasi. Ketika orang-orang melakukan pekerjaan mereka hanya demi mendapatkan ‘pensiun’, meneka akan kekurangan antusiasme untuk menindaklanjuti visi dengan gairah.
Suatu hal mustahil bagi CEO Steve Ballmer dan Microsoft untuk menyembunyikan keinginan mendalamnya ketika bicara dengan orang¬orangnya. Dia dikenal sening mengawali pnesentasinya dengan pernyataan mendalam betapa besar cintanya pada perusahaan. Banyak ketidakraguan yang di luar konteks yang membuat antusiasmenya tampak membi¬ngungkan, namun faktanya adalah bahwa loyalitasnya terhadap orang¬orangnya jelas terlihat. Dengan meluangkan waktu bersama Managing Director Microsoft Inggnis, Neil Holloway, saya melihat jelas level antusi¬asmenya yang tinggi untuk dicatat. Neil mencintai apa yang dia lakukan sekaligus mengenali tanggung jawabnya yang besar terhadap peran dalam kaniernya dalam melayani baik orang-orangnya maupun konsumen. ‘Setiap peran yang menuntut tanggung jawab dapat dilaksanakan secara lebih efektif dengan antusiasme dibandingkan jika tidak,’ katanya pada saya. ‘Pesan Anda mungkin tidak selalu dimengerti pada awalnya, namun cara Anda mengatakannya, itu yang akan dimengerti.’ Orang-orang me¬ngenali ketidaktulusan. Ketika Anda benar-benar mempercayai apa yang Anda lakukan, antusiasme Anda akan secana alamiah menandakannya.
Suatu hal mustahil untuk memaksa orang mengembangkan antusiasme karena mu datang dan dalam din sendini. Namun ketika onang metasa menjadi bagian dan sesuatu yang menggairahkan, secara ‘alamiah’ mereka menjadi antusias. Penting untuk melakukan apa yang Anda cintai dan jika Anda merasa tidak yakin akan hal itu, setidaknya belajarlah untuk men¬cintai apa yang Anda kerjakan. Jika apa yang sekarang Anda kerjakan tidak menggairahkan bagi Anda, maka buatlah keputusan untuk mene¬mukan alasannya, dan jika perlu menyesuaikan peran Anda, atau keluar dan lakukan sesuatu yang sungguh-sungguh menimbulkan antusiasme Anda.
Dengan demikian, satu-satunya pertanyaan untuk diajukan adalah:
apakah Anda membiarkan diri Anda memberikan yang terbaik dan ke¬mampuan Anda? Ini sangat penting karena kita harus belajar untuk mela¬yani din kita tenlebih dahulu. Jika tidak, bagaimana kita dapat belajar untuk melayani orang lain secana efektif? Ini bukan berarti mendahulukan kepentingan kita, melainkan menempatkan din kita dalam urutan awal. Tidaklah pada tempatnya untuk mengeluh tentang jalanan jika rumah Anda sendiri tidak pada tidak teratur.
Gairah dan pesimisme menyebar seperti kobaran api liar,
Komunikasikan dan gandakan secara tepat
(Service) — LAYANAN: tindakan yang sesungguhnya
Setiap orang mengetahui betapa pentingnya layanan pelanggan. Setiap orang berpikir bahwa mreka mengetahui layanan sebaik apa yang dibutuhkan. Walaupun begitu, persepsi konsumenlah yang benar-benar harus diperhitungkan. Memahami persepsi konsumen terhadap Anda, produk Anda, layanan Anda, dan bisnis Anda merupakan kunci untuk membangun hubungan jangka panjang dan keberhasilan dalam menumbuhkan penjualan. Meskipun demikian, kecuali kita mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pelanggan, kita akan dapat memaksimalkan nilai yang kita bentuk dari kesempatan memiliki konsumen. Mendapatkan masukan dari konsumen sama pentingnya dengan menerima masukan tentang diri kita. Itu membantu kita mengevaluasi tindakan nyata yang diperlukan. Lebih spesifik lagi, ini berarti :
• Melakukan apa yang Anda lakukan
• Melakukan jika Anda mengatakan Anda akan melakukannya
• Melakukan pada kesempatan pertama
• Menyelesaikan dengan tepat waktu
• Menempatkan diri Anda sesuai kebutuhan konsumen Anda
• Memperhatikan secara sungguh-sungguh konsumen Anda
Layanan Dalam Tindakan
Cara terbaik untuk menguji suatu layanan tentu saja dengan langsung menggunakannya. Saya mengunjungi banyak toko Carphone Warehouse dan merasa terkejut bahwa mereka memenuhi apa yang dijanjikannya. Saya katakan terkejut karena layanan di Inggris biasanya tidak pernah ada. Sayangnya, terlalu banyak banyak bisnis gagal menyampaikan apa yang mereka janjikan, di luar inisiatif yang murni untuk meningkatkan layanan konsumen. Dalam setiap bisnis wirausaha yang mengalami keberhasilan yang pernah saya temukan atau bekerja sama dengan, kriteria yang mendasar tetap sama. Pikirkan layanan, lakukan layanan dan tindaklanjuti layanan untuk menghasilkan hadiah. Ya, produk atau ide haruslah menciptakan nilai tambah, namun juga layanan supaya keberhasilan itu dapat bertahan. Kepemimpinan wirausaha melibatkan penciptaan nilai melalui layanan sebanyak melalui kesempatan/peluang.
Keberhasilan dalam layanan wirausaha dilahirkan dari komitmen
pribadi terhadap perbaikan, penyelarasan terhadap misi yang me-
miliki makna, antusiasme, inovasi dan suatu gairah untuk men-
bawakan yang terbaik bagi konsumen mereka
SEGERALAH BERTINDAK
“Jangan menunda hingga esok apa yang dapat Anda kerjakan hari ini.”
(Benjamin Franklin)
Diawal buku ini kami telah menyampaikan sebuah slogan yang wajib dijalankan setiap calon wirausaha : Praktek! Praktek! Praktek! Inilah sesuatu yang para pemimpin dalam semua bidang sepakat.
Setiap pekerjaan besar – entah itu menjalankann perusahaan, penjualan tingkat tinggi, dalam sains atau pemerintahan – memerlukan orang yang berfikir untuk bertindak. Para eksekutif utama yang mencari tokoh kunci, menuntut jawaban terhadap perrtanyaan :”Apakah ia akan melaksanakan pekerjaan tersebut?” “Apakah ia akan menuntaskannya?” “Apakah ia orang yang berinisiatif?” “Dapatkah ia memberikan hasil, atau apakah ia hanya pandai omong?”
Semua pertanyaan ini mempunyai satu tujuan : Mencari tahu apakah orang tersebut adalah orang yang suka bertindak ?.
Gagasan yang bagus saja tidak cukup. Gagasan sederhana yang dilaksanakan dan dikembangkan, adalah seratus persen lebih baik daripada gagasan hebat yang mati karena tidak ditindaklanjuti. Tidak ada yang datang dengan hanya memikirkannya.
Ingatlah. Semuanya yang kita miliki di dunia ini, dari satelit hingga pencakar langit hingga makanan bayi, hanyalah suatu ide yang dilaksanakan.
SUKSES, SUKSES DAN SUKSES
SUKSES ITU BIKIN “PEDE”
Sukses itu membuat kita percaya diri.
LOWONGAN untuk menjadi pengusaha, saya kira sampai kapan pun masih terbuka luas, tidak terbatas. Artinya, kapan saja, sekarang atau besok, kita bisa saja menjadi pengusaha. Bahkan, kalau kita ingin cepat menjadi pengusaha, bisa juga kita lakukan hari ini. Misalnya, cukup kita datang ke notaris, buat CV atau PT, maka jadilah kita pengusaha sekaligus direktur di perusahaan kita sendiri. Dan, tak perlu ada upacara pengangkatan segala, sebab siapa lagi yang mengangkat kita kalau bukan kita sendiri.
Namun, coba saja kalau kita bekerja pada perusahaan milik orang lain, maka untuk bisa menjadi direktur membutuhkan waktu lama. Ini pun masih sangat tergantung pada keputusan atasan kita. Padahal, menurut saya, untuk menjadi pengusaha sekaligus direktur, tidak harus membutuhkan pengalaman kerja. Karena, pada dasarnya, lowongan kita untuk menjadi pengusaha itu tidak terbatas. Maka, semestinya kita harus “jadi” dulu. Itu setidaknya, dengan kita sudah menjadi direktur di perusahaan kita sendiri, merupakan langkah awal memulai bisnis. Dan, ternyata membuat bisnis itu lebih mudah daripada kita mencari pekerjaan. Sehingga, dari “sukses” itulah menjadikan diri kita tumbuh rasa percaya diri. Dan, setelah kita percaya diri, maka kita akan bisa melakukan sesuatu.
Banyak contoh di masyarakat, bahwa seseorang mendapatkan jabatan, baik itu di pemerintahan ataupun swasta, padahal dia tidak punya pengalaman sebelumnya. Dan ternyata, dia bisa juga melaksanakan pekerjaan itu dengan baik. Artinya. kepercayaan diri atau “pede” kita bertambah saat kita dapat kesuksesan. Meski, katakanlah bisnis yang kita dirikan itu hanya meraih sukses-sukses kecil. Namun, itu buktikanlah suatu masalah. Justru, hal ini akan membuat kita lebih termotivasi untuk bisa meraih sukses bisnis yang lebih besar.
Saya kira, kita memang sebaiknya jangan mengabaikan sukses-sukses kecil itu. Percayalah, bahwa sesungguhnya dari sukses-sukses kecil itu akan menjadi kesuksesan yang luar biasa pada bisnis kita dimasa depan.
Memang, bagi kita yang terbiasa berpikir linier, pasti akan mengatakan, bahwa percaya diri dulu baru kita sukses. Kalau kita setuju dengan pendapat, percaya diri dulu baru seseorang meraih sukses, lantas kapan kita bisa menjadi pengusaha?
SUKSES ITU GURU YANG JELEK
Kesukesan akan menjerumuskan kita,
kalau kita terlalu bangga.
ROBERT T. Kiyosaki dalam bukunya “Cash Flow Quadrant” berpendapat, bahwa sebenarnya sukses itu guru yang jelek. Tapi itu berlaku untuk diri kita sendiri. Artinya, sebagai entrepreneur, kita memang sebaiknya tidak berguru pada kesuksesan kita sendiri. Sebab, hal itu akan membuat kita menjadi kurang bersemangat, menjadi tidak kreatif, menjadikan kita lengah atau sombong, menjadikan kita lupa diri, bahkan tak menutup kemungkinan kesuksesan yang kita raih akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Sukses itu, menurut saya, bukan berarti “waktunya untuk menikmati”.
Memang, kesuksesan kita itu bisa menjerumuskan kita. Apalagi, kalau kita terlalu membanggakan kesuksesan itu, akan membuat kita lupa diri. Oleh karena itu, agar kesuksesan ini, tidak menjadi bumerang bagi kita sendiri, maka kita memang harus pandai-pandai mengelola kesuksesan itu. Namun, tentu saja, orang lain bisa saja belajar dari kesuksesan kita, itu boleh, bahkan, itu bisa menjadikan kesuksesan bisnis seseorang. Sebab, pada dasarnya belajar dari kesuksesan orang lain itu sah-sah saja. Pendeknya, kalau seseorang belajar kesuksesan orang lain, itu, memang bisa menjadi guru yang baik. Meski kita sebetulnya juga bisa belajar banyak pada orang yang gagal.
Dalam konteks inilah, menurut saya, agar bisnis kita tetap langgeng bahkan bisa berkembang lebih baik di masa mendatang, adakalanya kita harus menyadari hal ini. Atau lebih tepatnya, sebagai entrepreneur seharusnya lebih menilai, bahwa kegagalan itu sebetulnya sebagai pelajaran yang terbaik. Oleh karena itulah, saya kira kita sebaiknya janganlah terlalu takut dengan kegagalan. Kita belajar paling banyak tentang diri kita ketika kita gagal, jadi jangan takut gagal. Sebab, kegagalan itu sebenarnya adalah proses kita untuk menjadi sukses. Saya yakin, yang namanya entrepreneur itu sebetulnya tidak bisa sukses tanpa mengalami kegagalan.
Maka, pada saat kita ingin memulai bisnis atau disaat bisnis kita mulai berkembang, tapi kemudian tiba-tiba bangkrut atau mengalami kegagalan, saya kira hal itu janganlah membuat kita patah semangat. Justru, disaat itulah jiwa entrepreneur kita harus bangkit kembali. Sebab, menurut pengalaman saya dari rekan pengusaha lainnya, mereka baru sukses, setelah mereka pemah mengalami kegagalan paling tidak sampai tujuh kali. Kalau kita baru gagal dua atau tiga kali, saya kira itu wajar-¬wajar saja bagi seorang entrepreneur. Mestinya, entrepreneur tidak akan pemah mendapatkan pelajaran tanpa melakukan langkah-langkah yang berarti. Baik itu langkah yang gagal maupun yang sukses. Langkah-langkahnya dimulai dari langkah kecil sampai langkah besar. Dengan perkataan lain, saya mengatakan, sebuah perjalanan 1000 km itu sebenarnya dimulai dari langkah kecil. Kalau kita tidak berani memulai atau mengembangkan bisnis, kapan kita akan punya bisnis, atau kapan bisnis kita berkembang. Saya menemukan kata-kata yang menarik buat kita renungkan bersama yaitu, “Memulai ini mengalahkan tidak memulai.” Artinya, orang yang berani memulai atau mengembangkan bisnis, itu lebih baik, daripada orang yang sama sekali tidak berani memulai atau mengembangkan bisnis.
REJEKI ITU BISA DIRENCANAKAN
Rejeki itu akan datang, sesuai pengambilan resiko bisnis kita
REJEKI itu sebenarnya sudah ada yang mengatur-Nya. Saya kira, itu memang benar. Dan, sebagian besar kita berpendapat demikian. Karena sejak lahir setiap orang itu membawa rejeki sendiri-sendiri. Tapi, apakah kita itu bisa meningkatkan rejeki kita sendiri? Dan, apakah kita tak bisa merencanakannya? Saya berpendapat, meski rejeki itu sudah ada yang mengatur-Nya, namun kita harus tetap aktif merencanakannya. Tanpa direncanakan, rejeki itu akan sulit kita raih. Saya kira, rejeki itu membutuhkan peluang untuk mendatanginya.
Menurut saya, mana mungkin rejeki itu datang kalau setiap harinya kita tak punya aktivitas apa-apa. Hanya pasrah saja. Dan, kita terlalu yakin, bahwa rejeki itu tak perlu dikejar, pasti akan datang sendiri. Saya tak sependapat dengan prinsip ini. Sebab, bagaimana pun juga kalau pada diri kita tak ada kegairahan bekerja, dan hanya selalu memimpikan rejeki itu datang, maka rejeki itu pun akan sulit datang atau justru malah menjauh. Tapi sebaliknya, jika kita tekun bekerja, dan kreatif berwirausaha, saya yakin, pasti rejeki akan datang. Bisnis kita pun akan lebih cepat berkembang.
Apalagi, kalau kita berani memilih profesi seperti pengusaha, dokter, notaris, pengacara, pelukis, seniman dan lain-lain. Profesi ini saya lihat sangat berpeluang mendatangkan rejeki yang relatif besar atau tidak linier. Sebab, profesi ini berbeda dengan orang yang digaji atau seperti karyawan. Artinya, jika saat ini kita misalnya, sedang menekuni dunia usaha atau sebagai pengusaha, maka jelas sangat memungkinkan sekali bagi kita untuk mendatangkan rejeki yang relalif besar. Sementara, kalau saja kita sekarang ini bekerja ikut orang lain atau setiap bulannya digaji tetap, maka jelas peluang akan datangnya rejeki yang relatif besar, menjadi kecil. Oleh karena itu, rejeki besar akan datangnya mencari tempat yang pas, dan ini bisa kita rencanakan. Tinggal, kita berani atau tidak. Bicara soal rejeki, saya jadi teringat pengalaman rekan saya. Dia seorang notaris. Saya lihat, dalam menjalankan profesinya, dia hanya menggunakan motor. Lantas, ganti mobil. Itu pun mobil lama. Namun, ketika saya sarankan agar dia “berani” ambil mobil baru secara kredit, dia terkejut. Apalagi, ketika saya sarankan mobil lamanya dijual saja. untuk bayar uang muka.
Setiap bulannya’ kan harus bayar angsuran? Itu pertanyaannya. Saya jawab, “Nah itulah rejeki akan mengikuti rencana anda. Kalau anda menggunakan mobil bagus pasti klien anda lebih percaya. Karena performance atau penampilan dibutuhkan dalam bisnis anda. Apalagi anda mau bekerja keras dan kreatif menjaring klien, saya yakin anda pasti mampu membayar angsurannya.” Rupanya, dia ikuti saran saya. Apa yang terjadi selanjutnya? Rejeki notaris itu ternyata mengalir deras. Kliennya akan bertambah. Selain bisa membayar angsuran, dia pun masih punya kelebihan rejeki itu. Dari, kepercayaan dirinya akan profesinya semakin mantap.
Kejadian ini, di antaranya yang membuat saya percaya, bahwa rejeki itu sesungguhnya akan datang mengikuti rencana hutang kita. Rejeki itu juga akan datang sesuai pengambilan risiko bisnis kita. Sehingga, pada saat kita ambil risiko bisnis yang kecil, rejeki yang mengalir pun juga kecil. Sebaliknya, bila kita berani ambil risiko yang besar, maka rejeki yang mengalir pun juga besar.
P.R.A.C.T.I.C.E.S (TINDAKAN)
yang Tepat dan Kepemimpinan Kewirausahaan.
Semakin sedikit kita melakukan sesuatu, semakin kita tidak menyukai untuk berupaya melakukannya, bahkan apabila apa yang kita harus lakukan tersebut itu hal yang menyenangkan. Saya tahu bahwa sekalipun saya menikmati menulis, setiap saat saya mengambil istirahat panjang, lebih sulit untuk memulainya kembali. Lebih mudah untuk tetap sibuk dalam kebingungan yang bagaimanapun juga telah didedikasikan untuk menulis. Namun demikian, ketika terlibat secara penuh dalam suatu pro¬yek yang membutuhkan perhatian teratur, saya tidak suka mengalami gangguan apa pun walau itu menyenangkan atau penting. Prinsip bekerja dengan baik ketika dipraktikkan secara teratur dan sungguh-sungguh me¬ngalahkan kebiasaan buruk dan menggantinya dengan yang baik. Mem— praktikkan prinsip saya yang berguna tentang menulis sebagai suatu tujuan yang sesungguhnya, sebagai contoh, mengalahkan kebiasaan buruk berupa penundaan dengan kebiasaan baik yaitu menindaklanjuti peker¬jaan hingga selesai.
Tujuan jangka panjang saya adalah untuk memiliki sebuah Harley¬Davidson. Setelah mengalami suatu kecelakaan motor yang sangat serius sekitar tiga puluh tahun yang lalu, Anda dapat membayangkan bahwa tujuan ini tidak ada dalam daftar prioritas saya. Daripada melupakan semuanya, saya mengubahnya dengan berkehendak untuk memilikinya hanya apabila saya tinggal di suatu tempat yang hangat dan kering seper¬ti di Cote d’Azur. Rasionalisasi semacam ini mungkin menghindarkan saya dan perasaan buruk karena tidak mencapai tujuan. Beberapa tahun kemudian, ketika saya mempertimbangkan untuk pindah ke Lembah Silikon Eropa Saya merefleksikan kembali tujuan lama saya. Rasionalisasinya kemudian, apakah saya harus mengalami menopause laki-laki! Mengendarai sebuah sepeda motor 1350cc adalah sesuatu yang gila dan pasti ada cara lain untuk mengekspresikan kemu¬daan saya. Tidak tahukah saya bahwa pada ‘kelompok umur’ saya, adalah suatu hal yang sangat benisiko untuk melakukan hal tersebut? Untungnya, keluarga saya membenikan dukungan karena mereka tahu saya tidak akan berbuat bodoh untuk sekadar naik motor dan pergi. Prinsip tanggung jawab berarti bahwa pertama-tama kita harus bertanggung jawab terhadap din kita sendini. Jika saya telah memilih untuk memenuhi suatu tujuan, saya haruslah mempelajari pninsip-pninsipnya dan benlatih, berlatih, bet¬latih.
Ketika Anda tahu apa yang Anda inginkan, Anda akan senantiasa ter¬tank untuk memenuhinya. Sebelum pindah, saya menemukan di Internet bahwa terdapat sebuah Akademi khusus Harley Davidson tidak jauh dan tempat saya tinggal. Saya menghubungi mereka dan menjelaskan bahwa sudah lama sekali saya tidak pernah mengendarai motor. Layanan dan perhatian yang dibenikan sungguh sangat baik, dan pelatih saya, seorang mantan polisi pelatih sepeda motor dengan pengalaman selama 20 tahun, mengajar saya dengan penuh keyakinan. Latihan intensif perorangan ini dimulai dengan mempelajani semua prinsip. Kemudian, setelah mema¬hami apa saja yang terlibat, praktik prinsip-prinsip tersebut menyusul. Dimulai dengan sepeda motor kecil di area latihan saya telah mampu untuk menguasai pninsip-pninsip, dan meningkat ke peningkat Heritage Classic Springer, model 1350cc yang sebenarnya yang selama beberapa minggu telah menjadi screensaver saya untuk membantu visualisasi dan tujuan saya. Pada akhir kursus instruktur saya mengingatkan untuk tidak pernah berhenti berlatih. Pada hari saya mengambil Harley saya, model yang sama dengan yang saya gunakan pada saat berlatih, saya sangat gugup. Semakin Anda menjadi tua, Anda menjadi lebih sadar akan ke¬rentanan Anda. Dan sungguh suatu hal yang tidak membantu bahwa di dekat perbatasan Italia di mana saya mengambil motor tersebut, setiap orang menganggap dirinya sebagai kembaran Michael Schumacher na¬mun tanpa pengetahuan akan pninsip-pninsip berkendara.
Dengan membawa keluar motor saya setiap hari untuk latihan, keper¬cayaan diri saya mulai terbangun. Pada suatu titik yang membahayakan dijalanan, konsentrasi membuat saya bahkan seperti dapat mendengar di telinga saya suara instruktur membenikan saran, membenikan dukungan maupun memuji tindakan saya. Sening kali kita berkendara untuk beker¬ja atau pulang ke rumah, dan karena kita telah diserap oleh apa yang kita pikirkan, radio atau yang lebih umum pada masa sekarang, panggilan tele¬pon, kita tiba di tempat tujuan hampir-hampir tanpa menyadari per¬jalanan kita. Ini hampir seolah-olah kita berkendara dengan sistem ken¬dali otomatis (auto-pilot). Mayoritas penyebab kecelakaan yang terjadi dapat dirunut kembali adalah kurangnya konsentrasi atau kewaspadaan, dan sering kali kita belajar lebih waspada karena suatu kecelakaan. Saya sepenuhnya merasa yakin bahwa jika saya telah cukup banyak melatih prinsip-prinsip yang saya telah pelajani kemudian, kecelakaan yang saya alami bertahun—tahun lalu tersebut akan dapat dihindari. Kapan pun sesuatu menjadi penting bagi kita, kita seharusnya lebih waspada, namun ini jarang terjadi. Terlalu sering kita terlalu bersikap buru-buru dan sibuk dalam bisnis, sehingga tidak memiliki waktu untuk melatih pninsip-pninsip yang kita tahu merupakan sesuatu yang masuk akal dan membawa keberhasilan. Berjanji suatu hari nanti kita akan me¬luangkan waktu tidaklah cukup. Dunia kewirausahaan dapat diumpa¬makan seperti mengendarai sesuatu yang kita tidak terbiasa di dalam suatu lingkungan yang tiba-tiba tampak lebih berbahaya danipada yang kita perkirakan pada awalnya. Kebiasaan kita adalah untuk menanik din kepa¬da kenyamanan di dalam kepompong, sesuatu yang kita percayai lebih aman, di mana kita dapat bersantai sejenak tanpa perlu berkonsentrasi, dan mendapatkan sesuatu tanpa tenlalu memildrkan bagaimana kita melakukannya. Kebiasaan semacam ini harus digantikan dengan mema¬hami pninsip-pninsip yang akan memastikan bahwa kita dapat mencapai tujuan kita dan berlatih dengan disiplin sampai kita bisa melakukannya.
ORANG-ORANG (People) yang Tepat
‘Orang-orang membuat perubahan’ telah menjadi slogan dan banyak konferensi organisasi yang saya hadiri, namun itu menjadi terlalu jelas, bukan? Tak ada yang lebih bertenaga daripada suatu ide yang telah tiba waktunya, namun tanpa diterapkan, ide tersebut menjadi tidak berharga.
Perulangan yang umum dan winausahawan yang berhasil adalah: ‘hanya jika saya dapat menemukan seseorang seperti saya.’ Pemimpin konponasi mengalami kepedihan yang mendalam untuk menemukan orang yang tepat untuk menggantikan dirinya. Politisi gemar melingkupi diri mereka dengan onang-orang yang tepat. Mereka semua ingin menggandakan dirinya karena menemukan orang yang tepat mu sungguh mendekati mus¬tahil. Namun demikian ini bisa dilakukan, namun kegiatan menemukan mereka, kemudian mengembangkan mereka, kemudian mempertahankan meneka karena mereka ingin untuk dipertahankan, membutuhkan me¬tode yang pnaktis namun tidak konvensional.
Hakikat dan petualangannya menuntut Sir Ernest Shacldeton meneknut hanya orang-orang yang tepat. Fakta bahwa dia dan 27 orang-orangnya bertahan hidup terdampar 1.200 mil dan peradaban di daerah buangan yang membeku di Antantika selama dua tahun, 1914 sampai dengan 1916, dan meneka mengadakan perjalanan sejauh 800 mil untuk menye¬lamatkan diri dan keretakan es dengan peralatan yang tidak lebih canggih dan perahu dayung. Mereka tiba dengan kondisi kesehatan dan kejiwaan yang baik, mengkonfirmasikan bahwa metode rekrutmen yang dilakukan¬nya sungguh benhasil. Kriterianya menempatkan karakter tersebut untuk mengawalinya, bukan sekadar tertarik dengan status menjadi petu¬alang. Mereka harus saling cocok satu dengan yang lain dan loyal; mereka harus bersikap optimistik dan memiliki selera humor, dan mereka harus¬lah seorang pekerja keras dan benar-benar menginginkan pekerjaan ter¬sebut. Karakter dan watak tidaklah ditemukan dalam resume karier atau di dalam formulir aplikasi yang padat. Pertanyaan mengenai kompetensi dan pengalaman tidak akan dapat memastikan apakah seseorang berbagi visi Anda. Memeriksa referensi tidak akan memastikan loyalitas, kesesuaian dan optimisme. Wawancara tradisional tidak akan memberikan penuntun sebagaimana keinginan kuat untuk posisi tersebut atau seberapa keras Se¬seorang akan bekerja. Ilmu pengetahuan satu-satunya dalam memilih orang adalah kimia. Ini benar untuk setiap hubungan, namun khususnya pada kewirausahaan, karena setiap orang memiliki kemauan untuk bekerja, mengambil risiko, membentuk, mengimplementasikan, mendo¬rong, dan menindaklanjuti bersama. Anda harus menyukai orang-orang yang akan bekerja bersama Anda. Semakin Anda mengenal seseorang, semakin mungkin mereka menjadi lebih balk.. Namun realitasnya sung¬guh berbeda. Pemimpmn wirausaha seharusnya hanya merekrut orang-¬orang yang memiliki chemistry yang cocok dengan mereka.
Karena bersikap obyektif akan berakibat pada menemukan orang yang salah, Anda harus bersikap subjektif. Kita akan selalu peka secara intuitif terhadap orang lain; sepenti halnya terhadap sifat dan kemampuan mere¬ka, namun kepekaan semacam ini sering kali tidak terdeteksi dalam pro¬ses seleksi yang formal. Dalam melakukan rekrutmen krunya, Shackleton mula-mula memastikan bahwa dia menemukan orang yang tepat untuk membantunya merekrut. Dengan mengambil waktu untuk menjelaskan secana tepat kualitas semacam apa yang dibutuhkan, letnannya kemudian akan dapat mengidentifikasi dan memilih dan natusan aplikasi mereka yang dia tahu Shacldeton berkenan untuk mewawancara. Oleh karena itu, Shackleton tabu bahwa kompetensi dan pengalaman yang dibutuhkannya telah ada. Ini adalah suatu hal yang baik karena pertanyaan yang akan di¬ajukannya tidaklah terkait dengan hal-hal semacam itu. Dia akan mencani tanda-tanda antusiasme dan kemampuannya sebagai anggota tim. ‘Dapat¬kah Anda bernyanyi?’ dia akan bertanya, ‘Menjaga semangat tetap tinggi merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam bertahan hidup.’
Orang akan menjadi lebih baik dengan mengenal mereka lebih
baik, namun ini jarang terjadi. Pemimpin wirausaha haruslah hanya
merekrut orang-orang yang memiliki chemistry
yang cocok dengan mereka
Secara penting, Shackleton melihat hasrat sebenarnya dan para calon yang direkrutnya. Sebagai contoh, setelah mengirimkan tiga telegram untuk ketiga calon terpilih untuk wawancara akbar di keesokan harinya, ia menerima satu balasan meminta hari lain yang lebih cocok, dan satu lagi mengajukan jaminan untuk pekerjaan mu sebelum melakukan perjalanan yang panjang. Tidak ada jawaban dan yang ketiga, ia beranjak meninggal¬kan kantornya saat sebuah pesan berantakan datang menanggapi tele¬gramnya. Walaupun ia sedang dalam perjalanan sejauh 250 mil, telegram itu disampaikan ke tempatnya menginap. Ia segera benangkat ke London naik kereta apa pun yang ia dapat. Shacldeton langsung mempekerjakan¬nya saat itu juga karena komitmennya yang jelas.
Mengidentifikasi dan Membina
Akan cukup membantu untuk menerima bahwa dalam mengidentifikasi orang yang tepat terdapat tiga kategori yang dapat digunakan untuk me¬ngelompokkan mereka. Apakah mereka orang yang bekerja melawan Anda, untuk Anda, atau dengan Anda. Demi kejelasan, jika orang beker¬ja melawan Anda, maka kemudian mereka sebaiknya tidak bekerja untuk Anda. Hanya ada satu pilihan yaitu menyingkirkan mereka. Sering terja¬di klien tidak menyingkirkan koleganya dalam tindak nasionalisasi se¬belum benar-benar terpaksa, yaitu setelah masalahnya menjadi terlalu besan dan organisasinya demikian menderita. Tanpa melihat situasinya, Anda akan tahu ketika orang lain bekerja tidak sesuai dengan keinginan Anda dan saya tidak bicara tentang politik atau pengumpulan nilai. Ketika perubahan diusulkan, contohnya, muncul karena dalam agenda tensem¬bunyi tendapat penbedaan antara kritik membangun dan taktik gerilya. Orang-orang jenis ‘bekerja melawan’ harus pergi.
Orang-orang jenis ‘bekerja untuk’ menerima apa yang harus mereka lakukan namun tidak akan memberikan tanda pada Anda bila terjadi kesulitan, apalagi jika mereka merasa tidak senang. Meneka akan mem¬biarkan semua orang lain tahu dan selalu menyediakan telinga bagi mere¬ka yang juga tidak senang. Mereka memiliki suatu bentuk kesetiaan walau sering kali mereka sendiri tidak yakin untuk apa atau untuk siapa, yang jelas mereka masih memiliki peran fungsional dalam suatu organisasi. Me¬neka hampir tidak pernah mengatakan apa pun tentang masalah-masalah yang ada kanena mereka tidak suka terlibat, mereka hanya mau melakukan apa yang harus mereka kerjakan. Orang-orang jenis ‘bekerja dengan’ melakukan apa yang harus mereka kerjakan karena mereka ingin, dan karena mereka memahami mengapa hal itu penting. Dengan memahami misi organisasi mereka merasa berke¬wajiban membantu pencapaian misi tersebut. Orang-orang yang bekerja dalam sebuah kepemimpinan kewirausahaan (entrepreneurial) harus dan jenis ‘bekenja dengan’. Mereka akan benbagi berbagai pemikiran dan ide kemudian menanganinya dengan efektif. Memperlakukan para ‘pekerja untuk’ seperti ‘pekenja dengan’ dapat membingungkan mereka. Sebalik¬nya, Anda seolah-olah menyerang para ‘pekerja dengan’ jika memperlakukan mereka seperti ‘pekerja untuk’. Keduanya sama-sama berharga, namun Anda perlu mengidentifikasi dan membina para ‘pekerja dengan’ karena mereka akan membangun atribut kewirausahaan di bawah kepe¬mimpinan Anda. Sepuluh karakter besar untuk mengidentifikasi dalam pembinaan orang yang tepat ada dalam daftar berikut:
1. Hubungan Anda merasa senang bekerja dengan orang tersebut.
2. Optimisme mereka meningkatkan semangat bisnis Anda.
3. Dedikasi : mereka membantu sepenuhnya pencapaian misi Anda.
4. Antusiasme : ini akan tumbuh menjadi keinginan kuat pada apa yang mereka kerjakan.
5. Kecocokan : ini akan menjamin keharmonisan dan kekuatan kelompok.
6. Karakter : tak kenal takut dalam bekerja apapun tuntutannya.
7. Kesetiaan : tetap bekerja sama Anda dalam susah dan senang.
8. Humor : kemampuan menjaga setiap hal dalam perspektif.
9. Rajin : kelimpahan energi fisik dan mental.
10.Hasrat : tenaga mereka bersumber dari komitmen yang mereka miliki.
Saat mengidentifikasi orang yang tepat, penting untuk mengembang¬kan model mental yang jelas dan calon yang berhasil. Ketahui dengan tepat jenis onang macam apakah yang Anda cari. Terlalu banyak orang yang mengandalkan mitos hubungan bahwa Anda akan mengetahui orang yang tepat saat Anda bertemu mereka. Nyatanya, Anda hanus me¬ngenali mereka karena Anda tahu apa yang Anda cari. Terlalu sering Anda menanyakan pada orang lain apa yang mereka inginkan dan suatu hu¬bungan dan segera mereka mengungkapkan apa yang tidak mereka inginkan. Serupa dengan hal itu, Anda tanyakan pada orang lain apa yang mereka can dalam suatu pekerjaan dan mereka bersikeras pada apa yang tidak meneka inginkan. Apa gunanya? Jadilah sungguh yakin pada jenis onang sepenti apa yang Anda carl dan kemudian segera pastikan bahwa mereka adalah orang-orang yang tepat.
Ingat, jangan pernah mengandalkan resume karier namun ajukan pen¬tanyaan-pentanyaan yang lebih pribadi untuk membantu mengenal onang mu lebih baik. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan membantu Anda untuk lebih mengandalkan intuisi lebih dari logika Anda. Ingat untuk menjadi lebih subjektif, bukannya objektif dalam menentukan pilihan Anda. Tujuan akhinnya, Anda ingin bekerja dengan orang yang tepat. Siapa pun dapat mengembangkan keterampilan dan pengalaman yang tepat bila mendapat dukungan yang tepat, namun meneka hanus memiliki sifat awal yang tepat.
Ada satu titik akhir yang saya yakin pasti membawa saya untuk beker¬ja dengan orang yang tepat. Keharmonisan, seperti rumusan Carl Jung, atau terjadinya kebetulan yang penuh makna. Atas dasan bahwa kita ten¬tank pada apa yang secara dominan telah kita miliki di pikiran kita, maka kita harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang kita inginkan dan apa yang kita can, kemudian orang-orang yang tepat akan datang dalam hidup kita di saat yang tepat. Tidak penting untuk memahami secara intelektual bagaimana kebetulan-kebetulan semacam itu terjadi, namun mengharapkan hal itu secara emosional cukup berguna. Kita se¬mua memiliki pengalaman bertemu orang yang tepat pada waktu yang tepat namun kebanyakan dan kita melewatkan kesempatan itu. Fakta bahwa hal itu berhasil, bukan berarti kita harus memahaminya. Kita se¬mua menggunakan listrik walau hanya sedikit yang memahami listrik. Kita hanya menerima saja, yang penting adalah perannya dalam hidup kita.
PERAN (Role) yang Tepat
Sering kali saya diminta membantu memperjelas peran orang. Saya selalu terkejut betapa orang tidak mengetahui dengan jelas fungsi posisi dan tanggung jawabnya, baik pada saat mereka memulai peran mereka mau¬pun saat mereka akan melaksanakan tugasnya. Lebih lanjut, sering kali berhentinya dan suatu posisi disebabkan peran yang tidak dijalankan sesuai dengan yang diharapkan. Jelas, penting bagi setiap orang untuk memahami apa yang harus mereka lakukan dan apa yang dihanapkan dan mereka. Aneh bahwa seorang eksekutif benpendidikan yang diharapkan memiliki nasa tanggung jawab pribadi tidak memiliki kejelasan penan dan tidak juga mampu menjelaskan apa yang ia harapkan dari orang-orang lain. Yang sangat penting adalah mendapat orang yang tepat pada peran yang tepat dengan pemahaman yang tepat di saat awal, namun ini me¬rupakan jalan dua jalur.
Jika para eksekutif, misalnya, mulai dalam posisi baru dan tidak jelas pada fungsinya kemudian mereka harus meminta klarifikasi yang jelas. Klarifikasi macam ini harus disediakan sejak awal mula. Jika tidak segera muncul, eksekutif yang baru masuk harus menerima bahwa klarifikasi itu mungkin tidak akan pernah ada, sehingga ia perlu menyiapkan rincian gambaran tugasnya sendiri dan memastikan bahwa semua orang yang berkepentingan mengerti rincian tersebut. Menjalankan peran atas dasar ‘kita lihat bagaimana nanti’ bukanlah awal yang baik. Inilah rute janji yang keliru, harapan yang salah arah atau kesalahpahaman. Mengembangkan dokumen terinci mengenai tugas tidak berarti meng¬gantikan fleksibilitas dengan sistem yang kaku. Keberatan macam itu hanyalah alasan untuk tidak adanya perencanaan, karena rangkuman mendetail harus mencakup sasaran-sasaran primer, sekunder dan tambah¬an. Shackleton menjelaskan, sebagai tambahan pada peran spesifik orang¬orangnya dalam ekspedisi, terdapat harapan untuk membantu pada pekerjaan umum dan apa pun yang dituntut dalam keadaan mendesak. Disebutkan, bahkan dengan segala ketidakpastian yang terbentang di depan, ia tetap menyediakan brief tertulis yang menetapkan tugas mereka dan apa yang diharapkan dan masing-masing krunya. Ia tahu bahwa banyak hubungan kerja gagal karena kesalahpahaman dan kurangnya komunikasi. Sebenarnya, rasa tidak aman dalam kerja berhubungan de¬ngan kurangnya klarifikasi peran.
Setiap orang terhubung dengan sebuah organisasi baik meningkatkan atau mengurangi keuntungan. Beberapa orang mungkin tidak tampak berpengaruh pada keuntungan, namun tidak memiliki pengaruh diter¬jemahkan sebagai kerugian karena bisnis berarti menciptakan laba, bu¬kannya sekadar bertaban hidup. Setiap orang harus mengetahui apa yang diharapkan dan mereka. Jika Anda sedang berusaha merekrut, mengem¬bangkan dan mempertahankan orang yang tepat maka Anda harus mem¬perlakukan mereka secara tepat dan mengawali sebagaimana Anda mau mereka melanjutkan. Kebanyakan keluarga memahami peran mereka ka¬rena komunikasi yang tinggi. mi, tentu saja, relatif mudah memperta¬hankan lingkungan seperti keluarga bila perusahaannya kecil. Dengan bertambahnya jumlah pegawai, bagaimana pun, dalam organisasi cende¬rung terbentuk birokrasi dan hubungan antarmanusia menjadi Iebih for¬mal. Para ahli sosial menggambarkan perubahan semacam mi sebagai per¬pindahan dan grup primer ke sebuah grup sekunder di mana alasan dan bukannya emosi yang menguasai tingkah laku manusia. Tetap mungkin, bagaimana pun, untuk menciptakan grup sekunder yang terdiri dan banyak subgrup primer dan mempertahankan ikatan komunikasi dalam kesatuan fungsional. Kuncinya adalah hubungan antarpribadi berdasarkan peran tertentu yang ditampilkan orang dengan kepercayaan dan penghargaan yang saling menguntungkan. Kepemim¬pinan kewirausahaan (entrepreneurial) Sam Raynor telah mengubah suatu usaha keluarga, Lakeland, menjadi salah satu organisasi home shopping besar di Jnggris. Bekerja dengan dua saudara laki-lakinya, Martin dan Julian, Sam membawa perusahaannya melampaui $100 juta pertamanya dan membuka 24 toko yang menguasai pasar sebagai tambahan inti usa¬hanya, yaitu order melalui pos, dengan menerapkan hubungan antarpri¬badi berdasarkan kepercayaan dan penghargaan saling menguntungkan dan memastikan bahwa setiap anggota memiliki peran yang terinci. Sebagai penghargaan kemenangan atas pelayanan pelanggan, sukses mere¬ka berdasar pada in-house training yang berkelanjutan untuk menjamin klarifikasi apa yang diharapkan. Walaupun pertumbuhan mereka dan supplier lokal tas plastik menjadi bisnis nasional dengan ratusan produk kualitas tinggi yang eksldusif, keakraban antar mereka merefleksikan atmosfir kekeluargaan yang hangat.
Pemimpin wirausaha besar itu, Konosuke Matsushita, menerapkan filosofi yang sama pada organisasi raksasanya yang terkenal untuk menda¬pat lebih banyak lagi pelanggan. Dia percaya bahwa pemahaman atas tang¬gung jawab fungsional dan saling percaya sangat vital untuk menjaga ke¬harmonisan dan mempertahankan orangnya. Tentu saja, harus terdapat insentif dan penghargaan namun tanpa kepercayaan dan pemahaman, kedua elemen itu tidak berharga. Untuk mempertahankan subgrup primer ia mengembangkan unit-unit usaha dengan orang yang, walaupun setiap unit diperlakukan sebagai perusahaan yang terpisah, mereka saling mengenal satu dengan yang lain. Melalui transfer secara berkala dan unit ke unit, komunikasi yang akrab ditumbuhkan bersama dengan solidaritas menyeluruh dalam organisasi.
Sebagai seorang pemimpin wirausaha, Anda harus memperlakukan orang-orang Anda sebagaimana mereka layak diperlakukan. Jika Anda mrasa tidak yakin pada peran mereka, minta mereka menentukan harapan dan target mereka sendiri. Jika merupakan sesuatu yang tidak tentu untuk tujuan target yang jenius, maka tentukan demikian. Contohnya Bernard Arnault dan LVMH (Moet Hennessy Louis Vuitton), supplier barang¬barang mewah yang berhasil yang telah mendesentralisasikan organisa¬sinya sehingga setiap merek menjalankan usahanya sendiri di bawah pim¬pinan seorang direktur artistik masing-masing. Peran John Galliano, yang mengepalai Dior, adalah menjadi dirinya send in sepanjang waktu. Peran lain yang tertentu akan membatasi talenta kreatifnya. Baginya, peran ini mengingatkan dirinya untuk tetap menampilkan fungsi yang membuat organisasinya berhasil. La adalah orang yang tepat pada peran yang tepat, hingga dapat dipastikan bahwa sikapnya terhadap bagaimana ia menam¬pilkan perannya akan tetap tepat. Selalu mantapkan peran Anda, pahami apa yang diharapkan dan Anda namun jangan batasi diri sendiri dengan harapan-harapan Anda.
SIKAP (Attitude) yang Tepat
Pendekatan yang telah teruji lama dalam menemukan orang yang tepat pada peran yang tepat adalah untuk lebih menghargai sikap sebelum kecakapan. Selalu mungkin untuk melatih orang dengan kecakapan yang diperlukan namun merupakan tugas berat untuk menanamkan sikap yang tepat. Seseorang dengan sikap yang tepat menyenangkan untuk diajari dan seberapa banyak yang mereka ketahui tentang organisasi tidaklah penting.
Sebaliknya, andaikan seseorang mengetahui bisnis Anda lebih baik dari din Anda sendiri, memahami industri secara luar biasa baiknya dan datang pada Anda dengan resume yang menandakan bahwa mereka mampu melakukan secara tepat apa yang Anda inginkan, namun mereka sangat ahui dalam melihat kenegatifan, tidak dapat bergaul baik dengan siapa pun, dan lekas mengeluhkan segala hal. Dengan mengabaikan nilai-¬nilai lebihnya, mereka akan dengan sangat cepat memberikan pengaruh buruk pada rekan-rekan kerja Anda, pelanggan, calon pelanggan dari keseluruhan jaringan kerja, sama seperti sebuah apel busuk yang kemu¬dian menulari keseluruhan tumpukan apel. Diperlukan satu saja orang dengan sikap buruk untuk menghentikan kesenangan kerja dan pertumbuhan yang sukses. Ingat, definisi dari kepe¬mimpinan kewirausahaan mencakup penanaman kepercayaan diri untuk berpikir, bertingkah laku dan bertindak dengan keberanian mengambil risiko dalam rangka merealisasikan sepenuhnya tujuan yang digariskan oleh organisasi untuk pertumbuhan yang menguntungkan bagi semua penanam modal yang terlibat. Tugas yang sedemikian berharga dan pen¬ting seharusnya tidak dikacaukan oleh sikap yang salah. Bagaimana pun, sikap dapat ditingkatkan secara dramatis dengan mengikuti pengembang¬an diri dan evaluasi pribadi dan jika intuisi Anda merasa bahwa seseorang dengan sikap buruk itu pantas dihadapi, maka Anda harus lakukan de¬mikian karena cara terbaik untuk belajar adalah dengan mengajar. Namun hati-hatilah karena satu kesalahan terbesar manajer adalah mempeker¬jakan orang yang kurang memiliki sikap positif.
Memiliki sikap yang tepat memastikan bahwa peran terpenting pemim¬pin wirausaha, yaitu mengembangkan kemampuan melihat tantangan sebagai kesempatan dan kemunduran sebagai ketidaknyamanan sementara, dikembangkan sepenuhnya. Pemimpin wirausaha Herbert Kelleher mem¬bangun Southwest Airlines dan kegiatan pengisi waktu menjadi bisnis penerbangan paling sukses yang pernah ada, dengan modal lebih besar dan penggabungan modal American, United dan Continental. Secara konsisten disebut sebagai tempat kerja terbaik di Arnerika Serikat, organisasl ini menikmati tingkat tertinggi dalam mempertahankan pegawai. Namun hal yang paling mengherankan pada Southwest adalah sejak 1973, saat perta¬ma menghasilkan laba, perusahaan belum pernah kehilangan satu sen pun. Dalam sebuah industri yang bertubi-tubi terkena dampak biaya perang, resesi, krisis minyak, dan berbagai bencana lain, mi adalah prestasi yang luar biasa. Tak ada perusahaan penerbangan lain yang mampu menya¬mainya. Kelleher meyakinkan bahwa sukses mereka adalah hasil menem¬patkan orang yang tepat pada peran yang tepat dengan sikap yang tepat. ‘Siapa pun yang melihat hal-hal hanya dengan satu faktor saja yang dapat dengan mudah menentukan hasilnya’, ujar Kelleher ‘kehilangan inti dan bisnis, yaitu memiliki orang yang tepat dengan sikap yang tepat.
Sikap Kelleher sebagai chairman dan Jim Parker sebagai CEO yang berkembang menjadi penggandaan besar-besaran terhadap cash reserve da¬lam rangka tetap memampukan din menghadapi kemerosotan dan tidak terpaksa mengurangi tenaga kerja. Keduanya setuju bahwa mereka telah menemukan orang-orang dengan sikap yang tepat maka mereka tidak ingin kehilangan orang-orang mi. Filosofi semacam mi terbayar saat industri penerbangan hancur menyusul serangan teroris di Menara World Trade Center, New York. Sejarah akan mencatat han menyedihkan itu sebagai satu perubahan monumental di abad ke-21. Pada saat kebrutalan itu terjadi, Southwest memiliki $1 miliar dalam cash reserve. Pagi berikutnya mereka mengamankan lebih lanjut $475 juta kredit dengan bank dan telah memanggil Boeing Co. untuk menunda pe¬nambahan 11 pesawat 737, senilai sekitar $30 juta sebuah, termasuk salah satunya yang dijadwalkan akan dikirim 11 September. Saat perusahaan lain mengumumkan 100.000 pemutusan hubungan kerja, Southwest menghindari pemecatan dan menyiapkan $180 juta untuk program pen¬siun karyawan yang dijadwalkan 14 September. Walaupun sikap terbaik ditantang sepanjang masa krisis, jelas bahwa sikap yang tepat akan main-Pu mengatasinya.
KOMUNIKASI (Communication) yang Tepat
Telah saya jelaskan sebelumya bahwa seseorang tidak dapat tidak berko¬munikasi. Apa pun sikap mereka, akan terkomunikasikan sebanyak apa yang tidak mereka katakan, dengan apa yang mereka katakan, karena komunikasi lebih dan sekadar kata-kata. Diikuti fakta bahwa memiliki sikap yang tepat memastikan komunikasi yang tepat. Kepemimpinan wirausaha tidak dapat berfungsi tanpa garis komunikasi yang terbuka balk dan jelas. Di kebanyakan organisasi, bagaimana pun, survei secara bervari¬asi menunjukkan dengan jelas adanya komunikasi yang buruk, tertutup dan penuh rahasia. Salah satu penghalang fundamental untuk pertum¬buhan yang sukses adalah mayoritas orang tidak memahami dan kare¬nanya tidak menjalankan, komunikasi.
Beberapa tahun lalu saya terlibat dalam sebuah tim yang mengem¬bangkan Talk Works. Klien saya, yang sekarang teman saya, BT Executive Adrian Hosford, membantu terbentuknya slogan ‘senang untuk berbicara’ yang kemudian menjadi sangat terkenal di Jnggris. La mengunjungi saya dengan pandangan untuk mengembangkan misi yang berharga walau penuh tantangan, untuk meningkatkan budaya berbicara di Inggris. Mungkin merupakan warisan Irlandianya yang memungkinkan Ia menja¬di komunikator yang fasih, namun Adrian mendahului waktunya saat harus mempraktikkan kepemimpinan wirausaha dalam sebuah organisasi semapan British Telecom. Lnvestasi BT, dengan Adrian dan timnya, me¬mungkinkan terlaksananya program riset dan pengembangan yang me¬runtuhkan penghalang dan secara dramatis meningkatkan praktik komu¬nikasi. Talk Works disebarluaskan pada jutaan pelanggan dan membuatnya sebagai buku yang paling banyak dibaca dan jenisnya yang pernah diter¬bitkan di Inggris. Ltu merupakan buku interaksi yang unik karena men¬dedikasikan sejumlah jalur ‘freefone’ bagi pelanggan untuk benar-benar mendengarkan balk komunikasi yang baik maupun yang buruk. Keber¬hasilannya jelas karena penerapan ilustrasi praktis prinsip-prinsip seder¬hana, karena Adrian memahami bahwa berkomunikasi pada pendengar seluas para pelanggannya sama saja dengan berkomunikasi dengan rekan kerja maupun teman dekatnya. Ia membuat mereka merasa berharga.
Kebanyakan organisasi di Barat menggunakan gaya komunikasi yang berakar pada tradisi debat dan argumentasi. Dalam tradisi semacam itu keterampilan advokasi dipertimbangkan sebagai yang terpenting. Namun seperangkat keterampilan lain sering diminta karena debat dan advokasi seinacam itu dapat menghambat aliran ide-ide. Tuntutannya adalah kete¬rampilan menginvestigasi yang mendukung hasil yang terbaik untuk semua yang terlibat dan didasarkan bahwa setiap orang adalah sumber ide yang berharga. Adrian akan menciptakan sebuah proposal, ketimbang suatu bentuk advokasi, dengan menggunakan visi dan nilai untuk meng¬arahkan bimbingan dan karenanya ide dapat terus mengalir.
Pusat rahasia untuk mempratekkan komunikasi yang tepat
adalah dengan membuat orang yang Anda ajak bicara merasa
dihargai
Dalam mengirimkan komunikasi Adrian akan memastikan bahwa Anda menerima sekaligus memahami pesan dengan balk dengan cara meminta interpretasi Anda terhadap pesan dan pandangan Anda terhadap penerapan dan implementasinya. mi bertentangan dengan mayoritas komunikasi ‘tak diakui’ yang dipandang pengirim sebagai hal yang telah diterima, disetujui dan dipahami penerima. Terlalu banyak komunikasi organisasional yang berdasarkan kesalahpahaman. Riser Talk Works meng¬indikasikan bahwa saat orang berkomunikasi dengan orang lain, kesalah¬pahaman itu sering sekali terjadi. Mungkin orang tidak mendengarkan, atau mengasumsikan sendiri apa yang ada dalam pikiran orang lain. Eve mengatakan pada Adam, sebagai contoh, bahwa ia tidak akan dapat menghadiri suatu training eksekutif karena Ia harus bertemu klien pen¬ting. Eve menyesal tidak dapat mengikuti training tersebut, namun klien haruslah mendapat prioritas. Belakangan Adam bicara pada rekan lain, Ruth, menyebutkan bahwa Eve telah ‘menemukan jalan keluar’ dan ke¬harusan menghadiri acara training. Saat Ruth bicara pada Eve, ia menye¬butkan bahwa ia ‘terkejut’ pada ‘sikap’ Eve. Eve merasa tersengat dengan penyataan itu.
Sebelum menawarkan nasihat sebebas yang biasa kita lakukan sebelum¬nya, kita perlu belajar mendengarkan apa yang dikatakan orang lain tanpa asumsi, praduga dan opini yang kita bawa sendiri sebagai kesempatan menyerang yang klta nanti-nantikan. Ini termasuk belajar mendengarkan din kita sendiri, bertindak dalam peran yang benar, ketimbang peran yang kita ambil untuk menyenangkan semua orang. Dengan jalan mi klta dapat belajar untuk menghargai dan mana asal seseorang. Karena, tanpa di¬ragukan lagi, pusat rahasia untuk menjalankan komunikasi yang tepat adalah membuat lawan bicara Anda merasa berharga.
Kewirausahaan menuntut tingkat kesadaran yang tinggi. Dalam hal mi ide-ide dan banyak kesempatan ‘disesuaikan’ ke dalamnya. Maka sebagai pemimpin wirausaha, Anda harus menjalankan kemampuan berkomu¬nikasi karena tanpa memandang betapa cemerlang berbagai ide dan kesempatan, mereka pasti akan hilang atau tak lagi berharga tanpa semua komunikasi yang berhubungan dengannya dijalankan dengan cara tepat.
KERJA TIM (Teamwork) yang Tepat
Komunikasi yang tepat penting untuk kerja tim yang tepat. Bayangkan, seorang pengintai pendahulu (advance scout) yang dikirim oleh sekelom¬pok perintis menemukan tempat perkemahan musuh. Jika si pengintai tidak suka terpilih, tidak menyukai pemimpin perintis (pioneer leader) dan kebanyakan anggota kelompok, ia mungkin saja memutuskan untuk menghindari perkemahan dan membiarkan kelompok tersebut menjaga diri mereka sendiri. Ia dapat saja, tentunya, memilih untuk kembali pada kelompok dan memperingatkan mereka, namun jika si pemimpin penn¬tis (pioneering leader) tidak memiliki keyakinan pada si pengintai, menga¬pa ia harus menunjukkan tindakan defensif. Jika mungkin sang pemimpin yakin pada si pengintai, namun tidak mampu mengorganisasi orang¬orangnya pada saat tindakan yang perlu harus dilaksanakan, maka kelom¬pok akan menjadi sangat rentan terhadap pemusnahan. Tentunya, jika laporan pengintai langsung ditenima pimpinan dan dijalankan oleh selu¬ruh kelompok, suatu rute alternatif akan dapat dijalani dengan sukses. Sangat jelaslah bahwa agar suatu kelompok dapat bekerja sebagaimana mestinya, kelompok harus bekerja sebagai suatu tim. Terdapat tiga elemen utama untuk sebuah tim agar dapat berfungsi baik.
Pertama, keseluruhan tim bekerja bersama-sama harus lebih besar dan jumlah yang dapat dikerjakan anggota per individu. Setiap anggota hams dipilih karena kekuatan dan perbedaan cara pikirnya yang akan meleng¬kapi anggota-anggota yang lain, bukan karena mereka terbaik di bidang¬nya. Seorang spesialis ahli yang lebih suka bekerja sendirian tidak akan mampu menjadi anggota tim yang baik. Orang semaeam mi dapat sangat berharga dalam menyajikan ide pada tim yang akan mengarahkan pada tingkat efektivitas lebih tinggi, namun ‘penyendiri’ dalam kelompok me¬ngurangi keefektifannya sendini sekaligus kelompoknya.
Kedua, tujuan bersama untuk keberadaan tim haruslah dibawakan secara unanonim dan antusias. Setiap anggota tim memahami bahwa ‘Se¬cara bersama-sama setiap orang mencapai lebih’ saat bekerja saat bekenja menuju tujuan yang sama. Cukup mengkhawatirkan betapa banyak tim organisatoris yang tidak memiliki ide jelas mengenai apa yang menjadi kesamaan tujuan mereka atau apa sesungguhnya fungsi dan tujuan mereka. Keberadaan tim adalah untuk menyajikan yang terbaik yang dapat mereka lakukan dengan mempergunakan kombinasi segenap talenta mereka atas nama organisasi tempat mereka mengambil bagian dan mengabdi. Sebuah tim kewirausahaan dengan tujuan spesifik untuk men¬ciptakan nilai dan kesempatan hanusnya melakukan hal itu saja. Jika ia tidak mencapai tujuan mi maka kerja tim yang salah telah menimpa. Bukan orang-orangnya yang keliru, ini lebih merupakan tim-tim yang secara salah ditempatkan bersama-sama. Tim-tim wirausaha harus tepat, atau cukup menyederhanakan proses kreatif dan mendukung mereka sehingga organisasi benjalan lancar.
Ketiga, pengembangan yang berkesinambungan dan penghargaan dan pengakuan yang berulang-ulang merupakan hal penting bagi tim yang memiliki motivasi dan efektivitas tinggi. Kelompok orang yang bertemu secara periodik hanya untuk membicarakan apa yang ada dalam agenda bukanlah merupakan suatu tim. Kerja tim yang tepat melibatkan juga kerja keras dan komitmen dan setiap anggota. Dengan demikian, keper¬cayaan dan penghargaan satu pada yang lain secara simultan diperkuat dan kekeliruan didiskusikan secara terbuka karena mereka dilihat sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Melalui penghargaan dan pengakuan yang berulang-ulang, diciptakan oleh setiap anggota dan didukung organisasi, tim menjadi suatu unit yang penuh gairah yang kon¬dusif untuk inovasi.
Bukan orang-orangnya yang keliru, ini lebih merupakan
timnya yang secara keliru dipersatukan
Tim-tim terbaik di bidang olahraga memiliki para pelatih yang secara konsisten memastikan bahwa ketiga elemen di atas tetap terjaga. Keba¬nyakan tim dalam organisasi, bagaimana pun, secara konsisten lebih dijalankan sebagai komite yang tampak tidak memiliki kehendak untuk bertindak sebagai tim. Satu pembangun tim yang sangat saya kagumi adalah Chris Cowdray. Pertama kali saya bekerja dengannya, ia baru saja ditunjuk oleh InterContinental Group untuk mengembangkan Churchill menjadi salah satu hotel bintang lima terkemuka di kota London. Itu merupakan tantangan yang luar biasa besar mengingat reputasi hotel ini telah menurun drastis selama bentahun-tahun. Walau telah melalui reno¬vasi total yang menghabiskan sejumlah besar dana, tetap saja tidak mampu membuatnya menjadi hotel bintang lima. Yang diperlukan adalah tim yang luar biasa.
Pertama Chris memilih para eksekutif yang diinginkannya. Orang¬-orang penting semacam ini sulit diperoleh namun Chris menggunakan jaringan kerja internasionalnya untuk menempatkan onang-orang yang memiliki pengalaman atau kemampuan di atas rata-rata di bidang ini. Setelah tim terbentuk, ia menginvestasikan waktu dan energinya untuk membuat meneka benpikin sebagai tim dengan membuat setiap anggota memiliki pemahaman dan penenimaan penuh pada apa yang diharapkan. Tim ini kemudian mulai membentuk seluruh karyawan hotel menjadi suatu tim besar yang tendini dan bebenapa unit departemen. Bagian house¬keeping akan bekerja dengan engineering sebelum bicara, banqueting ber¬hubungan erat dengan kitchen dan security dengan reception, pada intinya seluruh anggota tim menuju ke satu anah yang sama.
Tanpa memperhatikan dengan departemen mana berurusan, mudah dirasakan bahwa semangat tim yang dimiliki Chris telah perlahan namun pasti berkembang. Hotel itu mencapai sukses seperti yang diharapkan Intercontinental dan Tim Churchill, dan Chris beralih mengepalai Clanidges, milik Group Savoy jewel. Filosofi Chris Cowdnay dalam mem¬bangun timnya melekat pada urutan ide serupa dalam bab mi: mene¬mukan orang-orang yang tepat, menjelaskan penan mereka, menampil¬kannya dengan sikap yang tepat dan mengkomunikasikan pesan yang tepat. Dengan tim semacam itu ia mampu mengembangkan inovasi tepat yang mampu menarik pelanggan dan memastikan reputasi baik hotelnya.
INOVASI (Innovation) yang Tepat
Inovasi wirausaha; ‘memberi kenyamanan’ pada wirausaha yang tidak memiliki. Kebutuhan adalah induk dan penemuan dan semakin dirasakan tidak nyaman, semakin besar inovasi dan peningkatan yang dicari. Rasa frustasi dan ketidaknyamanan yang disebabkan pemogokan pegawai pos dan berbagai keterlambatan memunculkan pengembangan mesin fax.
Penggunaan kertas fax yang tipis, mudah rusak dan tidak praktis men¬dorong munculnya inovasi penggunaan kertas yang lebih praktis, dapat diisi atau diteruskan. Beralih dan mesin fax menuju e-mail dengan lampir¬an elektronik, kemudian dokumen-dokumen besar, kemudian kecepatan yang lebih tinggi untuk perpindahan data ke suara dan data dengan kom¬pleksitas lebih besar dan terus berlanjut berpindah dan apa yang semula nyaman menjadi tidak nyaman kanena yang lebih nyaman lagi kemudian muncul mengatasinya. Wirausahawan yang pertama kali memulai suatu bisnis berada pada suatu kondisi ketidaknyamanan yang sehat. Seining dengan perkembang¬an organisasi yang tidak terhindarkan menuju suatu posisi yang lebih nyaman di pasar, secara perlahan-lahan dia kehilangan kemampuannya untuk berinovasi. Oleh karena itu merupakan peran dan pemimpin wira¬usaha untuk memastikan rasa puas diri tensebut digantikan dengan strate¬gi yang menupakan rangkaian kesatuan dan kondisi tidak nyaman men¬jadi kondisi nyaman.
Inilah paradoks dalam menerapkan inovasi yang tepat. Inovasi mem¬perbaiki kenyamanan hidup, namun bisa dengan efektif terpelihara dalam ketidaknyamanan hidup. Derajat sampai di mana seorang individu maupun organisasi menjadi nyaman adalah berbanding lurus dengan keti¬dakmampuan mereka untuk beninovasi. Pemikmnan di luar kotak (out-of-box) lebih berhasil ketika individu berada jauh dan zona kenyamanan mereka. Saya pnibadi berpendapat bahwa saya telah mengalami masa pa¬ling inovatifketika masa depan terlihat suram. Dengan mengambil waktu untuk mengevaluasi peniode pentumbuhan dan kemandekan, saya mene¬mukan suatu hubungan yang nyaris linier yang berkaitan dengan zona kenyamanan dan ketidaknyamanan saya, kapan pun saya merasakan kreativitas saya menunun. Alam memiliki lingkaran pertumbuhan, ke¬mandekan, penurunan, dan pembaruan. Manusia, sekalipun demikian, mengejar pentumbuhan lalu berhenti ketika mencapai suatu kenyamanan, kemudian mengalami kemandekan di dalam rasa kepuasan din sementana merasa heran mengenai apa yang tenjadi ketika sesuatu berjalan tidak semestinya. Setelah sembuh dan nasa kaget akibat kehilangan rasa nya¬mannya, dia kemudian ‘memiliki ketetapan hari’ untuk berbuat sesuatu mengenainya.
Inovasi meningkatkan kenyamanan hidup, namun ia terpelihara
karena ketidaknyamanan
Ide paling baik sangat jarang ditelurkan di lingkungan kantor. Memba¬yangkan bahwa dia sedang menunggang suatu pancanan cahaya saat mela¬mun di bawah sinar matahani, Einstein menelurkan teoni relativitas, yang membawa dunia melampaui fisika Newton, yang merupakan suatu hal yang sangat inovatif. Insinyur Swiss George de Mestnal ketika berjalan¬jalan di luan menemukan keterkaitan antana aksen lagu (burrs) yang me¬nempel di bajunya dengan cana banu untuk mengaitkan sesuatu, dan ten¬ciptalah Velcro. Suatu ide baru sangatlah nentan pada masa-masa awal kehidupan. Pada suatu hubungan yang penting, satu komentar negatif sebanding dengan sepuluh ungkapan positif. Dapatkah Anda bayangkan bila keduanya mengalami kilasan inovasi di kantor mereka? Mereka mungkin akan telah diserang habis-habisan dalam perdebatan sengit.
Ketika menghadini retret kreatif para eksekutif, saya selalu merasa frus¬trasi melihat bagaimana ruang telah ditata sedemikian rupa di tempat yang nanti akan digunakan. Hotel atau pusat konferensi telah memastikan bahwa ‘Anda membuat diri Anda merasa tidak di rumah, tapi di kantor’. Suasana lingkungan kantor dengan susunan ruang sidang telah ditiru. Dengan ruang e-mail dan atau komunikasi seluler yang diperbolehkan selama waktu istirahat, saya sungguh heran inovasi apa yang akan didis¬kusikan. Dengan delegasi yang hanya hadin ‘tubuhnya’, sangatlah tidak mengherankan jika inovasi sangatlah kurang di dalam organisasi. Sifat inovatif ditelurkan ketika Anda berada di luar nasa nyaman Anda. Sebelum menjadi fasilitator sebuah grup manajer senior Akzo Nobel di Cannes untuk inovasi pasar dan kewirausahaan, saya mengatur perjalanan dengan minibus untuk membawa peserta keluar dan rasa nyaman meneka ke suatu pasar tnadisional Perancis. Saya membenikan kepada setiap orang 15 dolan Euro, saya menganjunkan meneka untuk pergi masing-masing dan membelanjakan sesuai keinginan mereka. Saya kemudian bertemu mereka untuk sebuah sesi Socratic di amphiteater di Theseus di mana tingkat energi dan masukan dan semua pesenta sangatlah tinggi dan banyak ide-ide yang berharga muncul.
Pada kesempatan lain, saya membawa dewan dinektur eksekutif keluar ke lingkungan yang jauh dan kanton dengan menggunakan helikopten ke hutan tropis di Brazil, di tempat tanpa ada komunikasi yang tenjadi. Strategi inovatif yang ditelurkan kemudian diterapkan. Di kesempatan yang lain, ketika bekerja untuk Bull System, kami mengunjungi ranch pelatihan pentarungan banteng. Saya sungguh-sungguh melompat ke da¬lam ring untuk bertarung dengan banteng sungguhan untuk menjelaskan bagaimana keluar dan rasa nyaman kita. Untungnya, baik saya dan ide yang dihasilkan, keduanya selamat. Mengingat bahwa apa yang benan-benan diinginkan onang dapat ten¬konsentrasikan hanya pada perasaan nyaman dan solusi yang tepat, suatu inovasi yang sungguh merupakan perbaikan apa pun yang memenuhi kri¬teria tersebut. Pemimpin wirausaha memiliki tugas untuk merangsang setiap orang di dalam organisasi untuk memenuhi kriteria semacam itu lepas dan pasar di mana mereka terlibat. Hanya ada maju ke depan atau jatuh ke belakang, tidak bisa bersikap netral. Perusahaan yang berdiam diri sebenannya terjatuh ke belakang. Inovasi adalah dasar bagi kemak¬muran ekonomi dan kewinausahaan berarti bersikap inovatif. Organisasi wirausaha harus secara berkelanjutan memperbaiki diri melalui penerapan cara berpikir keluar-dari-rasa-nyaman, dan membentuk kembali iklim yang pada awalnya menelurkan mereka. Memastikan inovasi secara teratur dan tepat memastikan bahwa suatu organisasi mampu untuk melayani konsumen sasaran yang tepat.
PELANGGAN/KONSUMEN (Customer) yang Tepat
Bagi pemimpin wirausaha saat ini konsumen yang tepat adalah setiap orang yang mereka kembangkan dalam rangka membentuk organisasi wirausaha. Untuk pemimpin wirrrausaha yang aspiratif konsumen yang tepat adalah mereka yang penting untuk menciptakan nilai dengan memaksimalkan pilihan peluang menjadi fokusnya. Dengan cara yang sama bahwa kita tidak dapat memfokuskan diri pada setiap kesempatan, demikian juga terhadap konsumen. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memilih konsumen di mana kita dapat memprioritaskan energi kita.
Setiap konsumen memiliki bentukan emosi yang berbeda sebagai mdi¬vidu, dan setiap organisasi memiliki strategi yang didorong oleh nilai yang berbeda, dan kesemuanya memiliki masalah yang berbeda yang harus dipecahkan. Anda memenangkan dan mempertahankan konsumen de¬ngan memberikan apa yang mereka inginkan, bukan apa yang Anda pilcix mereka inginkan. Mendefinisikan konsumen yang sesunguhnya dengan demikian memenlukan pendefinisian profil dan orang yang sungguh¬sungguh akan memperoleh manfaat dan nilai tambah yang diperoleh dan inovasi yang tepat. Secara sederhana, kenalilah konsumen Anda. J.W Mariott, Jr., pimpinan dan presiden grup hotel yang berfokuskan pada layanan konsumen, tahu bahwa konsumen meneka yang pertama adalah orang-orang mereka sendiri: ‘kita tahu bahwa jika kita memper¬lakukan orang-orang kita dengan tepat, mereka akan memperlakukan konsumen dengan tepat pula. Dan jika konsumen diperlakukan dengan tepat, mereka akan kembali.’ Memiliki orang yang tepat di posisi yang tepat dengan sikap yang tepat, menyampaikan komunikasi yang tepat dengan kerja sama tim yang tepat, untuk memastikan inovasi yang tepat akan sama sekali tidak ada artinya kecuali jika Anda memperlakukan orang dengan tepat pula. Memperlakukan onang dengan salah mengha¬langi kreativitas, kepercayan diri, harga diri, dan biasanya memberikan tanda yang salah dan menimbulkan sikap yang salah yang pada akhinnya merembes ke seluruh organisasi. Pemimpin yang tidak memiliki waktu bagi orang-orangnya bukanlah seorang pemimpin. Setiap onang yang terlalu sibuk untuk mendengarkan seseorang, seperti kata Disnaeli, adalah:‘dimabukkan dengan pembicaraan yang bertele-tele dengan kegembiraan yang berlebihan dari diri mereka sendiri.’
Konsumen yang tepat adalah orang-orang yang Anda layani karena mereka membawa raison d’etre (alasan keberadaan) organisasi. Satu-satu¬nya cara untuk mempenlakukan mereka adalah mempenlakukan dengan baik dan tepat. Biasanya orang akan cenderung untuk memperlakukan orang lain dengan suatu cara di mana mereka sudah ‘terkondisi’ dengan perlakuan yang mereka terima dari orang lain. Inilah mengapa progam pelatihan dan insentif jangka pendek untuk meningkatkan manajemen atau inovasi dalam berhubungan dengan konsumen demikian keliru. Setiap strategi hubungan haruslah konsisten dan bertahan dalam kata-kata maupun penerapannya sehari-hari. Jika tidak, suatu ‘budaya konsumen yang tepat’ yang dibangun dalam waktu bertahun-tahun dapat membu¬ruk dalam waktu singkat. Sebagai contoh, waktu bertahun-tahun yang dihabiskan untuk memahami dan memperlakukan dengan tepat kon¬sumen internal dan ekstennal di Bnitish Airways hancur begitu saja karena kepemimpinan yang mengubah fokus strategi kepada pengurangan biaya. Bukan maksudnya untuk melupakan konsumen, namun dengan perha¬tian yang bergeser kepada pengurangan biaya, mereka segera melakukan¬nya. Ketika perhatian berpindah, maksud menjadi tidak berarti. Maksud dan perhatian merupakan pasangan pengantin dari suatu hubungan yang tepat.
‘Serikat Indeks mengenai Tempat yang Hebat untuk Bekerja’ (The Great Place to Work Trust Index) yang dikembangkan oleh Milton Moskowitz dan Robert Layering setiap tahun melakukan survei ‘Perusa¬haan Terbaik untuk Bekerja’. Tidak peduli apakah organisasi itu meru¬pakan bisnis kecil, atau perusahaan multimiliar dolar, benang peng¬hubung utama dalam survei ini menggambarkan bahwa pana pemimpin dan ‘penusahaan-perusahaan tenbaik’ secara konsisten mengkomunikasikan pendiriannya bahwa kontnibusi dan setiap individu adalah bernilai. Pemimpin wirausaha memunculkan yang terbaik dan orang-orangnya dan memfasilitasi pertumbuhan mereka dan kekaryawanan menjadi kewirausahaan pada saat mereka mengenali dan memperlakukan mereka seolah-olah mereka konsumen yang sempurna. Dengan melakukan hal ini meneka mampu memastikan bahwa tingkatan enengi yang tinggi dan penuh gairah menesap ke selunuh organisasi.
ENERGI (Energy) yang Tepat
Bagaimana kita diperlakukan secara langsung benpenganuh pada energi kita. Setiap hari kita memiliki sejumlah tertentu energi: fisik, emosi, men¬tal, dan psikis, dengan urutan naik sehingga energi psikis kita adalah yang paling berharga. Sebagaimana pikiran kita biasanya berakar pada mem¬perbaiki apa yang salah, namun demikian penekanan energi kita ditu¬jukan untuk area tersebut. Ketika fokus perhatian kita ditujukan pada apa yang tidak bisa kita lakukan, bukan pada apa yang bisa, kita me¬ngosongkan energi psikis yang ada dalam diri kita sendiri. Mengajak diri kita secara mental untuk merasa buruk terhadap sesuatu, contohnya, akan menyebabkan din kita merasa bingung secara mental, frustrasi secara emosi, dan letih secara fisik. Sebaliknya, memuji diri kita sendiri untuk pencapaian sesuatu akan menyebabkan diri kita tenangsang secara mental, perasaan bahagia jasmani dan rohani secara emosional, dan secara fisik berenergi.
Satu hal yang kita semua miliki secara umum adalah sejumlah waktu yang kita punyai dalam satu jam: enam puluh menit. Bergantung pada prioritas individu, cara penggunaan jumlah menit yang sama ini sepenuh¬nya bergantung pada pilihan yang tak terbatas. Satu hal yang pasti, bagai¬manapun juga, lepas dan manajemen waktu yang efisien, sebagian besar pencapaian kita mengambil bagian yang sangat kecil dan waktu kita. Dengan menggunakan satuan satu jam sebagai referensi, sepuluh menit digunakan untuk menyalurkan energi kita secara proaktif; dan lima belas menit terbuang dalam menyalurkan energi kita secara reaktif. Dengan sebagian besar energi kita telah tenbuang, tidaklah mengherankan jika ter¬dapat begitu banyak kelelahan dan depresi. Setiap waktu kita bangun membawa kita semakin dekat kepada penca¬paian tujuan kita atau semakin menjauh darinya. Tidak ada yang netral, hanya ada maju atau mundur. Menyalurkan energi kita tidak ada kaitan¬nya dengan menjaganya dalam keseimbangan, yang lebih terkait degan mengembalikan energi yang telah terbuang. Ketika kita menyalurkan energi kita dengan tepat kita sebenarnya menghasilkan energi. Sebaliknya, ketika kita tidak melakukannya, energi tersebut dialihkan menjadi frus¬trasi, penundaan dan sesuatu yang menyakitkan hati. Berada dalam kese¬imbangan berarti memiliki kendali sepenuhnya terhadap penggunaan enengi kita. Ini membutuhkan penyediaan waktu kita hanya pada aktivi¬tas yang kita telah putuskan memberikan nilai tinggi bagi kita. Me¬nerapkan aturan: bukan waktu yang dapat kita sesuaikan, kitalah yang harus menyesuaikan diri dengan waktu, dan mengakui bahwa waktu terkait dengan energi yang dihabiskan, dengan mempertimbangkan bagai¬mana Anda menggunakan waktu terjaga Anda:
1. Berapa banyak waktu Anda habiskan untuk memikirkan apa yang seharusnya Anda lakukan?
2. Berapa banyak waktu Anda habiskan untuk mengkhawatirkan apa yang seharusnya Anda lakukan?
3. Berapa banyak waktu anda habiskan untuk melamun tentang apa yang ingin Anda lakukan?
Berargumen bahwa menghabiskan waktu atau energi untuk apa yang Anda inginkan tidak memungkinkan, sama sekali tidak dapat diterima. Bagaimanapun Anda merasionalisasikannya Anda tidak akan dapat meng¬ingkari kenyataan bagaimana cara Anda memberdayakan enengi Anda saat ini, menjadi pemimpin wirausaha membutuhkan lebih dari sekadar melihat. Ia membutuhkan ‘kekejaman’ untuk berkata tidak terhadap apa pun yang Anda rasakan secara intuitif menghabiskan enengi Anda. Ini tentu saja membutuhkan kejujuran terhadap diri Anda sendiri tentang apa yang penting bagi hidup Anda, karena hanya dengan kejujuran macam ini Anda juga dapat bersikap jujur terhadap orang lain. Memperlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan melibatkan pemikiran mengenai apa yang pertama-tama tepat bagi Anda, karena pada saat Anda berada pada jalur, meningkatnya energi Anda berguna bagi orang lain. Tidak ada yang lebih memotivasi secara pribadi, lebih membangun energi, lebih memuaskan dan lebih layak daripada mengetahui bahwa apa yang Anda lakukan adalah apa yang penting bagi Anda, memberi makna pada diri Anda, adalah apa yang Anda inginkan untuk Anda lakukan, dan di atas semuanya itu adalah Anda memiliki kecenderungan untuk melakukannya. Setiap dan kita adalah energi yang murni dan adalah tang¬gung jawab pribadi kita untuk mengetahui bagaimana kita mengarahkan energi kita. Jika kita mengizinkan onang lain untuk menghabiskan energi kita, maka kita harus menerima tanggung jawab untuk mcmbiarkan hal itu tenjadi. Sama halnya, ketika kita melibatkan diri kita pada sesuatu yang tidak menanik bagi kita, kita hanus waspada bahwa kita tidak menyalurkan energi kita dengan efektif.
Wirausahawan memiliki tingkatan energi yang tinggi sebab mereka mengejar gairah mereka dan mereka harus menyalurkan secana efektif untuk dapat berhasil. Pemimpin wirausaha secara alamiah meningkatkan tingkatan energi orang-orang di dalam organisasinya karena mereka me¬rasa yakin bahwa orang-orang mampu berfokus pada apa yang dapat mereka lakukan dengan baik.
Kita harus menerima tanggung jawab untuk membolehkan
orang lain menghabiskan energi kita
Sebagai contoh, Presiden The Carrier Corporation, Geraud Dannis, secara konsisten memastikan bahwa orang yang tepat mengerjakan apa yang mereka bisa kerjakan dengan baik. Dia melakukannya karena per¬caya bahwa kebijakan semacam itu akan memastikan bahwa energi yang tepat dengan kekuatan yang tinggi akan memancar ke selunuh Perusahaan The Carrier, sebagai perusahaan yang meningkatkan secara tcnukur kua¬litas hidup manusia. Mulai pada saat wirausahawan pendirinya, Willis Carrier, menemukan dasar penyejuk udara (AC) modern pada tahun 1902, Carrier telah menjadi pemimpin kelas dunia pembuat AC, pema¬nas, dan penalatan lemani pendingin untuk keperluan komersial, peru¬mahan, dan transpontasi.
Ketika Anda membeli makanan dan unit pendingin di supermarket, atau masuk ke hotel, kantor, perpustakaan, atau museum yang berpenye¬juk udara, Carrier berperan sangat penting dalam menyediakan ling¬kungan yang tepat tersebut. Dengan lebih dan 45.000 orang di lebih dan 170 negara memastikan inovasi yang tepat menghasilkan produk dan layanan yang tepat, pcnting memiliki energi yang tepat, terutama pada tingkat pimpinan. Bekerja dengan Geraud merupakan suatu hal yang menyenangkan karena selain kemampuannya yang menjalani apa yang dikatakannya, dia telah belajar untuk mengenal dengan tepat di mana dan kapan menyalurkan energi dengan paling efektif. Pada satu di antara pens¬tiwa kepemimpinannya, dia membagikan kepada saya bagaimana dia telah belajar bahwa mungkin bagi kita untuk mencapai Iebih dengan waktu yang lebih singkat melalui fokus yang lebih besar. Dia mengatakan: ‘mengetahui apa yang menjadi tujuan Anda dan mengapa mereka harus Anda capai, dibarengi dengan menginginkan sungguh-sungguh dan berharap mencapainya, akan merangsang energi Anda’.
Energi selalu lebih tinggi ketika apa yang harus Anda kerjakan adalah apa yang ingin Anda kerjakan. Dalam membuka jalan bagi energi yang tepat Anda memiliki kemampuan untuk menangkis gangguan yang menghabiskan energi Anda. Orang-orang akan condong kepada Anda karena energi Anda yang besar. Banyak yang menginginkan Anda untuk mendukung mereka dalam usaha keras mereka karena energi Anda. Pada gilirannya, ketika dukungan Anda merupakan harmoni dengan nilai dan tujuan Anda sendiri, energi bertambah lebih banyak lagi. Sama halnya, ketika orang lain yang percaya pada tujuan Anda mendukung, energi bertambah. Oleh karena itu penting untuk melihat apa yang merupakan dukungan yang tepat dan berlatihlah memberikan dan menerimanya.
DUKUNGAN (Support) yang Tepat
Latihan memberikan dan menerima dukungan merupakan suatu hal yang fundamental bagi kewirausahaan. Tanpa adanya dukungan yang tepat semua usaha dan petualangan akan jatuh. Tanpa dukungan moral dan istri dan anak-anak, saya tidak akan mempertimbangkan untuk melaku¬kan apa yang telah saya lalui di masa Ialu atau akan berbuat sesuatu di masa mendatang. Segera setelah memulai bisnis pertama saya, pengajan yang memberikan dukungan menolong saya melalui waktu-waktu yang tak terhindarkan ketika kepercayaan diri saya rendah. Tanpa adanya dukungan dan sumber pendanaan, baik bank maupun broker investasi, saya tidak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan bisnis saya yang mana pun. Tanpa dukungan jaringan kerja konsumen, supplier dan asosiasi, hanya akan ada sedikit keberhasilan. Saya juga yakin bahwa dukungan yang saya peroleh pada gilirannya baik dalam sisi moral, nasi¬hat atau dukungan finansial telah menjadi suatu bentuk dukungan yang tepat pada waktunya.
Tanpa dukungan dan orang tua, guru dan penasihat karier, anak-anak menghadapi masa yang sulit—sesuatu yang tidak diinginkan oleh orang¬tua mana pun. Harus selalu terdapat dukungan yang tepat untuk memas¬tikan bahwa potensi individu diselaraskan sepenuhnya. Demikian pula harus selalu terdapat sistem pendukung yang tepat untuk menciptakan organisasi wirausaha. Karakteristik yang pertama dari enam karakteristik inti yang sangat penting untuk dikembangkan oleh organisasi, sebagaimana telah didis¬kusikan , adalah: Strategi Persetujuan Dukungan (Agreed Support Strategy). Mempelajari prinsip dan menerapkan praktik kepemimpinan wirausaha dalam rangka mengembangkan atribut wirausaha, mengejar peluang yang terpilih, dan memajukan usaha, akan menjadi malapetaka kegagalan jika kita memulainya tanpa strategi dukungan yang benar. Menggalang sponsor pendukung, kelompok pendukung, dan sistem pen¬dukung merupakah suatu hal yang menyatu untuk menciptakan budaya organisasi winausaha. Ini membawa kita kepada bagian selanjutnya dan buku ini: ‘Layanan vs. Struktur.’
KISAH-KISAH SUKSES
ABDUL LATIEF
SUKSES BISNIS DENGAN GAYA YANG TRENDI DAN MODIS
Abdul Latief lahir pada tanggal 27 April 1940 di Kampung Baru, Banda Aceh. Anak keenam dari sembilan bersaudara ini, dibesarkan di tanah rencong itu. Dua puluh tahun sebelumnya, ayahnya meninggalkan Tanah Minang, dan menetap di Aceh sebagai pedagang. Ayah dan Ibunya dikenal sebagai aktivis Muhammadiyah di Aceh. Sayang, ayah Abdul Latief meninggal tatkala ia berumur empat tahun. Dalam suasana pergerakan mempertahankan kemerdekaan dan perjuangan rakyat Aceh itu, Abdul Latief dibesarkan oleh ibunya. Karena dibesarkan dalam zaman-zaman perjuangan dengan suasana politik yang panas, Abdul Latief bercita-cita jadi politikus di kemudiah hari. Namun, ibunya mengarahkan menjadi saudagar yang bersifat nasional seperti ayahnya. Ibu Abdul Latief adalah juga pejuang hidup, pada tahun 1950 ia membawa Abdul Latief bersaudara pindah ke Jakarta, berharap bisa berubah nasib di ibukota. Itulah sebabnya masa Remaja Abdul Latief diwarnai dengan kehidupan Remaja Betawi. Ia menyelesaikan pendidikan Sekolah lanjutan pertama dan atas di Jakarta. Ia kuliah di APP kemudian mengambil sarjananya pada tahun 1965 di Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Selama tahun 1945 dan 1966, situasi politik nasional sedang kacau. Demonstrasi-demonstrasi memenuhi jalan raya. Abdul Latief mengambil peran memasok makanan pada demonstran itu. Situasi belum pulih, tapi Abdul Latief diberi kepercayaan untuk mempelajari manajemen toserba dan supermarket di Seibu Group, Tokyo. Sebalik pulang Sekolah dari Jepang itu, ia lalu melangsungkan pernikahannya dengan Nursiah, gadis tetangga di Jakarta, pada tahun 1967.
Ada sebagian orang menyebut Abdul Latief, Dirut Alatief Corporation, masih aktif sebagai tokoh muda. Padahal, umur pendiri organisasi Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) itu sudah lebih setengah abad. Setidaknya, ada dua alasan kenapa ia masih dianggap aktivis Pemuda. Pertama, dalam berbagai kegiatannya, Abdul Latief selalu terlihat segar dan sangat bersemangat. Kepeloporan dan idealisme mengangkat pengusaha kecil, terutama yang berkaitan dengan bisnisnya, sering ia lakukan dengan gaya orang muda yang mampu melihat jauh ke depan. Kedua, Abdul Latief yang penampilannya setiap hari selalu trendy dan modis ini, sangat gemar berolahraga. Sehubungan dengan itu, ia juga rajin menjaga kondisi fisiknya, sehingga wajahnya kelihatan jauh lebih muda dibanding usianya. Abdul Latief memang terkenal lihai menjalin kerjasama dengan banyak orang. Ia sangat dipercaya oleh mitra bisnisnya. Bahkan, rekan bisnis di luar negeri pun, mau mengikat kerjasama dengannya, kendati ikatan itu tidak selalu hitam di atas putih.
Lewat Hipmi, Abdul Latief berhasil mengarahkan sejumlah besar Pemuda untuk menjadi pengusaha. Belakangan, Hipmi menjadi wadah yang amat digandrungi oleh ratusan pengusaha muda Indoesia. Banyak di antara para pengusaha muda itu adalah anak para pejabat dan mantan pejabat. Kesuksesannya mengantar Hipmi sebagai sebuah organisasi profesional, menyebabkan ia selalu terlibat dalam pembicaraan atau diskusi tentang pembinaan generasi muda. Baik dalam acara yang diselenggarakan Hipmi, maupun dalam acara yang diselenggarakan oleh organisasi Pemuda lainnya. Setelah lulus dari Akademi Pimpinan Perusahaan (APP), Jakarta, dengan Predikat cumlaude, pada tahun 1963, Abdul Latief mendapat tawaran kerja di Stanvac di Sungai Gerong. Perusahaan asing yang bergerak di bidang eksplorasi minyak itu, akan memberi penghasilan dan karir yang baik baginya. Akan tetapi, gurunya di APP, menganjurkannya bekerja di Pasar Sarinah. Prospek kerja di pasar swalayan milik pemerntah itu, jauh lebih baik di bandingkan di Stanbac. Sebab, Bung Karno sebagai Presiden RI saat itu, sangat memberi perhatian untuk mengembangkan toko serba ada yang pertama di Indonesia itu.
Anjuran gurunya itu masuk akalnya, lalu ia pun bekerja di Pasar Sarinah. Abdul Latief mendapat tugas di bagian perencanaan. Lewat tugas ini, Abdul Latief berkesempatan berkeliling mengunjungi beberapa negara, terutama untuk mempelajari perkembangan iklim perdagangan di negara-negara itu. Singapur, Jepang, Eropa, Amerika menjadi negara yang dijelajahi pada waktu itu. Tidak lama kemudian ia diangkat sebagai Pimpinan Promosi Penjualan dan Pengembangan Eksport PT. Departemen Store Indonesia Sarinah (Pasar Saringah). Ia menimba banyak pengalaman dan pengetahuan. Ia memiliki relasi bisnis yang cukup luas, baik dalam negeri maupun luar negeri. Delapan tahun ia bekerja di Sarinah. Tantangan demi tantangan telah mampu ia selesaikan dengan baik. Dan, ia ingin mencari tantangan-tantangan yang lebih memberikan masa depan yang lebih baik baginya. Seolah-olah Pasar Swalayan Sarinah tidak lagi memberi prospek yang diinginkannya. Konsep pemasaran yang diambilnya dari Jepang kurang mendapat tanggapan pimpinan Sarinah. Ia pun mengambil keputusan besar, lalu meninggalkan Pasar Sarinah pada tahun 1971. Selama di Sarinah, Abdul Latief termasuk beruntung, karena ia sempat disekolahkan ke luar negeri. Ia belajar manajemen toko serta ada di Jepang selama dua tahun. Pulang dari sana, ia tidak hanya memiliki ilmu mengolah pasar swalayan, tetapi juga membawa mobil dan sejumlah uang saku. Dengan modal itu, ditambah relasi bisnisnya yang sudah sedemikian luas. Apalagi jabatannya sebagai pimpinan promosi Pasar Sarinah, menyebabkan ia banyak teman dan banyak yang mengenalnya. Itulah yang mendorong dia untuk mandiri dan buka usaha sendiri.
Pada tahun 1971 itu, ia langsung menjadi eksportir barang-barang kerajinan, yang masih dalam skala kecil. Sebagian dari modal yang dimilikinya dipakai untuk membeli tanah luas milik temannya yang sedang butuh duit. Pada tahun yang sama, Abdul Latief juga mulai mencoba meminjam kredit dari bank dengan jaminan tanah di atas. Kredit komersial Rp. 30 juta itu diperolehnya dari BDN. Ia mendirikan PT. Latief Marda Corporation, bergerak dibidang ekspor impor. Ia dibantu adiknya Abdul Muthalib. Tatkala usahanya sudah mulai memperlihatkan perkembangan, ia pun berpikir lebih maju lagi. Kebetulan tanah itu terletak di jalan Jakarta By Pass, sehingga ketika di jual harganya mahal sekali. Hasil penjualan ini yang kemudian menjadi modalnya mendirikan PT Indonesia Product Centre Sarinah Jaya pada tahun 1973. Nama pasar swalayan ini ada kaitannya dengan tempat asal dia bekerja. Nama itu secara historis punya arti tersendiri bagi Abdul Latief. Setahun kemudian, pasar swayalan milik Abdul Latief itu berkembang pesat. Ia mondar mandir Jakarta Singapur. Urusannya bukan hanya soal ekspor-impor, tetapi ia sudah mulai terjun di bisnis properti di negara pulau itu. Tahun 1975 ia membuka cabang pasar swalayannya di kota itu. Di sana ia membeli toko dan gedung, harganya tidak semahal sekarang, karena saat itu Singapura baru mulai membangun negaranya.
Akumulasi kekayaan yang berhasil dia kumpulkan selama sepuluh tahun berusaha secara mandiri, dia pakai untuk mendirikan Pasaraya di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Gedung Pasar Swalayan yang masuk kategori mentereng ini, dibangun Abdul Latief pada tahun 1981. Disinilah tonggak pertama yang ditancapkan Abdul Latief untuk mengukuhkan dirinya sebagai salah seorang pengusaha pedagang eceran yang patut diperhitungkan. Sebutan konglomerat – sesuatu istilah yang tak disukainya – sudah mulai melekat padanya. Ia selalu duduk semeja dengan para pengusaha kenamaan lainnya. Bahkan dengan pimpinan puncak pasar swalayan asal tempatnya kerja pun, ia sudah terlihat memiliki perbedaan. Lebih dari pada itu, Abdul Latief mendapat tempat yang terhormat di mata pemerintah. Sebab, ia mengangkat harga kehidupan dari sekian banyak pengusaha kecil. Oleh sementara orang ia disebut “Pahlawan pengusaha kerajinan rakyat Indonesia.” Perjalanan usahanya yang baik itu, rupanya tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1984 Pasaraya Sarinah Jaya kepunyaannya di Blok M terbakar. Inilah percobaan pertama terberat yang dialaminya. Kerugian yang ia derita bukan hanya puluhan miliar, puluhan ribu pengunjungnya setiap hari, terpaksa berhenti sampai bangunan itu diperbaiki kembali. Ia tidak ingin putus kontrak dengan 2000 produsen kecil yang menyuplai keperluannya. Kesulitan ini, ia hadapi dengan tenang, 1200 karyawannya tidak akan diberhentikan, mereka disuruh Abdul Latief belajar manajemen, komputer, accounting, bahasa Inggris. Untuk program belajar ini, Abdul Latief mendatangkan pelatih dan pengajar ahli dari Singapur dan Hongkong. Yang menggembirakan Abdul Latief adalah kesediaan pihak asuransi menanggung sebagian kerugian itu. Bantuan dari rekan-rekannya, juga dari pihak pemerintah maupun swasta, sangat menjadi semangat baru bagi Abdul latief untuk memikirkan yang baik buat ekspansi bisnisnya.
Secara perlahan kerugian puluhan miliar rupiah itu, sirna sebagai gangguan pikirannya. Abdul Latief menata kembali jalur-jalur bisnisnya yang sudah sempat terputus. Lalu, diatas tempat gedung yang terbakar, telah berdiri dengan megahnya Pasaraya Sarinah. Bangunan berlantai sembilan itu luas lantainya 42.000 meter. Pengunjung pasar swalayan itu, ada sekitar 100.000 orang perhatiannya. 40% diantaranya adalah yang berbelanja. Dari tahun ke tahun penjualan di Pasaraya Sarinah naik terus. Dan terus menerus pula memberikan penambahan modal bagi Abdul Latif. Kawasan Blok M dimana Pasaraya ada, menjadi inceran para pengusaha bisnis eceran. Banyak konglomerat berlomba membangun fasilitas belanja di daerah itu. Kelompok Subsentra dan Pakuwon jati sudah membuka Blok M Plaza. Ometraco Group membangun pertokoan di bawah tanah, persis di bawah bekas terminal Blok M. Itulah sebabnya, ketika ada tanah seluas 1,4 hektar, dekat Blok M ditenderkan Deplu kepada para pengusaha tahun 1990, puluhan yang datang mendaftar, kendati pengumumannya tidak dilakukan secara terbuka.
Ada sebagian orang menyebut Abdul Latief, Dirut Alatief Corporation, masih aktif sebagai tokoh muda. Padahal, umur pendiri organisasi Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) itu sudah lebih setengah abad. Setidaknya, ada dua alasan kenapa ia masih dianggap aktivis Pemuda. Pertama, dalam berbagai kegiatannya, Abdul Latief selalu terlihat segar dan sangat bersemangat. Kepeloporan dan idealisme mengangkat pengusaha kecil, terutama yang berkaitan dengan bisnisnya, sering ia lakukan dengan gaya orang muda yang mampu melihat jauh ke depan. Kedua, Abdul Latief yang penampilannya setiap hari selalu trendy dan modis ini, sangat gemar berolahraga. Sehubungan dengan itu, ia juga rajin menjada kondisi fisiknya, sehingga wajahnya kelihatan jauh lebih muda dibanding usianya.
Abdul Latief memang terkenal lihai menjalin kerjasama dengan banyak orang. Ia sangat dipercaya oleh mitra bisnisnya. Bahkan, rekan bisnis di luar negeri pun, mau mengikat kerjasama dengannya, kendati ikatan itu tidak selalu hitam di atas putih. Lewat Hipmi, Abdul Latief berhasil mengarahkan sejumlah besar Pemuda untuk menjadi pengusaha. Belakangan, Hipmi menjadi wadah yang amat digandrungi oleh ratusan pengusaha muda Indonesia. Banyak di antara para pengusaha muda itu adalah anak para pejabat dan mantan pejabat. Kesuksesannya mengantar Hipmi sebagai sebuah organisasi profesional, menyebabkan ia selalu terlibat dalam pembicaraan atau diskusi tentang pembinaan generasi muda. Baik dalam acara yang diselenggarakan Hipmi, maupun dalam acara yang diselenggarakan oleh organisasi Pemuda lainnya. Cepat berpikir, gesit dalam bertindak adalah ciri khas Abdul Latief. Pernah suatu kali, penjualan barang-barang kelontong dalam pasar swalayan kepunyaannya, naiknya seret sekali. Yang datang banyak, yang membeli sedikit. Lalu, Abdul Latief mempelajari kenapa demikian. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan dari penganalisaan data yang ada, ia berkesimpulan: daya beli masyarakat masih rendah. Solusinya : daya beli masyarakat harus ditingkatkan. Berarti harus ada tambahan penghasilan bagi masyarakat. Mulai saat itu, ia pun mengajak orang untuk berusaha sehingga pendapatan bertambah. Lalu, Abdul Latif mendirikan Hipmi pada tahun 1972 dan ia menjadi Ketua umum yang pertama. Ia mengarahkan para anggota Hipmi itu untuk segera membuka usaha, sekalipun usaha itu dalam ukuran paling kecil. Dari hasil binaan yang dilakukannya, maka banyak pengusaha kecil memproduksi barang-barang kerajinan tangan, mencari barang atau produk yang bisa dijual dan jadi uang, sehingga pendapatan bertambah. Abdul Latief membantu para pengusaha kecil untuk menitipkan barangnya di pasar swalayan kepunyaannya. Bahkan, Abdul Latief juga membantu para pengusaha kecil itu mengekspor produknya ke luar negeri. Lewat langkah-langkah itu, ekspor nonmigas naik. Devisa nasional bertambah, pertumbuhan ekonomi beranjak naik, tingkat beli masyarakat otomatis jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
Komitmen Abdul Latief membesarkan pengrajin kecil, disamping karena memang dibutuhkan untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk pasar swalayan, juga untuk memenuhi permintaan Ir. Ginanjar Kartasasmita, menteri muda urusan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri saat itu, untuk meningkatkan produksi nasional. Sampai sekarang Abdul Latief masih tetap konsisten terhadap komitmen itu. Kegiatannya mendorong dan mengembangkan industri kecil itulah, maka ia dipercaya sebagai Ketua kompartemen perdagangan dan koperasi Kadin Indonesia periode 1979-1982. Bagi Abdul Latief, adanya kesenjangan antara pengusaha kecil dan pengusaha kuat, tidak lepas dari adanya perbedaan pengusaha pribumi dan pengusaha non pribumi di masyarakat kita. Pengusaha pribumi sering diartikan sebagai pengusaha lemah dan kecil sehingga perlu dilindungi dan diangkat. Ia melihat perbedaan pengusaha pribumi dan non pribumi sebagai sesuatu persoalan yang serius. Sehingga ia meminta pemerintah untuk menangani persoalan itu dengan cepat agar kesenjangan sosial itu tidak menimbulkan gejolak sosial. Menurut Abdul Latief, pengusaha kecil yang umumnya pengusaha pribumi tidak perlu diangkat dan dilindungi, tetapi didorong dan dikembangkan. Apalagi pada era globalisasi ini, negara-negara 4 macan Asia adalah hampir semuanya non-pribumi. Hal itu dikuatirkan menjadi masalah di kemudian hari, sebab, para pengusaha dari negara yang maju secara ekonomi itu, pasti akan lebih percaya menjalin bisnis dengan pengusaha sesama non pribumi. Sehubungan dengan itu, Abdul Latief melalui makalahnya yang berjudul “Konsep Mendorong dan Mengembangkan Pengusaha Pribumi,” ia mengajukan 4 dasar langkah pemecahan masalah tersebut. Pertama, Political Will pemerintah membantu pengusaha pribumi. Kedua, Konsep yang cocok untuk mengembangkan usaha pribumi yang sejajar dengan non pribumi, bukan konsep Alibaba. Bank pemerintah harus memprioritaskan pemberi kredit kepada pengusaha pribumi. Keempat, semua proyek pengadaan barang dan jasa pemerintah sepenuhnya diserahkan kepada pengusaha pribumi. Hal itu disampaikan Abdul Latief pada Seminar Pribumi dan Non-Pribumi yang diselenggarakan Editor pada HUT-nya yang ke-4 tahun 1991 yang lalu.
Kini, Abdul Latief terus melaju dengan Alatief Corporation. Makin banyak mitranya makin banyak perusahaan kecil yang dibimbing dan dimajukannya. Bidang usahanya sudah merebak ke berbagai jenis usaha, tidak lagi hanya pada bisnis retail seperti yang ditekuninya ketika mulai berusaha. Dari puluhan jenis usaha, Pasaraya lah yang menjadi tulang punggung bisnisnya Abdul Latief mengkoordinir pengawasan semua unit usaha itu melalui Alatief Investment Corporation. Gedung Sarinah Pasaraya di Blok M, Jakarta Selatan, adalah salah satu pertokoan yang megah di Ibukota. Di gedung berlantai sembilan itu, terlihat segala macam keperluan rumah tangga. Baju-baju yang trendy dan modis, mulai dari yang agak murah sampai yang paling mahal, tersedia di supermarket yang nyaman itu. Ribuan jenis produk kerajinan tagan dari industri kecil / industri rumah tangga sampai produk-produk elektronik, ada di tempat itu. Dari pagi sampai malam, para pramuniaga yang ramah selalu menyapa melayani para pembeli di gedung yang bernilai Rp. 200 miliar itu. Abdul Latief menyesalkan berdirinya beberapa pusat pertokoan modern di Jakarta, yang jelas-jelas mematikan pengusaha kecil dan tradisional. Industri kecil itu sepertinya tidak mendapat tempat untuk hidup, sebab ia memang tidak mempunyai kemampuan bersaing dengan pengusaha modal besar. Gejalanya, memang pengusaha sekelas raksasa masuk ke pasar tradisional. Sehingga pengusaha kecil itu tergusur atau tenggelam. Mestinya pemerintah mencegah para pemodal kuat itu untuk tidak sembarangan masuk ke pasar yang pangsa pasarnya merupakan lahan pengusaha kecil. Ketika salah satu pasar swalayan terbesar di dunia dari Jepang, yaitu SOGO, membuka cabangnya di Indonesia, Abdul Latief termasuk salah seorang yang bersuara keras menentang kehadirannya. Alasan penolakannya, karena saat itu beredar isu modal asing akan masuk ke bisnis eceran di Indonesia. Ia juga mempertanyakan kenapa Sogo memasukkan 805 produk impor, justru bukan memajukan produk dalam negeri. Padahal, jauh sebelum itu, Abdul Latief memang sudah terikat pada komitmennya untuk memajukan produksi nasional. Menurut pikirannya, pemodal kuat dalam negeri saja sudah mulai mengganggu kehidupan pengusaha kecil, apalagi kalau pengusaha yang datang itu dari luar negeri. Bukankah setiap kali Sogo masuk ke suatu pusat pertokoan, pesaing yang sudah ada biasanya minggir. Tapi ternyata bukan modal asing, dan pangsa pasar Sogo pun juga tidak sama, akhirnya Abdul Latief tidak terlalu keberatan lagi. Memang Abdul Latief mempunyai pertokoan di Blok M, tetapi tidak di pusat pertokoannya. Pasaraya Sarinah menjadi pendukung Pasar Tradisonal Blok M. Konsep yang dikembangkan Pasaraya, menurut Abdul Latief, membeli tanah, membangun gedung, dan membuat kavling pasar baru. Kalau masuk ke pusat pertokoan, memang cepat maju, tetapi itu intervensi namanya, membunuh orang lain, kata Abdul Latief.
Dampak konsep yang dikembangkan Abdul Latief, pasar swalayannya tidak sekencang kemajuan pasar swalayan bermodal kuat itu. Untuk mengatasi dampak ini, ia melakukan sesuatu secara kreatif, agar orang mau datang dan akhirnya berbelanja mengembangkan produk dagangan model yang menarik. Disain baju misalnya, dilakukan dengan mode dan disain yang paling akhir, persis sama dengan mode yang dikembangkan di negara-negara yang kaya mode seperti Perancis. Ini tidak terlalu sulit bagi Abdul Latief, karena ia sendiri juga penggemar model. Itulah sebabnya, setiap hari, ia selalu tampil dengan busaha yang berdisain menarik. Di segi lain, disamping keramahan pelayanan, bentuk dan disain ruangan pertokoan menjadi faktor yang harus diperhatikan penataannya. Menurut Abdul Latief, perusahan bentuk dan disain ruangan pertokoan, dilakukan terus menerus untuk menghindari kebosanan para pengunjung. Kalau perlu, sekali dalam tiga tahun, dilakukan renovasi-renovasi. Melalui penataan pasar swalayan dengan konsep tidak dipusat perbelanjaan tradisional itu, Abdul Latief mengembangkan tiga macam filosofi. Pertama, pengusaha kecil adalah bagian dari kemajuan jenis usaha yang berskala lebih besar. Karena itu, yang kecil memang harus diperhatikan dan diberi tempat yang wajar. Kedua, pengelolaan pasar swalayan harus selangkah lebih maju dari keinginan konsumen. Artinya, yang disediakan di pasar swalayan tidak hanya sekedar yang diinginkan oleh konsumen. Tetapi, apa yang menjadi keinginan konsumen berikutnya. Dalam hal ini perlu antisipasi, sebab situasi terus mengalami perubahan dan perkembangan. Ketiga, lewat berbagai jenis produk dagangan dengan segala inovasinya, dan kreativitas menata produk jualan itu di pertokoan, serta imajinasi mendesain bentuk ruangan yang menarik, akan mencerminkan identitas bangsa. Budaya bangsa terlihat dengan mudah melalui pembuatan dan penjualan produk di pasar swalayan itu.
Sukses di pasar swalayan, ia membuka pembibitan benur di Bulikumba, Sulsel. Usaha itu menghasilkan 100 juta benur pertahun. Abdul Latief juga membuka tambak udang seluas 120 hektar dengan hasil 4 ton per hektar. Dua sampai tiga kali panen dalam setahun. Ia mengelola beberapa perkebunan, membuka usaha penerbitan buku, dan usaha jasa periklanan, asuransi dan berbagai jenis bisnis yang lain. Sambil melakukan ekspansi bisnis, Abdul Latief juga tertarik pada bidang pendidikan dengan tiga alasan. Pertama, ia memang membutuhkan sejumlah besar tenaga terampil di berbagai bidang. Kedua, ia ingin ikut berusaha meningkatkan kecerdasan warga negara umumnya dan generasi muda khususnya. Ketiga, Abdul Latief adalah pernah menjadi guru, malah menjadi Direktur Akademi Pimpinan Perusahaan Departemen Perindustrian, tempat ia belajar. Salah satu Sekolah yang ingin ia dirikan adalah Sekolah Politeknik. Pendirian Sekolah itu merupakan salah satu kegiatan dari Yayasan Abdul Latief yang didirikan dan diketuainya sendiri. Dari berbagai aktivitasnya yang begitu padatnya. Abdul latief selalu berusaha menjaga kesehatan fisiknya. Setidaknya, ia melakukan general check up dua kali setahun. Secara rutin ia olahraga joging, senam, renang, teknis, dan kalau ada waktu main golf. Ia selalu olahraga pagi, terutama untuk menghindari ketegangan-ketegangan. Ia ingin hidup dalam kondisi segar, fit, energik. Tubuhnya padat, gesit, perut tidak buncit.
Itulah Abdul Latief yang mencatat kesuksesan-kesuksesan selama hidupnya. Mulai dari Predikat tamatan cum laude di APP, kemudian menjadi pimpinan promosi Pasar Sarinah, keliling berbagai negara, memberanikan buka usaha sendiri, maju, sukses, lalu gagal, sukses dan berkembang lagi, sampai menjadi pengusaha yang besar seperti sekarang ini. Bagi Abdul Latif, sebenarnya masih ada 25 tahun lagi waktu buatnya untuk berkiprah di dunia bisnis. Namun, ia sudah memasang ancang-ancang untuk memperbesar porsi kegiatan sosial budaya lewat yayasannya. Ia juga telah mempersiapkan generasi keduanya untuk melanjutkan dynasty Alatief Investment Corporationnya. Abdul Latief adalah lambang kesuksesan pedagang berdarah Minang di zaman orde baru. Berasal dari salah satu suku yang sudah terkenal gigih berdagang selama beradab-abad.
ABDULLAH GYMNASTIAR (AA GYM)
SUKSES BISNIS DENGAN AKHLAK
“Kalau kita mau sukses, kunci pertama adalah jujur, dengan bermodalkan kejujuran, orang akan percaya kepada kita. Kedua, professional. Kita harus cakap sehingga siapapun yang memerlukan kita merasa puas dengan yang kita kerjakan. Ketika, inovatif, artinya kita harus mampu menciptakan sesuatu yang baru, jangan hanya menjiplak atau meniru yang sudah ada.”
K.H. Abdullah Gymnastiar.
Sosok kyai muda ini sering kali muncul di acara televisi secara langsung yang selalu dihadiri oleh ribuan massa menjadi ciri khas dan fenomena tersendiri. Beliau adalah K.H. Abdullah Gymnastiar atau biasa dipanggil Aa Gym, pimpinan pesantren Daarut Tauhid Bandung. Aa Gym memulai pendidikan formal awal di SD Damar sebuah SD swasta yang kini sudah dibubarkan. Sekolah ini cukup jauh dari rumahnya, sekitar tiga kilometer. Masa itu, pilihan satu-satunya ke sekolah adalah berjalan kaki. Menjelang naik ke kelas 3 SD, pindah ke KPAD Gegerkalong. Aa Gym pun pindah sekolah ke SD Sukarasa 3. Bakat saya mulai berkembang dan nilai prestasi sekolah pun cukup bagus. Terbukti ketika tamat, beliau terpilih menjadi ranking terbaik II di sekolah dengan selisih satu nilai saja dibandingkan ranking I. Di bidang seni, bakat beliau juga berkembang, seperti menggambar dan menyanyi. Sejak itu pula Aa Gym sering ditunjuk menjadi ketua kelas dan aktif dalam gerakan Pramuka. Jiwa dagang Aa Gym sudah terbentuk sejak TK, terbawa-bawa hingga di Sekolah Dasar. Misalnya, beliau pernah menjual petasan yang memang pada waktu itu belum dilarang seperti sekarang. Alhasil, beliau pernah mendapat teguran dan pengurus DKM masjid. Namun, pada waktu itu beliau belum begitu mengerti ilmu agama dengan baik. Setelah lulus SMA dan memasuki kuliah Aa Gym tidak lulus tes Sipenmaru. Aa Gym mencoba daftar ke Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Universitas Padjadjaran, yaitu sebuah program D3 di Fakultas Ekonomi. Alhamdulillah beliau diterima. Namun, kuliah di sini hanya bertahan selama tahun. Beliau lebih sibuk berbisnis daripada mengikuti kuliah. Teman-teman kuliah pun lebih mengenal beliau sebagai “tukang dagang”. Selepas PAAP, beliau masuk ke Akademi Tekhnik Jenderal Abmad Yani (ATA, sekarang Unjani). Kampusnya waktu itu sangat sederhana karena menumpang di SD Widyawan atau kadang di PUSDIKJAS. Maklum, karena pemiliknya adalah Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat. Selama kuliah di ATA, beliau mengontrak sebuah kamar di pinggir sawah karena benar-benar ingin melatih hidup mandiri. Soal prestasi, banyak yang telah diraih. Beliau mengikuti lomba menggambar, mencipta lagu, baca puisi, sampai lomba pidato. Allhamdulillah, beliau selalu meraih juara, walaupun yang mengadakannya adalah senat mahasiswa dan kebetulan beliau sendirilah ketuanya. Selain menjadi ketua senat, beliau juga menjadi komandan resimen mahasiswa (Mlenwa) di ATA, maklumlah saingan di kala itu sedikit. Kegiatan berbisnis masa kuliah juga semakin menggebu. Beliau pernah membuat usaha keset dan perca kain. Beliau juga jadi penjual baterai dan film kamera kalau ada acara wisuda. Aa Gym juga sempat menjadi supir angkot jurusan Cibeber-Cimahi sekedar menambah pemasukan. Inti dari semua ini, memang Aa Gym sangat senang untuk membiayai kebutuhan sendiri tanpa menjadi beban siapa pun. Selain itu, beliau juga melatih diri untuk tidak dibelenggu oleh gengsi dan atribut pengekang lainnya. Aa Gym telah menyelesaikan program sarjana muda di ATA walaupun belum mengikuti ujian negara. Berarti, beliau memang tak berhak menyandang gelar apa pun. Bahkan, sampai saat ini ijazahnya pun belum beliau ambil dari kampus. Memang sesudah itu ada upaya untuk melanjutkan kuliah sampai S1, terutama karena dorongan teman-teman dan beberapa dosen yang baik hati. Beberapa kegiatan perkuliahan pun diikuti. Akan tetapi, setelah menelusuri hati, ternyata hanya sekedar untuk mencari status belaka, dan hal itu tak cukup kuat untuk memotivasi menyelesaikan kuliah. Mungkin hikmahnya untuk memotivasi orang yang belum dan tak punya gelar agar tetap optimis untuk maju dan sukses.
Untuk menyempurnakan ibadah dan melaksanakan sunnah, Aa Gym pun menikah. Tepat dua belas Rabiul Awal tahun 1987 adalah salah satu titik sejarah bagi kehidupan beliau dengan diucapkannya ijab kabul. Gadis yang menjadi pilihan beliau adalah Ninih Muthmainnah. Pernikahan yang dilaksanakan di Pesantren Kalangsari, Cijulang,ini dihadiri oleh banyak ulama karena memang berada di lingkungan pesantren. Beliau menikah dengan resepsi ala kadarnya. Bahkan, untuk menghemat jamuan bagi tamu, digunakan niru (nampan) sehingga satu niru bisa menjamu 8 orang sesudah menikah, kami tinggal di rumah orang tua di Kompleks Perumahan Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong, Bandung. Aa Gym bertekad untuk memberi nafkah kepada keluarga dengan uang yang jelas kehalalannya. Jelas tak mungkin rumah tangga akan berkah dan bahagia jika ada makanan atau harta haram yang dimiliki. Untuk itu, beliau mulai merintis usaha kecil-kecilan. Usaha-usaha yang beliau rintis antara lain :
1. Buku. Setiap pagi beliau berjualan buku di Masjid al-Furqon, IMP Bandung. Sambil belajar tafsir dan ilmu hadits di sana, beliau memikul kardus berisi buku-buku agama untuk dijual. Jadi, sambil menuntut ilmu juga mencari rezeki. Alhamdulillah, usaha kecil inilah yang menjadi cikal bakal toko buku dan sekarang berkembang menjadi supermarket yang saat ini sudah dikelola dan diserahkan kepada Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Daarut Tauhid.
2. Handicraft. Sambil mengajar di madrasah KPAD, beliau membuat hasil kerajinan bersama anak-anak pada sore harinya. Usaha ini terus berkembang hingga bisa membeli mesin gergaji. Sejak itu kami banyak menerima order plang nama serta order sablonan. Dari usaha sederhana inilah kemudian berkembang menjadi usaha percetakan dan penerbitan buku. Subhanallah, benar-benar semuanya dimulai dari hal yang kecil.
3. Konveksi. Mengingat istri beliau punya keterampilan menjahit, maka untuk menambah penghasilan keluarga, beliau menabung agar bisa membeli mesin jahit bekas. Alhamdulillah, order jahitan berkembang dan bisa mengajak beberapa muslimah untuk ikut bergabung. Kadang seminggu sekali kami berbelanja untuk membeli kain yang dijual kiloan.. Dari kegiatan dan perjuangan inilah cikal bakal lahirnya usaha konveksi.
4. Mie Baso. Menjual mie baso, inilah pekerjaan yang paling mengesankan. Beliau mengelola usaha warung baso kecil-kedilan di Perumnas Sarijadi, bekerja sama dengan pamannya selaku pemilik rumah. Setiap pukul empat subuh beliau sudah pergi ke Pasar Sederhana untuk mencari tulang karena kuah yang enak harus dicampur dengan sumsum tulang. Aktivitas berikutnya dilanjutkan dengan menggiling daging untuk bahan baso, dan pukul sembilan pagi beliau baru bisa melayani pembeli. Karena beliau tak mau ketinggalan shalat berjamaah, setiap kali adzan, warung baso beliau tinggalkan. Beliau pergi shalat berjamaah di sebuah masjid yang letaknya agak jauh dari warung, sementara pembeli beliau tinggalkan dan dipersilahkan memasukkan uang bayarannya ke tempatnya. Memang tampaknya seperti mengajak pada kejujuran, tapi hasilnya pembeli banyak yang bingung justru yang sering datang adalah yang mau berkonsultasi. Akibatnya, tak jarang saya baru bisa pulang ke rumah sekitar jam sembilan malam. Lelah sekali rasanya sementara hasilnya pun tak seberapa. Rupanya masyarakat tak terbiasa dengan cara baru ini. Belum lagi badan yang selalu bau baso karena seharian bergulat dengan baso. Yang menyedih¬kan, ternyata istri agak mual dan kurang suka mencium bau baso. Akhirnya, tutuplah warung baso ini dengan segudang pengalamannya.
Menurut Aa Gym seorang wirausahawan sejati sangat dipengaruhi oleh masa kecilnya. Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu dimudahkan urusan, selalu ditolong, maka bersiap-siaplah menuai anak yang tidak berdaya. Oleh karena itu, bagi yang masih muda jangan bercita-cita melamar pekerjaan, tapi berpikirlah untuk menjadi wirausahawan. Dan bagi orang tua, tanamkan kepada anak-anak kita jiwa wirausaha sejak dini. Didik anak-anak agar mandiri sejak kecil. Latih anak-anak kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Orang tua yang memanjakan anak-anak mereka dengan memberikan segala keinginannya maka akibatnya akan kembali juga kepada orang tua. Beliau pun sempat berjualan semenjak di bangku TK dengan menjual jambu tetangga. Begitu juga ketika di bangku SD dan SMP. Dengan demikian, ketika selesai kuliah, sudah hafal bagaimana cara “bangkrut efektif”, bagaimana “tertipu optimal”, dan bagaimana usaha bisa remuk. Selesai kuliah, ijazah tidak diambil sehingga sampai sekarang saya tidak tahu ijazah saya seperti apa. Namun, dengan izin Allah tidak kurang rezeki sampai sekarang. Mencoba mengurus pesantren dengan jiwa wirausaha jadilah pesantren Daarut Tauhid seperti sekarang ini. Hal ini benar-benar membuat sebuah keyakinan bahwa jikalau jiwa kewirausahaan tertanam sejak awal pada diri kita, kita tidak akan pernah takut dengan apa pun. Karena itu, kalau saja bangsa ini dikelola oleh orang-orang yang berjiwa wirausaha, tidak ada satu pun yang perlu kita takuti dan krisis ini. Hal yang paling tak enak didengar beliau adalah kalau ada yang bertanya, “Berapa sih tarifnva kalau manggil Aa Gym ceramah?” Duh, rasanya sedih sekali dengan pertanyaan seperti itu. Alhamdulillah, bagi beliau berdakwah adalah panggilan kewajiban atas amanah ilmu yang ada. Bisa menyampaikan ilmu saja sudah merupakan rezeki yang luar biasa. Kalaupun ada yang berterima kasih, itu karunia Allah yang tak diharapkan, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Itulah sebabnya beliau berusaha sekuat tenaga agar memiliki penghasilan sendiri. Apalagi sesudah regenerasi di Yayasan Daarut Tauhid sehingga beliau lebih leluasa dan sungguh-sungguh untuk membangun MQ Corporation, usaha pribadi yang beliau harapkan menjadi sumber rezeki yang halal serta mencukupi untuk keluarga dan biaya dakwah, sehingga dapat menghindari fitnah dan tak menjadi beban bagi umat. Selain itu juga bisa membuktikan bahwa bisnis berbasis moral sangat memungkinkan untuk maju, bermutu, dan bermanfaat banyak. Hal ini juga menjadi laboratorium saya untuk berlatih mengelola bisnis yang profesional sebagai bahan untuk berdakwah dan tentunya juga membuat lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat, khususnya para tetangga, kaum dhuafa, dan orang-orang cacat. Bagi beliau usaha yang ditekuni adalah sarana bagi teman-teman yang memiliki rezeki berlebih dan ingin usaha yang halal dan maslahat, untuk bergabung dalam sistem bagi hasil. Oleh karena itu, dan setiap keuntungan, selain disisihkan untuk zakatnya juga dikeluarkan biaya pendidikan bagi saudara kita yang dhuafa agar bisa maju bersama-sama. Alhamdulillah dengan didukung oleh tim yang berakhlak baik, konflik menjadi minimal dan kebocoran pun nyaris nihil. Bahkan, sesudah kemam¬puan pengelolanya dikembangkan, kinerja perusahaan kian baik dan professional. Dulu beliau berpikir pas-pasan, yaitu pas butuh ada. Tapi kini beliau berpikir sebaliknya. Beliau ingin menjadi orang kaya yang melimpah rezekinya serta halal dan berkah. Mudah-mudahan menjadi contoh bagi orang yang mau kaya dengan tetap taat kepada Allah. Dan juga supaya orang tak memandang sebelah mata karena menganggap kita butuh terhadap kekayaan mereka. Di samping itu juga diharapkan bisa sedikitnya memberi contoh bagaimana memanfaatkan kekayaan di jalan Allah. Semoga terpelihara dari fitnah dunia karena memang luas dunia ini amat menggoda dan melalaikan.
Kebanyakan orang selalu meributkan modal berupa finansial, padahal menurut beliau modal itu adalah: Pertama, keyakinan kepada janji dan jaminan Allah. Kedua, kegigihan meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, menjadi orang yang terpercaya (kredibel). Kredibel berarti sikap yang selalu jujur dan terpercaya, selalu berusaha melakukan yang terbaik dan memuaskan, serta selalu berusaha mengem¬bangkan ilmu, pengalaman, wawasan, sehingga bisa tampil kreatif, inovatif dan solutif. Percayalah bahwa sebelum kita lahir, rezeki sudah lengkap disiapkan oleh Allah Yang Mahakaya. Kita hanya disuruh menjemputnya, bukan mencarinya. Yang harus diperoleh justru keberkahan dari jatah kita. Dan semua itu akan datang kalau kita bekerja di jalan yang diridhoi oleh Allah Swt. Adapun keuntungan bukan hanya berupa uang, harta, kedudukan, atau aksesoris duniawi lainnya. Bagi beliau, keuntungan itu adalah ketika bisnis yang dilakukan ada di jalan Allah, bisnis kita jadi amal shaleh yang disukai Allah, dan menjadi jalan mendekat kepada-Nya. Nama baik kita terjaga, bahkan menjadi personal guarantie. Dengan bisnis kita bertambah ilmu, pengalaman, dan wawasan, dengan bisnis bertambahnya saudara dan tersambungnya silaturahmi, dan dengan bisnis kita semakin banyak orang yang merasa beruntung.
Jadi, walaupun keuntungan finansial tak seberapa didapat atau bahkan tak mendapatkannya, apabila keuntungan seperti di atas sudah didapatkan, beliau tetap merasa sangat beruntung. Beliau yakin pada saatnya Allah akan memberikan keuntungan dunia yang sesuai dengan waktu dan jumlahnya dengan kadar kebutuhan dan kekuatan iman beliau.
Berbisnis bagi Aa Gym bukan sekedar urusan duniawi. Jika bisnis dijalankan dengan cara yang salah hanya akan melahirkan kerakusan dan ketamakkan manusia. Sebaliknya bisnis yang dijalankan dengan niat dan cara yang benar adalah ibadah yang besar sekali pahalanya, karena dengan mengokohkan harga diri bangsa. Seperti disampaikan beliau dalam sebuah kesempatan, bahwa perekonomian yang kuat akan berimbas pada tingkat kesehatan yang baik, sehingga akan meningkatkan kemampuan untuk berkarya dengan mengakses ilmu lebih banyak, hingga melahirkan sebuah bangsa yang cerdas.
Visi Aa Gym dalam membantu Pesantren Daarut Tauhid sekaligus dengan beragam kegiatan bisnisnya, tidak lepas dari konsep dasar pendidikan di pesantren ini menyatukan antara dimensi dzikir, fikir dan ikhtiar. Dimensi dzikir ini sangat menekankan pada keikhlasan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Hal ini merupakan sisi penyeimbang hidup, dimana kita dituntut untuk senantiasa menyempatkan waktu, untuk berkontemplasi dan menjadikan setiap detik kehidupan kita bergantung kepada Tuhan. Dimensi fikir menegaskan pentingnya rasionalitas dalam setiap tindakan kesehatian kita, sehingga setiap langkah merupakan bagian dari perencanaan yang matang. Sementara dimensi ikhtiar menunjukkan pentingnya etos kerja, melalui hidup penuh kesungguhnya dan kerja keras tanpa kenal putus asa. Ketika dimensi tersebut jika dilakukan secara sinergis akan melahirkan pribadi yang unggul dan tangguh dengan tetap dilandasi oleh nilai kearifan.
Kunci kesuksesan Aa Gym dalam menjalankan roda bisnis di pesantrennya, hingga telah berkembang menjadi 24 bidang usaha dalam 12 tahun, terletak pada pembangunan kredibilitas para pengelolanya yang meliputi tiga aspek utama yaitu, nilai kejujuran, kecakapan (profesionalisme), dan inovatif. Nilai kejujuran yang diajarkan meliputi ketepatan dalam menepati janji, manajemen waktu, memiliki fakta dan data yang jelas, terbuka, kemampuan mengevaluasi, rasa tanggung jawab dan pantang putus asa.
Kecakapan dalam berbisnis ini selain diperlukan pendidikan yang penting juga adalah pelatihan nyata. Seperti ditulis oleh Syafi’i Antonio dalam artikelnya yang menceritakan tentang riwayat Rasulullah yang telah mendapat pendidikan entrepreneurship sejak usia 12 tahun, ketika bersama pamannya Abu Thalib melakukan perjalanan bisnis. Pada usia 17 tahun Beliau telah diberi tanggung jawab untuk mengurus seluruh bisnis pamannya, dan mulai merasakan persaingan dengan para pedagang yang lebih professional. Menginjak usia 25 tahun Beliau mendapatkan dukungan finansial dari konglomerat setempat Siti Khadijah yang kemudian menjadi istri Beliau.
Nilai yang ketika yang dikembangkan Daarut Tauhid yang juga dikenal dengan bengkel akhlak ini adalah inovatif. Beberapa aspek pendidikannya antara lain melatih jiwa progressive, dengan menjadikan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai kewajiban massal, mengadakan studi banding, melakukan pelatihan-pelatihan dan senantiasa memberikan rangsangan untuk melahirkan sikap kreatif dan inovatif.
Ketiga nilai tersebut telah dilakukan secara integral di Daarut Tauhid. Bisnis bagi Aa Gym akan terasa hambar jika nilai-nilai moral dikesampingkan, hanya akan menjadi materi sebagai dewa yang dikejar dan diagung-agungkan, dan akhirnya akan melahirkan jiwa-jiwa Brutus di setiap pelaku bisnis.
Aspek-aspek modal dalam bisnis sebetulnya telah diajarkan oleh Rasul jauh 15 abad yang lalu, lewat sifat-sifat kerasulan yang dimiliki Beliau yaitu sidiq (benar), amanah (terpercaya), fathonah (cerdas) dan tabligh (komunikasi). Nilai-nilai moral ini bersifat general truth, melintasi batas waktu, agama dan budaya. Jika disinergikan dengan strategi bisnis yang tepat akan mampu membangun kepercayaan konsumen yang kuat. Kepercayaan konsumen ini merupakan aset yang tidak ternilai.
Kepemimpinan yang berkembang umum di kalangan pesantren pada umumnya masih tradisional, kyai sentries, komando tunggal, dan iklim demokrasi kurang berkembang sehingga seringkali timbul blind faith di kalangan santri. Fungsi manajemen yang dijalankan pun kurang mendapat sentuhan bahkan cenderung diabaikan. Pola kepemimpinan Darut Tauhid tidak lagi menempatkan figur sebagai sentral. Aa Gym sebagai pemimpin pesantren hadir hanya karena nilai khusus yang dimilikinya. Meminjam istilah Max Webber, pola kepemimpinan yang lahir seperti ini karena otoritas karismatik. Kepemimpinan di Daarut Tauhid telah menerapkan system pendelegasian kerja, sebagai pengalihan wewenang formal manajer kepada bawahannya. Pemimpin diajarkan untuk memiliki sikap rendah hati dan mau melayani, seperti pernah dikemukakan oleh A.M. Mangunhardjana SJ. Bahwa pada intinya pemimpin adalah tugas pengabdian mereka menjalankan the golden rule of leadership yaitu knows the way, shows the way and goes the way. Dari sisi manajemen Daarut Tauhiid telah menerapkan system lebih dari hanya sekedar menerapkan sistem manajemen modern. Dimana sistem manajemen modern. Dimana sistem manajemen yang berkembang saat ini tidak menjadikan manusia hanya objek pelaku agar materi dan kapital semakin produktif, tapi juga telah melahirkan aspek-aspek spiritual dan emosi dalam pemikiran manusia. Covey sendiri dalam hal ini telah melakukan terobosan baru dengan mengemukakan gagasannya tentang manajemen berbasis kepentingan yang kental dengan nuansa religius.
Daarut Tauhid sendiri menerapkan inti manajemen dan kepemimpinan sekaligus dalam konsep Manajemen Qolbu (MQ) yang ditawarkannya. Dalam MQ hati adalah fakultas utama dalam diri manusia yang sangat menentukan kualitas manusia itu sendiri, jika dimanajemeni dan dipimpin dengan benar akan melahirkan manusia paripurna dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam kesehariannya Daarut Tauhid tidak pernah merengek-rengek meminta sumbangan, apalagi dengan menjaring dana di pinggir jalan. Dilihat dari fasilitas dan asset Daarut Tauhid termasuk pesantren yang maju dalam waktu singkat. DT pada awalnya hanya dikenal sebagai bengkel akhlak tetapi sekarang lebih menonjol di bidang ekonomi. “Memang kami memiliki strategi tersendiri, oleh karena itu visi dan misi Daarut Tauhid sendiri harus dikenali dahulu. Secara garis besar kami ingin membentuk SDM yang memiliki keunggulan dalam zikir, fikir dan ikhtiar, suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,” demikian penuturan Abdullah Gymnastiar.
Dzikir, fikir dan ikhtiar ini merupakan konsep dasar dari MQ yang diajarkan sehari-hari melalui hal-hal kecil. Untuk menerapkan Daarut Tauhid sendiri memiliki lima aturan dasar pelatihan kepada para santrinya yang juga merupakan bagian dari roda perekonomian Daarut Tauhid. Pertama, seorang santri dilatih untuk berfikir keras, mengenal diri dan potensinya sehingga ia mampu mengenal kekurangan diri lalu memperbaikinya dan menempat dirinya secara optimal. Kedua, mereka dilatih untuk mengenal situasi lingkungannya sehingga bisa mendapatkan manfaat dari lingkungannya secara optimal sekaligus memberikan manfaat balik kepada lingkungan secara professional. Ketika, mereka dilatih untuuk membuat suatu perencanaan yang matang, sehingga segala sesuatunya berjalan dalam jalur yang telah disepakati. Keempat, mereka dilatih untuk mengevaluasi setiap hasil karya mereka, bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dan senantiasa meningkatkan kinerja mereka. Kelima, ciri SDM yang akan dibentuk adalah yang unggul dalam berikhtiar. Kombinasi ibadah yang bagus, strategi hidup yang tepat dan ikhtiar dengan bersungguh-sungguh akan menjadikan hidup sebagai mesin penghasil karya.
Pola MQ sampai sejauh ini telah menghasilkan SDM yang unggul, hal ini terbukti dari berkembangnya perekonomian di lingkungan Daarut Tauhid dan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadapnya, diantaranya dengan kepercayaan untuk mengadakan pelatihan dan pendidikan manajemen untuk para eksekutif di PT Telkom, BNI, IPTN dan PT Kereta Api Indonesia. Mereka tertarik dengan konsep manajemen Daarut Tauhid karena diyakini mampu meningkatkan etos kerja dan menurunkan tingkat penyelewengan kerja, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
ALIM MARKUS
PENEMBAK BURUNG GRUP MASPION
Maspion dan Alim Markus adalah dua nama yang tak terpisahkan. Di Jawa Timur, orang mengenal nama Maspion sebagai kelompok usaha besar, yang menjamah berbagai bidang usaha: industri peralatan rumah tanga, elektronik, perbankan, real estate hingga perbisida. Sedangkan Alim Markus dikenal sebagai Presiden Direktur Grup Maspion, yang mampu melambungkan nama Maspion sebagai salah satu kelompok usaha yang paling bersinar di Jawa Timur. Perkembangan Grup Maspion yang makin pesat belakangan ini memang tidak lepas dari sentuhan tangan dan kegigihan Alim Markus. Pria berperawakan sedang ini rela mengorbankan pendidikan dan masa kecilnya untuk mulai berkiprah di dunia bisnis. “Saya hanya mengenyam pendidikan sampai kelas dua SMP karena keburu membantu usaha orang tua,” menurut Markus. Ya, pada usia 15 tahun, sebagai anak tertua Alim Markus, lelaki yang kini berusia 44 tahun itu diminta untuk membantu bisnis keluarganya, PT Logam Djawa – produsen peralatan rumah tangga sederhana yang terbuat dari alumunium, seperti panci dan wajan. Mulailah Remaja cilik Markus meninggalkan pendidikan formal di Sekolah, dan memasuki ajang pendidikan yang lebih luas: dunia bisnis. Ia keluar masuk pasar dan toko untuk menjajakan barangnya. Bertemu dengan berbagai macam orang, dengan karakternya yang beragam. Dari pergaulan itulah ia menimbah ilmu yang tidak pernah diajarkan di Sekolah. Selain itu, karena merasa pendidikan formalnya kurang, Markus pun mau bersusah payah menambah ilmu di sela-sela kesibukannya menjalankan roda usaha. Ia mengambil berbagai kursus. “Pengetahuan saya dari Sekolah kan sangat minim, mau nggak mau saya harus belajar sendiri,” ujarnya. Maka, ia pun sibuk belajar akuntansi, bahasa Inggris dan Jepang – belakangan ia juga belajar bahasa Korea dan Jerman. Karena perusahaannya masih kecil, Markus pun kemudian menjelajah berbagai aspek dalam pengelolaan usaha. Selain menangani pemasaran dan distribusi, ia pernah menjadi kasir, pemegang buku, dan pekerjaan lainnya. “Karena saya membantu perusahaan sejak kecil sampai besar, maka saya mengalami semua seluk beluk perusahaan,” kata Markus. Berkat gemblengan masa lalunya, hingga kini Markus selalu ingin mengetahui bagaimana perkembangan bisnisnya. Jadi, misalnya, ketika berjalan-jalan di pabrik, ia bisa tahu berbagai proses produksi yang dijalani. Ia memang ingin mengetahui segala sesuatunya secara rinci. “Kita harus mengetahui dan menguasai semua bidang pekerjaan,” kata Markus. Tapi, itu tidak berarti dengan mengetahui secara mendalam semuanya lalu Markus mengerjakan sendiri. “Sebagai pimpinan kita harus bisa Mendelegasikan wewenang,” tuturnya. Cuma ia punya sikap yang jelas, Mendelegasikan wewenang adalah suatu keharusan, tapi dia tetap harus tahu secara rinci. “Kan banyak pengusaha yang bersikap, ‘Ngapain saya tahu secara detail, saya serahkan saja kepada orang sudah cukup.’ Nah, yang seperti itu bukan pengusaha betul. Kita boleh mengetahui, tapi jangan dikerjakan sendiri. Kalau dikerjakan sendiri, kapan selesainya dan kapan memimpin orang lain.” Agaknya, keterlibatan total Markus dalam pekerjaannya itulah yang membuat perusahaan keluarga Alim terus berkembang. Keinginan Markus untuk maju juga kian menggebu-gebu. Seiring dengan perkembangan usaha, Markus makin rajin menimbah ilmu dari berbagai sumber: mulai dari kursus-kursus (kalau perlu ke luar negeri) hingga berbagai seminar, dan pergaulan dengan kalangan bisnis. Ia pun kerap menyerap gagasan dari berbagai buku yang dibacanya. Kenapa Markus demikian bersemangat menempah diri? “Orang yang tanpa pengetahuan tidak akan menjadi profesional,” kata Markus. Tapi, pengetahuan saja dianggap tidak cukup. Profesional saja masih kurang. Harus ada faktor lain, yakni punya kemauan keras, disiplin, dan ketekunan. “Kalau punya kemauan keras tapi gampang putus asa, itu tidak betul, harus tekun dan langgeng. Kemauan keras tapi tidak disiplin, itu juga salah. Dan yang tak kalah penting kemampuan membawahkan (leadership),” kata Markus, membeberkan kiatnya memimpin Maspion. Belajar sambil berbisnis itulah yang menempahnya hingga cepat matang. Tak heran jika dalam usia yang masih cukup muda, 30 tahun, Alim Markus pun tampil sebagai Presdir Grup Maspion, menggantikan posisi ayahnya pada 1980. Ketika itu, nama Logam Djawa tidak lagi “berbunyi”, karena sejak 1971 Markus bersama ayahnya mendirikan PT Maspion Plastic & Metal Manufacturing. Sejak itu nama Maspion berkibar, dikenal sebagai produsen alat-alat rumah tangga yang terbuat dari plastik dan alumunium. Di industri plastik, yang dihasilkan Maspion bukan Cuma rantang atau termos dan berbagai macam peralatan rumah tangga lainnya, tapi juga pipa PVC. Bahkan lebih ke hulu lagi, masuk ke produk bijih plastik. Demikian pula di alumunium, yang dihasilkan bukan lagi panci-panci sederhana, tapi dengan bahan yang lebih baik, stainless steel dan peralatan rumah tangga berlapis Teflon, serta aluminium untuk konstruksi. Kini, puluhan perusahaan bernaung di bawah bendera Maspion – kepanjangan nama Mas Pionir. Karyawannya yang tersebar di tiga lokasi pabrik (Maspion Unit I, II dan III) ada 20.000 orang. Untuk memimpin perusahaan sebesar itu, Markus dibantu adik-adiknya: Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa. Seperti diketahui, Grup Maspion dibagi dalam beberapa divisi. Dan di setiap divisi, Markus berduet dengan salah satu adiknya. Misalnya, di Indal Alumunium Industry, penghasil peralatan rumah tangga dan berbagai jenis produk alimunium lainnya, Markus bersama Prakasa tampil sebagai pemimpin. “Kalau saya tidak ada, misalnya sedang keluar negeri, maka yang menangani perusahaan ya Pak Markus,” kata Prakasa. Saudaranya yang lain hanya sebatas pemegang saham. “Saham yang dimiliki sama besarnya, hanya saya yang lebih tinggi 5% di bandingkan adik-adik saya untuk setiap perusahaan Grup Maspion,” kata Markus. Dengan pembagian wewenang seperti itu, proses pengambilan keputusan bisa cepat. Misalnya, kalau ada usul untuk mengembangkan usaha di Indal, maka yang berbicara cukup Markus dengan Prakasa. Jika keduanya sepakat, rencana pun dijalankan. Jika tidak, maka perbedaan yang muncul di bawa ke rapat setiap Senin. Rapat yang diselenggarakan di kantor pusat Grup Maspion ini – di Jalan Kembang Jepun, Surabaya – juga dihadiri oleh pemegang saham mayoritas (50%) Grup Maspion, Alim Husein. Di situlah keluarga Alim (Alim Husein, Alim Markus, Alim Mulia Sastra, Alim Satria, Alim puspita dan Alim Prakasa) membicarakan berbagai hal penting yang menyangkut perkembangan Maspion. Bagi Prakasa, peran paling penting dari Markus dalam pengembangan bisnis Maspion adalah penataan sistem manajemennya yang dilakukan pada tahun 1980-an. “Pak Markus sangat memperhatikan penataan ini, mulai dari sistemnya hingga pengadaan perangkat komputer pada tahap awal pengembangan perusahaan,” kata Prakasa, yang baru terjun ke bisnis setelah meraih gelar MBA dari Kanada. Dalam mengembangkan usaha, Markus sangat selektif memilih mitra bisnis. “Kami selalu memilih mitra bisnis yang terbaik di bidangnya,” kata Markus. Umpamanya, Maspion menggandeng Du Pont (Amerika Serikat) yang memiliki teknologi Teflon – kemudian melebar ke industri agrokimia. Dan bermitra dengan Samsung (Korea Selatan) Maspion masuk ke industri elektronik dan electric home appliance, seperti kipas angin dan Setrika. Contoh lain, Raksasa Marubeni diajak bermitra untuk menghasilkan produk antikarat. Ketika membidik industri melamin, Maspion memilih mitra dari Thailand. “Peralatan makan melamin yang dihasilkan perusahaan Thailand itu paling tinggi mutunya di dunia,” kata Markus. Dengan memilih mitra yang paling menonjol prestasi teknologi atau penguasaan pasarnya, Maspion akhirnya mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Itu sebabnya, pesanan dari mancanegara mengalir ke Maspion. Sebuah jaringan toserba di AS, misalnya, memesan peralatan masak yang khusus dipasarkan di Negara Paman Sam itu – Master Cuisine 9000.
Maspion kini sudah besar. Dan itu terjadi karena strategi ekspansi yang diterapkan Markus cukup mengena. “Kami menganut falsafah kalau kami menanam padi, hasilnya pun padi. Kalau kami menanamnya banyak, hasilnya juga banyak,” kata Markus. Jelas, bahwa di bawah kepemimpinan Markus, Maspion akan terus melakukan ekspansi, baik yang masih berkaitan dengan bisnis yang kini ditangani, atau sama sekali bidang usaha baru. Jangan tanyakan apa bisnis inti Grup Maspion. Sebab, bagi Markus, “Core business adalah bisnis yang bisa dikuasai.” Jadi, semua usaha yang dimasuki Maspion adalah bisnis inti. “Konsep saya lain. Kalau kami bisa bersaing dengan orang lain, itulah bisnis inti kami. Jadi, tak berarti saya hanya terjun ke satu industri, tanpa mengembangkan yang lain,” tuturnya serius. “Namanya usaha, ya segala bidang kami masuki,” ujarnya lagi. Bagi Markus, pengembangan usaha adalah hal yang perlu terus menerus dilakukan. Ibarat menanam pohon, kalau hanya bisa menanam lima pohon, lima itulah yang dipelihara sehingga manjadi besar. Setelah berbuah, tanam lagi pohon lain agar pohon yang ada di lahan usahanya bisa berkembang terus. “Dan di bidang itu kami harus menjadi market leader,” katanya. Itu dibuktikan dengan penguasaan pasar plastik peralatan rumah tangga nasional sebesar 30%, pipa PVC 40%, dan alumunium sheet 80%. Namun Markus juga sangat menekankan bahwa dalam pengembangan bisnis tidak perlu serakah. Sebab, kalau serakah, bisa diibaratkan, “Kita ingin menanam pohon sebanyak-banyaknya, tapi kewalahan menyirami dan memupuknya, sehingga hasilnya menjadi jelek.” Dalam menangkap peluang bisnis. Markus mengumpamakan seperti memburuk burung. Dan sebagai pemburu peluang, senjata utama pengusaha adalah permodalan. “Tanpa modal, kan tidak mungkin menjalankan usaha. Modal ini pun harus diakumulasikan, karena dengan modal kecil, usaha yang bisa dimasuki juga kecil,” kata Markus. Sedangkan kemampuan manajemen diibaratkan sebagai kemahiran menembak. “Kita harus aktif. Peluang usaha adalah burung yang harus dikejar,” ujarnya. Nah, dalam memburu peluang itu, ketepatan waktu juga penting. Sebab, kalau tidak tepat, misalnya membidik terlalu lama, bisa saja tiba-tiba burung tersebut terbang dan kesempatan pun menghilang. “Harus punya keberanian untuk menembak pada saat yang tepat,” kata Markus. Dalam bekerja, semangat efisiensi sangat mewarnai gaya kerja dan penampilan Markus. Ruang kerjanya, misalnya, tidak terlalu besar dan transparan dengan dinding dari kaca tebal. Orang yang lalu lalang di depanya akan mengetahui apakah Markus ada di ruangan atau tidak. Apalagi pintu ruang kerjanya selalu terbuka. Semangat keterbukaan? Tidak persis dimaksudkan begitu. Yang diutamakan efisiensi. “You buka pintu saja sudah kehilangan waktu sekian detik. Kan sayang. Biarkan saja pintu terbuka, toh tidak ada nyamuknya,” kata Markus. Ia pun tidak khawatir gerak-geriknya terlihat oleh bawahannya. “Kalau sama karyawan tidak apa-apa. Tamu kan tidak akan nyelonong begitu saja karena sudah sering di bawah. Sekretaris saya pun bisa menghadap orang sembarangan,” kata Markus. Kepercayaan Markus pada “filternya” memang tidak belebihan. Begitu masuk ke kantor pusatnya di lantai pertama, orang akan segera berhadapan dengan petugas yang akan menanyakan maksud kedatangan orang itu. Jika diizinkan bertemu dengan bos Maspion, tinggal naik tangga ke lantai dua, dan akan berhadapan dengan empat, ya empat sekretaris Alim Markus. “Sekretaris saya memang empat. Tapi semuanya efisien, bekerja penuh. Coba you lihat kalau masuk ke kantor saya, tidak ada orang yang membaca koran. Semua bekerja,” kata Markus. Tidakkah pekerjaan para sekretaris itu bertabrakan satu sama lain? “Tidak. Pekerjaan kami terbagi dalam beberapa masalah. Apalagi Maspion kan perusahaan besar, ada puluhan perusahaan, sehingga permasalahan pun banyak,” kata Wati, yang mengurus bidang umum. Sedangkan untuk urusan jadwal kegiatan Markus, Catherine yang mengatur. Begitulah, jika di luar kantor, atau sedang melaju di atas mobilnya, Markus tinggal mengecek kepada Catherine, apakah ada orang yang mencarinya. Jika ada, ia tinggal menghubunginya. Atau menanyakan persoalan yang mesti diselesaikan pada sekretaris lain jika menyangkut bidang usaha yang dibawahinya. Soal real estate, misalnya, akan langsung berhubungan dengan Setyowati.
Markus, efisien menggunakan waktunya. Setiap hari, bangun pukul 5.00, lalu segera meluncur ke lapangan golf. Dari tempat olah raga, ia tidak balik ke rumah. “Saya mandi dan sarapan di tempat golf, dan langsung ke kantor,” kata Markus. Sebelum pukul 08.00 Markus sudah tenggelam dalam urusan kantor hingga sore hari. Karena itu, sepulang kerja, waktunya dicurahkan untuk keluarga. Markus pantang membawa pekerjaan ke rumah. Demikian pula isterinya, Srijanti, sama sekali tidak pernah menjamah atau merecoki pekerjaan suaminya atau urusan kantor. Jadi, setelah pulang dari kantor, di rumah waktu Markus dihabiskan untuk keluarga, dengan sang isteri dan dua anaknya yang masih kecil. Lima anaknya yang lain bersekolah di Singapura. Praktis rumah di atas lahan seluas 1.800 meter persegi luas bangunannya sekitar 250 meter persegi yang ditata apik itu terasa lengang. Dengan 47 pabrik dan 20.000 karyawan, sebenarnya Maspion dan keluarga alim sudah boleh disebut sukses. Toh, Alim Markus masih merasa bisa mengembangkan kelompok usahanya untuk menjadi lebih besar lagi. Di benaknya sudah tergambar “peta” perkembangan yang akan ditempuh dalam 5 – 10 tahun mendatang. “Jika disituasi ekonomi dan politik tetap stabil seperti sekarang, kami bisa terus berkembang dan menampung tenaga kerja sampai 50.000,” ujarnya. Impian yang cukup “berani”. Soalnya, jangankan mengurus karyawan puluhan ribu, mengelola karyawan yang jumlahnya ratusan saja bisa bikin kelenger.- apalagi kalau muncul aksi mogok. Maspion pun pernah merasakan bagaimana kacaunya situasi ketika para pekerja mogok pada tahun 1993 lalu.
Jika di perusahaan lain tuntutan utama pemogokan biasanya menyangkut penyesuaian upah atau gaji, di Maspion lain, karena tingkat upah di kelompok perusahaan ini memang selalu di atas upah minimal yang ditetapkan Pemerintah. Justru karena upahnya yang sudah lumayan itulah, Maspion terhindar dari pemogokan. Ketika aksi mogok merebak di Surabaya, seorang pejabat di sana menunjuk Maspion sebagai contoh perusahaan besar yang tak pernah dilanda pemogokan, dan meminta pengusaha di Surabaya mencontoh Maspion. Markus ingat persis omongan pejabat itu diucapkan pada bulan Juni 1993. “Eh, tak tahunya pada bulan Juli karyawan Maspion mulai mogok,” kata Markus. Yang menyulut pemogokan, menurut Markus, karena persoalan normatif. Para karyawan meminta agar pimpinan pabrik salah satu unit usahanya dipecat. Alasannya, kepala pabrik tersebut terlalu singkat memberi waktu istirahat, Cuma 39 menit, yang dinilai para karyawan tidak cukup untuk dipakai makan siang dan sembahyang. Apalagi jika hari Jum’at, karyawan harus pontang-panting makan dan sholat Jum’at. Telat sedikit, mereka disemprot pimpinan, lengkap dengan ancaman pemecatan. Situasi itulah yang membuat karyawan mangkir kerja. Markus akhirnya mencopot pimpinan pabrik yang sok kuasa itu, dan memutasikannya ke bagian lain. Ternyata kejadian itu diikuti oleh karyawan bagian lain. Mereka merasa mendapat angin mogok dan meminta pimpinan yang tidak disukai dipecat. Sialnya, ketika aksi mogok digelar terjadi kebakaran di tiga pabrik, “Di Maspion unit 1 kan ada 15 pabrik, yang mogok itu empat pabrik,” kata Markus. Permintaan para karyawan untuk memecat atasannya masing-masing di pabrik kedua, ketiga, dan keempat, ditampik Markus. Ia meminta supaya perselisihkan antara karyawan dan pimpinannya diselesaikan secara hukum. “Siapa yang merasa dirugikan, silakan melapor ke Depnaker atau melalui kepolisian dan ke pengadilan,” kata Markus. Kejadian itu memberi hikmat kepada Markus untuk lebih memperhatikan aspek nongaji karyawannya. Markus, kini setiap Sabtu sore 200 – 300 karyawan Maspion Unit 1 diangkut untuk berolahraga; senam atau lari atau pertandingan antarpabrik. “Mereka berolahraga dan kami menghitung waktu olahraga itu sebagai lembur,” kata Markus. Saat berolahraga itulah, kebersamaan karyawan dengan pimpinannya digalang. Energi para karyawan yang masih muda-muda pun tersalur secara positif.
ARIFIN PANIGORO
RAJA MINYAK YANG AKTIF DI POLITIK
Sebelum Orde Baru tumbang tahun 1998, nama Arifin Panigoro hanya dikenal kalangan terbatas sebagai pengusaha di bidang perminyakan. Lingkaran pergaulannya lebih banyak dengan Pertamina dan pengusaha perminyakan internasional. Namun, ketika reformasi tengah “hamil tua” yang ditandai dengan maraknya aksi demonstrasi mahasiswa, kesadaran politik Arifin bangkit. Ia telah menjadi simbol kebangkitan politik pengusaha. Tidak hanya itu, ia turut serta secara aktif membantu pergerakan mahasiswa, termasuk menyiapkan nasi bungkus untuk dikirim kepada mahasiswa yang tengah menggelar aksi di Gedung DPR Senayan, Jakarta.
Alumni Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1973 ini memulai usahanya tidak langsung menjadi bos di Meta Epsi Drilling Company (Medco). Sebelum tahun 1980-an, awalnya ia cuma sebagai kontraktor instalasi listrik door to door. Selanjutnya memulai proyek pemasangan pipa secara kecil-kecilan. Begitu ada proyek yang berdiameter besar, hal itu bukan porsi pengusaha lokal, melainkan pengusaha asing. Jadi, setiap Pertamina melakukan tender untuk pemasangan pipa besar, maka perusahaan asing yang menang karena untuk pipaline butuh peralatan berat. Peralatan itu umumnya hanya dimiliki oleh perusahaan asing.
Kondisi itu membuatnya berpikir, sebaiknya pengusaha lokal pun diberi kesempatan atau dibantu untuk bisa menangani pemasangan pipa besar dan tidak hanya diberi pekerjaan yang kecil-kecil. Tahun 1981 ia memberanikan diri untuk mulai masuk proyek pipanisasi yang berdiameter besar. Untuk pekerjaan itu, ia bekerja sama dengan perusahaan asing. Deal-nya, bila satu proyek selesai, bagi hasilnya adalah peralatan itu. Mitra setuju, proyek pun selesai. Sejak itu dengan alat tersebut ia mencari proyek ke mana-mana.
Selain menggandeng mitra asing, dukungan dan proteksi dari pemerintah amat diperlukan. Tidak mungkin pengusaha lokal yang baru berdiri dan tidak memiliki pengalaman dapat tiba-tiba bersaing dengan perusahaan asing yang berpengalaman di bidang perminyakan selama puluhan tahun. Menggandeng mitra luar dan dukungan pemerintah itu merupakan cara pengusaha lokal bisa membuka pintu ke bidang bisnis yang lebih luas. Dengan begitu, persaingan dengan perusahaan asing bisa dilakukan.
Semuanya dimulai dari tahapan membiasakan pengusaha lokal mengerjakan proyek besar. Contoh yang dialaminya dengan bendera usaha Medco tejadi pada tahun 1979-1980 ketika terjadi oil boom, Sekretariat Negara mengambil inisiatif untuk membangun kilang minyak karena ada tambahan anggaran. Pada saat itu, pemerintah berkeinginan untuk menyelipkan unsur pembinaan bagi pengusaha lokal, termasuk Medco. Saat itu, dalam pembangunan Kilang Cilacap, Medco dikawinkan dengan satu perusahaan asal Amerika Serikat. Akhirnya, Medco yang tidak tahu apa-apa tentang pemasangan pipa, menjadi mengerti.
Demikian juga saat memulai usaha pengeboran minyak tahun 1981, juga tak lepas dari bantuan pemerintah. Menurut Arifin, tahun itulah titik awal Medco menjadi besar. Pada waktu itu, ia memiliki kedekatan dengan Dirjen Migas Wiharso yang menginginkan ada pengusaha lokal dalam proyek jasa pengeboran. Kebetulan ada penyertaan modal pemerintah ke Pertamina, yang mau melakukan pengeboran gas di Sumatera Selatan.
Pemerintah mendorongnya untuk ikut tender, meskipun tidak punya peralatan ngebor. Pemerintah memanggil perusahaan asing yang berpeluang menang diminta untuk menyewakan alat, atau memakai orang-orang Medco sebagai mitra. Tujuan pemerintah waktu itu adalah untuk membesarkan pengusaha lokal. Namun, tanggapan dari perusahaan asing itu membuat Pak Wiharso tersingung dan batal. Lalu Pak Wiharso memintanya menggarap proyek itu sendirian. Arifin sama sekali tidak percaya dengan keputusan itu karena ia tidak memiliki pengalaman melakukan pengeboran.
Hasilnya, ia kelabakan karena proyek yang ditenderkan tahun 1979 sudah harus mulai dikerjakan pada tahun 1980. Dengan perasaan yakin, ia pun terima tantangan itu. Tahap awal ia instruksikan staf yang memiliki kemampuan bahasa Inggris untuk menjajaki pusat penjualan peralatan pengeboran di AS. Baru setelah ada kepastian dan diketahui harganya, ia terbang dari Jakarta ke Houston, AS. Perjalanan itu merupakan pengalaman pertamanya ke AS. Bermodal “bahasa Inggris Tarzan” dan uang 300.000 dollar AS, ia melakukan deal dengan pemilik barang. Hasilnya, deal berlangsung buruk.
Penjual barang meminta dalam waktu dua minggu barang seharga 4 juta dollar AS sudah dibayar, kalau tidak maka uang muka 300.000 dollar AS hangus. Ia terpaksa menerima syarat itu karena posisi tawarannya yang jelek. Setelah itu ia langsung terbang ke Indonesia. Saking panjangnya perjalanan dengan tiket ekonomi, tiba di Indonesia langsung sakit. Namun, dengan kondisi yang berat ia berusaha menemui Gubernur Bank Indonesia Rachmat Saleh, lalu ke Pertamina.
Cara itu merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan karena ia masih merupakan pengusaha “bayi”. Beruntung, Pak Piet Haryono dan Pak Wiharso memberikan rekomendasi, Medco patut dibantu. Dana pun cair di ambang batas perjanjian. Proyek pun bisa berjalan sesuai waktu yang ditentukan pemerintah.
Terhadap bantuan yang diberikan pemerintah itu, Arifin menilai sangat positif agar pengusaha lokal mampu bersaing. Namun, tetap harus dilakukan secara betul karena kalau tidak bisa, jadi salah arah. Di sinilah sulitnya, kadang proteksi itu memberikan hasil yang sebaliknya. Mumpung dikasih proteksi, pengusaha malah menjadi manja.
Setelah merintis usaha tahun 80-an, Medco memulai kejayaannya pada tahun 1990. Sebelum tahun 1990 Medco selalu bekerja sama dengan pihak ketiga dan untuk masuk ke sana bukan hanya masalah konsistensi ketekunan dan normatif, tetapi juga urusan garis tangan sebagai penentu. Sebab, untuk memburu satu sumur minyak bukan urusan ribuan dollar AS, tetapi jutaan dollar AS dan itu pun belum tentu ketemu minyaknya.
Namun, keinginan untuk bisa mandiri tetap ada, maka tahun 1990 untuk pertama kali Arifin membeli sumur minyak di Tarakan, Kalimantan Timur, seharga 13 juta dollar AS. Ladang itu mampu berproduksi 4.000 barrel per hari (bph). Tahun 1995, beli lagi sumur minyak tertua PT Stanvac Indonesia milik ExxonMobil, yang sampai saat ini total produksi yang dimiliki Medco mencapai 80.000 bph.
Barangkali inilah prestasi paling gemilang dari Arifin dan perusahaannya, Meta Epsi Drilling Company (Medco). Pembelian Stanvac dimenangkan melalui tender yang kemudian namanya diubah menjadi Expan. Dengan pembelian itu, PT Stanvac tidak lagi dikuasai orang asing sebab perusahaan minyak tertua di Indonesia itu sudah dimiliki sepenuhnya oleh Medco.
Keberhasilan itu konon karena ada unsur tekanan dari pemerintah. Atas isu tersebut, Arifin membeberkan bahwa ia membeli perusahaan minyak itu melalui tender intemasional. Untuk bertemu langsung dengan orangnya saja tidak bisa. Baru setelah selesai pembelian, mereka bisa benar-benar bertemu. Ia membelinya secara langsung. Waktu itu cadangannya cuma 20 juta. Kemudian tahun 1996 produksi digenjot. Hasilnya, satu lapangan saja bisa mendapatkan 320 juta barel minyak.
Sukses di bidang perminyakan ternyata membuat Arifin berpikir lain masih dalam sektor tambang. Kenapa orang lokal tidak bisa berjaya di gas, seperti halnya di minyak. Padahal Indonesia kan salah satu produsen gas terbesar di dunia dan banyak industri yang berteriak kekurangan gas? Pernyataan inilah yang kerap membuatnya gundah. Jika kita lihat pada satu sisi, Indonesia menempati posisi nomor satu di dunia dalam ekspor LNG karena cadangan gas jauh lebih banyak dari minyak. Kini, cadangan sudah mencapai 170 triliun kaki kubik (TCF). Jika cadangan itu diproduksi, sampai 50 tahun pun tidak akan habis.
Gas itu ada di luar Pulau Jawa, tetapi tetap harus harus dibawa ke Pulau Jawa karena berapa pun harganya tetap menarik. Misalnya PLN, jika membeli gas harganya hanya 3 dollar per million metric british thermal unit (MMBTU) sudah sangat mewah. Namun, kalau disetarakan dengan BBM sama dengan 18 dollar AS per barrel. Harga itu sangat murah dibandingkan harga BBM yang harus dibayar PLN sebesar 30 dollar AS per barrel.
Namun, kembali lagi, kenapa gas tidak ada di Pulau Jawa, ini masalah kebijakan pemerintah. Jadi, mestinya Bappenas atau Menteri bidang Ekuin sama memikirkan, apakah terus bergantung minyak yang harganya 30 dollar AS per barrel. Medco menjual ke Pusri 1,8 dollar AS ditambah ongkos pipa 0,5 sen dollar, sudah bisa untung.
Inilah yang ia anggap kebijakan itu keliru. Demikian juga proyek yang dibangun oleh PT Perusahaan Gas Negara, yang berhasil menyambung pipa gas ke Singapura, setelah itu membangun pipa ke Pulau Jawa adalah kebijakan yang salah. Gas di Sumsel sebenarnya tak banyak lagi, jadi seharusnya dibawa ke Jawa saja. Tetapi, barangkali pemerintah memiliki pertimbangan harga di Singapura yang barangkali lebih baik.
Sukses di dunia bisnis membuatnya ikut berpetualang ke dunia politik. Awalnya ia melakukan pertemuan di Hotel Radisson Yogyakarta tahun 1997. Sebenarnya itu adalah pertemuan atau diskusi biasa. Namun, efeknya luar biasa, khususnya buat Arifin. Ia dituduh berupaya menggagalkan Sidang Umum MPR yang akan mengesahkan Soeharto menjadi Presiden ketujuh kalinya.
Ketika aksi mahasiswa semakin memanas, Arifin memberi bantuan konsumsi kepada para demonstran yang melakukan aksi di Gedung DPR. Ribuan kotak makanan dikirim. Tak heran jika kemudian muncul opini bahwa Arifin adalah tokoh di belakang aksi atau cukong para mahasiswa. Namun, Arifin tahu bahwa ia tidak sendiri. Gerakan reformasi merupakan suratan untuk memperbaiki keadaan.
Cobaan terhadap langkahnya di dunia politik masih berlanjut. Di era Presiden BJ Habibie, Arifin Panigoro kembali dijerat dengan tuduhan pidana korupsi penyalahgunaan commercial paper senilai lebih dari Rp 1,8 triliun. Pada waktu itu, sejumlah kalangan percaya dijeratnya Arifin karena kedekatannya dengan gerakan mahasiswa. Bahkan pada masa pemerintahan Megawati, Arifin kembali dicoba untuk dijerat lewat perkara di kejaksaan. Sejak awal, dirinya yakin hanya dikerjain karena masih banyak pihak yang tidak senang dengan aktivitas politik yang digeluti.
Pengalamannya sebagai pengusaha membuat dia tidak kaget dengan praktik politik karena di dalamnya ada aktivitas melobi atau menggarap, juga money politics. Baginya, hari-hari uang adalah urusannya. Dari permulaan bekerja sebagai pengusaha, ia tidak pernah buat kesepakatan dengan fasilitas yang diperolehnya.
Demikian juga dengan urusan politik yang juga bagian dari kompromi lintas fraksi, kesepakatan semua kekuatan. Hal-hal begitu tidak selalu pakai uang, cukup pengertian bahwa kita punya sesuatu yang lebih besar, mari kita jalani sama-sama. Namun, perjalanan tidak selalu mulus, godaan banyak. Apalagi kekuatan politik sekarang sesudah zaman Soeharto, relatif pemainnya baru semua.
Meskipun terbiasa bermain dengan uang, namun Arifin mengaku memiliki batasan dalam memainkan uangnya. Sayangnya, proses politik atau proses pengambilan keputusan politik, ternyata uang yang berbicara. Padahal, meskipun ia seorang pebisnis, tetapi ia mau bisnis tanpa uang. Meskipun ia mengaku, cara bisnisnya memang tidak sebersih di AS. Di negara itu, mentraktir makan di atas 100 dollar AS sudah termasuk kategori sogokan. Ia tidak begitu amat, tetapi mendambakan good government and corporate governance, supaya bisa membuat bangsa ini ke depan lebih baik.
Ia berhitung, hari ini, uang dihabiskan untuk apa saja. Ia mau menghitung berapa total uang yang dikeluarkan dalam pemilihan kepala daerah di Indonesia, yang akan membebani APBD setiap daerah. Jangan lupa, itu uang rakyat dari pajak. Kalau pemimpinnya main, tentu menggelembungkan dana proyek, tentu bawahan juga ikut ambil bagian. Dengan demikian korupsi akibat kedudukan bisa menimbulkan efek berantai, jika dana diselewengkan Rp 1 triliun, uang rakyat yang bakal hilang sekitar Rp 10 triliun untuk pemilihan kepala daerah.
Perkenalannya lebih mendalam dengan dunia politik adalah ketika partai-partai baru bermunculan tahun 1998-1999 setelah lengsernya Soeharto dari kursi presiden. Pada awalnya, Arifin menjalin hubungan dengan berbagai tokoh politik, baik tokoh masyarakat yang sudah lama dikenal maupun tokoh yang baru muncul. Saat deklarasi partai baru dilangsungkan, Arifin kerap menghadirinya. Namun, akhirnya pilihannya jatuh ke PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Bersama PDIP, Arifin pun melenggang menuju Senayan sebagai anggota DPR/MPR.
Untuk kategori pemain baru di dunia politik, sebenarnya karir politik Arifin terbilang bagus. Ia bisa duduk di jajaran DPP partai peraih suara terbanyak dalam pemilu. Ia pernah memimpin lintas fraksi, juga menjadi Ketua Fraksi PDIP MPR. Namun, dunia politik memang seperti cuaca yang cepat berubah. Arifin yang kerap dikenal sebagai anak “indekos” di partai berlambang banteng merah gemuk itu dianggap sudah kurang loyal kepada partainya dan mulai memihak lawan partai politiknya bernaung.
Arifin Panigoro yang dulu dianggap sebagai inspirator pembangunan jalan mulus Presiden Megawati menuju kursi kepresidenan, kini dianggap sebagai anak yang nakal. Isu pun merebak bahwa Arifin bakal dipecat. Namun, hingga saat ini, isu tersebut tidak berbuah menjadi kenyataan.
Terhadap isu tersebut, ia berpendapat kalau dirinya dikeluarkan, sepertinya ia harus membuat acara perpisahan dengan teman-teman. Tetapi, sebetulnya ia sudah memikirkan untuk keluar. Menurutnya, kalau dikeluarkan dirinya akan lebih senang. Seperti orang kerja, kalau berhenti tidak dapat pesangon, kalau diberhentikan malah dapat pesangon.
Meskipun siap untuk keluar, namun mengenai masa depan politiknya masih belum jelas, dan ia sendiri masih belum bisa mengira-ngira ke mana akan berlabuh. Hal itu terjadi karena dari tahun 1998 ia termasuk non-partisan, meskipun belakangan bergabung ke partai. Awalnya, ia datang pada setiap acara peresmian partai baru, sampai akhirnya bergabung dengan PDIP.
Arifin menganggap dirinya sebagai seorang oportunis yang iseng-iseng. Atau ia hanya ingin ada lima tahun periode yang lain, tidak hanya menjadi seorang pengusaha.Tetapi yang pasti, hematnya, konyol jika berhenti lalu serta-merta melawan PDIP, apalagi mau menggulingkan Megawati.
Jika benar-benar mundur dari dunia politik, kemungkinan ia akan relaksasi dan bermain golf di Paris atau mencari sekolah khusus untuk mereka yang sudah berumur di kota yang mempunyai makanan yang enak-enak. Mungkin enam bulan istirahat dulu.
Ia juga termasuk orang yang respek terhadap cendekiawan muslim Noercholish Madjid (Cak Nur). Menurutnya, Cak Nur itu bukan politikus, tetapi berminat jadi presiden. Ketika pertama kali mengemukakan minatnya jadi presiden Arifin termasuk orang yang awal-awal mendatangi dan bertanya, ternyata jawabannya memang mau. Pikirnya, siapa pun ini, dia dari unsur yang berbeda dibandingkan politikus yang lain. Dengan demikian bisa menjadi ukuran moral, sebab moral juga harus terukur. Paling tidak, politikus ada malu-malu sedikit. Jadi, pencalonan Cak Nur, sebenarnya dapat meningkatkan kualitas pertandingan.
Mengenai kehidupan keluarganya, suami dari Raisis A Panigoro cukup bahagia. Anak-anaknya sudah besar, bahkan yang tertua Maera Hanafiah sudah menikah dan sebentar lagi dikarunia anak kedua. Adapun yang bungsu Yaser Mairi sedang menambah pendidikan di Singapura pada bidang IT. Sekarang, meskipun agak telat, ia sadar, kalau dirinya kurang memberikan perhatian kepada anak-anak, karena jam kerja yang ngawur. Sekarang, sejak sekolah di luar negeri, anak-anaknya seakan-akan lupa dengan orang tua.
Meskipun anak-anak itu bersekolah di luar negeri, namun tidak ada yang secara khusus disiapkan menggantikannya. Anak pertamanya seorang ibu rumah tangga, anak kedua tidak dipersiapkan untuk itu. Prinsipnya, Medco bukan perusahaan keluarga, jadi sebaiknya dijalankan oleh profesional. Kebetulan, adiknya orang minyak. Jadi, Hilmi Panigoro duduk Medco.
Ia juga tidak akan memaksakan anak-anak untuk meneruskan usaha orang tuanya. Jika kapasitasnya sudah dipenuhi, silakan saja kalau mau meneruskan. Ia mengaku tidak takut jika perusahaannya dipegang oleh orang lain, toh semua aset, cadangan tidak ke mana-mana.
Meskipun kini sudah menjadi “raja minyak”, suami dari Raisis A Panigoro ini mengaku, kaya itu relatif. Dia mengaku tak pernah menghitung, apakah dirinya kaya atau tidak, sebab semua hidup yang dijalani terus menggelinding. Baginya, disebut kaya itu relatif, kalau di Indonesia, seperti dirinya memang sudah menonjol. Sebagai orang yang beberapa kali dicekal untuk bepergian ke luar negeri, ia pun bertanya untuk apa kekayaan itu.
Sebagai orang yang romantis, ia mengaku merasa benar-benar kaya, kalau berada dalam satu konser musik yang benar-benar disukai. Seperti saat ini, setelah bisa menikmati alunan gamelan Jawa, maka setiap mendengar musik Jawa itu sebelum tidur, dia merasa kaya. Jadi, baginya kaya cukup sederhana, bukan harta melimpah atau kekuasaan.
Arifin juga sadar, suatu saat akan pensiun sebagai orang perminyakan. Namun, tidak berarti ia akan berdiam diri. Ia merencanakan untuk memfokuskan ke Medco yang lain yaitu di bidang agrobisnis. Sekarang ini orang sedang banyak bicara tentang pertanian. Masalah minyak goreng yang masih kurang kelapa sawitnya. Mungkin itu adalah salah satu pelabuhan yang akan ditujunya kemudian.
ARISTOTELES ONASSIS
Aristoteles Onassis dilahirkan pada tanggal 20 Januari 1906 di Simyrna, sebuah kota Yunani yang makmur di pantai Barat Turki. Di antara kesepuluh orang kaya kita, Aristotle Onassis memiliki kekayaan luar biasa, yang dihitung dalam miliaran, bukannya jutaan. Kemasyhuran namanya masih ditambah lagi dengan hubungannya yang penuh gejolak dengan Maria Callas, penyanyi opera yang terkenal, dan kemudian dengan Jacquiline Bouvier Kennedy. Dan seperti lazimnya, berbagai kisah yang dilebih-lebihkan atau setengah dongeng telah beredar, mengenai dia, terutama mengenai asal-usulnya yang sederhana. Konon, ia lahir dari sebuah keluarga miskin, yang hidupnya selalu kekurangan. Konon, ayahnya adalah penjaja dagangan buatan sendiri dari pintu ke pintu, dan ibunya pembantu rumah tangga. Onassis tidak pernah mencoba meluruskan pendapat orang banyak tentang masa lalunya, sekurang-kurangnya dimuka umum, karena kisah-kisah seperti itu biasanya malah menambah cemerlang aura misteri yang mengelilingi dirinya. Ia selalu menyadari pentingnya citra diri seseorang dalam meraih sukses, suatu hal yang akan kita bicarakan lagi nanti.
Dalam kenyataan, ayah Onassis adalah seorang pedagang grosir yang berkecukupan dan mempunyai nama sebab ia juga menjabat presiden sebuah bank dan rumah sakit setempat. Namun Onassis bukan ahli waris kekayaan ayahnya, dan ia menjadi kaya karena kekayaan keluarganya. Seperti yang akan kita lihat, ia pergi ke Amerika Serikat ketika terjadi pertikaian keluarga selagi ia berumur 17 tahun. Ia membawa bekal $450 dalam sakunya, itu pun hanya $250 adalah uang dari keluarganya. Ayahnya dengan enggan memberikan uang sebanyak itu yang baru diberikan pada saat akan terpisah, sebab ia tidak setuju dengan kepergiannya. Ayah dan anak memang tidak pernah akrab, suatu hal yang aneh di antara keluarga Yunani di tanah air. Ayah Onassis yang dibesarkan pada sebuah pertanian dengan susah payah mengumpulkan kekayaan.
Wataknya sangat disiplin dan keras. Walaupun selalu sadar akan rasa tanggung-jawab, ia bukanlah seorang yang dapat disebut hangat dan menarik.
Segera Onassis memberontak terhadap setiap bentuk disiplin. Sejak anak sampai remaja ia banyak menimbulkan keributan dan geger, duri di mata ayahnya. Hubungan mereka bertambah rumit lagi karena suatu kenyataan lain. Ibunya, Penelope, meninggal ketika Onassis baru berumur enam tahun. Hanya 18 bulan sesudah itu ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita bernama Helen. Onassis memandang ibu tirinya sebagai orang lain yang menyelundup, dan karenanya wanita ini tidak mendapat tempat sedikit pun di hatinya.
Di sekolah, ia bodoh dan suka mencari perkara, mengikuti contoh banyak orang kaya. Tidak aneh kalau ia diusir dari beberapa sekolah. Ia paling sering menduduki ranking terbawah di kelasnya. Salah seorang gurunya berkata:
Teman-teman sekelas memuja dia, tetapi gara guru dan keluarganya berputus asa. Selagi ia masih muda, dengan mudah orang dapat melihat bahwa dia akan menjadi seorang di antara mereka yang akan menghancurkan diri sama sekali atau sukses secara gilang-gemilang.
Walaupun raport Ari di sekolah jauh dari bagus, bakatnya untuk berdagang dan mencari uang telah tampak sejak dini. Mungkin anekdot berikut dapat menerangkan. Salah seorang temannya yang telah merancang sebuah kitiran kecil, sebuah mainan sederhana yang terdiri atas baling-baling kertas berpasak jarum yang ditancapkan pada sepotong kayu. Bangga atas prestasinya, anak itu dengan berani membuat beberapa buah dan mencoba menjualnya.
“Mau kau jual berapa kitiranmu ini?” tanya Onassis. “Eh…saya tidak tahu. Bagaimana kalau seharga jarum .
“Dasar bodoh!” bentak Onasiss. “Kau minta satu jarum sedang yang kau jual satu jarum, tambah baling-baling, tambah kayu, belum lagi kau hitung waktu yang kau perlukan untuk membuatnya.”
Teman Onassis mengambil kesimpulan: “Inilah pelajaran saya yang pertama tentang arti keuntungan.” Pada waktu itu tidak terpikir olehnya bahwa ia sedang mendengarkan pelajaran dari seorang jago uang masa mendatang. Sebuah kisah lain menggambarkan bakat bisnis Onasis pada masa mudanya. Pada suatu hari, suatu kebakaran terjadi di gudang sekolah di kota tempat kelahirannya. Onasiss membeli seonggok pinsil bekas kebakaran itu dengan harga murah. Ia menanamkan sedikit modal dengan membeli dua ala peruncing pinsil. Ia, berdua dengan temannya, mulai membersihkan bagian-bagian pinsil yang hangus. Kemudian ia menjual pinsil-pinsil itu kembali kepada teman-teman di sekolah dengan harga sangat murah, namun tetap memberikan untung cukup besar. Mungkin contoh ini biasa-biasa saja, tetapi justru pekerjaan seperti inilah kelak bisnis besar Onassis. Ia memperbaiki kapal-kapal laut yang rusak dan membuatnya layak melaut, dan menjualnya dengan harga yang jauh lebih tinggi, tentu saja. Di sekolah, waktu berjalan terus, tetapi Onassis tidak bertambah maju. Tahun 1922 mulai tidak menyenangkan. Banyak teman sekelasnya pergi untuk menuntut ilmu di universitas-universitas besar di Eropa. Tetapi Onassis sendiri tidak lulus. Masa depan tampak suram baginya. Beberapa hari setelah upacara penyerahan ijazah, salah seorang temannya melihat Onassis berjalan tanpa tujuan di taman kota. Ia mencoba menghibur hati Onassis.
“Jangan khawatir, Aristotle, kau lihat nanti, semua akan beres. Kau coba sekali lagi tahun depan. Kau pasti lulus. “Goblok,” jawab Onassis. “Kau kira saya akan tinggal saja selamanya di sini? Dunia ini sempit. Saya tidak perlu ijazah. Pada suatu hari kau akan heran akan apa yang saya lakukan.” Waktu membuktikan bahwa omongan Onasis bukanlah lelucon belaka.
Pada tahun 1922, invasi Turki menimbulkan bayangan gelap pada masa remaja Onassis yang penuh gejolak. Smyrnba diduduki dan warga kota dibabat habis tanpa belas kasih. Ayah Onassis, seorang tokoh yang terkenal luas, dipenjarakan dan Ari menjadi kepala rumah tangga pada usia 16 tahun. Ini masa yang sulit baginya. Dan pada masa ini ia menerapkan kehebatannya sebagai diplomat dan kemampuannya untuk bertahan dalam keadaan apa pun. Masa yang sulit ini justru merupakan pengalaman yang tepat untuk membentuk wataknya. Sesudah malapetaka Smyrna berlalu, Ari adalah Ari yang lain dari sebelumnya. Segala sesuatu yang dialaminya tidak pernah hilang dari ingatannya; kenangan-kenangan itu disertai suatu kesadaran akan kemampuannya untuk bertahan. Ia telah mempertaruhkan diri dan menang. Dewi fortuna memihak pada kaum yang berani dan ia pusatkan visinya tentang dunia atas pengetahuan tersebut.
Onasis yang memetik manfaat dari pendudukan Turki untuk berbisnis. Ia menyelundupkan minuman keras ke Tentara Turki, dengan maksud merebut hati para jenderal agar mau membebaskan ayahnya, yang bagaimana pun harus meringkuk dalam penjara selama setahun.
Sukses Onassis sangat tergantung pada daya tarik pribadi dan kemampuannya mengadakan hubungan dengan umum. Beberapa orang sebayanya menyebut dia si bunglon. Memang ia pandai sekali menyesuaikan diri dengan semua orang yang dijumpainya. Pada umumnya, kalau kita membuat apa-apa menjadi mudah bagi orang lain, mereka akan bersimpati kepada kita, demikian pendapat Onassis.Pernah Onassis mengaku kepada Winston Churchill salah seorang kenalannya yang berjabatan tinggi, yang pada waktu itu sedang menjadi tamu di atas, kapalnya Christina, mengenai teori pribadinya tentang “keharusan sejarah” yang tercipta pada masa sulit. Pengalamannya telah mengajar dia bahwa bila alam memberikan suasana yang cocok dan makanan berlimpah, ia tidak mempunyai banyak energi dan kurang berinisiatif. Sebaliknya, orang yang didesak-desak “minggu” dan harus berjuang keras untuk tetap bertahan, dalam keadaan sulit akan lebih mungkin mampu menyesuaikan diri dengan segala keadaan. Dengan demikian ia akan tetap berhasil selagi orang lain mati karena adanya rancangan untuk bertahan. Demikianlah, menurut Onassis, kesulitan dan kemelaratan sering kali mendorong orang untuk menemukan sumber dayanya sendiri, yang tak diduga adanya sebelumnya, dan dengan demikian membuat dia maju dengan mendobrak hambatan dan keterbatasan pribadinya. Kisah hidup Onassis adalah sebuah gambaran yang baik sekali tentang prinsip tersebut. Socrates, ayah Onassis, tidak mau mengakui jasa anaknya dalam peranan yang dimainkannya selama masa pendudukan, dan tidak membiarkan dia meneruskan peranannya sebagai penanggung jawab keluarga. Onassis sangat sakit sekali karena perlakuan ayahnya ini dan, menurut pengakuannya, sampai berbulan-bulan sesudah itu sering kali dilanda rasa marah yang tanpa daya. Sikap ayahnya tak berterima kasih dan berkesan disingkirkan dari keluarganya memotivasi keputusannya untuk mencoba keberuntungannya di Amerika Selatan. Mula-mula, tentu saja ia berpikir untuk pergi ke Amerika Serikat, tetapi mendapatkan visa tidaklah mudah. Onassis mengalihkan perhatiannya ke Argentina: ia mendengar berita bahwa banyak orang Yunani sudah menjadi kaya di sana.
Onassis mendarat di Buenos Aires pada tanggal 21 September 1923. Bawaannya sebuah koper tua dan uang sebanyak $450. Tetapi di dalam dirinya ia membawa bekal yang lebih berharga: tekad keras untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa ia mampu menjadi kaya tanpa bantuan ayahnya. Rasa percaya diri ini akan dibawanya sepanjang hayatnya.
Tanpa diploma, tanpa pekerjaan, uang dan koneksi orang berpengaruh, Onassis terpaksa mulai dengan melakukan aneka pekerjaan kasar. Ia menjadi kenek tukang batu, kuli pengangkut bata pada suatu proyek pembangunan, tukang cuci piring di restoran, dan akhirnya menjadi magang instalator listrik di River Plate United Telepchone Co. Bagi seseorang dengan ego yang sehat seperti dia, ini bukan prestasi yang pantas.
Beberapa bulan sesudah memulai pekerjaan ini, Onassis minta dipindah ke giliran malam, dengan dalih bahwa ia harus mengerjakan beberapa hal di siang hari. Dengan ambisinya yang besar, Onassis tidak berniat menghabiskan banyak waktu untuk belajar menyolder kabel.
Pada masa itu, tembakau Yunani terkenal baik, bahkan diklasifikasikan di antara tembakau-tembakau paling enak oleh para ahli. Namun, karena masalah pengimporan dan penyediaan, barang ini menjadi sukar didapat. Onassis menulis kepada ayahnya minta kiriman. Socrates setuju dan mengapalkan kiriman pertama sebagai sampel. Mula-mula hasilnya tidak menggembirakan. Onassis membawa sampelnya ke beberapa pabrik, dan minta agar ia dihubungi.
Beberapa minggu berlalu tanpa berita. Kini Onassis mengerti bahwa seharusnya tidak membuang-buang waktu dengan mendatangi pabrik-pabrik kecil, tetapi harus datang ke yang besar sekalian. Untuk itu ia harus menemui Juan Gaona, kepada salah satu firma tembakau terbesar di Argentina. Selama 15 hari berturut-turut, Onassis tampak bersandar pada dinding gedung Gaona, untuk mengamati datang dan perginya bos itu. Akhirnya Gaona merasa tergoda juga oleh perilaku orang muda ini, dan ia mengundang Onassis ke kantornya. Onassis menyampaikan tawarannya dengan sebaik-baiknya. Gaona rupanya terkesan dan Onassis disuruh menghadap manajer persediaannya. Dengan memanfaatkan nama Gaona, Onassis berhasil membujuk orang itu untuk meneken kontrak pembelian tembakau seharga $10.000 dengan komisi biasa sebesar lima persen. Kelak, Onassis sering menyatakan bahwa uang komisinya yang sebesar $500 itu merupakan batu sendi kekayaannya besar. Ia tidak menggunakan uang itu untuk apa-apa, tetapi menabungnya di bank untuk jaga-jaga, ibarat sedia payung sebelum hujan. Dengan sikapnya yang hemat dan bijak, Onassis mencukupi hidupnya dengan hasil yang diperolehnya di perusahaan telepon, dan semua uang yang tersisa disimpannya, sehingga ia dapat terjun ke dunia bisnis tanpa meminjam uang kepada siapa pun.
Onassis kadang-kadang terpaksa berutang sementara menunggu pembayaran dari pelanggan. Tetapi ia jarang meminjam lebih dari $3.000 dan selalu melunasinya secepat mungkin. Kelak, tentu saja, setelah menemukan gunanya uang Orang Lain (UOL), suatu hal yang akan kita bicarakan nanti, Onassis akan meneken kontrak pinjaman sampai sebesar beberapa juta dolar, dengan jadwal pengembalian sesudah beberapa tahun. Tetapi, adalah satu prinsip utama bila orang memulai suatu bisnis adalah mengembalikan utang secepat mungkin. Onassis membangun kepercayaan beberapa bank kepadanya: suatu hal yang akan sangat dia butuhkan pada tahun-tahun mendatang.
Setelah bekerja pada giliran malam selama setahun, Onassis minta keluar dari United Telephone, dengan menyatakan bahwa ada suatu gagasan yang akan diikutinya. Impian barunya ialah membuat pabrik rokok. Untuk itu ia mempunyai modal $25.000 hasil tabungannya dengan tambahan pinjaman dari bank sebanyak itu pula. Kepercayaan bank sudah mulai tampak manfaatnya. Ia mempekerjakan 30 orang imigran Yunani. Usahanya dengan cepat bertambah besar tetapi tidak memberikan keuntungan yang diharapkanya. Segera Onassis menutup usahanya. Wirausahanya yang pertama gagal. Onassis tidak kehilangan semangat. Bahkan sebaliknya. Ia bertambah gigih. Sementara itu bisnis import tembakaunya masih tetap berjalan dengan keuntungan lumayan.
Selama musim panas tahun 1929, pemerintah Yunani menaikkan pajak dalam beberapa bidang, termasuk untuk tembakau. Onassis memutuskan untuk menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke Yunani untuk mencoba mendekati pihak yang berwenang. Mula-mula Menteri yang bersedia menerima dia memperhatikan kukunya sendiri daripada mendengarkan permintaan pedagang muda itu. Akhirnya ia potong kata-kata Onassis dan tiba-tiba saja ingin menghentikan pembicaraan itu.
Onasis sangat. Ia menjawab:
Terima kasih. Kalau kita kapan-kapan bertemu lagi, saya harap Anda lebih tertarik akan tawaran saya. Saya pikir Anda mempunyai banyak pekerjaan, tetapi tampaknya kuku-kuku jari Anda sudah cukup menyibukkan. Tangan Anda rupanya lebih penting daripada ekspor negeri kita.
Kata-kata onassis ternyata mengena. Sang Menteri tampak terkesan, dan ia mulai berbicara secara serius dengan Onassis. Sesudah itu, negosiasi antara Yunani dan Argentina di buka kembali.
Akhir tahun 1922 menandai suatu keputusan besar bagi kehidupan Onassis. Kegagalan pertamanya sebagai pemilik kapal tidak membuat ia mundur untuk tetap menanamkan uang dalam sektor itu. Ia sudah gandrung akan perkapalan. Ia tergerak oleh keyakinan batin bahwa kapal sajalah yang akan membawa dia ke jenjang sukses. Maka, dikumpulkannya semua uang miliknya, yang waktu itu sudah lumayan, lalu berangkat ke London. Ia baru berusia 26 tahun. Ia telah dikenal karena reputasinya sebagai seorang usahawan yang berani, apalagi setelah penunjukannya sebagai Konsul Jenderal Yunani di Buenos Aires. Namun fungsi diplomatik ini tidaklah menyita banyak waktunya.
Pasar, yang menderita berat akibat jatuhnya pasar modal Wall Street tahun 1929, memberikan kesempatan baik bagi para penanam modal. Kapal-kapal menjadi murah, jauh di bawah harga semula. Langkah paling baik adalah membeli kapal-kapal berusia 10 tahunan. Kapal sebesar sembilan ton yang semula harganya $1.000.000, kini hanya laku dijual $20.000, kira-kira seharga sebuah Rolls-Royce. Apa yang dilakukan Onassis selagi masih kanak-kanak kini akan terulang, tetapi barang bekasnya adalah kapal.
Walaupun kini bisnisnya di London. Onassis membeli kapal pertamanya, dua buah kapal tua masing-masing seharga $20.000, di Montreal. Kedua kapal yang bernama Miller dan Spinner, diganti namanya menjadi Onassis Socrates dan Onassis Penelope, sebagai tanda penghormatan kepada kedua orang tuanya. Untuk mendapatkan untung dalam bisnis perkapalan, pentinglah memperhatikan turun naiknya biaya muatan dan membuat keputusan yang tepat. Onassis mampu dalam hal ini.
Lebih dari itu, ia seorang optimis yang tak pernah mundur. Dengan sifat petualang dan keberaniannya, ia segera menonjol di antara pemilik-pemilik kapal Yunani lain yang berpangkalan di London, karena tidak seperti mereka, ia tidak mempunyai pemikiran tentang krisis ekonomi. Mereka, ia tidak takut menanamkan uangnya.
Kegesitan dan diplomasi bawaannya dengan cepat mengantar dia ke kalangan masyarakat kelas tinggi. Tidak boleh dilupakan, salah satu pelicin jalan dalam kenaikannya ke kelas elit adalah hubungan dengan salah satu wanita simpanannya yang pertama, si cantik dari Norwegia Ingeborg Dedichen, putri seorang pemilik kapal yang terkenal.
Sifat lain yang memudahkan jalan Onassis adalah kemampuannya mendengarkan orang. Memang, keluwesan dan kefasihan bicara memainkan peranan penting dalam membujuk orang dan mendesak orang agar menerima gagasan kita serta kita sendiri. Tetapi tidak banyaklah orang yang tahu benar cara mendengarkan orang lain. Kebanyakan orang kaya dalam buku ini telah belajar keahlian tersebut, sehingga mereka tidak hanya selalu mengerti apa yang diketahui oleh lawan bicaranya, tetapi juga menyesuaikan diri dengan mereka. Demikianlah, agar mampu mempengaruhi orang dan mendapat jaminan bahwa mereka akan menolong dalam perjalanan menuju sukses, orang harus mulai dengan mengetahui siapakah orang yang dihadapinya. Onassis adalah seorang pakar dalam keahlian mendengarkan. Lord Moran, yang menulis buku The Great Onassis, mungkin karena dia sendiri tidak menggunakan keahlian ini, tidk menyebut-nyebut kemampuan Onassis untuk mendengarkan orang lain. Padahal semua orang yang pernah berhubungan dengan Onassis terkesan oleh kelebihan ini. Bila mereka berhadapan dengan Onassis, ia memberikan kesan bahwa mereka adalah manusia paling penting di dunia.
Karena kemampuan ini, Onassis sebenarnya bisa menjadi ahli politik yang baik. Bakat ini dimanfaatkan benar oleh Onassis, seperti disaksikan oleh si cantik dari Norwegia dalam buku catatannya:
Lelaki muda penuh pesona yang dapat menyesuaikan diri dengan segala keadaan ini meniru orang yang menjadi lawan bicaranya dengan begitu sempurna. Ada sementara orang yang menafsirkan kemahiran ini sebagai kecerdikan, orang lain menyebutnya sebagai kemunafikan dan menganggapnya kepandaian membunglon belaka. Tetapi saya percaya kepandaian mendengarkan adalah suatu cara khusus memberikan perhatian tulus kepada orang lain dan seluruh dunia. Kebetulan, selama hidupnya Onassis mempunyai rasa haus yang tak terpuaskan akan pengetahuan di samping daya ingatnya yang kuat. Ia mempunyai daya konsentrasi yang telah sangat berkembang.
Kemampuan mendengarkan orang lain adalah salah satu ciri khas yang vital bagi setiap salesman yang baik. Itulah sebabnya Onassis adalah seorang salesman yang luar biasa. Walter Saunders, yang jelas bukan seorang yang naif karena dia adalah penasihat pajak bagi metropolitan Life, menggambarkan kesannya tentang pemilik kapal Yunani ini:
Ada perasaan pada diri saya bahwa orang yang penuh semangat ini mampu menjual alat pendingin kepada orang Eskimo. Tetapi saya pun berperan bahwa setiap detail sudah dipersiapkan secara tuntas sebelumnya. Kebanyakan orang yang bertemu dengan Onassis merasakan pengaruh daya persuasifnya dan merasa bahwa Onassis tidak berimprovisasi dalam langkah-langkahnya, tetapi sudah mengetahui segala sesuatu dalam berkas catatannya sampai ke detail-detailnya.
Pada penghujung tahun 1947, Onassis melewati ambang lain dalam kariernya yang gemilang. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia akan mulai secara sistematis menerapkan prinsip yang dikenal sebagai OPM (Other People’s Money, Uang Orang Lain UOL), dengan meminjam kepada Metropolitan Life Insurance Company sebesar $40 juta untuk membangun kapal-kapal baru. Sebagai siasat ia menggunakan sebuah perusahaan minyak sebagai mitra. Onassis akan mengangkut minyak mereka dan kontraknya akan tetap berlaku sampai habisnya batas waktu utang. Karena perusahaan minyak pada waktu itu sangat terandalkan, meminjam atas nama perusahaan itu sangat mudah. Dalam arti tertentu, badan keuangan meminjamkan uang kepada perusahaan minyak, bukan kepada Onassis. Onassis sering mengingat masa itu dengan berbangga diri. Dikatakannya bahwa perusahaan minyak yang kaya itu dalam hubungan dengan kapal-kapal Onassis adalah ibarat seorang penyewa dengan rumah yang dihuninya dengan membayar uang sewa. Kalau yang menyewa adalah Rockefeller, tidak menjadi soal apakah atapnya bocor atau bergenting emas. Kalau Rockefeller menyanggupi membayar uang sewanya, siapa saja bersedia memberikan pinjaman untuk mengurusi rumah itu. Keadaan itu berlaku pula untuk kapal-kapal Onasssis.
Prinsip ini sekarang lumrah sekali. Prinsip inilah dasar segala investasi pembangunan real-estate. Bila seorang meminjam uang untuk suatu bangunan bisnis, bank sebenarnya meminjamkan uangnya kepada penyewa bangunan itu. Merekalah yang akan mengembalikan uangnya, terkecuali bangunan itu milik seorang penanam modal. Prinsip ini pada zaman Onassis tergolong revolusioner, dan keorisinal gagasan Onassis patut dipuji karena sebagian besar pemilik kapal Yunnai pada waktu itu berpegang pada prinsip: Mau dapat kapal, bayar uang kontan.
Walaupun ia seorang inovator sejauh ia tidak menggunakan metode-metode para pesaingnya, ia bukanlah penemu OPM, walaupun mungkin ia menyatakan begitu. Konsep ini lahir dari otak Daniel Ludwig, seorang usahawan Amerika yang kaya. Dia telah mulai menanamkan uang dalam kapal armadanya bahkan jauh lebih unggul daripada milik Onassis dan kemudian beralih ke usaha real estate. Sudah sejak tahun 1930-an Ludwig mengembangkan apa yang kelak menjadi praktek biasa di mana-mana. Gagasan itu muncul dalam benaknya setelah sebuah Bank menolak permintaannya untuk meminjam uang yang akan digunakannya untuk membeli kapal dan merombaknya menjadi kapal tangki. Onassis meninggal pada tanggal 15 Maret 1975, tapi dalam menjelang akhir hayatnya ia minta kepada salah satu akuntannya apakah ia dapat mengatakan besarnya keuntungan yang dimilikinya secara cepat dengan pembulatan ke angka sepuluh dolar.
BAMBANG NURYATNO RACHMADI
MR. TONNY McDONALD’S INDONESIA
Suatu malam penghujung 1989, di sebuah restoran McDonald’s di kawasan Orchard Road Singapura, seorang lelaki bertubuh subur sedang membersihkan meja. Dengan seragam T-shirt bergaris-garis merah yang agak kesempatan dan topi berlabel M khas McDonald’s, lelaki yang tak lain adalah Bambang Rachmadi, mantan presdir Panin Bank tadi tampak serius bekerja. Jatuh miskinkah ia ? Bisa jadi. Karena setelah mengundurkan diri dari kursi puncak Panin Bank pada November 1988, nama Bambang nyaris tenggelam. Tak terdengar lagi apa kegiatannya kemudian. Bila setahun kemudian banyak pengusaha Indonesia melihatnya tiba-tiba menjadi pekerja kasar di jaringan fast-food terbesar di dunia itu, orang pun bertanya-tanya. Repotnya, Bambang pun tak bisa menjelaskan apa yang sedang ia lakukan. “Soalnya saya mesti jaga rahasia. Saya nggak ingin pers Indonesia tahu sehingga membuat MD batal memberikan lisensinya kepada saya,” ucap menantu Wapres (ketika itu) Sudharmono, yang kini managing director PT Ramako Gerbangmas, pemilik dan pengelola jaringan restoran McDonald’s Indonesia. Kehati-hatian Tonny, sapaan akrab Bambang tampaknya memang wajar. Karena MD adalah satu-satunya taruhan Tonny setelah keluar dari Panin. Apalagi, ia harus menunggu satu tahun setelah memasukkan aplikasi hanya untuk bisa dipanggil mengikuti pelatihan. Dan pelatihan di Singapura yang disebut On the Job Experience (OJE) itu, bukanlah lampu hijau untuk memperoleh lisensi MD. OJE adalah semacam tes awal bagi pelamar. Tapi itulah tes yang paling berat. Karena dalam latihan kerja pelayan, seperti melap meja, membersihkan toilet serta menjadi tukang parkir, inilah para pelamar banyak yang gugur.
Pada Februari 1991, restoran MD milik Tonny resmi dibuka di Gedung Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Dibukanya outlet MD pertama di Indonesia itu sekaligus menjawab pertanyaan tentang menghilangnya Tonny selama 2,5 tahun dari dunia bisnis Indonesia. Restoran itu juga merupakan buah dari perjuangan Tonny selama hampir tiga tahun. Dia adalah salah satu dari 13 orang Indonesia yang melamar ke MD selama 10 tahun ini. Dan untuk menang, kali ini ia harus bersaing dengan 39 kandidat. Ide menjadi wirausaha bermula ketika ia mulai “bosan” menjadi pucuk pimpinan di bank milik Mu’min Ali Gunawan. Padahal sebagai bankir – ia diangkat menjadi presdir Panin Bank pada usia 35 tahun – karier Tonny tergolong pesat. Sejak 1971 hingga 1974, sembari menyelesaikan kuliahnya di FHUI Extension, kelahiran Jakarta 41 tahun silam ini bekerja di PT Cicero Indonesia. Setahun kemudian ia hijrah ke Bank Duta. Dari bank tersebut ia peroleh kesempatan belajar ke Negeri Paman Sam. Hasilnya pada 1978 ia berhasil menyabet dua gelar: MSc bidang internasional banking & finance dari Saint Mary’s Graduate School of Business Moraga, dan gelar MBA dari John F. Kennedy University Orinda – keduanya di California. Dengan dua gelar itu, Tonny kembali ke tanah air dan kembali ke Bank Duta pada 1978. Setelah sempat manajer divisi operasi di kantor pusat, ia kemudian dikirim ke Surabaya sebagai branch manager pada awal 1979. Setahun kemudian ia dipromosikan menjadi kepala divisi pemasaran. Dia meninggalkan posisinya di Bank Duta sebagai managing director International Banking pada September 1986 untuk bergabung dengan Panin Bank. Sebagai orang nomor satu di Panin Bank, ketika itu Tonny sempat melakukan beberapa pembenahan; manakala kondisi Panin dikabarkan lagi tertimpa malapetaka. Menurut harian The Asian Wall Street Journal, Bank Indonesia sampai menggolongkan Panin dalam klasifikasi tidak sehat. Di tangan Tonny, perlahan-lahan bank ini mulai melesat lagi. “Tapi yang lebih penting, bank ini sekarang sudah dinyatakan sehat oleh BI,” ucap Tonny suatu ketika. Kendati boleh dibilang Tonny cukup berhasil dalam mengemudikan Panin Bank, toh kursi presdir malah membuatnya gerah. “Salah satu yang mengganngu pikiran saya adalah karier saya di bank,” ucap Tonny dengan lirih. Lho? Sebagai orang muda, ia merasa kariernya di perbankan sudah mentok. Alasan yang lebih klasik lagi adalah sudah tak ada tantangan. Dan ia ingin mencari tantangan di lahan yang lain. Apalagi, selama menjadi bankir, Tonny lebih banyak berperan sebagai penasihat bagi kalangan usaha. “Saya tergugah untuk membuktikan diri sebagai pemain,” ucap lelaki yang bergabung dengan Panin Bank selama dua tahun itu. Tekadnya menjadi pengusaha sudah bulat. “Saya ingin jadi pengusaha yang sukses,” katanya penuh semangat. Sebelum mengundurkan diri dari Panin, ia telah melakukan survei tentang beberapa bidang usaha yang potensi perkembangannya cukup bagus. Walau dalam benaknya terlintas beberapa bidang usaha, toh industri makananlah, menurut dia, yang paling pas baginya. Dan McDonald’s adalah partner yang ia pilih. Alasannya, selama ini restoran MD cukup bagus, dan hampir semua outlet-nya sukses. “Saya berketetapan harus bisa memperoleh lisensi MD,” ucap bapak tiga anak yang rambutnya sudah dua warna itu. Memperoleh lisensi MD adalah tantangan yang tak mudah. Paling tidak terlihat dari daftar pelamar dari Indonesia selama 10 tahun terakhir ini, ada 13 ribu orang, dan belum ada satu pun yang berhasil. Dan yang lebih berat, konon, MD tak menginginkan mitra kerja yang tidak memberikan komitmen 100%. Itulah sebabnya pada bulan September 1988 ia memilih mengundurkan diri dari Panin, hanya dengan satu cita-cita: memperoleh lisensi MD. Pada saat itu memang terkesan Tonny mempertaruhkan seluruh kariernya yang hampir 14 tahun di dunia perbankan. Padahal, keinginannya untuk menjadi pemegang lisensi MD Indonesia belum tentu tercapai. “Kalau waktu itu saya nggak dapat MD, ya saya harus siap mulai lagi,” kenangnya. Setelah bebas dari Panin, ia mulai mengurus permohonannya ke MD. Setelah itu? “Hari-hari penantian yang menegangkan,” ucap Tonny bersemangat. Tentu saja menegangkan, karena ia harus menanti satu tahun sampai diperbolehkan mengikuti pelatihan. Menanti sesuatu yang belum pasti sangat menegangkan bagi Tonny. Karena itu ia selalu berusaha berkomunikasi dengan MD Pusat. “Paling tidak seminggu sekali saya berusaha menelepon mereka sekedar just to say hello,” ucap lelaki yang pernah diusir dan diperlakukan kasar ketika mencoba mengunjungi MD Pusat ini. Tersinggung? Tidak. Sebab dia sadar betul bahwa semua yang ia lakukan dengan satu tujuan, “Saya harus menunjukkkan bahwa saya sangat menginginkan.” Menurut Tonny, MD adalah pemberi lisensi yang cukup ketat dalam menyeleksi calon mitra kerjanya. Konon, sebelum memilih Tonny, pihak MD ingin mengenal secara dekat keluarga besar Tonny. “Mereka ingin tahu bagaimana latar belakang dan kehidupan keluarga kami,” jelasnya. Karena, MD menginginkan bisnis ini bisa diteruskan oleh anak-anak Tonny. Bahkan, dalam salah satu kontrak yang harus disepakati – setelah lisensi diberikan – MD mesti mengetahui segala persoalan yang terjadi dalam manajemen PT Ramako Gerbangmas (RG), sekalipun mereka tak memiliki saham di situ. Hal ini disyaratkan, karena pihak MD tak menginginkan kalau tiba-tiba saja saham RG berpindah tangan ke pihak lain yang juga memiliki bisnis fast food merek lain, misalnya. MD juga mensyaratkan bahwa pemilik saham mayoritas RG harus juga pemegang kendali bisnisnya. Maksudnya, supaya orang yang mengambil keputusan di bisnis ini nantinya adalah orang yang benar-benar menguasai bidangnya. Maka, sejak awal pihak MD telah menanyakan kepada Tonny maupun istrinya tentang siapa yang akan menjadi Mr. Atau Miss McDonald’s. Begitulah. Setelah satu tahun menegangkan, datanglah keputusan bahwa ia boleh mengikuti pelatihan. Tempat pelatihan pertama sengaja dipilih di Singapura. “Karena di sana banyak orang Indonesia. Sehingga pressure-nya lebih tinggi,” kata lelaki yang gemar naik motor gede ini. Dan benar, selama tiga bulan pertama pelatihan – di mana Tonny harus berseragam pelayan – ia selalu bertemu kenalannya dari Indonesia. Selain pelatihan yang bentuknya non manajerial, Tonny juga diuji bekerja selama 18 jam nonstop. Dari situ akan terlihat seseorang memiliki bakat melayani atau tidak. Karena, pada jam-jam pertama barangkali orang masih bisa bersikap manis. Tapi bila telah masuk jam ke-8 dan seterusnya, maka tingkat kelelahan dan stresnya sudah tinggi, hilanglah sikap manis. “Biasanya banyak yang nggak lulus di sini,” ucap Tonny, lalu tertawa. Dalam pelatihan, Tonny yang sebelumnya tak pernah mengepel lantai, apalagi membersihkan kamar mandi, terpaksa melakukan semua pekerjaan – yang dalam istilah Tonny: pekerjaan tanpa otak – itu dengan hati lapang. Walau sering kali ia harus menerima bentakan dan mengulangi hasil kerjanya lantaran dinilai kurang bersih, misalnya. Hasilnya memang memuaskan. Dia berhasil meninggalkan 39 pelamar dan mengalahkan tiga kandidat. Dari pelatihan “kuli” tadi, baru Tonny digodok di Sekolah milik McDonald’s yaitu: McDonalds Corporation Hamburger University selama 1 tahun. Sekolah itu mendidik para calon store manager MD. Sistem pelatihan yang pernah dialaminya kini ia terapkan bagi semua calon manajer di MD Indonesia. Setiap manajer yang ada di MD adalah orang yang telah dilatih dari bawah. “Jadi nggak mungkin seseorang masuk langsung jadi store manager,” ucap pengusaha yang suka berbusana seadanya ini. Muti Soetoyo adalah salah seorang manajer yang sempat merasakan pelatihan gaya MD. Kelahiran Jakarta 27 tahun silam ini, termasuk karyawan pertama MD yang di-training. Lulusan IKIP Jakarta 1988 itu bergabung dengan PT RG Juli 1990, lalu dikirim ke Singapura untuk mengikuti program pelatihan. Sebelum diterima menjadi karyawan, lajang berpostur sedang ini diperkenalkan dengan program OJE. Dalam program ini ia diberi kesempatan mengenal pekerjaan crew dalam beberapa shift. Dari “latihan” tiga hari itulah diputuskan apakah ia bisa diterima atau tidak, untuk kemudian diperkenalkan mengikuti pelatihan selanjutnya selama lima bulan. “Saya dulu nggak pernah membayangkan kalau training-nya seperti itu,” ucap Muti, first assistant store manager di MD Sarinah, Jakarta, sejak Juni lalu. Ternyata kini Muti justru sangat menikmati pekerjaannya. Bahkan, tak jarang ia harus stand by di kantor sampai pagi hanya untuk menunggu mesin yang sedang direparasi misalnya. Ketika digodok untuk menjadi training manager ™ Muti harus melalui tahap pelatihan pelayanan. Setelah lulus, Muti ditempatkan di salah satu outlet MD di Singapura. Dan pada saat MD Jakarta dibuka, single yang hingga kini masih kuliah di FEUI ini telah menjadi second assistant store manager. Selain Muti, masih banyak Muti-Muti lain yang telah tersebar menjadi manajer-manajer di lima outlet MD. Dan selama ini proses pendidikan terus berlangsung.Apalagi, untuk tahun 1992 Tonny menargetkan akan membuka 10 cabang di seluruh Nusantara. Hasil kerja keras Tonny selama 2,5 tahun diuji MD memang cukup menakjubkan. Setidaknya, itu terlihat ketika restoran pertama MD dibuka di Sarinah Jakarta. Begitu menggebrak pasar, Tonny mengklaim bahwa setiap hari rata-rata terjadi 4 ribu transaksi. Bahkan, majalah Fortune edisi Oktober 1991 meramalkan penjualan outlet Tonny akan menempati posisi teratas dari 12 ribu restoran MD di seluruh dunia. Setelah menjadi wirausaha dengan anak buah yang hampir 1.000 orang, masihkan ia berpikir untuk jadi bankir lagi? “Saat ini sih nggak,” ucapnya serius. Tampaknya, saat ini Tonny lebih suka berkonsentrasi mengembangkan kewirausahaannya ketimbang kembali jadi profesional. Tapi, akhirnya Tonny tergoda juga untuk masuk ke bank lagi. Itu terjadi ketika ia mengambil oper 73% saham Bank IFI pada tahun 1995. “Sebagai pemegang saham, di Bank IFI saya hanya menjadi komisaris. Saya tetap memegang MD. Komitmen saya penuh pada MD,” kata Tonny. Ya, Tonny tentu tidak akan “nekat” menjadi pengelola bank lagi. Dengan 42 outlet yang dimilikinya pada pertengahan 1996, MD memberikan arus kas yang luas biasa bagi Tonny. Transaksi MD selalu tunai. Siapa yang sudi melepas mesin kas seperti itu ? Dengan memiliki usaha sendiri minimal Tonny terbebas dari keharusan berpakaian rapi, berdasi dan wangi. Kini Tonny sudah terbiasa mengenakaan pakaian santai, mengendarai Harley Davidson untuk memonitor Kelima outlet yang tersebar di Jakarta. Hadirnya MD di Indonesia, ternyata tak cuma menambah “gemuk” Tonny – yang nyaris menamai kegendutan mascot MD – saja. “Berat badan saya 70 kg,” ucapnya dengan mimik serius. “Itu nggak pakai tangan, kaki dan kepala. Ha…ha…ha…,” sambil tertawa berderai. Yang jelas, Sarinah, gedung pertokoan bertingkat pertama di Jakarta ini juga terimbas kesuksesan MD. Sejak kebakaran pada awal 1980-an Sarinah nyaris hilang dari peredaran. Apalagi munculnya pusat-pusat perbelanjaan yang lain, semakin menenggelamkan nama Sarinah. Namun setelah MD mangkal di situ Sarinah menjadi marak kembali. Itulah Tonny, dia adalah satu diantara segelintir profesional yang berani mengambil resiko. Melepaskan atribut keprofesionalannya, kemudian memulai dari nol untuk menjadi seorang wirausaha. Dan berhasil ! Kini dia peroleh nama baru : Mr. McDonald’s.
“BILL” WILLIAM H. GATES
“One thing I love about this [decade] is this is a period where the reality is driving the expectation.”
Bill Gates, 2004
International Consumer Electronics Show Keynote
William Henry Gates III lahir pada tahun 1955, anak kedua dari tiga bersaudara dalam keadaan sosialnya terkemuka di Seattle, Washington. Ayahnya seorang pengacara dengan perusahaan yang punya banyak koneksi di kota, dan ibunya seorang guru, yang aktif dalam kegiatan amal. Bill seorang anak yang cerdas, tetapi dia terlalu penuh semangat dan cenderung sering mendapatkan kesulitan di sekolah. Ketika dia berumur sebelas tahun, orang tuanya memutuskan untuk membuat perubahan dan mengirimnya ke Lakeside School, sebuah sekolah dasar yang bergengsi khusus bagi anak laki-laki.
Di Lakeside itulah pada tahun 1968 Gates untuk pertama kalinya diperkenalkan dengan dunia komputer, dalam bentuk mesin teletype yang dihubungkan dengan telepon ke sebuah komputer pembagian waktu. Mesin ini, yang disebut ASR-33, keadaannya masih pasaran. Pada pokoknya ini sebuah mesin ketik yang kedalamnya siswa bisa memasukkan perintah yang dikirimkan kepada komputer; jawaban kembali diketikkan ke gulungan kertas pada teletype. Proses ini merepotkan, tetapi mengubah kehidupan Gates. Dia dengan cepat menguasai BASIC, bahasa pemograman komputer, dan bersama dengan para hacker yang belajar sendiri di Lakeside, dia melewatkan waktu ber-jam-jam menulis program, melakukan permainan, dan secara umum mempelajari banyak hal tentang komputer. “Dia adalah seorang ‘nerd’ (eksentrik),” sebagaimana salah seorang guru memberikan Gates julukan itu.
Sekitar tahun 1975 ketika Gates bersama Paul Allen sewaktu masih sekolah bersama-sama menyiapkan program software pertama untuk mikro komputer. Seperti cerita di Popular Electronics mengenai “era komputer di rumah-rumah” dan mereka berdua yakin software adalah masa depan. Inilah awal Microsoft. Komunikasi yang sederhana: Paul dan Gates membicarakan coke dan pizza. Tidak ada orang yang memperhatikan sungguh-sungguh pendapat kami. Semuanya berubah dalam dua dekade terakhir.
Gates masih tetap menyukai junk food, tetapi ia juga menghabiskan waktu dua jam sehari membaca dan menjawab electronic mail yang dikirim 15.000 karyawan Microsoft.
Selain itu banyak sekali email dari dari luar Microsoft.
Pertanyaan beragam, mulai dari bagaimana pengalaman orang berkeluarga (menyenangkan!), film apa yang saya sukai (Schindler’s List dan Shadowlands), sampai pertanyaan rumit yang harus membuka dulu buku untuk bisa menjawabnya (dan kebetulan saja juga menulis buku!).
Persoalannya, Gates menghabiskan waktu sepanjang hari menjawab email dan berceramah atau mengelola perusahaanya.
Gates mencoba menjalankan keduanya, tetapi ia tidak berkesempatan banyak berkomunikasi dengan kelompok yang beragam dan banyak sekali email yang tidak sempat dijawab.
Gates senang sekali menulis karena melalui tulisan ini membuatnya bisa berkomunikasi dengan kelompok yang lebih beragam tanpa harus teredit hingga terpotong-potong atau tersaring oleh persepsi seseorang.
Kenyataannya tidak semua pertanyaan diajukan melalui email.
Kadang orang mencegat Gates di Bandar udara atau mendesaknya untuk menjawab pertanyaan di pameran-pameran komputer atau anak Sekolah mengirim surat kepadanya.
Seorang mahasiswa baru-baru ini menanyakan satu pertanyaan yang penting untuk dia. Yang ingin diketahuinya bukanlah sesuatu yang sangat filosofis, seperti yang mungkin anda duga misalnya mengenai ekonomi pasar bebas.
Ia hanya ingin tahu, “apakah Gates sudah terlambat terjun ke industri software dan membangun sebuah perusahaan kemudian menjadi kaya?”.
Gates senang mendapat pertanyaan itu dan jawabannya selalu sama, “Inilah saatnya terjun ke bisnis software.”
Gates tidak mengatakan Anda bisa membangun Microsoft lainnya. Tetapi paling tidak Anda bisa mendapatkan omset penjualan dua juta dollar setahun dengan menjual 10.000 kopi produk senilai 200 dolar AS.
Cukup lumayan dan bisa terjadi kapan saja.
Karena Gates ingat bagaimana menariknya memulai sebuah perusahaan software, ia juga menikmati cerita keberhasilan orang lainnya.
Perusahaan software yang kecil selalu perlahan-lahan mulainya.
Perusahaan dimulai seseorang yang memiliki gagasan. Ia, pria atau wanita, mencari beberapa teman yang tahu bagaimana membuat program dan mereka kemudian menelorkan sebuah produk.
Banyak sekali karya kesenian yang mereka lakukan karena mereka peduli dengan pekerjaan itu.
Biasanya mereka membuat produk untuk satu pelanggan dan karena hasilnya memuaskan, mereka segera mendapat pembeli lainnya.
Jika Anda ingin memulai sebuah perusahaan, strategi utamanya temukan lingkungan sosial yang pas.
Lupakan keinginan menciptakan program pengolah kata untuk menulis, atau program spreadsheet untuk menganalisis keuangan, atau produk utama lainnya yang saingannya sudah banyak.
Sebaliknya, ciptakan produk yang bisa menolong penggunanya mengerjakan pekerjaan spesifik atau bisa memberikan informasi praktis dalam bidang seperti obat-obatan, asuransi, akunting, arsitektur atau bidang pemerintahan.
Software seperti itu mendatangkan peruntungan yang kecil-kecilan.
Jika Anda tidak puas dengan peruntungan yang kecil-kecilan itu, Anda harus sampai pada tahapan peralihan generasi. Kali ini mahal dan berisiko.
Setiap beberapa tahun satu generasi teknologi memberikan jalan baru. Ingat munculnya IBM PC di awal tahun 1980-an.
Microsoft bertaruh IBM PC akan menjadi penting. Kemudian Microsoft menciptakan sistem operasi MS-DOS untuk IBM PC.
Hasilnya Microsoft menjadi pelopor dalam software sistem operasi.
Tidak ada yang pernah mendengar mengenai Lotus sampai satu pemikiran cemerlang melaksanakan perubahan generasi menciptakan Lotus 1-2-3 spreadsheet pertama yang dirancang khusus untuk IBM PC.
Apple’s Macintosh dan Microsoft Windows adalah sang pemenang selanjutnya, ketika dunia menginginkan pengolahan grafik dan meninggalkan program lama yang hanya menampilkan teks.
Untuk mendapatkan kemenangan besar, anda pun harus mengkonsentrasikan diri pada perubahan generasi, sesuatu yang diabaikan perusahaan besar. Dan taruhannya mahal sekali.
Baru-baru ini sejumlah wiraswastawan berspekulasi software yang bisa digunakan pemakai komputer dengan cara menulis dengan tangan – bukan lagi menekan pada huruf – akan menjadi generasi baru software pengolah kata ada spreadsheet.
Mereka memulai menciptakan produk baru yang mereka pikir akan memenangkan persaingan. Mereka salah. Suatu spekulasi besar. Apa yang harus saya anjurkan pada seorang mahasiswa yang ingin menjadi wiraswastawan software?
Pelajari untaian sebuah perusahaan yang sudah ada.
Carilah lingkungan sosial anda sendiri.
Berhubunganlah dengan modal ventura.
Temukan orang yang cerdas.
Dan jangan lupakan coke dan pizza.
Percayalah, akan ada banyak pekerjaan di malam yang larut.
BOB SADINO
Bob Sadino adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Bob berwirausaha karena “kepepet”, selepas SMA tahun 1953, ia bekerja di Unilever kemudian masuk ke Fakultas Hukum UI karena terbawa oleh teman-temannya selama beberapa bulan. Kemudian dia bekerja pada McLain and Watson Coy, sejak 1958 selama 9 tahun berkelana di Amsterdam dan Hamburg.
Setelah menikah, Bob dan istri memutuskan menetap di Indonesia dan memulai tahap ketidaknyamanan untuk hidup miskin, padahal waktu itu istrinya bergaji besar. Hal ini karena ia berprinsip bahwa dalam keluarga, laki-laki adalah pemimpin, dan ia pun bertekad untuk tidak jadi pegawai dan berada di bawah perintah orang sejak saat itu ia pun bekerja apa saja mulai dari sopir taksi hingga mobilnya tertubruk dan hancur , kemudian kuli bangunan dengan upah Rp 100 per hari.
Suatu hari seorang temannya mengajaknya untuk memelihara ayam untuk mengatasi depresi yang dialaminya,dari memelihara ayam tsb ia terinspirasi bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur,tentunya manusia pun juga bisa, sejak saat itulah ia mulai berwirausaha.
Pada awalnya sebagai peternak ayam, Bob menjual telor beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Dalam satu setengah tahun, dia sudah banyak relasi karena menjaga kualitas dagangan,dengan kemampuannya berbahasa asing, ia berhasil mendapatkan pelanggan orang-orang asing yang banyak tinggal di kawasan Kemang, tempat tinggal Bob ketika itu.Selama menjual tidak jarang dia dan istrinya dimaki-maki oleh pelanggan bahkan oleh seorang babu.
Namun Bob segera sadar kalo dia adalah pemberi service dan berkewajiban memberi pelayanan yang baik, sejak saat itulah dia mengalami titik balik dalam sikap hidupnya dari seorang feodal menjadi servant, yang ia anggap sebagai modal kekuatan yang luar biasa yang pernah ia miliki.
Usaha Bob pun berkembang menjadi supermarket, kemudian dia pun juga menjual garam,merica, sehingga menjadi makanan.Om Bob pun akhirnya merambah ke agribisnis khususnya holtikultura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur konsumsi orang-orang Jepang dan Eropa dia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah untuk memenuhi.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira orang, dia sering berjumpalitan dan jungkir balik dalam usahanya. Baginya uang adalah nomer sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menemukan dan berani mengambil peluang.
Bob berkesimpulan bahwa saat melaksanakan sesuatu pikiran kita berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, apa yang ada pada diri kita adalah pengembangan dari apa yang telah kita lakukan. Dunia ini terlampau indah untuk dirusak, hanya untuk kekecewaan karena seseorang tidak ,mencapai sesuatu yang sudah direncanakan.Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah, yang penting adalah action. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan, setelah mengalami jatuh bangun, akhirnya Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman yang selalu dimulai dari ilmu dulu, baru praktek lalu menjadi terampil dan professional.
Menurut pengamatan Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu berpikir dan bertindak serba canggih, bersikap arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Om Bob selalu luwes terhadap pelanggan dan mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan, sehingga dengan sikapnya tersebut Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelangan akan membawa kepuasan pribadinya untuk itu ia selalu berusaha melayani klien sebaik-baiknya.
Bob menganggap bahwa perusahaannya adalah keluarga, semua anggota keluarga Kem harus saling menghargai, tidak ada yang utama,semuanya punya fungsi dan kekuatan sendiri-sendiri.
CHAIRUL TANJUNG
SUKSES BISNIS DI SAAT KRISIS
Belakangan ini, Chairul Tanjung adalah sosok pengusaha yang namanya paling banyak disebut ketika berbicara mengenai peta baru pengusaha besar nasional. Ia banyak disebut sebagai the rising star. Pengusaha pemilik Para Group ini berhasil melakukan lompatan bisnis yang spektakuler justru ketika ekonomi masih dilanda badai krisis. Lompatan besar bermula ketika ia memutuskan untuk mengambil alih kepemilikan Bank Mega pada 1996 lalu. Berkat tangan dinginnya, bank kecil dan sedang sakit-sakitan yang sebelumnya dikelola oleh kelompok Bappindo itu kemudian disulap menjadi bank besar dan disegani. Pada akhirnya bank ini pun menjadi pilar penting dalam menopang bangunan Para Group. Dua pilar lain adalah Trans TV dan Bandung Supermall.
Sebagai sosok pengusaha sukses yang kini langka, Chairul dikalangan teman-teman dekatnya sering dijuluki sebagai The Last of The Mohicans. Sebutan ini mengacu pada sebuah judul film terkenal produksi Hollywood beberapa tahun lalu yang menceritakan kisah penaklukan kaum kulit putih terhadap bangsa Indian di Amerika Serikat sana. Pada akhirnya, bangsa asli yang sebelumnya menjadi tuan tanah dan penguasa wilayah itu kemudian semakin terpinggir dan menjadi sosok langka. Namanya saja sebutan berbau joke sehingga tetap atau tidak penting.
Yang jelas Chairul bukan tergolong pengusaha “dadakan” yang sukses berkat kelihaian membangun kedekatan dengan penguasa. Mengawali kiprah bisnis selagi kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, sepuluh tahun kemudian ia telah memiliki sebuah kelompok usaha yang disebut Para Group. Kelompok usaha ini dibangun berawal dari modal yang diperoleh dari Bank Exim sebesar Rp 150 juta. Bersama tiga rekannya yang lain, ia mendirikan pabrik sepatu anak-anak yang semua produknya diekspor. “Dengan bekal kredit tersebut saya belikan 20 mesin jahit merek Butterfly,” ujarnya suatu saat kepada Eksekutif.
Kini pengusaha kelahiran 16 Juni 1962 itu menjadi figur sukses yang sangat sibuk. Ketika Eksekutif meminta kesempatan untuk sebuah wawancara khusus, ia mengaku kerepotan untuk memilih waktu yang tepat. Maklum, selain sibuk mengurus bisnis, pria satu ini juga punya segudang kegiatan kemasyarakatan. Sebelum terpilih menjadi ketua umum PB PBSI beberapa waktu lalu, Chairul telah aktif di berbagai organisasi sosial seperti PMI, Komite Kemanusiaan Indonesia, anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia dan sebagainya. “Kini waktu saya lebih dari 50% saya curahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan,” ungkapnya. (Tokoh Indonesia, Repro Eksekutif No. 269)
CIPUTRA
MAESTRO REAL ESTATE INDONESIA
Ciputra. Dialah pelopor bisnis properti modern di Indonesia dan pendiri sekaligus ketua umum pertama REI (perhimpunan perusahaan real estate Indonsia), sehingga dijuluki Bapak Real estate Indonesia. Ciputra juga orang Indonesia pertama yang dipercaya menjadi World President FIaBCI, organisasi pengusaha realestast internasional. Bagi para konsumen properti, nama Ciputra telah menjadi brand yang menjanjikan kualitas produk sekaligus prospek investasi yang menguntungkan. Di kalangan pelaku bisnis properti, Ciputra identik dengan raksasa bisnis yang sering menjadi rujukan sekaligus pesaing.
Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti dijamahnya. Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki bisnis inti di sektor properti. Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni, Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan, CitraRaya Surabaya, Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi magnit bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya. Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Bersama Ismail Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun 1960 Ciputra lulus dari ITB. Ke Jakarta…Kita harus ke Jakarta, sebab di sana banyak pekerjaan, ujarnya kepada Islamil Sofyan dan Budi Brasali. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu. Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara, Ciputra adalah berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu dirapatkan dengan Presiden Soekarno. Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek monumental Ciputra di Jaya selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro Jay. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional yang handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir adalah Grup Ciputra. Jumlah seluruh anak usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47 dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi. Fasilitas merupakan unsur ketiga dari 10 faktor yang menentukan kepuasan pelanggan. Konsumen harus dipuaskan dengan pengadaan fasilitas umum dan fasilitas sosial selengkapnya. Tapi fasilitas itu tidak harus dibangun sekaligus pada tahap awal pengembangan. Jika fasilitas selengkapnya langsung dibangun, harga jual akan langsung tinggi. Ini tidak akan memberikan keuntungan kepada para pembeli pertama, selain juga merupakan resiko besar bagi pengembang. Ciputra memiliki saham di lima kelompok usaha (Grup Jaya, Grup Metropolitan, Grup Pondoh Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan Grup Ciputra). Dari Kelima kelompok usaha itu, Ciputra tidak menutupi bahwa sebenarnya ia meletakkan loyalitasnya yang pertama kepada Jaya. Pertama, karena ia hampir identik dengan Jaya. Dari sinilah jaringan bisnis propertinya dimulai. Sejak perusahaan itu dibentuk tahun 1961, Ciputra duduk dalam jajaran direksinya selama 35 tahun: 3 tahun pertama sebagai direktur dan 32 tahun sebagai direktur utama, hingga ia mengundurkan diri pada tahun 1996 lalu dan menjadi komisaris aktif. Kedua, adalah kenyataan bahwa setelah Pemda DKI, Ciputra adalah pemegang saham terbesar di Jaya. PT Metropolitan Development adalah perusahaannya yang ia bentuk tahun 1970 bersama Ismail Sofyan, Budi Brasali, dan beberapa mitra lainnya. Kelompok usaha Ciputra ketiga adalah Grup Pondok Indah (PT Metropolitan Kencana) yang merupakan usaha patungan antara PT Metropolitan Development dan PT Waringin Kencana milik Sudwikatmono dan Sudono Salim. Grup ini antara lain mengembangkan Perumahan Pondok Indah dan Pantai Indah Kapuk. Kelompok usaha yang keempat adalah PT Bumi Serpong Damai, yang didirikan awal tahun 1980-an. Perusahaan ini merupakan konsorsium 10 pengusaha terkemuka – antara lain Sudono Salim, Eka Tjipta Widjaya, Sudwikatmono, Ciputra dan Grup Jaya – yang mengembangkan proyek Kota Mandiri Bumi Serpong Damai seluas 6.000 hektar, proyek jalan tol BSD – Bintaro Pondok Indah, dan lapangan golf Damai Indah Golf. Grup Ciputra adalah kelompok usahanya yang Kelima. Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang pada awal tahun 1990 diakui sisi seluruh sahamnya dan namanya diubah menjadi Ciputra Development (CD). Ciputra menjadi dirutnya dan keenam jajaran direksinya diisi oleh anak dan menantu Ciputra. Pertumbuhan Ciputra Development belakangan terasa menonjol dibandingkan keempat kelompok usaha Ciputra lainnya. Dengan usia paling muda, CD justru yang pertama go public di pasar modal pada Maret 1994. Baru beberapa bulan kemudian Jaya Real properti menyusul. Total aktiva CD pada Desember 1996 lalu berkisar Rp. 2,85 triliun, dengan laba pada tahun yang sama mencapai Rp. 131,44 miliar. CD kini memiliki 4 proyek skala luas: Perumahan Citra 455 Ha, Citraraya Kota Nuansa Seni di Tangerang seluas 1.000 Ha, Citraraya Surabaya 1.000 Ha, dan Citra Indah Jonggol. 1.000 Ha. Belum lagi proyek-proyek hotel dan mal yang dikembangkannya, seperti Hotel dan Mal Ciputra, serta super blok seluas 14,5 hektar di Kuningan Jakarta. Grup Ciputra juga mengembangkan Citra Westlake City seluas 400 hektar di Ho Chi Minh City, Vietnam. Pembangunannya diproyeksikan selama 30 tahun dengan total investasi US$2,5 miliar. Selain itu, CD juga menerjuni bisnis keuangan melalui Bank Ciputra, dan bisnis broker melalui waralaba Century 21. Sejak beberapa tahun lalu, Ciputra menyatakan Kelima grup usahanya – terutama untuk proyek-proyek propertinya – ke dalam sebuah aliansi pemasaran. Aliansi itu semula diberi nama Sang Pelopor, tapi kini telah diubah menjadi si Pengembang. “Nama Sang Pelopor terkesan arogan dan berorientasi kepada kepentingan sendiri,” ujar Ciputra tentang perubahan nama itu.
CONRAD NICHOLSON HILTON
KIPRAH SI RAJA HOTEL DUNIA
Dalam kata pembukaan biografi yang ditulis Whitney Bolton, salah seorang teman, Conrad Hilton menyatakan: Tidak mungkinlah seseorang memulai suatu usaha dalam hidup ini tanpa mengetahui arah mana yang akan ditujunya. Sejauh yang saya ingat…saya termasuk mempunyai sifat antusiasme. Dengan antusiasme yang terus mendorongku dan doa yang melindungiku, saya dapat mengatakan bahwa saya menyukai apa yang telah saya lakukan dalam hidup ini. Tak dapat tidak, dengan modal seperti itu, sulitlah orang tidak hidup dengan aktif, kaya, dan lebih-lebih lagi, bahagia. Kalau seseorang mempunyai ambisi yang mendorong dia, kepercayaan yang menuntunnya, dan kesehatan untuk menerapkan segala kemampuannya, tidak mungkin tidak ia akan mencapai sukses, entah dengan cara apa. Kelihatannya sukses yang digambarkan oleh Hilton di atas ini mulai pada usia sangat muda. Ia mencapai ketenaran dan kekayaan bukan berkat bakat administrasi yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu usaha hotel mewah, melainkan berkat ketajaman bisnisnya. Ia menguasai keahlian keuangan dan menjadi seorang yang pandai bernegosiasi, sangat cerdas dalam segala transaksi. Lebih dari itu, ia memiliki suatu indera keenam sangat peka yang memungkinkan dia memilih waktu dengan tepat, dan bermata jeli untuk melihat kesempatan dalam investasi yang menguntungkan. Di samping itu, Hilton sering menggunakan prinsip dasar sebagai berikut: Pilihlah orang-orang yang kompeten, tempatkan mereka pada posisi kunci dan secara implisit pada keputusan hati mereka.
Hilton dilahirkan pada 25 Desember 1887 di San Antonio, New Mexico. Ia anak kedua dari delapan bersaudara, dan anak lelaki pertama. Ayahnya, Augustus Hover Hilton, yang secara akrab dipanggil “Gus” dilahirkan di Oslo tahun 1854 dan telah berpindah ke Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Beberapa lama Gus Hilton tinggal di Fort Dodge, Iowa, tempat kelahiran istrinya, Mary Laufersweiler, seorang keturunan Jerman. Ia terpesona oleh banyaknya kesempatan di Barat, dan karenanya ia menetap di Sorocco, New Mexico, dan kemudian di San Antonio. Ia mengerti kebutuhan para penambang batu bara dan orang-orang yang bepergian pulang-balik melintasi perbatasan Mexico, dan hal ini mendorong dia untuk membangun suatu toko serba ada.
Hilton memimpin 185 hotel di Amerika Serikat dan 75 di seberang lautan ketika ia meninggal pada usia 91, bulan Januari 1979. Sebelum mengambil keputusan-keputusan yang penting. Hilton berhari-hari meneliti dan menimbang-nimbang segala implikasinya. Ia mempelajari segala sesuatu. Bila Hlton tidak dapat membeli sebuah hotel, ia menyewa. Bila ia tidak dapat menyewa, ia membangunnya. Lelaki jangkung mengesankan yang tampak segar bugar ini makan dan tidur di hotel; ia mimpi tentang hotel di malam hari.
Karier Hilton bermula ketika ia menjawab dengan tenang: Mengapa tidak menggunakan lima atau enam kamar di rumah kita dan mengubahnya menjadi ruang tidur, seperti hotel. Kota ini membutuhkan hotel. Mungking mula-mula kita tidak mempunyai pelanggan, tetapi ceritanya akan tersebar dan semua akan berjalan sendiri. Anak-anak perempuan dan Ibu dapat mengurusi dapur dan saya akan mengurusi bawaan para tamu. Dengan mudah tiap kamar dapat menampung beberapa tamu. Dengan ongkos $2,50 sehari, saya pikir kita akan cukup beruntung. Sudah jelas, masalahnya adalah bagaimana menarik pelanggan. Inilah awal sutu masa kerja keras bagi Hilton. Ibu dan saudara-saudara perempuannya mengurusi hotelnya sendiri sedangkan dia dan ayahnya tetap bekerja di toko. Tetapi begitu toko tutup pada pukul 6 sore, Hilton makan malam sedikit, dan langsung tidur. Pada tengah malam ia bangun untuk menjemput orang-orang yang turun dari kereta api pada jam 1 dini hari. Ia mengurusi barang-barang mereka, mendaftar mereka, mengecek apakah segala kebutuhan mereka telah tersedia, seperti selimut, sabun dan handuk, mencatat sarapan yang mereka inginkan di pagi hari dan jam berapa mereka minta dibangungkan. Ia mengirimkan catatan tersebut kepada ibu, lalu kembali ke station untuk menyambut kereta jam 3 pagi. Bila penumpang terakhir telah mendapat penginapan, Hilton dapat tidur lagi, sekurang-kurangnya sampai jam 7 pagi. Pada jam itu ia bangun, mengurusi para tamu, lalu membuka toko mereka jam 8 pagi. Hanya dalam waktu enam minggu penginapan San Antonio sudah dikenal seluruh daerah itu, bahkan sampai sejauh di Chicago. “Kalau kamu harus singgah,” begitu kata orang, “pergilah ke San Antonio dan menginaplah di penginapan Hilton.” Suatu pelajaran penting telah didapatkan Conrad Hilton. Ia selalu bekerja keras dan lama untuk berhasil. Sampai kematiannya, ia berkata bahwa ia tidak mau dibayar sejuta dolar sebagai tukaran segala sesuatu yang telah dipelajarinya selama ini.
Keberhasilan “hotel” pertama Hilton memungkinkan dia menuntut pendidikan di New Mexico School of Mines pada tahun 1907. masa ini menandai suatu titik balik dalam hidupnya. Dalama waktu dua tahun, Gus sudah bangkit lagi. Ia mulai sibuk dalam usaha real estate di Hot Spring, New Mexico. Ia bermimpi tentang membuka sebuah bank, dan ia telah membeli tanah untuk membangun rumah. Tanah itu terletak di Sorocco, tempat berdirinya Chool of Mines. Hilton membenci kota itu. Ayahnya memberi dia pilihan untuk tetap di San Antonio dengan mengurusi toko, sementara seluruh keluarga berpindah ke Sorocco. Hilton tahu bahwa saudara-saudara perempuannya akan lebih mungkin berhasil di kota itu, maka ia setuju. Inilah awal masa magangnya dalam dunia bisnis. Tunjukkan sikap hormat kepada siapa saja yang anda hadapi. Prinsip ini membantu dia dalam menghadapi pemerintah Puerto Rico, yang telah menghubungi tujuh hotel Amerika untuk meminta mereka membuka satu hotel mewah di San Juana. Tidak satu pun hotel itu yang tertarik, dan menjawab dengan surat bisnis yang pendek tanpa keramahan dalam bahasa Inggris, Hilton memberikan jawabannya dalam bahasa Spanyol yang sempurna. Tentu saja suasana jadi sangat berbeda. Maka lahirlah rangkaian hotel Caribe-Hilton. Dalam urusan bisnisnya di luar negeri pun, Hilton menerapkan tiga prinsip seperti di dalam negeri: Tanamkan modal sendiri, Perlakukan bankir-bankir sebagai teman, Berikan pada manajer saham dalam perusahaan. Formula ini mencapai hasil yang baik ke mana pun ia pergi, karena cara ini tidak mengundang rasa tidak senang orang yang dihadapi di luar negeri. Hilton lebih suka menawarkan kemitraan kepada para investor luar dalam hotel-hotelnya. Mereka dibebani membeli tanahnya dan membiayai pembangunannya. Hilton memberikan bantuan teknis dan membantu pengoperasian hotel. Lalu kedua pihak menandatangani kontrak sewa bersama atau kontrak manajemen bersama. Personil, yang disaring dan dipilih dengan teliti dari tenaga setempat, diundang untuk meningkatkan kemahiran mereka di hotel-hotel Hilton di Amerika Serikat.
Hotel-hotel muncul di mana-mana di luar negeri. Maka didirikanlah Hilton International Corporation pada tahun 1948. Badan ini berdiri sendiri, terpisah dari badan induknya, tetapi Hilton memegang pimpinan sebagai presiden dan ketua direksi. Operasi hotel Hilton di luar negeri memenuhi dua cita-cita Hilton: pertama membantu orang Amerika berhubungan dengan bagian dunia yang lain sehingga membuat mereka lebih bertoleransi, dan kedua, dan kedua, hotel-hotel ini memungkinkan dunia lain mengenal Amerika dan warganya. Tokoh-tokoh terkenal membantu penyediaan dana bagi Hotel Hilton yang terdapat di mana-mana di luar negeri. Shah Iran dengan Yayasan Pahlavinya memiliki sebuah Hotel Hilton. Howard Hughes juga mempunyai hubungan dengan hotel itu lewat Trans World Airlines. Pada bulan Mei 1967, Hilton International menjadi suatu cabang TWA. Pada waktu itu, Hilton telah mengundurkan diri dari bisnis yang telah dibangunnya dengan modal seadanya.
Hilton akhirnya mempunyai waktu untuk menikmati hidup dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya di rumahnya di California. Walaupun ia tidak lagi menghendaki perjalanan keliling untuk melakukan pengawasan. Ia tidak pernah melewatkan perayaan inaugurasi. Di luar negeri, Hilton yang selalu menghormati tradisi setempat itu memberlakukan kebijaksanaan agar peristiwa-peristiwa gala ini mencakup adat naional dan cerita rakyat negara setempat. Walaupun dalam bisnis sangat sukses, dalam kehidupan pribadinya Hilton tidaklah begitu bahagia. Ia dan istri pertamanya, Mary Barron, mempunyai tiga anak laki-laki, Nick, Barron, dan Eric. Ketika anak terkecil lahir pada tahun 1933, Hilton sedang kehabisan tenaga akibat beban kerja keras. Perkawinannya berantakan. Selanjutnya ia kawin dengan Zsa-Zsa Gabar, tetapi perkawinan ini tak berumur panjang. Perkawinan ketiganya lebih tenang. Pada tahun 1976, pada usia 89 tahun, ia menikah dengan Mary France Kelly. Wanita itu berumur 20 tahun di bawah dia dan merupakan sahabat sejak lama.
Pria yang mempunyai visi ini telah mengukir namanya dalam sejarah. Pada tahun 1965, usaha perhotelan Hilton memiliki 61 buah hotel di 19 negara; dengan kata lain, usaha itu mencapai 40.000 kamar dan tenaga karyawan mencapai 40.000 orang. Hilton sendiri menguasai 30 persen dari penerimaan besar yang diperkirakan mencapai $500.000 juta lebih. Inilah gambaran jelas tentang prinsip Hilton : Percayalah kepada cita-cita Anda, tujuan Anda dan kepada Tuhan. Formula di atas merupakan ringkasan dari karier hebat Conrad Hilton, salah seorang raja perhotelan paling besar dan paling kaya di dunia.
DEWI MOTIK PRAMONO
PUTRI AYU BISNIS INDONESIA
Tahun 1991 adalah tahun penuh arti bagi Dewi Motik. Betapa tidak, tahun inilah dia mendapatkan cobaan yang cukup berat dan sulit. Oleh seorang warga Amerika, ia dituduh anti kenaikan upah buruh. Tuduhan yang diberikan kepadanya, tidak tanggung-tanggung bertanya, fotonya disebar-luaskan di seluruh penjuru dunia sebagai profil wanita penekan buruh dari Indonesia. Akhir-akhir ini Dewi Motik sering menjadi sorotan pembicaraan masyarakat. Selain hal semacam di atas, ia memang termasuk tokoh yang acap kali menjadi pembicara di berbagai forum, juga aktif di berbagai kepanitiaan secara akbar semacam Festival Istiqlal. Yayasan Putri Ayu yang dipimpin dan didirikannya sejak tahun 1981, menjadi perdebatan nasional. Sampai sekarang pemilihan putri ayu sudah terlaksana 11 kali memperebutkan piala Ibu Tien Suharto. Pemerintah pun seperti tidak keberatan kalau Yayasan Putri Ayu, mengirim pemenang tahun 1991 (gadis keturunan Suku Dayak – Kalimantan) pada acara Miss Universe ke Bangkok. Disamping itu, belakangan ini juga, Dewi Motik berhasil melakukan ekspansi bisnisnya. Dia bekerjasama dengan Departemen Transmigrasi membuka areal seluas 5000 ha di Sumatera Selatan. Di sana mereka membuka lahan PIR yang diperbaharui dengan dana dari Bank Dunia. Kesuksesan lain: tahun 1991, Dewi Motik berhasil merampungkan pembangunan IWAPI berlantai 4 di Kali Pasir, Jakarta, sebagai perwujudan perjuangannya mengembangkan ketrampilan kaum wanita Indonesia. Semua itu dilakukannya demi kesejahteraan kaum hawa itu secara khusus, dan kesejahteraan bangsa secara umum.
Banyak hal yang terjadi pada diri Dewi Motik. Semua itu merupakan hasil dari deposito pengalaman dan perjuangannya bekerja keras sejak masih Remaja. Kesuksesan itu juga, membawa Implikasi tertentu, kasus tuduhan Amerika di atas tadi sebagai salah satu Contohnya. Lepas dari itu semuanya, banyak hal yang perlu dipelajari dari diri seorang wanita Indonesia super aktif ini, setidaknya, sebagai bahan perbandingan bagi Remaja putri khususnya, dan bagi generasi muda umumnya. Sejak umur 14 tahun, Dewi Motik (Sri puspa Dewi Motik) sudah terbiasa mempunyai uang sendiri. Banyak cara yang dilakukannya untuk mendapat uang. Contohnya, main sulap. Ketika beliau masih Sekolah Dasar di Menteng, Jakarta Pusat, bersama teman-teman sebayanya, sangat menggemari main sulap yang dilakukan oleh seseorang Om dekat sekolah mereka. Om pemain sulap itu di mata Dewi Motik, luar biasa. “Sudah disenangi orang dapat duit lagi,” katanya mengenang masa-masa indah itu.
Dewi Motik mendatangi rumah Om itu dan meminta diajari main sulap. Rahasia om itu merubah sapu tangan menjadi kucing, bunga jadi uang, akhirnya dengan mudah diketahui Dewi Motik. Dari permainan sulap ini, Dewi Motik yang lahir 10 Mei 1949 itu, bisa menyenangkan orang sambil mendapat uang. “Orang tua saya tidak melarang main sulap, asal kegiatan saya itu tidak melanggar kaidah agama dan tidak menentang norma masyarakat,” ujarnya. Masa Remaja Dewi Motik penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Bukan saja karena orang tuanya termasuk kelas menengah saat itu, tetapi lebih karena apa saja yang dilakukannya tidak mendapat pengawasan yang berlebihan dari orang tua. Keinginannya untuk mengetahui bermacam-macam hal, termasuk main sulap di atas, menyebabkan banyak temannya menyebutkan over acting.
Sejak usia itu, Dewi Motik memang sudah memperlihatkan jiwa kepemimpinan dan kepeloporan di tengah teman-temannya. Ia disenangi karena ia bisa memperjuangkan kepentingan teman-temannya, juga karena ia relatif bisa meminjamkan uang atau mentraktir kawan-kawannya itu. Tidak sedikit yang membencinya, namun alasan membencinya itu, terutama karena Dewi Motik punya banyak kelebihan. Termasuk kelebihannya meraih simpatik banyak teman pria sekelasnya. Seringkali sikap Dewi Motik tidak perduli dengan keadaan, ia melihat laki-laki itu sama saja dengan perempuan, mempunyai otak, punya tenaga, dan berperasaan. Bukan hanya kaum wnita yang sering kalah bersaing dengan dia, tetapi juga teman-teman prianya. Apalagi, Dewi Motik sebagai keturunan orang Palembang, mempunyai kulit putih yang mulus. Sosoknya yang tinggi semampai disertai dengan geraknya yang menarik dan tidak berkelebihan, menjadikannya pusat perhatian orang setiap kali ia hadir dalam sebuah pertemuan. Kecantikannya semakin lengkap dengan rambut panjangnya yang sampai sekarang dipelihara dengan baik. Itulah sebabnya Ikatan Mahasiswa Jakarta pada tahun 1968, memilih Dewi Motik sebagai Ratu Luwes. Wajar kalau kemudian banyak pria yang dekat dan menjajal kemampuan merebut hatinya. Namun, baginya, sikap teman-teman pria itu merupakan peluang emas yang perlu dimanfaatkan. Lalu, ia menawari mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Tentu saja, banyak di antara mereka yang patuh.
Kendati mereka termasuk keluarga kaya, namun ayahnya ingin melihat anaknya hidup mandiri. Bisa melakukan apa saja yang bersifat positif. Ayah Dewi Motik bernama Basyaruddin Rahman Motik, seorang pengusaha ekspor impor yang terkenal di zamannya. Ia tidak melarang Dewi Motik mencari duit. Ia sangat mendukung segala macam kegiatan Dewi Motik asal berkaitan dengan kemajuan dan kemandirian. Praktek semacam inilah yang banyak memberi warna pada diri Dewi Motik, anak ke-4 dari 9 bersaudara itu. Ketika Dewi Motik belajar Bahasa Inggris di Kedutaan Perancis, ayahnya senang sekali. Itulah kelebihan Dewi Motik, di masa remajanya, mampu bicara dalam bahasa Inggris, Walau pengucapannya masih banyak yang salah.
Belajar dari sikap ayahnya itu, Dewi Motik tidak setuju pada orang tua yang melarang anaknya cari duit. “Apa salahnya, sambil Sekolah, juga mencari uang?” Menurut Dewi Motik, anak-anak akan berkembang cepat apabila bidang yang dipilihnya itu sangat disenangi. Ia menyarankan, orang tua sebaiknya memilih bidang kegiatan yang juga disenangi anak-anak mereka. Tatkala Dewi Motik berumur 17 tahun, ia mendapat kiriman majalah Remaja “Seventeen” dari kakaknya (Kemala Motik) yang lagi belajar di Amerika Serikat. Dalam majalah itu, Dewi Motik melihat satu disain sepatu yang sangat menarik. Timbul ide untuk membuatnya, lalu, ia pun mencari tukang sepatu. Kebetulan di belakang gedung SMA-nya (SMA Teladan Setia Budi) ada tukang sepatu. Setelah mengetahui berapa biaya yang diperlukan. Dewi Motik mengambil tabungannya dan memberi modal kepada tukang sepatu itu. Dengan modal Ro. 2.500 sepasang, Dewi Motik sukses menjual puluhan sepatu itu kepada teman-temannya dengan harga Rp. 5.000 sepasang. Ia gembira, karena disain yang dipilihnya disenangi teman-teman SMA-nya. Ia bangga karena perhitungannya tepat dan mendapat untung yang lumayan pula.
Di rumah, Dewi Motik suka membantu ibunya memasak. Mereka memasak kue bersama. Ibu Dewi Motik sering ketemu dengan istri-istri pegawai kedutaan, terutama kedutaan Amerika Serikat. Dari ibu-ibu itu, Ibu Dewi Motik mendapatkan pengalaman dan juga mendapat sebagian bahan-bahan kue yang enak. Suatu ketika, orang Kedutaan minta dibuatkan kue yang enak, Dewi Motik memanfaatkan kesempatan itu. Setelah mendapat modal, ia pun membuatnya. Hasilnya Dewi Motik mendapat uang. Ibunya tidak marah. Kegiatan masak memasak ini dilakukannya terus menerus. Ini pula yang menyebabkan Dewi Motik terpilih sebagai Ketua Sub Konsorsium Usaha Jasa Boga dan Memasak Depdikbud (1984 – 1987 ; 1987 – 1990). Selanjutnya, pada tahun yang hampir bersamaan Dewi Motik terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli Boga Indonesia Pusat (1987 – 1999). Kebiasaan Dewi Motik untuk bekerja dan mencari uang sendiri, terus berkembang. Ketika pekan raya Jakarta yang kedua, ia menjadi penjaga salah satu stan di pekan raya itu. Orang tuanya membolehkannya.
Pada tahun 1970, Dewi Motik mulai kuliah di IKIP Rawamangun. Ia memilih jurusan pendidikan, karena baginya profesi guru itu adalah profesi yang mulia. Apalagi ayahnya pernah menjadi guru di Taman Siswa. Saat itu guru sangat terhormat di masa masyarakat. Di kampusnya, kebiasaan Dewi Motik tak pernah ketinggalan. Ia menjual kue dan sepatu kepada penghuni dan pengunjung kampus. Setelah menyelesaikan sarjana mudanya, Dewi Motik memperdalam ilmunya ke Amerika Serikat. Ia mengambil Jurusan Seni Rupa Florida International University, Miami, USA (1971 – 1974). Ia merantau ke negeri orang dengan modal take and give. Kalau nggak ada uang cukup dengan memberi perhatian atau sapaan. Ketemu Satpam, tak ada salahnya kalau di beri sapaan. Dari Indonesia, Dewi Motik membawa sejumlah souvenir sebagai hadiah kepada roang-orang disana. Ia merasa bahwa ia orang asing di Negara Paman Sam itu. Souvenir yang dibawahnya antara lain: patung Bali, perhiasan dari tulang, manik-manik. Teman-temannya se-asrama sangat suka dan ingin mendapatkan hadiah-hadiah itu. Dibeli dengan harga berapa pun mereka mau. Keinginan orang-orang Bule itu merupakan peluang bagi Dewi Motik. Otaknya mulai berputar. Dia jalan-jalan ke toko-toko yang menjual barang-barang asal Asia yang mirip perhiasan dari Indonesia. Ia melihat di tempat penjualan souvenir Philipina dan Thailand, banyak yang mirip. Dewi Motik membeli barang-barang itu, lalu merubah bentuknya sedikit sehingga mirip dari Indonesia, lalu di jualnya kepada para bule-bule yang “gila” perhiasan Indonesia itu.
Di kampusnya ia buka pameran barang-barang perhiasan. Disebutnya “Oriental Bazar” . Pengunjungnya membludak, order banyak yang masuk. Acara itu sangat sukses. Dari pameran dan bazaar ini Dewi Motik tentu saja mendapatkan banyak uang.
Ketika musim libur tiba. Dewi Motik mencari kesibukannya, dia menjadi pelayan di salah satu keluarga di Amerika Serikat. Ia ingin merasakan bagaimana caranya menjadi pelayan itu. Seumur-umur ia selalu ditemani pembantu. Sekali-sekali ada keinginannya merasakan bagaimana menjadi pelayan. Ia bekerja sebagai baby sitter di salah satu keluarga di sana.
Disamping itu Dewi Motik juga pernah menjadi waitress di Howard Johson Restoran. Di situ ia mendapatkan pengalaman bagaimana cara orang Amerika menyiapkan makanan. Makanan apa yang sangat mereka gemari, menjadi pengalaman berharga buat Dewi Motik. Lebih dari itu, ia juga mendapat duit. Dengan duit itu, liburan ke Eropa (sesuai anggaran dari Ayahnya), bisa diperpanjang sampai ke Mexico. Ketika ayahnya tahu hal itu, ayahnya tentu saja kaget.
Ada cerita menarik ketika Dewi Motik menjadi pekerja sebagai waitress di Howard Johnson Restoran itu. Ia tidak memiliki Social Security Number (SSN). Mendapatkan itu harus ditest lebih dahulu. Dewi Motik malas mengikuti prosedur itu karena masih diperlukan biaya dan juga belum tentu lulus. Dengan modal postur tubuhnya yang tinggi dan warna kulitnya yang putih ia mencoba membaur di barisan orang-orang Cuba yang mirip dengan dirinya. Orang-orang Cuba dianggap yang berpengalaman dan pasti sudah punya SSN, itulah yang menyebabkan Dewi Motik lolos dari pemeriksaan, bisa kerja dan mendapat dolar yang lumayan.
Dewi Motik sempat 4 tahun di AS, ia menimba banyak ilmu di sana, ia juga mendapat banyak pengalaman yang berharga. Selang waktu inilah yang banyak memberi pengaruh pada hidupnya sesudah itu. Tahun 1974 ia kembali ke Tanah Air. Ia membantu ayahnya, meneruskan usaha ekspor-impor. Dewi Motik untuk pertama kali menjadi pedagang semen. Saat itu belum ada pabrik semen di Indonesia. Ia juga menjadi agen mobil Merk Datsun dan agen sepeda.
Tahun 1974-1975, Dewi Motik menjadi agen semen. Untuk mengambil semennya, ia mondar mandir menjumpai Pak Onggok dari PT Ratu Salju ke Pluit. Denga pakaian blue jeans dan mengendarai mobil pick up, Dewi Motik masuk ke daerah penjualan semen yang asal Korea itu. Rata-rata yang kesana adalah keturunan Cina. Dewi Motik dianggap Cina. Ia juga memang pura-pura jadi orang Cina. Karena ia pada bulan Ramadhan melakukan ibadah puasa, maka ia dipanggil Mualaf Cina yang masuk Islam. Saat itu ia agak sedih mendengar istilah itu.
Dalam kegiatannya sebagai pedagang itu, Dewi Motik masih menyempatkan dirinya ikut kegiatan persatuan Wanita Indonesia. Juga ikut kadin. Ayahnya kemudian meninggalkan bisnis ekspor-impor, berpindah ke bisnis sewa menyewa rumah. Sehingga Dewi Motik mesti lebih konsentrasi pada bidang eksport-impor itu.
Rupanya kegiatan di atas belum cukup buat Dewi Motik, ia juga menyisihkan waktunya untuk mengajar di lembaga pendidikan milik Ikaran Sarjana Wanita Indonesia. Belakangan, di beberapa tempat lain ia juga mengajar. “Sayang kalau ilmu ini tidak dibagi-bagi buat orang lain,” ujarnya.
Dampak dari pikiran dan sikapnya itu. Dewi Motik diminta sebagai pembicara dibanyak forum. Ratusan kali ia menjadi pembicara di berbagai seminar. Ia biasanya mengulas masalah kewiraswastaan, kemandirian, etika berbusana, dll. Bahkan pernah sekali ia diminta oleh Kedutaan Belanda untuk menghadiri seminar di Curasao, Amerika latin, bekas jajahan Belanda. Mereka berangkat kesana selama 36 jam perjalanan. Capek sekali. Tiba di Curasao pukul lima pagi waktu setempat.
Sehubungan dengan penampilan Dewi Motik di berbagai forum sebagai speaker, mengharuskan ia memakai pakaian dengan model-model menarik dan maju. Akibatnya ia jadi panutan. Sebelum itu, pada tahun 1974, Dewi Motik pernah dinobatkan sebagai Top Model of The Year oleh sebuah Yayasan pengembangan mode.
Tahun 1976, Dewi Motik bersama kakaknya Kemala Motik, melakukan sebuah terobosan yang sangat penting bagi kaumnya. Mereka mendirikan wadah bagi pengusaha wanita. Mereka sebut Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI). Melalui lembaga ini, mereka ingin menjalin kerjasama antara sesama pengusaha wanita Indonesia. Di samping itu, mereka juga mencoba meningkatkan ketrampilan mereka sebagai pengusaha, sambil mengajak lebih banyak lagi wanita lainnya untuk bekerja dan mencari nafkah serta berusaha memperluas kesempatan kerja bagi orang lain.
Kesibukannya sebagai pengusaha, keaktifannya sebagai pengajar, dan tugasnya sebagai pimpinan organisasi, mengharuskan Dewi Motik selalu berusaha mempersiapkan sesuatu sebelum acara atau peristiwa terjadi. Mulailah ia terbiasa membuat skedul kerja, membuat rencana kerja, membuat tulisan makalah dan penjelasan tertulis. Kebiasaan baru ini, mengantar beliau untuk menjadi seorang penulis. Maka dari tangannya, keluarlah sebuah karya tulis. Yang pertama; Cintaku Tuhanku (kumpulan sajak). Kedua, Yang sopan yang santun. Etika berbusana dan pergaulan pada umumnya, adalah bukunya yang ketiga.
Ia mengaku bahwa rampungya tulisan itu, sangat dibantu oleh dua rekan wartawati, Titi Juliasih dari Mutiara dan Mary Zein dari Kompas. Baginya, wartawan sangat bermakna. Ia adalah ibarat ajinomoto dalam makanan kita. Tanpa wartawan dengan karya-karya tulis mereka rasanya kehidupan belum pas. Atas komentarnya, ia mendapat kiriman 1 karung ajinomoto. Dewi Motik masih mampu menyisihkan waktunya untuk menulis di banyak media, di Pelita, Surabaya Post, Famili, Femina dan beberapa media lainnya.
Aktivitasnya sebagai pengusaha, sebagai guru dan penceramah, aktifis organisasi, penulis buku dan kolumnis beberapa media, menyebabkan Dewi Motik dikenal secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat. Beberapa tahun kemudian, sebuah lembaga menobatkannya sebagai Wania Karir Ideal tahun 1977. Empat tahun sesudah itu, ia dinobatkan sebagai wanita popular. Kesenangannya memakai busana yang baik dan sopan setiap hari, mendorong dia menulis etika berbusana di atas, dan karena kegiatan itu pula ia terpilih sebagai wanita berbusana terbaik tahun 1983. Enam tahun sesudah itu. Dewi Motik terpilih sebagai wanita executive berbusana terbaik.
Dewi Motik amat menjaga tata kesopanan, ia tahan kerja keras dari pagi hari sampai tengah malam. Kalau sudah capek, ia juga bisa tidur dimana saja, sepanjang tidak mengganggu situasi. Ia mengaku bisa tidur pulas bila sedang dalam penerbangan dari Amsterdam-Singapur.
Kini, ia bersama suaminya tercinta sangat bahagia dengan dua putera puteri mereka. Anak pertama bernama Moza kelas III SMA sedang anak yang kedua adalah Adimza kelas I SMP Al Azhar. Suaminya, Pramono Soekasno, dikenalnya sejak mereka masih SMA, lewat acara Pesta Dansa Barata. Pria kekar turunan Solo itu bekerja di Pertamina. Mereka pacaran selama 9 tahun dan akhirnya kawin 9 Mei 1975.
Tahun 1977, Dewi Motik menjadi Ketua Iwapi Jaya. Kiatnya memimpin wanita pengusaha di DKI adalah dengan pendekatan kebawah. Kalau ada pengurus dan anggota yang sakit. Dewi Motik mengajak yang lain untuk membesuk. Demikian juga kalau ada acara pribadi pengurus dan anggota, yang lain mesti datang. Pendekatan selanjutnya adalah melakukan rapat di rumah atau di tempat usaha pengurus atau anggota. Hal ini penting, yang di datangi mendapat kehormatan karena orang datang ke rumahnya atau ke tempat usahanya. Pengurus langsung mendapat laporan tentang perkembangan dan kelemahan usaha anggotanya. Keuntungan lain: biaya pertemuan tidak masuk beban organisasi.
Pada umurnya yang ke 33, tahun 1982. Dewi Motik terpilih sebagai Ketua Umum IWAPI. Dalam memimpin organisasi, ia tidak suka marah, tapi sangat sedih kalau generasi muda itu tidak mau belajar dan sukanya santai saja. Banyak generasi muda di mata Dewi Motik agak kurang memberi perhatian untuk merancang masa depan mereka.
Sebagai contoh, ia sedih pada generasi muda yang bekerja sebagai pemborong gedung IWAPI berlantai 4 itu. Gedung bernilai 750 juta itu tidak dikerjakan dengan baik. Tehelnya nggak lurus, plafonnya juga banyak yang bengkok. Sudut-sudut betonnya terlihat kurang rapi, catnya tidak merata.
“Padahal gedung ini merupakan pusat kegiatan IWAPI, pusat pendidikan dan latihan IWAPI, juga tempat beroperasi koperasi IWAPI. Kalau mereka tidak sukses mengerjakan gedung ini, bagaimana orang lain bisa mempercayakan mereka membangun gedung baru lagi,” tambah Dewi Motik agak emosi.
Setelah tamat dari IKIP tahun 1985, Dewi Motik langsung ambil S2 tahun 1988 ia terpilih sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Pusat. Dia satu-satunya wanita disitu. Ia tidak merasa risih, karena baginya pria atau wanita sama saja. Nilai ini juga berlaku dalam keluarga mereka, posisi laki-laki sama dengan wanita. Tokoh wanita yang jadi idolanya tidak ada. Yang ia kagumi hanya Nabi Muhammad. Kalau pun ada tokoh Kartini, kehebatannya sebetulnya hanya pada penalarannya, ujar Dewi Motik. Menurutnya, Kartini mempunyai kelebihan untuk memprediksi apa yang akan terjadi jauh ke depan, seperti Alvin Tofler si peramal dari Amerika Serikat itu.
Peristiwa penting dalam sejarah kewiraswastaan Dewi Motik, terjadi tatkala Rombongan Delegasi Perdagangan Indonesia berangkat ke Eropa. Dalam rombongan yang dipimpin oleh Menteri Prof. Dr. Soemarlin, Dewi Motik ikut melihat pabrik garment di kota Manchester, Inggris. Ia melihat bahan pabrik garmen seperti itu bisa juga dibuat di Indonesia. Sekembalinya dari sana ia langsung membangun pabrik garment di tanah mereka yang kosong di Pulo Gadung (1981), PT Arrish Rulan. Perusahaan yang memproduksi jeans dan jacket ini berdiri di atas tanah seluas 5.000 m2, mempekerjakan karyawan 700 orang.
Tujuh tahun kemudian ia juga bersama keluarganya yang lain membangun pabrik garment yang kedua di Tanjung Priok (PT Fauzi Dewi Motik). PT ini memiliki karyawan 300 orang. Bangunannya adalah gudang yang tidak dimanfaatkan sebelumnya. Luas tanahnya 5000 m2.
Atas kegiatan usahanya itu, dibarengi dengan keaktifannya sebagai pembicara di berbagai forum, dan tulisan-tulisannya. Presiden RI Jenderal (purn) Soeharto, atas nama pemerintah menyerahkan penghargaan kepada Dewi Motik sebagai “Orang Muda Yang Berkarya”. Tepat pada Upacara puncak HUT Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1988 di Balai Sidang Jakarta.
Makin banyak usahanya, makin intensif kegiatannya, ia juga mendapat untung yang semakin banyak, tapi ia merasa ada yang belum beres. Ia berpikir kurang bagus kalau hanya menerima saja, sebaiknya memberi juga diintensifkan. Lalu, pada HUT yang ke 40 tahun 1989, Dewi Motik mendirikan De Mono. Sebuah lembaga pendidikan ketrampilan dan kewiraswastaan yang komplit.
Bersama Arleen Djohan wirawan, SH menyiapkan semua keperluan sekolah itu. Tepat hari ulang tahunnya, 10 mei 1989, Gedung De Mono yang berlantai IV itu diresmikan oleh Menteri Perdagangan RI, DR Arifin Siregar. Saat itu banyak pengusaha terkenal hadir, seperti Bob Sadiro, dll. Artis juga banyak yang hadir, acaranya sendiri dipandu Koes Hendratmo. Tentu saja, sebagian besar pengurus IWAPI datang.
Mata pelajaran pada lembaga pendidikan ini antara lain: kerja praktek dalam merintis pembukaan usaha di bidang perdagangan dan ekonomi, kepemimpinan, kewiraswastaan, pemasaran, perpajakan, perbankan, psikologi, dll. Mata pelajaran itu, diteruskan acara tatap muka dengan pengusaha nasional terkemuka dan pimpinan bank-bank pemerintah dan swasta.
Nama De Mono adalah singkatan dari namanya dan nama suaminya. De-wi Motik dan Pra-mono. Dan istilah De Mono ini adalah nama Dewi Motik dalam surat cintanya setiap kali mengirim kepada mantan pacarnya Pramono puluhan tahun yang lalu.
Ide pendirian De Mono pada awalnya timbul karena sebelumnya Dewi Motik sering mendapat surat cinta. Banyak sarjana yang minta pekerjaan padanya. Bahkan banyak orang tua yang suka nitip anaknya dicarikan pekerjaan. Awalnya senang bisa bantu cari kerja. “Namun lama-lama nggak enak lagi, kewalahan,” uangkapnya kesal.
Dewi Motik pernah memberi ceramah di tengah-tengah 200 sarjana pengangguran. “Saat itu saya tergerak untuk mencari pekerjaan buat mereka, tapi pekerjaan apa, dan mereka bisa apa?” gumam Dewi Motik dalam hati. Di Iwapi punya pengalaman mendidik ibu-ibu untuk menjadi pengusaha kecil. “Kalau ibu-ibu RT saja bisa, masa sih sarjana tak bisa?” bisik Dewi Motik memperkuat sikapnya mendirikan sekolah kewiraswastaan.
De Mono kini telah melepaskan hampir 1000 orang alumninya. Sebagian besar telah berhasil pula membuka usahanya. Mereka sering mengundang Dewi Motik untuk meresmikan pembukaan usaha mereka itu. “Adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya ketika saya sedang meresmikan usaha rintisan alumni De mono,” ungkap Dewi Motik penuh kebanggan.
Kunci untuk bisa sukses sebagai seorang wiraswasta menurut Dewi Motik, harus mampu merubah mental lebih dulu. Sesudah itu, berani mengambil risiko. Lalu, risiko itu diperkecil. Untuk itu, secara terus menerus harus mencari peluang, dan Action “Bila pipi kiri benjol, kasih pipi kanan. Kalau sudah lihat tembok jangan benturkan kepala. Kalau juga mau, itu namanya goblok,” ujar Dewi Motik. Memulai sesuatu dengan positivie thinking dan mempunyai keyakinan sukses adalah nilai-nilai yang selalu diajarkan Dewi Motik kepada anak didiknya.
Akhir September 1991 yang lalu, Dewi Motik diminta oleh Panitia Peringatan HUT HP PLSM yang ke XIV untuk berbicara di depan para pimpinan PLSM di Gedung YTKI. Menurut Dewi Motik, inti kewiraswastaan ada dua. Pertama, harus mempunyai jati diri, yakin akan kemampuan sendiri, tahu ke arah mana mau dituju, tidak malas, tidak cepat marah, dan kerja keras. Kedua, inovasi/kreatif, harus berani memulai, mampu menghasilkan yang baru.
Kalau sudah memiliki kedua inti kewiraswastaan itu, kata Dewi Motik dalam ceramahnya yang dimoderatori oleh Ketua Umum HP PLSM itu, maka turutilah pedoman di bawah ini. Buatlah program yang sederhana, praktis dan jelas. Persiapkan semua strategi dan kiat-kiat. Action secepatnya. Jangan lupa kerjasama dengan orang lain. Sekali-sekali jadi anak buah, mau mendengar orang lain. Learning by doing. Antisipasi semua gejala perubahan, jangan statis. Disiplin diri, konsisten. Untuk memecahkan masalah, berfikirlah secara bergantian dari mikro ke makro atau sebaliknya.
Dalam perjalanan hidupnya. Dewi Motik selalu merasakan kesenangan dan kesedihan silih berganti. “Itulah kehidupan,” katanya. Ia mengaku banyak sekali problem yang ia jumpai sehari-hari. Ia selalu mengambil sikap tenang. Lalu berfikir mencari pemecahan yang paling baik. Tapi sehebat-hebatnya risiko yang ia hadapi ia tak pernah gentar, ia hanya takut sama Tuhan.
Ketika ia masih SD, secara terpaksa ia harus membawa jenazah yang berdarah-darah. Karena familinya itu mati dalam kecelakaan perjalanan semobil dengannya. Ia hadapi situasi itu, dan ia sendiri lolos dari musibah itu. Pengalaman yang cukup mencekam itu sangat membekas dalam ingatannya. Dalam situasi apa saja dan dimana saja, sesuatu yang fatal bisa terjadi pada diri kita, katanya. “Yang iri, yang benci, yang marah dan yang ingin mencelakakan kita kemungkinan ada, tapi kalau kita sudah menyerahkan diri kepada Tuhan, mengapa kita mesti takut?” tanya Dewi Motik. Toh kehidupan kita, kemampuan kita ini, adalah pinjaman dari Tuhan, ungkap Dewi Motik agar berkhotbah. “Kalau ada masalah, segera lapor Tuhan dan cepat mengambil keputusan, itulah kebiasaan yang baik,” ujarnya.
Dua tahun lalu, kuota ekspor garment dilarang masuk AS, ia menderita kerugian. Lalu bersama pengusaha garment lainnya mereka bekerjasama dengan pemerintah mencari pemecahannya. Sekarang sudah tak ada masalah kuota lagi. “Untuk meraih sukses, kita harus kreatif, lalu menyusun konsep sederhana dan praktis, terus action,” ujar Dewi Motik mengungkapkan kitanya mencapai keberhasilan. “Jangan bikin ruwet, capek, jangan lama-lama, peluang bisa hilang,” pesannya kepada orang yang menanyakan apa yang dibutuhkan untuk memulai berusaha.
Peristiwa yang baru menghadangnya, adalah terbitnya post card dengan kata-kata yang sangat merugikan dirinya. Fotonya ditaruh di post card itu, dituduh sebagai anti kenaikan upah buruh oleh seorang Amerika. Menghadapi ini, Dewi Motik mengambil sikap tenang. Sebab, ia sendiri tidak paham apa maksud orang Amerika itu. Apakah ini persoalan politik global atau persoalan pribadi, tak jelas. Sampai sekarang, Dewi Motik belum bisa mengetahui apa tujuan pembuatan post card itu, dan siapa yang merekayasanya. Banyak pihak yang menganjurkannya ke pengadilan. Namun, Dewi Motik masih mengambil sikap tenang. “Ini bukan peluang bisnis, jadi tidak perlu actionnya cepat,” ujarnya memberi keterangan.
Akhirnya ia membawa persoalan itu ke pengadilan setelah dipikirkan secara matang. Banyak pejabat mau berdiri di belakangnya namun, karena si Amerikanya minta maaf, Dewi Motik merencanakan pembatalan tuntutan itu. “Orang yang minta maaf perlu dimaafkan,” kata Dewi Motik sambil mengutip ucapan seorang nabi.
Satu-satunya yang paling membahagiaan dalam hidup Dewi Motik adalah melahirkan anak. “Itulah puncak kebahagiaan yang pernah saya rasakan,” ujarnya.
Dewi Motik adalah pribadi yang suka pragmatis, senang yang praktis. Ia kini sedang menggeluti S2 Program Strategi di UI. Dalam kaitannya sebagai praktisi ia berkeinginan mempelajari konsep-konsep yang praktis. Perang gerilya misalnya sebuah konsep keilmuan di bidang militer yang sangat praktis, tidak terlalu teoritis. Sering melakukan Hit and Run. Teman-temannya kuliah, berpangkat Letkol dan Kolonel dari angkatan bersenjata. Tak usah heran kalau kini Dewi Motik bergelut dengan buku-buku Mao Tse Tung, Buku Pak Nasution tentang Perang Gerilya.
Prinsip Dewi Motik, kalau melihat orang lain punya kelebihan jangan iri. “Kita harus belajar untuk bisa mendapatkan; seperti yang mereka dapatkan. Sistem pendidikan di departemen Hankam misalnya, memberi hasil yang baik. Mayoritas pimpinan terbaik bangsa ini lahir dari pendidikan militer. Kita jangan iri. Kita buat yang sama, kita kerja keras dan tingkatkan disiplin,” ujarnya. Pernyataan Dewi Motik memang ada benarnya. Kalau diperhatikan, sistem rekruitmen kepemimpinan nasional, memang banyak muncul dari kalangan militer. Kelebihan mereka antara lain, tidak neko-neko, mampu berpikir sistematis, punya visi, daya tahan fisik cukup kuat, dan memiliki sense of joke (rasa humor). Hari-hari Dewi Motik yang penuh dengan kesibukan itu, selalu diawali dengan baca koran di pagi hari. “Saya gelisah kalau tak baca koran di pagi hari,” ujarnya. Hobby lain: nonton TV dan berenang. Kalau musim libur, Dewi Motik sekeluarga sering berlibur ke luar negeri. Bila ada rapat atau konferensi di Bali misalnya, Dewi Motik juga sering mengajak keluarga ke sana, sekalian liburan.
Dewi Motik mengaku suaminya cukup pengertian. Baginya, sesibuk-sibuk istri, bila selalu menghargai suami dan memberi pengertian, tidak akan ada masalah. Kendati demikian, tokoh wanita yang paling sering muncul di media massa itu, mengungkapkan: tidak ada suami istri yang cocok 100%.
Antara segala macam kegiatan dengan masalah keluarga, sering bertolak belakang. Kadangkala, setiap orang diharuskan untuk menentukan pilihan. Bila kenyataan yang sama ditemui Dewi Motik dalam kehidupannya sehari-hari, ia melakukan dengan skala prioritas. Sebagai contoh, ketika ada pertemuan penting di kantornya, padahal, pada saat yang sama ibunya dikabarkan sakit, dan akan dioperasi, aktivis Muhammadiyah ini harus memilih meninggalkan pertemuan penting menyangkut kariernya itu. Sebab, posisi orang tua baginya adalah segala-galanya. Sedangkan pertemuan tadi masih bisa terulang, atau resikonya tidak separah kalau ia tidak membesuk ibunya.
Sebaliknya, ketika anaknya sakit, padahal ia harus memimpin delegasi Indonesia yang menghadiri pertemuan pengusaha wanita di India, Dewi Motik memilih Berangkat ke pertemuan yang dibuka oleh Perdana Menteri India, Almarhum Indira Gandhi itu. Bukan karena tega atau tidak sayang anak, tapi hal ini didiskusikan dulu dengan suaminya, setelah setuju ia lalu pergi menunaikan tugas negara dalam memperluas cakrawala pengusaha wanita Indonesia itu.
Alasan Dewi Motik kenapa menekuni dunia pendidikan – mengajar, berceramah, menulis – dan dunia wiraswasta, karena Bangsa Indonesia sangat tertinggal bila dibanding dengan negara maju, dalam berbagai bidang, “Persaingan semakin ketat, dunia pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesatnya. Kita harus berlari semakin cepat,” ujarnya.
Caranya menurut Dewi Motik: pendidikan ditingkatkan dan harus dibuat gratis, agar strata pendidikan masyarakat kita relatif merata. Akhirnya mereka bisa mencari nafkah sendiri tanpa harus menyandang gelar pengangguran lebih dulu, tambahnya. Untuk mengatasi pengangguran, katanya, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dunia wiraswasta harus digiatkan terus menerus. Rakyat mesti dianjurkan menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, tambah Dewi Motik. Menurutnya, membangun perekonomian dari sebuah bangsa lebih baik dimulai dari yang kecil, lalu didorong menjadi yang besar. Itu semua, lanjut Dewi Motik, sangat tergantung pada political will pemerintah.
Dewi Motik mengambil contoh AS dan Jepang, mereka itu sangat berkepentingan membantu pengusaha kecil mereka, baik bantuan modal, perlindungan hukum dan berbagai insentif lainnya. Dewi Motik mengaku bahwa Indonesia mempunyai kebijakan yang sama, Kredit Usaha Kecil (KUK) misalnya, namun hal itu, harus ada perbaikan dan konsistensinya.
Terpilihnya Indonesia sebagai Pelaksana Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara Non Blok, menurut Dewi Motik merupakan pertanda bahwa Indonesia termasuk negara aman di Asia Tenggara. Katanya: itu adalah peluang, sebab banyak negara luar tidak begitu kenal Indonesia, boro-boro mau berinvestasi. Setiap investasi memerlukan perencanaan menyeluruh, selain faktor keamanan di atas, potensi sumber daya alam, pasar, tenaga kerja, dll juga perlu diperhatikan. “Tenaga kerja atau buruh adalah merupakan kekuatan dari sebuah badan usaha atau industri,” ujar Dewi Motik. Karena itu, lanjutnya, buruh harus diberi perhatian seperlunya, kalau tidak perusahaan tempat buruh itu bekerja bisa rusak programnya.
Dewi Motik memang luar biasa sibuk. Dalam kapasitasnya, sebagai Direktur Utama Restoran Manari – restoran theaterical pertama dan terbesar di Jakarta – dengan pengalaman jasa boga sebelumnya. Dewi Motik terpilih sebagai Ketua Umum IKABOGA periode 1990 – 1993. Dalam Festival Istiqlal yang baru lalu, Dewi Motik termasuk salah seorang panitia perancang dan pelaksananya. “Nafas Islam adalah nafas yang paling mendasar dalam memberi pengaruh pada pembangunan di Indonesia,” katanya memberi alasan keterlibatannya pada festival itu. Kegiatan bernafaskan Islam memang menjadi bagian kegiatan yang digeluti Dewi Motik sehari-hari. Bahkan, ia juga termasuk pimpinan Yayasan Motik – sebuah Yayasan yang mengelola Sekolah Al Rahman (TK dan SD Islam di Kuningan). Tujuan Yayasan ini: Syariah Islam di bidang pendidikan bagi bangsa dan negara.
Dalam rangka meningkatkan pendidikan Remaja putri, sekaligus mengembangkan sektor pariwisata dan dunia usaha lainnya. Dewi Motik sejak 1981, mendirikan Yayasan Putri Ayu. Yayasan yang dipimpinnya ini, telah menyelenggarakan 11 kali lomba putri ayu yang memperebutkan piala Ibu Tien Suharto. Pemenang yang ke 11, tahun 1991 ini, adalah seorang mahasiswa sebuah institut ternama di Jakarta. Tahun depan, kalau tidak ada halang melintang, gadis keturunan Dayak itu – suku pedalaman Kalimantan – akan mengikuti Miss Universe di Bangkok.
Sambil menjalankan semua itu, ekspansi dibidang usaha, sebagai praktisi wiraswasta, Dewi Motik terus melaju mencari peluang usaha, mencari uang dan memperluas lapangan kerja. Tahun 1991, Dewi Motik bekerjasama dengan Departemen Transmigrasi mengelola Agro Bisnis di Sumatera Selatan, asal leluhurnya. Bisnis yang dibiayai oleh Bank Dunia ini, mengelola PIR dalam bentuk yang diperbaharui seluas 5000 Ha. Dewi Motik terus berlari, mendidik, mencari peluang bisnis, memberi peluang kerja bagi orang lain, buat pengabdiannya bagi ibu pertiwi. Selamat buat BU DEWI.
EKA TJIPTA WIJAYA
SAYA BELAJAR DI PINGGIR JALAN…”
Bersama ibu, saya ke Makassar tahun 1932 pada usia sembilan tahun. Kami berlayar tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami hanya bisa tidur di tempat paling buruk di kapal, di bawah kelas dek. Hendak makan masakan enak, tak mampu. Ada uang lima dollar, tetapi tak bisa dibelanjakan, karena untuk ke Indonesia saja kami masih berutang pada rentenir, 150 dollar.
Tiba di Makassar, Eka kecil – masih dengan nama Oei Ek Tjhong – segera membantu ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan mempunyai toko kecil. Tujuannya jelas, segera mendapatkan 150 dollar, guna dibayarkan kepada rentenir. Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju. Eka pun minta Sekolah. Tapi Eka menolak duduk di kelas satu.
Tamat SD, ia tak bisa melanjutkan sekolahnya karena masalah ekonomi. Ia pun mulai jualan. Ia keliling kota Makassar, menjajakan biskuit dan kembang gula. Hanya dua bulan, ia sudah mengail laba Rp. 20, jumlah yang besar masa itu. Harga beras ketika itu masih 3-4 sen per kilogram. Melihat usahanya berkembang, Eka membeli becak untuk memuat barangnya.
Namun ketika usahanya tumbuh subur, datang Jepang menyerbu Indonesia, termasuk ke Makassar, sehingga usahanya hancur total. Ia menganggur total, tak ada barang impor/ekspor yang bisa dijual. Total laba Rp. 2000 yang ia kumpulkan susah payah selama beberapa tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Di tengah harapan yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar. Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, kini salah satu pangkalan perahu terbesar di luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik. Otak bisnis Eka segera berputar. Secepatnya ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk membuka tenda di dekat lokasi itu. Ia merencanakan menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu.
Keesokan harinya, masih pukul empat subuh, Eka sudah di Paotere. Ia membawa serta kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk membuat air panas, cangkir, sendok dan sebagainya. Semula alat itu ia pinjam dari ibunya. Enam ekor ayam ayahnya ikut ia pinjam. Ayam itu dipotong dan dibikin ayam putih gosok garam. Dia juga pinjam satu botol wiskey, satu botol brandy dan satu botol anggur dari teman-temannya.
Jam tujuh pagi ia sudah siap jualan. Benar saja, pukul tujuh, 30 orang Jepang dan tawanan Belanda mulai datang bekerja.
Tapi sampai pukul sembilan pagi, tidak ada pengunjung. Eka memutuskan mendekati bos pasukan Jepang. Eka mentraktir si Jepang makan minum di tenda. Setelah mencicipi seperempat ayam komplit dengan kecap cuka dan bawang putih, minum dua teguk whisky gratis, si Jepang bilang joto. Setelah itu, semua anak buahnya dan tawanan diperbolehkan makan minum di tenda Eka. Tentu saja ia minta izin mengangkat semua barang yang sudah dibuang.
Segera Eka mengerahkan anak-anak sekampung mengangkat barang-barang itu dan membayar mereka 5 – 10 sen. Semua barang diangkat ke rumah dengan becak. Rumah berikut halaman Eka, dan setengah halaman tetangga penuh terisi segala macam barang. Ia pun bekerja keras memilih apa yang dapat dipakai dan dijual. Terigu misalnya, yang masih baik dipisahkan. Yang sudah keras ditumbuk kembali dan dirawat sampai dapat dipakai lagi. Ia pun belajar bagaimana menjahit karung.
Karena waktu itu keadaan perang, maka suplai bahan bangunan dan barang keperluan sangat kurang. Itu sebabnya semen, terigu, arak Cina dan barang lainnya yang ia peroleh dari puing-puing itu menjadi sangat berharga. Ia mulai menjual terigu. Semula hanya Rp. 50 per karung, lalu ia menaikkan menjadi Rp. 60, dan akhirnya Rp. 150. Untuk semen, ia mulai jual Rp. 20 per karung, kemudian Rp. 40.
Kala itu ada kontraktor hendak membeli semennya, untuk membuat kuburan orang kaya. Tentu Eka menolak, sebab menurut dia ngapain jual semen ke kontraktor? Maka Eka pun kemudian menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Ia bayar tukang Rp. 15 per hari ditambah 20 persen saham kosong untuk mengadakan kontrak pembuatan enam kuburan mewah. Ia mulai dengan Rp. 3.500 per kuburan, dan yang terakhir membayar Rp. 6.000. Setelah semen dan besi beton habis, ia berhenti sebagai kontraktor kuburan.
Demikianlah Eka, berhenti sebagai kontraktor kuburan, ia berdagang kopra, dan berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulsel) dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk memperoleh kopra murah.
Eka mereguk laba besar, tetapi mendadak ia nyaris bangkrut karena Jepang mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai Mitsubishi yang memberi Rp. 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kaleng Rp. 6. Eka rugi besar.
Ia mencari peluang lain. Berdagang gula, lalu teng-teng (makanan khas Makassar dari gula merah dan kacang tanah), wijen, kembang gula. Tapi ketika mulai berkibar, harga gula jatuh, ia rugi besar, modalnya habis lagi, bahkan berutang. Eka harus menjual mobil jip, dua sedan serta menjual perhiasan keluarga termasuk cincin kawin untuk menutup utang dagang.
Tapi Eka berusaha lagi. Dari usaha leveransir dan aneka kebutuhan lainnya. Usahanya juga masih jatuh bangun. Misalnya, ketika sudah berkibar tahun 1950-an, ada Permesta, dan barang dagangannya, terutama kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal dia habis lagi. Namun Eka bangkit lagi, dan berdagang lagi.
Usahanya baru benar-benar melesat dan tak jatuh-jatuh setelah Orde Baru, era yang menurut Eka, “memberi kesejukkan era usaha”. Pria bertangan dingin ini mampu membenahi aneka usaha yang tadinya “tak ada apa-apanya” menjadi “ada apa-apanya”. Tjiwi Kimia, yang dibangun 1976, dan berproduksi 10.000 ton kertas (1978) dipacu menjadi 600.000 ton sekarang ini.
Tahun 1980-1981 ia membeli perkebunan kelapa sawit seluas 10 ribu hektar di Riau, mesin serta pabrik berkapasitas 60 ribu ton. Perkebunan dan pabrik teh seluas 1.000 hektar berkapasitas 20 ribu ton dibelinya pula. Tahun 1982, ia membeli Bank Internasional Indonesia. Awalnya BII hanya dua cabang dengan aset Rp. 13 milyar. Setelah dipegang dua belas tahun, BII kini memiliki 40 cabang dan cabang pembantu, dengan aset Rp. 9,2 trilyun. PT Indah Kiat juga dibeli. Produksi awal (1984) hanya 50.000 ton per tahun. Sepuluh tahun kemudian produksi Indah Kiat menjadi 700.000 ton pulp per tahun, dan 650.000 ton kertas per tahun. Tak sampai di bisnis perbankan, kertas, minyak, Eka juga merancah bisnis real estate. Ia bangun ITC Mangga Dua, ruko, apartemen lengkap dengan pusat perdagangan. Di Roxy ia bangun apartemen Green View, di Kuningan ada Ambassador.
“Saya Sungguh menyadari, saya bisa seperti sekarang karena Tuhan Maha Baik. Saya sangat percaya Tuhan, dan selalu ingin menjadi hamba Nya yang baik,” katanya mengomentari semua suksesnya kini.
“Kecuali itu, hematlah,” tambahnya. Ia menyarankan, kalau hendak menjadi pengusaha besar, belajarlah mengendalikan uang. Jangan laba hanya Rp. 100, belanjanya Rp. 90. Dan kalau untung Cuma Rp. 200, jangan coba-coba belanja Rp. 210,” Waahhh, itu cilaka betul,” katanya.
Setelah 58 tahun berbisnis dan bergelar konglomerat, Eka mengatakan, dia pribadi sebenarnya sangat miskin. “Tiap memikirkan utang berikut bunganya yang demikian besar, saya tak berani menggunakan uang sembarangan. Ingin rehat susah, sebab waktu terkuras untuk bisnis. Terasa benar tak ada waktu menggunakan uang pribadi,” Eka mengeluh. Hendak makan makanan enak, lanjutya, sulit benar karena makanan enak rata-rata berkolesterol tinggi.
Inilah ironi, kata Eka. Dulu ia susah makan makanan enak karena miskin. Kini ketika sudah “konglomerat” (dengan 70 ribu karyawan dan hampir 200 perusahaan), Eka tetap susah makan enak, karena takut kolestrol. Usia ayah delapan anak kelahiran 3 Oktober 1923 ini sudah hampir 73 tahun. Usia yang menuntutnya menjaga kesehatan secara ketat dan prima.
FADEL MUHAMMAD
STRATEGI YANG BAIK MAMPU MENCIPTAKAN PASAR BISNIS
Modal Fadel dalam berusaha adalah haqqul yakin, keyakinan kuat. Tantangan itu bukan hambatan, kalau dihadapi dengan ulet dan tekun, serta kerja keras, tidak ada masalah. Selalu ada problem solving. Salah satu yang paling tidak disukai Fadel adalah, bila ada temannya yang tidak mau berusaha mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya sendiri atau problem yang dihadapi bersama. “Allah tidak akan mengubah nasib seseorang jika orang itu sendiri tidak berusaha merubahnya,” (Fadel Muhammad).
Fadel selalu berfikir, kalau orang lain bisa kenapa kita tidak. Ia memang punya watak selalu ingin maju. Sebagai contoh, ketika Bukaka membuat mesin asphalt sprayer (aspal semprot). Percobaan-percobaan di bengkel Bukaka itu selalu gagal. Hasil yang keluar dari mesin adalah bubur, bukan aspal. Fadel penasaran. Mesin yang dikerjakan berhari-hari itu dibongkar. Lalu ketahuan bahwa komponen magnet dan motornya nggak jalan. Begitu komponennya diganti, bagus hasilnya. Bagi Fadel dkk, selama masih bisa dicoba nggak ada kata menyerah.
Fadel berprinsip “Man jadda wa jadda” siapa yang berusaha akan berhasil juga akhirnya. Tetapi semua itu ada batasnya. Kalau semua cara sudah dicoba, masih mentok juga, apa boleh buat, tidak perlu kecewa, Tawakal kepada Allah SWT, ujar Fadel yang menunaikan hajinya tahun 1989.
Keberhasilan seseorang menurut Fadel, disamping kerja keras dan terus menerus, sangat tergantung pada, pertama, kemampuan diri sendiri. Kedua, kesempatan untuk mengembangkan diri. Ketika, strategi untuk mencapai keberhasilan.
Menurut Fadel, setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pengusaha. Yang penting, asal mau berusaha mengasah potensi itu. Tetapi tidak setiap orang berpotensi, mendapatkan kesempatan mengembangkan potensinya. Untuk mendapatkan kesempatan ini, jelas dibutuhkan strategi yang tepat. Strategi inilah yang akan menentukan, apakah seseorang akan menjadi ‘risk taker’ (pengambil risiko), atau ‘risk orderer’ (pengatur risiko).
Perbedaan yang tajam antara kedua tipe pengusaha ini adalah: Seorang risk – taker cenderung untuk berspekulasi. Tanpa memperhitungkan secara cermat, ia mencoba setiap kemungkingan. Seorang risk-orderer akan memperhitungkan risiko terkecil sekalipun, terhadap rencana-rencananya. Sesuai dengan prinsip dasar ekonomi.
Menurut Fadel kesuksesan seseorang tergantung pada kemauannya yang kuat, rasa percaya diri yang tinggi, dan kemampuannya menghitung risiko. Kemauan akan mendorong kegigihan untuk berusaha. Hal ini mempengaruhi dan dipengaruhi oleh empat hal yaitu, Pertama, Orang tua, terutama ibu sebagai pendidik masa awal. Kedua, pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan agama. Ketiga, lingkungan, dan keberuntungan atas kemampuan membaca kesempatan, Keempat
Rasa percaya diri menurut Fadel, dipengaruhi oleh diberikannya kesempatan untuk maju, sehingga menyadari potensi diri yang sebenarnya. Sedangkan kemampuan menghitung risiko dipengaruhi oleh:
a. Tingkat kesabaran usaha yang tinggi
b. Perenungan yang mendalam, sehingga ide itu dapat mengkristal dalam pikiran. Jangan cepat bosanlah.
Syarat-syarat di atas merupakan persiapan mental seorang pengusaha pemula untuk mencapai kematangan. Untuk itu harus ada tiga fase yang dilalui yaitu:
1. Fase New Venture (awal) – tingkatan penemuan ide dan pelaksanaan ide itu sendiri.
2. Fase Puberty – Masa pencarian identitas usaha yang mampan
3. Fase Mature (propesional) – Sudah matang dan mampu mendatangkan keuntungan.
Tingkatan-tingkatan tersebut harus dilalui secara berurutan. Tidak boleh melompat-lompat. Falsafah utamanya adalah: “Jangan dulu memperbesar usaha, sebelum dasar usaha – yang menjadi tulang punggung perusahaan – diperkuat. Maka jangan heran kalau pabrik Bukaka sampai sekarang tidak nampak mentereng. Sebab yang dipentingkan adalah kekuatan pabrik itu sendiri, baik peralatannya yang lengkap maupun sumber daya manusianya,” tutur Fadel.
Kini, Fadel telah mencapai sukses. Ia mampu menafkahi ibu dan saudara-saudaranya, setelah ayahnya meninggal tahun 1988. ia pun sudah memiliki keluarga yang sejahtera. Apalagi yang ia cita-citakan? “Saya ingin mempekerjakan lebih banyak orang. Ingin membagi keberhasilan ini kepada orang lain. Disamping itu, saya ingin agar “Today is better than yesterday” hari ini lebih baik dari hari kemarin,” ujarnya.
Fadel memang punya nilai di mata bangsa kita. Dengan modal rasa percaya diri yang kuat plus semangat yanga keras, Fadel menjadi salah seorang Putra Indonesia yang mampu menjadi kebanggaan bangsanya.
GORDON MOORE – ROBERT NOYCE – ANDREW GROVE
MIKROPROSESOR INTEL
Sebagai kepala sebuah perusahaan bernilai $16,2 milyar yang bertanggung jawab atas 26.000 orang karyawan, Andrew Grove, pejabat eksekutif kepala Intel Corporation, masih mempunyai pandangan sebagai wirausahawan. “Hal yang paling baik adalah membuat keputusan yang tepat. Membuat keputusan yang salah juga oke-oke saja. Hal yang paling buruk untuk dilakukan adalah melindungi diri sendiri dari kemungkinan menderita kerugian. Tindakan seperti itu adalah kegagalan.
Intel tidak pernah melindungi diri sendiri dari kemungkinan merugi atau takut mengambil risiko. Sejak awal berdirinya perusahaan ini dengan gigih maju terus memasuki wilayah baru. Pada tahun 1968, ketika Gorden Moore dan Robert Noyce meninggalkan keamanan sebuah perusahaan besar yang sudah mapan untuk memulai perusahaan mereka sendiri, rencana mereka adalah memabrikkan satu produk yang belum mereka ciptakan: sebuah chip semikonduktor mini dengan kemampuan yang sama untuk menyimpan memori komputer dengan inti magnetis besar yang digunakan dalam komputer mainframe. Di bawah pimpinan Moore dan Noyce, para insinyur Intel mulai mengemas semakin banyak kemampuan komputer dalam chip yang semakin kecil. Pada tahun 1971 mereka membuat sekeping chip yang bisa aktif dalam operasi komputer. Mikroprosesor, sebagaimana benda itu kemudian disebut, adalah sebuah alat yang sekarang sama peringkatnya dengan mesin pemanen McCormick dan jalur perakitan Henry Ford sebagai tonggak pengukur dalam sejarah penciptaan.
Dengan membuat kompak daya komputer 3.000 kaki persegi ke dalam sekeping chip yang ukurannya lebih kecil daripada kuku jari tangan, mikroprosesor Intel memungkinkan bisa dibuatnya komputer pribadi (PC). Sementara revolusi PC mendapat momentum pada awal tahun 1980, Robert Noyce (yang meninggal tahun 1990) memberikan komentar bahwa “perubahan yang ditimbulkan oleh intel terjadi dalam masyarakat kita.”
Penciptaan mikroprosesor barulah permulaannya. Intel, pemimpin teknologi awal, melakukan upaya sekuat tenaga untuk mempertahankan kepemimpinannya. Dengan bantuan Andrew Grove, manajer kinetik dan ahli pikir organisasi, perusahaan berhasil tetap berada di depan calon pesaing selama dua puluh tahun. Bahkan setelah memantapkan pembuatan mikroprosesor, yang diproduksi dalam pabrik yang modern di seluruh dunia, sebagai industri, Intel terus beroperasi sebagai lembaga penelitian. Dalam tahun-tahun belakangan anggaran tahunannya untuk penelitian dan pengembangan memuncak menjadi $1 milyar.
Penekanan yang berat pada penelitian dijelaskan dengan dua komentar yang dikutip secara meluas masing-masing oleh Gordon Moore dan Andrew Grove. Yang pertama, yang sekarang dikenal sebagai “hukum Moore,” adalah bahwa “kekuatan dan kerumitan chip silicon akan meningkat dua kali lipat setiap delapan belas bulan. Yang kedua, yang menjelaskan dorongan Intel untuk berada di depan setiap kali chip silicon mencapai kemanjuan, bisa disebut “pernyataan Grove”: “hanya orang yang paranoid saja yang akan lestari.”
Gordon Moore dibesarkan di sebuah kota pantai kecil di selatan San Francisco, tempat ayahnya menjadi deputy sheriff dan ibunya mengelola toko. Dia pergi meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut pendidikan yang diselesaikannya pada tahun 1954 dengan gelar Ph.D. dalam kimia dan fisika dari Institut Teknologi California. Pada tahun 1956, setelah dua tahun bekerja di Laboratorium Fisika. Terapan di Johns Hopkins, Moore kembali ke California, tempat dia mengambil pekerjaan sebagai ahli kimia penelitian di Shockley Semiconductor. Salah satu rekan kerjanya adalah Robert Noyce, tamatan Perguruan tinggi Grinnell dengan gelar Ph.D. dalam enjiniring. Dari Institut Teknologi Massachusetts. Shockley Semiconductor seharusnya merupakan tempat kerja yang menarik; ini adalah kelompok penelitian dengan dana cukup yang dioperasikan oleh William Shockey, yang memenangkan hadiah Nobel pada tahun 1956 untuk perannya dalam menciptakan transistor. Dengan mengalirkan impulses melalui “semikonduktor” yang dipres di antara dua kepingan, transistor menggantikan tabung hampa udara dalam elektronik, merintis jalan untuk pembuatan radio yang lebih kecil ukurannya. Terobosan ini akhirnya akan merintis jalan menuju pembuatan komputer pribadi.
Pada tahun 1956-57, para ilmuwan di Shockley Semiconductor melakukan eksperimen dengan kemungkinan yang berada di luar jangkauan transistor, menyelidiki efisiensi penggunaannya dalam pembuatan mesin dan alat elektronik kecil lainnya. Tetapi mereka menderita di bawah pemerintahan tirani Shockley. Ketika Noyce, Moore, dan setengah lusin orang lainnya sangat kecewa dengan administrasi Shockley, mereka berusaha minta bantuan kepada Arthur Rock, seorang bankir investasi yang berkantor di San Francisco. Dia mengusahakan agar mereka berhubungan dengan Fairchild Camera dan Instrumental Corporation, sebuah perusahaan besar di New York, yang setuju memulai satu divisi baru yang dibaktikan kepada penelitian semikonduktor. Ketika Fairchild Semiconductor dibuka pada tahun 1957 di mountain View, California, dengan Noyce sebagai manajer divisi dan Moore sebagai manajer enjiniring, itu merupakan kelompok penelitian semikonduktor yang kedua di kawasan yang kemudian dikenal dengan nama Lembah Silikon.
Noyce adalah seorang pencipta yang cemerlang, pada tahun 1959 dia berhasil menguji satu sirkuit terpadu: dia menguji satu sirkuit terpadu: dia menggabungkan seluruh jalur elektris banyak transistor pada sekeping chip silicon. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, sirkuit terpadu Fairchild Semiconductor menggantikan sakelar elektromekanis yang menjalankan komputer dan mesin-mesin lainnya. Dengan mengandaikan bahwa ini baru merupakan awal dari pengurangan skala yang luas, Gordon Moore membayangkan kemungkinan baru yang tidak ada habis-habisnya. Kalau sirkuit transistor bisa dibuat agar pada pada chip silicon, dia mempertimbangkan, banyak cara yang bisa ditemukan untuk melipatgandakan kemampuan sekeping chip-dan kemungkinan melipatgandakan kembali.
Intel didirikan sebagai sebuah perusahaan pada tanggal 18 Juli 1968, dengan nama NM Electronics (NM adalah singkatan untuk “Noyce” dan “Moore”). Rock menjadi Pimpinan Dewan Direksi, Noyce menjabat sebagai presiden direktur dan CEO, dan Moore sebagai wakil presiden direktur eksekutif. Mereka mendirikan bengkel di Mountain View, California, hanya di ujung jalan dari Fairchild Semiconductor, dan Universitas Stanford. Setelah merekrut kira-kira setengah lusin karyawan dari Fairchild, termasuk Andrew Grove, mereka mulai mengisi satu sudut kecil tetapi akhirnya menciptakan sebuah industri baru. “Bisnis memori semikonduktor tidak ada,” kata Noyce. “Itu adalah kunci menuju kelestarian hidup sebuah perusahaan yang masih muda. Kita berusaha memasuki bisnis yang kurang penduduknya atau tidak berpenduduk sama sekali.”
Walaupun produk pertama merupakan keberhasilan besar, para manajer Intel menyadari bahwa perusahaan masih jauh dari merealisasi tujuannya mencapai pemasukan tahunan sebesar $25 juta. “Banyak hal mungkin dicapai secara teknologis, tetapi hanya produk yang mampu meraih keberhasilan ekonomi saja yang akan menjadi realita,” kata Noyce.
Sejak awal, pemabrikan chip silicon sangat rumit. Pada awal tahun tujuh puluhan pabrik akan mengurangi satu rancangan melalui fotografi, dan kemudian mencetaknya pada sekeping kecil silicon. Proses ini diulangi berkali-kali untuk mengepak ribuan transistor pada sekeping chip. Produksi chip sangat mahal, dan terobosan teknologi akan lesu kalau Intel tidak merancang cara, pada setiap tahap, untuk memproduksi chip pada laju kecepatan yang mampu dicapai.
Grove, yang dalam pikirannya mempunyai organisasi industri, diberi tugas memimpin produksi dan membantu pengarahan eksperimentasi awal perusahaan dengan jalur perakitan. “Kawasan pemabrikan ini kelihatan seperti pabrik Willy Wonka, dengan slang, kabel dan jaringan perangkat yang berjalan dengan bunyi berdegup-degup,” Grove teringat.
Tahun-tahun awal Intel hanya merupakan pendahuluan menuju terobosan yang akan meluncurkan pertumbuhan perusahaan dan penyebaran komputer pribadi-pada tahun 1970-an. Ciptaannya adalah mikroprosesor, yang disebut Gorden Moore “salah satu produk paling revolusioner dalam sejarah umat manusia.” Penemuan ini bukan peristiwa yang diperhitungkan, tetapi hanya satu langkah yang logis dalam upaya Intel yang terus-menerus untuk membuat chipnya lebih cerdik dan mengurangi ukuran alat yang memberikan kekuatan kepada kemampuan fungsi komputer.
Pada tahun 1969 sebuah perusahaan Jepang meminta kepada Intel agar memproduksi rangkaian chip yang akan memungkinkan kalkulator genggam bisa melakukan hitungan rumit yang hanya bisa dilakukan oleh mesin hitung atau komputer yang lebih besar. Bukannya memasang bebarapa chip berdampingan, insinyur Intel Ted Hoff kebetulan mendapatkan gagasan menggunakan empat chip yang saling berhubungan, dengan satu chip yang kuat di tengah-tengahnya. Dalam proses ini, Hoff merancang satu metode untuk menempatkan seluruh “cental processing unit” (CPU) pada satu chip tunggal. Dan satu chip tunggal ini satu pemecahan yang tidak terduga-duga untuk memenuhi permintaan dari seorang pelanggan menjadi mikroprosesor Intel 4004.
Dalam sebuah ilustrasi grafis hukum Moore, Intel 4004-yang tidak lebih besar daripada seekor ulat pipih dengan kaki logam-dipak dengan 2.300 transistor dan berisi kekuatan fungsi komputer sebanyak ENIAC 1946, komputer elektronik pertama, yang memenuhi tempat seluas 3.000 kaki persegi. Chip yang berharga $200 ini, yang diperkenalkan pada tahun 1971, bisa menyelesaikan 60.000 operasi yagn menakjubkan hanya dalam waktu satu detik.
Produk elektronik konsumen seperti Altair dan TRS-80 menjadi popular dengan seketika, dan masing-masing menggunakan sekeping chip Intel. Sampai tahun 1978, setelah perusahaan memperkenalkan chip 8086, pemasukan Intel hampir sebesar $400 juta.
Tahun 1970-an mengubah Intel menjadi raksasa. Pemasukan meningkat dari $4,2 juta pada tahun 1970 menjadi $661 juta pada tahun 1979, satu tahun ketika perusahaan memegang 40 persen pasar mikroprosesor yang bernilai $820 juta. Sampai tahun 1980 sahamnya meningkat 10.000 persen dari harga penawaran aslinya $32,50 per lembar. Tanpa utang jangka panjang dan posisi dominan dalam pasar yang dibantu terciptanya, Intel merasakan tempatnya dalam industri aman. Namun para pemimpin perusahaan merasa bahwa mereka baru mulai menyadari kemungkinan teknologi ini. Dengan memasukkan semakin banyak kemampuan fungsi komputer ke dalam kepingan silicon, mereka berkeyakinan bahwa satu chip tunggal akan bisa memegang kekuatan yang sama dengan mainframe, komputer kerja yang besar, yang terutama diproduksi oleh IBM, yang mendorong sebagian besar usaha bisnis skala besar.
Walaupun demikian para pionir Intel yang berani ini akan menghadapi tantangan yang tidak terduga-duga. Ukuran maupun tradisi tidak akan menjamin masa depan perusahaan dalam pasar komputer yang dengan cepat bergeser. Sebagaimana yang ditulis oleh Howard Rudnitsky dalam Forbes tentang industri semikonduktor pada tahun 1980: “masih kompetitif tanpa kenal ampun tetapi semakin padat modal dan rumit, bukan lagi bisnis tempat Anda bisa memulai dalam garasi dengan modal $100.000 atau bermain di tempat lain secara besar-besaran-bahkan seandainya Anda seorang Intel, dengan $66 juta setahun dalam litbang dan $150 juta dalam pengeluaran modal.”
Diperkenalkannya komputer pribadi IBM mengubah dunia komputer. Dengan dukungan perusahaan raksasa sepergi “Big Blue,” komputer pribadi-mesin dengan “otak” dan memori-dengan cepat menjadi produk yang panas bagi individu maupun bisnis. IBM-PC seketika menetapkan chip 8086 Intel sebagai standar industri. Karena IBM tidak mengembangkan banyak teknologi khusus yang berhubungan dengan PC, perusahaan-perusahaan bisa meniru PC tanpa terlalu banyak kesulitan.
Walaupun Moore dan Noyce tetap berada di puncak tangga perusahaan Intel, Andrew Grove merupakan daya pendorong di belakang perluasan perusahaan yang kuat, setelah diangkat menjadi presiden direktur dan pejabat operasi kepala pada tahun 1979. Grove yang sikapnya tegas dan mempunyai dorongan kuat yang luar biasa ini dberi nama julukan “Jenderal Prusis.” Dia dikenal sebagai orang yang menyimpan daftar pekerja yang datang sesudah pukul delapan pagi; dan pada tahun 1981, ketika perusahaan mengalami kesulitan dalam masa resesi, dia menghasilkan “pemecahan 125 persen”. Semua karyawan professional dipaksa bekerja seminggu lima puluh jam tanpa peningkatan upah.
Intel mempunyai kesulitan dalam mempertahankan dominasinya pada tahun 1980-an. Karena rintangan untuk memasuki industri mikroprosesor sangat tinggi, perusahaan-perusahaan yang berusaha merampas sudut pasar Intel yang luas biasa menguntungkan adalah perusahaan-perusahaan besar dengan kantong tebal: Texas Instruments, Motorola, dan semakin banyak perusahaan Jepang.
Penyelamatan Intel datang – seperti yang selalu terjadi – melalui terciptanya satu produk baru yang membuat standarnya sendiri sebelumnya, dan standar semua pesaing, terasa tidak cukup cepat lagi. Pada bulan Oktober 1985 Intel memperkenalkan mikroprosesor 386, yang mengembangkannya makan biaya lebih dari $ 100 juta. “Sebagai mukjIzat miniaturisasi, mikroprosesor ini berukuran ¼ inci persegi, namun melakukan untuk kerja dengan kekuatan dan kecepatan yang sama dengan banyak komputer ukuran penuh,” Forbes melaporkan pada bulan Juni 1986.
HARI DHARMAWAN
LEGENDA BISNIS “MATAHARI”
Saya menyebut Hari Dharmawan sebagai ”The Legend”. Saya kira ia pantas disebut seperti itu karena prestasi bisnisnya selama 40 tahun lebih. Ukuran yang sederhana bisa kita pakai untuk melihat suksesnya adalah semua orang mengenal Matahari sebagai jaringan ritel raksasa di Indonesia. Kata matahari bukan saja diasosiasikan sebagai sumber cahaya dan energi, tetapi juga sebuah ritel yang ada di mana-mana. Kini, sang legenda sudah 62 tahun, tetapi geloranya dalam menyampaikan gagasannya masih seperti orang yang muda. Saya kira, semangat bisnisnya juga masih menggelora seperti bicaranya.
Saya melihat Hari Dharmawan seperti seorang yang tidak pernah kering energinya. Hal seperti inilah saya kira yang membuatnya sukses, di samping kecerdasan, kerja keras, dan merintis usaha ini dari kecil sekali.
Gelora itu tampak pada karyanya yang terakhir. Ia mendirikan ritel yang sangat unik, Value Dollar dan Rumah Matahari. Value Dollar unik disebut unik karena mereka menjual seluruh barangnya dengan satu harga Rp 5.000 per unit. Kesan kuat dengan konsep ini adalah barang yang ditawarkan di toko ini murah sekali, cuma Rp 5.000. Konsep serba Rp 5.000 mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi yang melihat toko Value Dollar dari jauh, atau memunculkan rasa ingin tahu yang besar untuk masuk.
Setelah itu, karena harganya yang Rp 5.000 membuat orang tidak berpikir panjang untuk membeli sesuatu. Sebab, uang Rp 5.000 saat ini bukan sebuah bilangan besar, tidak perlu rencana yang panjang membelanjakan Rp 5.000. Jadi, orang seperti terjebak untuk membeli karena harganya yang dikesankan sangat murah tersebut.
Rumah Matahari juga mempunyai konsep yang kuat, dan harga yang juga murah. Rumah Matahari, secara sekilas seperti ritel Matahari, juga sama-sama tidak menjual sayur. Tapi di sini menjual binatang peliharaan, furniture, perkakas, dan sebagainya.
Menurut saya, ada tiga hal menarik yang bisa dipetik dari pengalaman Hari Dharmawan. Pertama, ia menyebut bisnis sebagai seuatu yang memberikan manfaat besar bagi semua orang. Bukan untuk memperkaya diri sendiri. Kesimpulan ini saya kira sangat unik dan juga sangat mulia. Prinsip ini saya kira tidak banyak yang menganutnya dan perlu disebarluaskan. Sebab selama ini, ada kesan kuat yang berkembang di mana-mana bahwa bisnis adalah cara yang tepat untuk mengeduk untung sebesar-besarnya. Tetapi, bagi Hari itu saja tidak cukup.
Bisnis tersebut harus memberikan kesejahteraan bagi bangsa. Karena alasan seperti itu, Hari tidak melakukan bisnis judi. Dengan perspektif seperti ini, kita bisa melihat semua bisnis ritel yang dikembangkan Hari. Lebih jauh bisa dikatakan bahwa bisnis harus dijalankan dengan memberikan benefit yang besar bagi konsumen dan masyarakat luas, bukan keuntungan yang besar saja bagi pengusahanya. Jika konsumen merasakan benefit yang besar dari transaksi yang dilakukannya, berapa pun harga barang yang ditawarkan akan terasa wajar terdengar. Sebab, dengan cara seperti ini, konsumen merasa bukan hanya membeli barang, tetapi juga membayar untuk mendapatkan benefit yang kadang-kadang tidak bisa diukur dengan uang. Benefit bagi masyarakat luas bisa diartikan bahwa bisnis tersebut menyerap tenaga kerja yang banyak.
Kedua, bisnis harus dijalankan secara bisnis kendati terhadap keluarga sendiri. Hal ini terlihat sejak Hari berusia 18 tahun ketika baru mendirikan toko pertamanya yang bernama Mickey Mouse di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Ketika itu, ia baru saja menikah dan diberi tempat oleh mertuanya untuk usaha. Hal yang sangat berarti telah ditanamkan oleh ayah dari istrinya bagaimana memandang bisnis. Pertama, bisnis tersebut harus dimulai dari kecil, dan kedua, segala perhitungan dengan ayahnya berlangsung seperti bisnis pada umumnya. Ajaran yang sederhana tetapi membuat Hari terpacu. Ketika itu, ia hanya diberi sebidang tempat, dan dalam beberapa bulan tempat itu harus dilunasinya. Jadi, bukan fasilitas gratis seperti sering kita dilakukan oleh sebagian orang lain sampai saat ini. Dengan begitu, ia bekerja keras untuk mengembalikan pinjamannya kepada ayahnya. Dan uniknya, Hari harus membangun bisnis di kawasan yang sebenarnya tidak begitu ramah ketika itu karena banyak gangster-nya. Jadi, kendati kepada anak atau kepada ayah sendiri, hubungan bisnis dilakukan secara bisnis. Tentu saja hubungan keluarga harus tetap berlangsung secara keluarga, kendati Hari tidak menceritakannya.
Ketiga, Hari memulai bisnisnya dari kecil, dan kemudian berkembang menjadi raksasa seperti sekarang. Bisnis yang kecil pada awalnya adalah sesuai dengan kemampuannya, dari sini ia belajar membesarkan bisnis.
Pengetahuan dan kemampuannya mengelola bisnis tumbuh bersama bisnisnya sehingga ia tetap bisa mengendalikan bisnis tersebut setelah menjadi raksasa beberapa puluh tahun kemudian. Dengan kata lain, seperti sering yang sering saya sebut sebagai konsep tumbuh dari bawah.
Mengendalikan bisnis yang besar sangat berbeda dengan mengelola usaha yang masih kecil. Karena itu, jika bisnis yang ditekuni “lebih besar” dari kemampuan pengelolanya, bisa dipastikan bisnis tersebut akan hancur. Ini yang sering disebut orang sebagai pengalaman.
Coba bayangkan, seorang yang belum pernah bisnis dan tanpa sekolah bisnis pula, lalu diserahkan mengelola Matahari yang sudah raksasa itu?
*Artikel ini pernah dimuat di harian sore SUARA PEMBARUAN tanggal 15 Agustus 2003
HELMUT WERNER
MEMBANGUN BRAND MERCEDES BENZ
Penampilan dan gayanya “tidak mencerminkan seorang pemimpin bisnis jempolan seperti halnya Edzard Reuter. Kewiraswastaannya tidak begitu cemerlang seperti Werner Niefer. Lagi pula ia tidak mempunyai konsep strategis yang cerdik dan unggul seperti yang dimiliki Eberhard von Kuenheim atau Carl Horst Hahn. Kalau begitu, apa sebenarnya kelebihan Helmut Werner.
Tatkala ia memulai kariernya di Uniroyal, ia terus menanjak sampai memegang jabatan direktur pelaksana untuk wilayah Eropa. Kemudian ia menjadi anggota direksi termuda pada produsen ban Contri dan beberapa tahun kemudian menduduki jabatan direktur utama pada perusahaan itu. Setelah itu, pada musim gugur 1987 ia diangkat untuk mengepalai dewan pengawas Daimler Benz AG di bidang kendaraan serba guna, sekaligus menjadi calon kuat pengganti direktur utama perusahaan mobil bergengsi itu, Werner Niefer.
Selain itu, Helmut Werner bersama Juergen Schrempp yang berpeluang pula untuk menduduki jabatan presiden direktur perusahaan holding Mercedes yang kini dipegang Edzard Reuter. Helmut Werner mendapat sorotan dari segala penjuru. Penampilan Helmut Werner yang tinggi ramping dan elegan dalam berbusana memberi kesan menarik. Wajahnya masih nampak muda dan pandangan matanya yang berwarna coklat kehitaman itu berkesan bersahabat. “Saya ini memang agar mujur,” kata ayah dua putra yang menjelang dewasa. Kata-kata lain yang sering ia ucapkan, “Hidup ini memang indah dan mempesonakan”.
Sikap mental yang ceria seperti itu hanya dimiliki oleh salah seorang asal Reionland, memang tepat. Helmut lahir di Koeln kemudian dibesarkan di Sauerlan. Pendidikan SMA-nya ia selesaikan di Frankfurt dan Bonn. Di Koeln itu ia mempelajari ekonomi perusahaan.
Helmut Werner yang memimpin 90 ribu karyawan, tidak menguasai orang-orang itu, melainkan mendorong mereka. Sebagai atasan, ia diduga tidak mengetahui bagaimana cara-cara mempengaruhi anak buahnya. Ia orang yang sanggup bekerja dengan ragu dan bukan tipe manusia yang gemar bertarung sendiri. Di situlah letak keunggulan dan bakatnya. Ia sendiri menyebut hal itu sebagai temperatem yang berimbang atau sifat pembawa rezeki. Edzard Reuter sendiri merekomendasi dia sebagai orang yang sanggup menggerakkan massa yang dinilai lebih penting daripada kesanggupan untuk melakukan segala sesuatunya seorang diri.
Jelas sekali bahwa sikap, sifat, dan bakat yang ada pada Helmut Werner berasal dari pengalaman yang diperoloeh dari rumah orang tuanya. Dalam keluarga itu, Helmut berperan sebagai Primus Inter Pares atau orang nomor satu di antara lima bersaudara. Adik-adiknya ingin diperlakukan sebagai anak sulung, hal itu membahayakan posisi Helmut dalam keluarga itu. Dengan demikian, ia harus setiap kali menegaskan posisinya sebagai anak sulung hal ini membahayakan posisi Helmut dalam keluarga. Dengan demikian, ia harus setiap kali menegaskan posisinya sebagai sulung dalam persaingan dengan adik-adiknya sendiri. Dalam hal ini berlaku hukum, yang terkuat adalah raja, suatu posisi yang ia harus berulang kali buktikan. Bagi Helmut Werner untuk membuktikan keunggulannya. Helmut sendiri mengaku dirinya bukan seorang pelajar yang baik. Itu yang sangat memprihatinkan ayahnya yang direktur Bank Sparkasse. Ia lebih suka membuktikan keunggulannya bukan di sekolah, melainkan di lapangan bola; sebagai perenang, pemain bola air, menyelam, dan ski atau balap sepeda.
Menurut Helmut Werner, “Saya kesurupan untuk bersaing dan bahwa rahasia keberhasilan dalam kepemimpinan itu terletak pada kemampuannya, menyiapkan orang lain siap melakukan sesuatu. “Dengan demikian, ia sendiri tidak perlu melakukan sesuatu apa pun. Efisiensi yang dia kembangkan adalah pada dualisme itu, termasuk memanfaatkan keberhasilan staf pegawai serta memupuk hubungan persaudaraan dan memberi peluang penembangan diri pada pegawainya. Tetapi, semua itu masih belum memadai. Karena di balik itu semua masih ada ambisi, disiplin, serta kerja keras bukan untuk sekedar menang, melainkan harus menang.
Pada awalnya Helmut Werner ingin menjadi peneliti ekonomi, tetapi cita-cita itu dibatalkannya setelah ia diterima sebagai trainee pada perusahaan ban mobil, Englebert & Co di Aachen, anak perusahaan Amerika Uniroyal pada tahun 1961, lima tahun lamanya ia berkelana di seluruh negeri dari satu penyalur ke penyalur ban mobil lainnya. Selama masa kerja itu, ia mengumpulkan pengalaman mengenai bagaimana reaksi orang. Ia mengatakan, “Mereka harus dapat melakukan sesuatu yang positif untuk saya, yaitu membeli ban dari saya.”
Sejak tahun 1970, Helmut Werner bekerja sebagai manajer aneka produk perusahaanya di kota Luettich, Belgia. Itu merupakan suatu kegiatan, yang menuntut dia sendiri, dia bolak balik di semua fungsi bisnis, baik dari segi teknis maupun segi bisnis, serta segi organisasi maupun segi strategi pemasaran. Semua tugas itu, menurut Helmut adalah suatu yang yang amat menarik, pengalaman langsungnya dengan nasabah/pelanggannya merupakan pendidikan lanjutan bagi Helmut dan di situ pulalah dia dimatangkan untuk menjadi wiraswastawan tangguh. “Saya merekomendasikan tahapan pengalaman yang pragmatis seperti itu bagi setiap pemuda,” katanya mantap.
Pada tahun 1977, perusahaan itu menyerahkan tanggung jawab untuk semua kelompok produksi pada Helmut Werner, dan pada tahun berikutnya dia diangkat menjadi managing director untuk Eropa, khusus menangani masalah pemasaran dan pengembangan. Setahun kemudian (1979) Continental Gummiwerke AG berhasil mengakuisisi (membeli) Uniroyal Eropa, dan dia diangkat menjadi anggota direksi termuda.
Hahn yang menjadi presiden direktur perusahaan Continental Gummiwerke AG dan Baron Englebert sangat dikagumi dan menjadi panutan Helmut Werner atas kreativitas dan kehebatan mereka. Sejak tahun 1982 Helmut Werner orang nomor satu di Continental Gummiwerke AS, dan pada akhir tahun itu juga perusahaan tersebut meraih keuntungan sekitar 18 juta mark atau sekitar 20 miliar rupiah. Pada tahun 1983 perusahaan itu meraih pendapatan sampai 45 miliar rupiah. Begitu pula pada tahun 1984. Selanjutnya, perusahaan itu terus berkembang dan pada tahun 1987 perusahaan itu mencaplok General Tire dan berhasil terjun langsung dalam bisnis di Amerika Serikat.
Ketenaran Helmut Werner ini telah sedemikian rupa, sehingga ia menjadi rebutan berbagai perusahaan besar. Bos Volkswagen Carl Hahn menawarkan kepadanya posisi direktur Audi. Sedangkan Alfred Herrhaussen mengajukan penawaran yang lebih menggiurkan, sebagai direktur yang mengepalai divisi kendaraan serba guna dalam jajaran Daimler Benz AG. Dari prestasi Helmut ini diharapkan dapat menolong menyelamatkan divisi itu, yang semula menderita rugi. Bagaimana pun juga, Mercedes-Benz yang mengalami kemunduran dalam pemasaran kendaraan besar di luar negeri masih saja merupakan podusen terbesar di dunia untuk kendaraan angkutan barang.
Helmut Werner bukan hanya memiliki daya pesona dan semangat korps yang tinggi. Selain itu, menurut pimpinan direksi umum, Karl Feuerstein, ia adalah tipe wiraswastawan yang tangguh, yang mempunyai wawasan serta mengetahui dengan tepat di mana menetapkan titik berat upaya. Dalam rapat direksi Daimler Holding, ia dikenal sebagai orang yang kritis dan ampuh pada setiap konflik yang kontruktif.
Di kalangan rekan-rekannya Helmut Werner dikenal sebagai seorang yang ketat sekali dalam manajemen keuangan. Ia melakukan kontrol yang ketat dan terus-menerus memantau arus atas berbagai pengeluaran perusahaan. Pada usia yang sudah memasuki 50 tahun, ia ingin melibatkan dirinya dalam perusahaan dan produk kelas satu serta berkutat pada bisnis internasional. Ia bertanggung jawab atas produksi kendaraan di 43 negara. Dengan demikian pengaruhnya semakin besar disusul dengan kewibawaan yang lebih meyakinkan. Di kalangan direksi ia mempunyai tingkat kebebasan yang tinggi mengingat prestasinya dalam meningkatkan volume penjualan kendaraan Mercedes. Ia menegaskan akan melipatgandakan penjualan sampai tiga kali lipat daripada Continental Gummiwerke AG. Bagi Helmut Werner, Mercedes-Benz AG adalah Pusat permobilan dunia.
HELMY “SIAPA BERANI” YAHYA
SUKSES BISNIS SI RAJA KUIS
Di tengah kesibukannya Helmy yahya masih menyempatkan diri menulis novel. Triwarsana perusahaan yang kini ditanganinya mungkin adalah Production House tersibuk di Indonesia, akhir tahun ini saja mereka akan menangani 30 program acara televisi.
Tampaknya sulit mencari orang yang tidak mengenal Helmy Yahya. Tokoh pengusaha muda yang akrab dengan dunia hiburan televisi, se-abreg aktivitas kini ditekuninya. Namun kalau boleh memilih antara menjadi seorang entertainer, pembawa acara (MC), dosen, manajer, artis, penyanyi atau menjadi seorang pengusaha, Helmy yahya lebih suka jika orang mengenalnya sebagai seorang pengusaha. Karena menurutnya ter-cebur-nya ia ke dunia entertainment hanyalah sebuah kebetulan semata. Di tengah kesibukannya Helmy masih tercatat sebagai Dosen STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) untuk mata kuliah Pemasaran, Teori Akuntansi, dan Etika Bisnis, pastilah menyenangkan menjadi salah seorang mahasiswanya. Menjadi dosen adalah salah satu komitmennya yang akan terus ia lakoni, “Saya berasal dari dunia kampus, jadi saya tidak akan meninggalkannya,” ujarnya.
Semua berawal dari sebuah pertunjukan musik di STAN, Helmy saat itu bersama teman-temannya mengundang Ireng Maulana. Tampaknya Ireng Maulana sangat terkesan dengan gaya Helmy memanajemeni pertunjukan tersebut, kebetulan saat itu Ireng Maulana All Stars adalah band pengisi acara “Berpacu Dalam Melodi” yang diasuh oleh Master of Quiz Indonesia Ibu Ani Sumadi. Sejurus kemudian Helmy telah bergabung dengan Ani Sumadi Production, sepuluh tahun lamanya (kurun waktu 1989-1999) ia menimba ilmu dari Ibu Ani Sumadi, merasa dirinya harus lebih berkembang maka pada tahun 1999 ia memutuskan keluar dari Ani Sumadi Production, dan langsung mengibarkan bendera Joshua Enterprise dan Helmy Yahya Production House, keduanya kemudian dilebur dalam satu wadah Triwarsana yang merupakan perusahaan patungan antara Helmy Yahya, Joddy Suherman (ayah Joshua-red) dan Liem Sio Bok.
Redaksi Manajemen berhasil mewawancarai Helmy Yahnya, setelah pengambilan gambar Kuis Siapa Berani. Wawancara berlangsung di dalam mobil pribadinya, karena satu jam kemudian ia harus menghadiri pertemuan dengan kliennya. Helmy memilih duduk di bangku depan, seolah ia tidak ingin tampak seperti seorang bos yang duduk di kursi belakang, dan tidak akan masuk ke mobil sebelum sang sopir membukakan pintu untuknya. Mobilnya sarat dengan tumpukan buku, sebakul penuh oleh-oleh dari kota kembang buah tangan peserta Kuis Siapa Berani. Di dalam mobil juga ada Reinhard Tawas wakil Helmy di Triwarsasa yang dulu pernah dikenal sebagai komentator NBA Games di SCTV. Selanjutnya wawancara mengalir, dan Helmy yahya pun bertutur tentang perjalanan suksesnya.
Saya tidak pernah memimpikan keberhasilan ini, karena saya memimpikannya lebih berhasil dari ini, ha…ha..ha… Tidak, saya tidak pernah bermimpi, saya pikir hidup saya akan menjadi seorang professional seperti dokter atau insinyur, saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang entertainer atau memiliki perusahaan. Saya Cuma bermimpi untuk menjadi kaya. Cita-cita saya sebelumnya adalah menjadi seorang dokter, namun anehnya saya tidak pernah menempuh pendidikan yang seharusnya ditempuh untuk menjadi seorang dokter. Saya malah memilih akuntansi, karena pada saat itu saya harus mencari sekolah yang ‘gratis’ karena saya yakin kedua orang tua saya tidak akan pernah mampu membiayai sekolah saya. Oleh karena itu saya keluar dari IPB dan masuk STAN.
Saya menyikapi anggapan orang yang menganggap saya sekarang lebih tinggi dari kakak kandung saya Tantowi Yahya secara biasa-biasa saja, saya akui saya banyak belajar darinya. Kami sama-sama memulai dari nol, jadi saya pikir kita sama-sama mensyukuri apa-apa yang telah kami dapatkan. Sekarang mungkin saya sedikit lebih unggul dari Tanto, mungkin lain waktu kembali Tanto yang lebih unggul, bagi saya nggak ada masalah, wong bersaing dengan orang lain saja saya tidak ada masalah apalagi dengan kakak sendiri.
Saya bersyukur kepada kedua orang tua saya yang memungkinkan saya untuk meraih semua ini, ayah saya sudah meninggal dan ibu saya sudah tua dan sekarang sering sakit-sakitan. Kedua saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada istri saya tercinta, Harfansi Yahya, tanpa dukungan darinya saya tidak akan menjadi seperti sekarang, juga kepada ketiga anak saya.
Saya tidak pernah membuat pentahapan dalam mencapai apa yang kini saya dapatkan, saya bukan orang yang begitu rigid dan menyusun planning, filosofi saya mengalir saja, yang penting saya berusaha untuk jalan terus, saya berusaha agar setiap hari ada sesuatu yang bertambah. Namun demikian saya tidak pernah terkejut dengan apa yang saya dapatkan, karena apa yang saya dapatkan adalah hasil dari sebuah proses, jadi saya tidak pernah mengenal apa yang dikatakan orang “aji mumpung” atau mendapatkan sesuatu dari sebuah ketidak sengajaan. Walaupun menurut saya Kuis “Siapa Berani” itu merupakan sebuah serendipity, sebuah kebetulan yang kemudian menjadi sesuatu yang sangat luar biasa.
Masa-masa ketika saya hanya menjadi dosen di STAN dengan gaji yang sangat terbatas, dengan tiga orang anak adalah masa-masa yang sulit dalam perjalanan karir saya, saat-saat seperti inilah saya mendapatkan pelajaran kehidupan. Masa kecil saya sangat memprihatinkan, saya tidak pernah minum susu, tidak pernah mengenal sabun mandi, tidak pernah mengenal shampoo, baju pun seadanya, celana saya hanya dua hingga tiga potong saja, seringkali saya bermain dengan bertelanjang dada, tidak ada yang istimewa, saya lebih banyak belajar di jalanan. Itu juga yang dialami oleh keempat saudara saya yang lainnya termasuk Tanto, kehidupan yang sangat memprihatinkan inilah yang kemudian memotivasi kami untuk menggapai kesuksesan. Ayah kami senantiasa mengatakan, “Jangan keduluan gaya daripada penghasilan.” Jadi sebelum berhasil jangan gaya-gayaan dulu namun jika sudah sukses mau gaya apapun silakan saja. Satu lagi yang saya ingat, kedua orang tua kami adalah orang tua yang tidak dengan mudah akan memenuhi apa yang kami minta, mereka baru mau memberikan sesuatu, setelah kami anak-anaknya melakukan sesuatu untuk mendapatkannya. Kenyataannya pahit di masa lalu inilah yang kemudian menjadi semacam bekal untuk menghadapi keadaan sesulit apapun, dan saya selalu mengatakan apa yang saja dapatkan sekarang adalah akumulasi dari kerja keras dan keprihatinan yang telah saya lalui selama ini.
Dari setiap kegagalan saya selalu dapat menarik pelajaran darinya, seperti ketika banyak orang yang mengatakan Film “Joshua oh Joshua” gagal, namun menurut saya tidak. Karena ternyata ketika film itu ditayangkan di televisi pada malam tahun baru ratingnya 17, dan itu adalah rating tertinggi, lebih tinggi dari acara yang dikemas secara khusus dengan biaya yang tinggi pada malam yang sama. Produser film Joshua oh Joshua masih kerap menghubungi kami, namun kami sendiri yang merasa kapok’ . Karena kita harus tahu diri, karena di film terlalu banyak menyita waktu. Dan pada awalnya ketika kami menggarap film itu tak lain sebagai bentuk apresiasi kami kepada perfilman nasional, itu saja.
Saya selalu bersiap diri untuk mengantisipasi kegagalan, bersiap diri untuk menghindari kegagalan. Misalnya saya ditunjuk untuk membawakan acara yang sama sekali baru bagi saya, tentunya akan menyebabkan rasa nervous, dan untuk menghilangkan rasa itu saya mempersiapkan diri. Contoh lainnya ketika saya beberapa saat yang lalu ditantang oleh Renny Jayusman untuk menyanyikan lagu-lagu rock di Hard Rock Café, jujur saya akui ini adalah sesuatu yang baru bagi saya, dan jika selama ini saya kerap menantang orang di Kuis Siapa Berani, lalu mengapa saya harus mundur jika saya mendapatkan tantangan. Saat itu ada rasa takut di diri saya jika saya akan gagal. Bahkan Tanto marah besar kepada saya ketika saya menerima tantangan itu, bagi Tanto buat apa saya mempertaruhkan reputasi saya untuk hal yang menurut Tanto tidak patut untuk dilaksanakan. Menurut saya satu-satunya menjawab tantangan itu adalah dengan mempersiapkan diri, bukan malah lari, dan Alhamdulillah saya berhasil, setelah pertunjukan itu saya berhasil mendapatkan kontrak, saya langsung kontrak untuk rekaman, saya juga mendapatkan kontrak untuk sebuah acara musik di televisi.
Kita membutuhkan tantangan untuk membuat diri kita menjadi lebih baik, dan jika Anda dihadapkan pada sebuah tantangan jangan mengelak dari tantangan itu, namun cobalah sekeras mungkin untuk menjawab tantangan itu, belajar dan berlatihlah secara terus menerus, dan ini yang saya lakukan.
Jika Tanto dikenal pertama kali lewat Kuis Gita Remaja, maka saya dikenal oleh khalayak luas lewat Kuis Siapa Berani, walaupun sebelumnya saya juga telah terlibat dalam banyak acara olahraga seperti NBA Games. Pengalaman saya membawa acara olahraga juga menarik, karena di sana saya bersama dengan Agus Maulo dan Reinhard Tawas seperti membawa genre baru. Karena kami membawakan acara olahraga tersebut dengan emosi yang baru, kami biasa berteriak, atau melakukan hal lainnya yang tidak pernah kita temui pada acara serupa di waktu-waktu sebelumnya. Saya juga sempat mendapatkan kritik, karena saya berbicara dengan speed yang tidak wajar, namun saya bilang kepada mereka inilah sport, inilah basket ball semuanya berlangsung cepat. Dan Anda lihat sekarang hampir semua pembawa acara olahraga telah berubah, saya senang jika saya bisa membawa sebuah perubahan.
Saya juga butuh sekali tim yang baik untuk mendukung karir saya dan tentunya untuk kepentingan Triwarsana. Saat ini Triwarsana telah menangani 17 program acara televisi, dan di akhir tahun nanti Insya ALLAH akan menjadi 30 program acara. Karena bagi kami melakukan semua ini adalah tuntutan agar kami dapat terus berkembang, dan saya tidak pernah ambil pusing jika ada orang yang kemudian menganggap saya greedy. Tim saya kini berjumlah 70-an orang. Anda bayangkan setiap program setidaknya harus ditangani oleh 5-6 orang, ini artinya tim saya telah bekerja dengan baik. Alhamdulillah saya tidak pernah dibuat pusing atau frustasi memikirkan segala sesuatunya agar dapat berjalan seperti yang kami harapkan, karena saya percaya tim saya sangat mengetahui apa yang mereka lakukan. Kepercayaan adalah kata kuncinya, dan saya bersyukur seluruh tim saya adalah anak-anak muda yang dapat dipercaya, dan mereka bekerja selama 24 jam, mereka juga melakukan hal ini dengan hati yang tulus, mungkin saya telah menginspirasi mereka. Uniknya tidak ada satu pun dari anggota tim saya yang berlatar belakang dunia broadcast, termasuk saya yang berasal dari disiplin ilmu akuntansi, namun karena kita telah komitmen untuk terus belajar maka kami sebagai team work dapat dikatakan berhasil. Tidak berlebihan jika kemudian saya mengatakan, “Jika Anda ingin menyaksikan secara langsung the magic of team work lihatlah bagaimanana kami bekerja.”
Saya baru bisa tidur jam 12 malam. Biasanya saya menyempatkan diri untuk berenang sebentar antara 10 hingga 15 menit, bagi saya saat seperti ini adalah saat saya dapat melakukan relaksasi, sehingga kepenatan seharian bisa saya tuntaskan. Setelah itu saya lanjutkan dengan membaca buku. Aktivitas saja buka dengan melaksanakan Shalat Subuh. Jam 8 pagi saya harus sudah berada di Indosiar untuk Kuis Siapa Berani. Anda bayangkan dengan 17 program acara, kadang saya harus menyusun waktu sedemikian rupa agar saya bisa menyaksikan proses pengambilan gambar dari ke-17 program tersebut. Belum lagi dengan 6-7 kali meeting dalam seharinya. Malam harinya saya juga kerap didaulat untuk menjadi MC pada acara-acara tertentu. Dan saya bersyukur masih dapat mengaturnya dengan baik, sehingga tidak ada satupun yang tertinggal, terutama perhatian saya kepada keluarga saya, bagi saya ini adalah prioritas.
HENRY FORD
PENEMU MOBIL AMERIKA
Henry Ford dilahirkan pada tanggal 30 Juli 1863. Ia dimasukkan ke sekolahnya pada usia 5 tahun oleh ibunya. Ketika akan berangkat ia harus berlari-lari kecil menuju sekolahnya yang berjarak kurang lebih 2½ mil itu. Dan dengan jarak yang sama pula kembali pulang pada saat gelap telah turun, sampai di rumah. Dengan begitu ia harus membawa bekal dari rumah untuk makan siang di sekolahnya. Tiga tahun kemudian ia dipindahkan ke sekolah lain oleh orang tuanya tapi masih dalam jarak yang sama.
Sejak masih kecil Henry telah menaruh perhatian yang besar terhadap berbagai mesin-mesin. Hal tersebut amat mencemaskan ayahnya. Ayahnya, William Ford menginginkan anaknya kelak menjadi seorang petani atau pedagang besar dan sukses karena ia sendiri adalah juga keturunan seorang petani. Akan tetapi Hendry tidak berminat terhadap pertanian. Kesukaannya kepada mesin-mesin itu kadang-kadang sering menyulitkannya, karena ia harus melawan kemauan ayahnya.
Suatu hari seorang petani datang ke sekolah Henry sambil marah-marah. Ia mengadu kepada guru di sekolah itu, dan menceritakan perihal tingkah laku beberapa orang murid sekolah itu. Mereka dipimpin oleh Henry untuk membendung sebuah sungai kecil yang mengaliri ladang-ladang pertanian miliki petani tadi.
Bendungan tersebut mengakibatkan aliran sungai menjadi terhenti dan mengakibatkan banjir yang tidak karuan. Sang guru langsung berpaling dan berkata kepada Henry, “Pekerjaan apa ini, Henry?”, Tanya gurunya dengan geram. “Mengapa, ee” jawab Hendry tanpa acuh, “Kami tidak melakukan apa pun dan membanjiri ladang itu, kami hanya membangun sebuah bendungan untuk membendung air guna mengadakan percobaan kincir air untuk penggilingan kopi. Bapak dapat melihatnya bagaimana hebatnya alat itu bekerja”. Elak Henry.
Serta-merta gurunya itu marah dan mengukum Henry. Kemudian berkata kepada murid-murid yang lain, “Kalian harus belajar menghormati masyarakat, dan menolongnya. Bukankah saya selalu berpesan begitu setiap kali kalian akan pulang? (Kejengkelan tersebut diucapkan sang guru untuk menghibur si petani yang marah-marah tadi. Tapi ia tertarik dengan pekerjaan yang telah dilakukan oleh murid-muridnya).
Setelah eksperimen di atas dianggap cukup berhasil, Hendry menjadi lebih tekun mempelajari cara-cara mesin bekerja. Di sekolahnya suatu ketika, sewaktu pelajaran, sedang berlangsung, dengan bangga ia bercerita kepada teman-temannya mengenai mesin-mesin yang diketahuinya. Teman-temannya itu menjadi tertarik dan berkerumun di sekelilingnya mengakibatkan pelajaran terganggu. Tiba-tiba gurunya datang ke tengah-tengah kerumunan itu. “Henry”, bentak gurunya dengan geram dan menatap para murid-muridnya, “Apakah kalian tidak pernah mencoba bagaimana untuk belajar yang baik? Apa gunanya kalian datang ke sekolah ini. Ha? Sekarang kalian bersama Henry harus tinggal di kelas sehabis pelajaran nanti”.
Gurunya itu memberikan kepada mereka sebuah mesin yang telah dirusakkan lebih dulu. “Kalian harus membetulkan mesin ini!” Gertak gurunya itu. “Bilamana kalian tidak dapat memperbaikinya, kalian akan mendapat hukuman lagi”. Akan tetapi Henry dengan tangkas mengerjakan mesin tersebut hanya dalam jangka waktu kurang dari 10 menit segera selesai. Gurunya jadi kagum melihat bakat muridnya tersebut.
Keterampilannya dalam bidang permesinan itu membuat ia mulai dikenal orang. Ia sering memperbaiki mesin-mesin para tetangganya. Banyak orang yang kagum akan bakat Henry itu, tetapi ayahnya membenci pekerjaan itu. William Ford menginginkan anaknya menjadi seorang petani yang baik. Tetapi hal tersebut tidak dapat dicegahnya sehubungan Henry mempunyai kemauan yang besar dalam bidang ini.
Setelah meningkat dewasa, dan merasa mampu untuk hidup mandiri. Henry meminta restu kepada orang tuanya untuk mencoba hidup merantau. Ia berjalan menuju kota Detroit. Di kota ini ia mendapatkan pekerjaan pada sebuah pabrik. Ia mendapat gaji 2,50 dolar seminggu. Tapi ia harus mengeluarkan biaya 3,50 dolar untuk biaya hidup dalam waktu yang sama. Maka untuk menutupi kekurangan, itu ia menambah pekerjaan ekstra sebagai pelayan pada sebuah toko permata. Dari toko ini ia menerima 2,00 dolar. Sembilan bulan lamanya ia bekerja di pabrik itu, sementara menjadi pelayan pada toko permata ketika pulang dari bekerja di pabrik.
Suatu hari, tiba-tiba ia mendapat kabar perihal ayahnya yang sakit keras. Ayahnya meminta Henry agar lekas pulang. Henry tidak dapat berbuat apa-apa kecuali memenuhi permintaan ayahnya itu. Dia harus kembali ke ladang!
Selama bekerja sebagai petani, Henry mempunyai ide untuk membuat sejenis mesin yang dapat bekerja sebagai bajak di ladang-ladang. Ia tidak menyetujui binatang-binatang dipekerjakan di ladang-ladang dan kebun. Mereka menjadi banyak makan. Selama musim dingin mereka tidak bekerja, tetapi makan terus. Henry menciptakan sebuah mesin yang dapat bekerja di ladang-ladang untuk menggantikan hewan tanpa harus terus-menerus memberinya makan. Hasil temuannya itu merupakan sumbangan yang amat berarti bagi penciptaan mesin-mesin pertanian kelak. Banyak orang yang tertarik kepada idenya. Di samping itu ia banyak pula membantu para tetangganya telah sedikit demi sedikit memakai mesin di ladang-ladang mereka. Henry adalah orang-orang begitu cakap dalam bidang permesinan ini, sehingga ia dikenal sebagai ahli mesin satu-satunya di daerah itu, ini berlangsung selama beberapa tahun.
Karena tidak dapat meninggalkan tanah pertanian selama ayahnya sakit. Maka ia banyak memperhatikan masalah dan kekurangan-kekurangan yang diderita oleh para petani. Ia menyimpulkan bahwa para petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak yang 24 hari dalam setahun bekerja memproduksi bahan makanan. Henry berkata kepada para tetangganya, “Bila waktunya membajak, mengolah tanah dan menuai lebih baik, para petani harus menggunakan mesin-mesin atau mekanisasi. Disamping pekerjaan lebih cepat selesai, dapat pula memberikan upah yang layak. Ladang yang diolah dengan cara mekanisasi dapat dan akan menekan biaya operasionalnya, selain pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat, para petani dapat pula menikmati hasil ladangnya dengan pendapatan yang pantas.”
Henry Ford menciptakan mesin pertaniannya yang pertama ketika ia berumur 20 tahun. Percobaan yang pertama dari mesin yang kelihatan aneh. Ini hanya mampu bergerak 40 kaki kemudian tiba-tiba berhenti. “Saya mengharapkan mesin ini mampu membajak seluruh ladang-ladang dalam waktu yang singkat,” kata Henry, “Tapi penemuan ini belum mempunyai kekuatan yang berarti”. Traktor yang pertama ini masih menunggu penemuan lain di negara itu, yakni penggunaan bahan bakar.
Sementara itu Henry Ford menyenangi seorang gadis manis di sebuah kota lain. Tetapi gadis manis tersebut tidak menyukainya. Henry memikirkan cara memecahkan problem itu. Ia membeli satu set permainan sulap dan meminjam seekor kuda manis kepunyaan bapaknya. Kemudian ia membuat sebuah jubah dari kain satin. Selanjutnya mendirikan sebuah grup sulap di dekat rumah Clara Bryant, anak gadis yang memikat hatinya itu. Dengan mengerjakan sebuah baju rompi yang manis, dan banyak sakunya, juga sebuah jam yang dibuatnya sendiri dan dua buah sapu tangan, Henry menunjukkan kebolehannya dalam bermain sulap. Henry mengadakan dua kali pertunjukan yang selalu menarik di kala itu. Hal tersebut sekaligus mencapai yang diinginkannya, menaklukkan hati Clara Bryant yang semula tidak suka kepadanya.
“Ibu”, kata Clara Bryant kepada ibunya suatu pagi, “Saya kira laki-laki yang bernama Ford yang mengadakan pertunjukan bersama kawannya di samping rumah itu, saya yakin dia akan dapat terkenal di dunia.”
Henry tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Beberapa minggu kemudian ia menghampiri ayahnya dan berkata, “Ayah, sekiranya saya memutuskan untuk kawin, apa yang akan ayah berikan kepada saya?” William Ford berpikir sejenak lalu katanya, “Engkau akan mendapatkan delapan puluh acre (1 acre sama dengan 4072 m2 ) tanah, semua pekayuan yang engkau inginkan dapat engkau potong sendiri untuk sebuah rumah.
“Baiklah”, sorak Henry. Kemudian dia mulai menebangi pepohonan di tanah yang di berikan oleh ayahnya itu. Sebagian untuk dipersiapkan untuk mendirikan sebuah rumah untuk keluarga kelak. Akhirnya apa yang ia inginkan untuk menikahi Clara tercapai. Henry dan Clara menikah pada bulan Apil 1888. Mereka hidup dengan menggarap ladang selama tiga tahun di pemberian ayahnya. Pada suatu malam Henry berkata kepada istrinya, “Clara, saya yakin kita akan lebih sukses, bila kita bisa pindah ke Detroit. Saya akan membuat sebuah kereta kuda di sana. Di sini saya terlalu sibuk!” Henry kemudian menerangkan kepada istrinya tentang gagasan-gagasannya untuk membuat kendaraan yang digerakkan dengan mesin.
Di Detroit ia mendapatkan pekerjaan di perusahaan lampu “Edison” pada malam hari, sedangkan pada siang hari ia membuat kereta kudanya untuk berlari. Selama dua tahun ia belum dapat menciptakan kereta kudanya untuk berlari. Ia telah banyak menghabiskan waktu di bengkelnya yang terbuat dari batu bata sederhana itu, sementara di sekeliling para tetangganya melihat tingkahnya, menganggap Henry telah gila.
“Sebuah kereta kuda!?” kata mereka, “Bila akan bergerak kalau Henry tidak mendorongnya”. Tapi Henry Ford tetap pada pendiriannya. Henry tidak berhenti bekerja di bengkelnya. Ia menumpahkan segala perhatiannya dengan penuh konsentrasi terhadap idenya. “Barang apa yang dikerjakan si dungu itu?” kata orang-orang yang melihat kelakuan Henry itu. Kemudian mereka menyiramnya dengan air. Henry Ford tidak dapat berbuat apa-apa, ia dalam keadaan miskin sekali.
Pada suatu pagi tahun 1893 sebuah kereta kuda, siap untuk diuji coba. Dengan kegigihan yang kuat dan cekatan yang membaja Henry Ford memulai mengoperasikan keretanya, yang sangat membisingkan dan mengeluarkan asap yang mengepul-ngepul di udara. Kereta itu meluncur dari pabriknya menuju jalan raya. Tapi tidak jauh berlari. Baru beberapa kaki saja beranjak dari bengkel tiba-tiba mati, dan tak dapat berkelok karena tidak mempunyai kemudi. Akan tetapi mesin kereta itu kembali hidup dengan demikian kini Henry telah membuktikan kepada orang-orang di sekelilingnya yang selama ini menganggap lucu, dungu, dan tolol, sekarang tidaklah demikian halnya.
Malam itu, Henry si perancang kereta itu merasa sangat puas dan bahagia dengan hasil temuannya. Karya tersebut dirayakannya dengan segelas susu panas, kemudian membantingkan bajunya yang basah oleh keringat itu ke samping perapian, lantas meloncat ke tempat tidur. Untuk menikmati mimpi yang indah yang untuk pertama kalinya setelah meninggalkan tanah pertaniannya.
Ketika kereta ciptaannya diuji coba untuk kedua kalinya, istrinya ikut ambil bagian, yaitu sebagai penumpang. Kreativitas mereka itu menimbulkan sensasi? Beberapa ekor kuda sekonyong-konyong terkejut, lantas lari sekencang-kencangnya tidak tentu arah, ketika kereta Henry itu lewat di dekatnya. Suara kereka itu menimbulkan pekik yang memekakan telinga, lantara kerasnya. Mendadak kereta itu terhenti karena mesinnya mati.
Orang-orang menyaksikan keanehan itu serentak menyerbu, mengelilingi benda yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Serta-merta mereka bersorak, sebagian merasa kagum, tapi sebagian besar menunjukkan rasa cemas. Sejumlah besar dari mereka mengeluhkan suara yang ditimbulkan oleh kereta aneh itu sehingga mengakibatkan kebisingan dan kegaduhan. Karena itu sangat kotor dan kelihatan dan kelihatan membahayakan. Mereka berkata bahwa hal tersebut pasti akan menimbulkan bencana, sehubungan dengan ia tidak dapat dikendalikan. Ia hanya bisa lari lurus memanjat bukit dan meloncati tebing-tebing. Mereka menasihati Henry Ford agar pekerjaan itu diberhentikan saja. Tapi sang “penemu” itu menjawab, “Kereta ini harus lari, dan lari”, tapi itu harus diperbaiki, kata mereka. Ford menjawab spontan “Saya sekarang belum mempunyai dana dan tidak mempunyai koneksi yang dapat membantu saya. Yang saya pikirkan sekarang adalah bagaimana dapat menciptakan sebuah “otomobil”. Bertahun-tahun lamanya Henry memikirkan, bagaimana ia dapat menyempurnakan hasil karyanya itu. Demikianlah sampai ia mampu menunjukkan kepada dunia bahwa ia telah memperbaiki modal yang besar dan kuat, hasil dari gagasan-gagasannya yang semula dianggap gila itu.
Ketika Henry Ford meninggal dunia pada tahun 1947, ia mencapai usia 83 tahun. Sedikit sekali orang yang dapat memahaminya, tetapi berjuta-juta orang tahu bahwa kereta kudanya telah mengelilingi dunia.
JACK WELCH
REVOLUSIONER BISNIS GENERAL ELECTRIC
Satu hari yang sangat indah untuk main golf. Pada musim semi yang indah itu, tidak ada awan di langit di Martha’s Vineyard. Dua orang laki-laki mengitari ruang manicure (perawatan tangan dan kuku), di bawah siraman matahari sambil bercakap-cakap. Mereka tampak begitu bahagia dapat bebas dari kantor mereka, jauh dari berbagai rutinitas yang melelahkan. Bukan hanya udara segar dan matahari yang membantu mereka melupakan berbagai kecemasan, tetapi juga kemenangan yang memuaskan melawan pasangan pemain golf lainnya. Mereka orang-orang yang membenci kekalahan-dalam hal apapun. Sepintas, tampaknya tidak ada yang luar biasa; dua orang setengah baya keluar bersama. Yang satu cukup tinggi dengan rambut abu-abu dan agak gemuk; sementara yang lainnya sedikit lebih pendek dan tampak satu decade lebih tua. Mungkin mereka teman atau kolega, atau mungkin sepasang salesman bermain hookey selepas kerja. Tetapi bagi mereka yang cermat, apa yang mereka lihat lebih dari sesuatu yang biasa. Dua orang laki-laki berotot berpakaian rapi berdiri dengan anehnya, sambil berbicara pelan melalui walkie talkie. Mereka tampak aneh di lapangan rumput yang hijau itu, seperti aktor yang main di film yang salah. Tetapi kehadiran mereka jelas-jelas mengindifikasikan bahwa pertandingan golf itu bukan sekadar pertandingan biasa. Sebenarnya, duo itu sangat berpengaruh di bumi ini. Laki-laki yang lebih tua adalah John Francis Welch jr., pimpinan dan CEO General Electric. Sedangkan yang berbadan lebih besar adalah William Jefferson Clinton, presiden AS ke-40. Golf adalah olah raga kesukaan Welch. Pada bulan Mei 1995, Welch mengalami operasi jantung dan segera sembuh. Sekarang, ia banyak kehilangan kesempatan yang ia peroleh, seringkali dalam sehari hanya bermain 36 hole. (Pada musim semi tahun 1996, ia mengantongi 70 hole untuk pertama kalinya; dengan 69 hole ia memenangi kejuaraan klubnya di Sankaty Head health Club di Nantucket.) Sekalipun Welch dan Clinton telah menyelesaikan 18 hole, mereka sepakat untuk bermain lagi. Saat bersantai dan saat yang penuh kebebasan merupakan saat langkah bagi mereka. Mereka belum siap untuk mengakhiri saat-saat seperti itu. Mereka berharap hari ini tidak berakhir. Lawan main mereka adalah Ben Heineman, Jr., penasihat General Electric, dan pengacara Vernon Jordan, salah satu teman terdekat Clinton. Senang melihat Welch dan sang presiden bekerja sama dengan sangat baik, Heineman diam-diam memuji dirinya karena telah mengusulkan kepada Jordan agar mereka berdua, yang sama-sama sedang belibur di Vineyard, bermain bersama dalam satu tim golf. Mereka berempat menyelesaikan sembilan hole lagi. Kali ini, Welch dan Clinton kalah, tetapi kekalahan itu pun tidak mengurangi kebahagiaan mereka pada hari ini. Mereka siap melanjutkan permainan, tetapi Heineman harus mengejar ferry, karena itu akhirnya mereka menyelesaikan permainan. Dua hari kemudian gambar Wech dan Clinton yang sedang santai dan tersenyum dengan tongkat golf mereka, muncul di New York Times.
Walch memiliki banyak alasan untuk tersenyum. Dia pimpinan perusahaan yang paling berharga di muka bumi ini, eksekutif bisnis yang paling luar biasa dan mengagumkan di Amerika Serikat. Memang benar, media lebih memperhatikan Bill Gates (Microsoft) dan Andy Groves (Intel), tetapi Jack Welch tidak peduli siapa yang menjadi bintang panggung. Pada kenyataannya, Welch merupakan pimpinan eksekutif yang paling sukses di Amerika; dia tidak membutuhkan validasi dari Koran ataupun majalah untuk apa yang telah dia raih. Gates, Grove dan perusahaan mereka mungkin memang lebih cemerlang tetapi Welch memimpin sebuah bisnis yang mempunyai sedikit pesaing dalam ukuran dan tidak satupun yang bermasalah. Sekalipun Welch tidak mengakuinya, Welch sangat bangga dengan fakta bawa setiap pesaing cemburu pada General Electric. Sekalipun Welch memiliki banyak hal yang dapat dibanggakan, dia bukan jenis orang yang suka menyombongkan diri. Adakah orang lain, yang telah demikian sukses dalam dunia bisnis, akan mengatakan seperti dikatakannya apda bulan Desember 1977, “Saya tidak cukup puas dengan kondisi kami saat ini.” Tidak sadarkah dia bahwa dia telah meningkatkan kinerja General Electric dan mengubahnya menjadi perusahaan yang paling dinamis di AS? Apakah ini hanya sekadar wujud dari kerendahan-hati? Sama sekali bukan. Yang dia maksud adalah sebagai berikut: Saya tidak dapat puas dengan apa yang telah saya dapatkan. Jika saya puas dengan yang telah saya raih, saya mati!
Pada awal musim panas, General Electric menduduki peringkat pertama dari daftar 100 Perusahaan Top di Business Week berdasarkan Nilai Pasar untuk yang kedua kalinya, dengan nilai pasar $198,08 milyar. Daftar tersebut bukan hanya daftar perusahaan-perusahaan Amerika, tetapi perusahaan-perusahaan di seluruh dinia. Peringkat kedua diduduki oleh Coca-cola ($169 milyar), NTT dari Jepang ($151 milyar), dan Microsoft Bill Gates ($148 milyar). General Electric, yang sejak tahun 1993 menduduki peringkat pertama dalam hal nilai pasar AS, pada 31 Desember 1997 memiliki nilai pasar sebesar $ 240milyar, $ 50 milyar lebih besar dari perusahaan kedua terbesar, Royal Dutch/Shell. Pada Maret 1998, nilai pasar General Electric meningkat menjadi $250 milyar. Lagi pula, ranking General Electric hampir menduduki puncak daftar perusahaan paling profitable di AS. Laba kuartal pertama tahun 1996 mencapai $1,67 milyar, lebih besar dari laga General Electric selama tahun 1981 ($1,65 milyar), tahun saat Welch mengambil alih kepemimpinan General Electric. Laba General Electric kuartal ketiga adalah $2,01 milyar, jauh lebih besar dari perusahaan-perusahaan Amerika, seperti Exxon ($1,82 milyar) dan Intel ($1,574 milyar). Tahun 1996 merupakan tahun yang terbaik bagi General Electric. Pendapatan General Electric naik sampai $79,2 milyar, 13 persen lebih tinggi dibandingkan pendapatan tahun lalu. Laba tahun 1996 mencapai $7,28 milyar, 11 persen lebih tinggi dibandingkan laba tahun lalu. Kembali bekerja pada bulan September, Welch dengan hati-hati memonitor inisiatif terbarunya, satu program perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kualitas proses dan produk General Electric dan menghemat milyaran dollar. Welch sangat bangga dengan inisiatif tersebut, bangga karena 270.000 karyawannya dengan antusias terlibat dalam program tersebut, bangga karena manfaat program ini jauh lebih besar dari yang dia duga. Dia tidak menanamkan konsep mengenai kualitas bisnis, tetapi jika kita mendengarkan apa yang dia katakan, kita akan berpikir bahwa dia memiliki konsep tentang kualitas bisnis. Jika Welch menyukai suatu ide, dia akan menerima ide tersebut seperti seorang pemuka agama menyebarkan yang diyakininya. Welch menyukai suatu ide, maka ide tersebut akan menjadi idenya. Pada akhir Oktober, Welch makan malam di Gedung Putih, sebagai tamu undangan pada acara makan malam kenegaraan untuk menyambut presiden Cina, Jiang Zemin. Ketika melihat kehadiran Welch di penerimaan tamu, Bill Clinton memperkenalkan Welch sebagai “guru golf favorit saya.” Clinton dan Welch menyukai tawa yang hangat. Mereka berdua diam-diam mengenang acara golf mereka pada Agustus lalu di Vineyard. Undangan presiden kepada pimpinan General Electrik untuk hadir di Gedung Putih bukan semata-mata karena sosial. Undangan tersebut merupakan cara Clinton untuk mengakui pertumbuhan peran General Electric di Cina; dan untuk memperkenalkan Welch sebagai salah seorang yang paling sukses-dan paling berkuasa. (Survai majalah Time pada bulan Juni 1996 memilih Welch sebagai orang keenam yang paling berpengaruh di AS, dan Clinton menduduki peringkat pertama).
Pada tanggal 19 November 1997, Welch mencapai usia 62 tahun, dan dengan tegas menyatakan bahwa tiga tahun lagi dia akan berhenti dari kepemimpinan General Electric. Bagaimana hal itu bisa terjadi ? Bagaimana bisa seorang laki-laki yang bermain golf dengan presiden, yang mengelola perusahaan paling kuat di dunia ini, dan yang tampak sangat sehat saat ini, akan keluar dari bisnis pada tahun 2000. Jawabannya terletak pada kebijakan General Electrik untuk menghentikan CEO pada saat mereka mencapai usia 65 tahun. Tetapi, setiap orang yang bertemu dengan Jack Welch pada musim gugur ini akan mengambil kesimpulan, hanya dengan melihat caranya berjalan dan mendengar nada suaranya, bahwa pimpinan General Electrik itu masih sangat segar, masih jauh dari saat untuk meninggalkan dunia bisnis. Sekalipun Welch telah menjalani operasi jantung dua tahun yang lalu, semangat CEO General Electric tersebut masih luar biasa. Ya, kerutan di wajahnya semakin banyak, dan sebagian rambutnya yang beruban menyatakan usianya yang sebenarnya. Akan tetapi, tubuhnya yang bidang dan berotot, dengan tinggi badan 1,9 m, dia maih tampak seperti dulu ketika masih menjadi pemain hoki. Jika kehidupan Jack Welch dibuat film, barangkali orang akan memilih aktor Hoolywood Robert Duvall sebagai pemain utama. Wajah Welch mengekspresikan berbagai karakter, wajah yang hangat, dan senyum kegirangan ketika dia mendengar apa yang dia suka, atau wajah yang marah dengan tatapan mata yang tajam ketika ada seseorang yang mengatakan hal-hal yang konyol (salah satu frase favorit Welch). Wajah kekanak-kanakan hampir-hampir tidak pernah muncul; hanya sesekali, biasanya ketika Welch sangat marah. Sekalipun Welch telah mengalami operasi jantung, ia tetap menghabiskan hari-harinya dengan bekerja di kantor, menelpon karyawannya, mengunjungi bisnis General Electric di seluruh dunia, duduk dengan analis keuangan, anggota dewan direksi, dan wartawan (termasuk pangarang buku ini). Dialah orang terakhir di kantor pusat General Electric, Fairfield, Connecticut, yang paling banyak dibicarakan untuk mengarahkan General Electric.
Pimpinan bisnis yang besar, menurut keyakinan Welch, harus memiliki energi yang besar. Lebih penting lagi, pimpinan bisnis yang besar harus mengetahui bagaimana menggunakan energi tersebut untuk membangkitkan energi orang lain. Seperti pembina tim sepak bola, Welch bergerak dari pertemuan ke pertemuan, menyampaikan pesar termasuk sekian banyak pesan-pesan yang lain, dan sebagian dari pesan-pesan tersebut telah menjadi merek dagang Welch: Bisnis itu simple, Jangan menjadikan bisnis terlalu rumit, Hadapilah kenyataan, Jangan takut terhadap perubahan, Berjuanglah melawan birokrasi, Manfaatkan pikiran karyawan Anda, Temukan mereka yang memiliki ide yang terbaik, dan aplikasikan ide tersebut
JACOB OETAMA
Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dia adalah salah satu raksasa jurnalis di negeri ini yang menawarkan jurnalisme damai dan berhasil membuka horizon pers yang benar-benar modern, bertanggung jawab, non-partisan, dan memiliki perspektif jauh ke depan. Bulir air mata perlahan menetes di pipi tuanya yang mengeriput. Suaranya yang semula berat dan membahana di seisi ruangan, kontan berubah serak dan parau. Laki-laki tua yang siang itu berdiri di podium terhormat, tak lagi kuasa menahan rasa haru yang luar biasa. Dia menangis.
Jakob Oetama, laki-laki tua itu, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya. Pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dalam pidato promosi untuk memperoleh gelar doktor honoris causa (HC) itu, ia mengemukakan bahwa pencarian makna berita serta penyajian makna berita semakin merupakan pekerjaan rumah dan tantangan media massa saat ini dan di masa depan. Jurnalisme dengan pemaknaan itulah yang diperlukan bangsa sebagai penunjuk jalan bagi penyelesaian persoalan-persoalan genting bangsa ini.
Jakob Oetama adalah penerima doktor honoris causa ke- 18-yang dianugerahkan UGM-setelah pekan lalu gelar yang sama dianugerahkan UGM kepada Kepala Negara Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah. Promotor Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto dalam penilaiannya menyatakan, jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme pada hakikatnya merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan dan kebudayaan. Ia juga telah memberikan pengaruh tertentu kepada kehidupan pers di Indonesia. Dalam pertimbangannya, UGM menilai Jacob Oetama sejak tahun 1965 berhasil mengembangkan wawasan dan karya jurnalisme bernuansa sejuk, yaitu “kultur jurnalisme yang khas”, wawasan jurnalistik yang berlandaskan filsafat politik tertentu. Kultur jurnalisme itu telah menjadi referensi bagi kehidupan jurnalisme di Indonesia. “Promovendus juga dipandang telah berhasil menggunakan pers sebagai wahana mengamalkan pilar-pilar humanisme transedental melalui kebijakan pemberitaan yang memberikan perhatian sentral pada masalah, aspirasi, hasrat, keagungan dan kehinaan manusia dan kemanusiaan,” papar Rektor. Salah satu “kultur jurnalisme yang khas” yang dikembangkan promovendus adalah “jurnalisme damai”. Jurnalisme damai merupakan proses penciptaan kultur jurnalisme baru, yang memungkinkan pers bertahan di tengah-tengah konfigurasi politik otoriter. Di bawah kepemimpinan Jacob Oetama telah terjadi metamorfosis pers dari pers yang sektarian menjadi media massa yang merefleksikan inclusive democracy. Promovendus juga telah meletakkan nilai yang menempatkan manusia dan kemanusiaan pada posisi sentral pemberitaan. Nilai yang dimaksud menjadi acuan para insan pers dalam mengumpulkan fakta, menulis berita, menyunting, serta menyiarkan berita. Berkaitan dengan itu, sejumlah tokoh nasional menilai Jakob pantas menerima gelar doktor honoris causa (kehormatan) di bidang jurnalisme dari UGM tersebut. “Penganugerahan gelar doktor kehormatan kepada Jakob sangat tepat. Sebab, dia adalah salah satu raksasa jurnalis di negeri ini yang berhasil membuka horizon pers yang benar-benar modern, bertanggung jawab, nonpartisan, dan memiliki perspektif jauh ke depan,” ujar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Amien Rais seusai mengikuti upacara penganugerahan doktor honoris causa di Balairung UGM. Sastrawan Taufik Ismail yang juga hadir menyatakan, “Ini sebuah penghargaan bagi seorang tokoh pers atas jasanya selama 4-5 dasawarsa mengembangkan jurnalisme yang damai namun berkarakter,” katanya. Pengamat pers Ashadi Siregar mengatakan, penganugerahan gelar doktor honoris causa kepada Jakob sudah sepantasnya diberikan. Ia dinilai berhasil mempertahankan sekaligus mengembangkan eksistensi pers di tengah lingkungan politik Orde Baru yang menekan. “Itu sebuah prestasi. Saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan promotor Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto,” tutur Siregar. Mantan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia Sofyan Lubis menyatakan senang karena Jakob memperoleh penghargaan dari perguruan tinggi ternama. Lubis juga sependapat bahwa itu pantas diberikan kepada Jakob, mengingat perjuangannya selama ini. “Banyak pembaruan yang bermanfaat yang dikerjakan Pak Jakob bagi kegiatan wartawan dalam mengembangkan peranan pers nasional, dengan tetap mengembangkan semangat kebangsaan saat itu. Dia itu saya lihat konsisten dan dia jadi contoh bagi yang lain,” kata Lubis menambahkan.
Jacob sendiri menyatakan, penganugerahan doktor honoris causa merupakan kehormatan yang ia terima dengan sikap tahu diri. Ia menilai banyak tokoh pers yang lebih pantas untuk mendapat kehormatan seperti itu. Di akhir pidatonya setebal 21 halaman, dengan tulus dan penuh keharuan, pendiri dan pimpinan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) ini, mempersembahkan gelar terhormat itu kepada rekan-rekannya di dunia pers. “Kehormatan besar yang dianugerahkan oleh Universitas Gadjah Mada kepada saya, untuk merekalah kehormatan itu saya persembahkan,” kata Jacob yang begitu terharu ketika menyebutkan rekan-rekan tokoh pers, seperti Rosihan Anwar, PK Ojong, Herawati Diah, Tuty Aziz, Wonohito, Hetami, Sakti Alamsyah, Rorimpandey, Manuhua, dan Mochtar Lubis. “Kepada rekan dan sahabat saya Manuhua yang sedang sakit di Makassar, tokoh kebebasan pers Indonesia Bung Mochtar Lubis, saya sampaikan hormat dan rasa syukur saya. Kehormatan besar yang dianugerahkan oleh Universitas Gadjah Mada kepada saya, untuk merekalah kehormatan itu saya persembahkan,” tuturnya. Jacob Oetama, pantas untuk terharu sekaligus bangga. Gelar kehormatan yang diraihnya tersebut, sekaligus juga merupakan penghargaan bagi kegigihan dan keuletan para insan pers di negeri ini dalam memperjuangkan demokrasi, seperti juga yang telah dan masih dilakukannya. Melalui jurnalisme khas tersebut, Jacob secara konsisten dinilai telah menunjukkan bahwa misi jurnalisme bukan hanya sekadar menyampaikan informasi kepada pembaca, tetapi lebih dari itu misi pokoknya adalah untuk mendidik dan mencerahkan hati nurani anak bangsa. Jacob bahkan menanggalkan gaya jurnalismenya yang khas itu dengan nama ”jurnalisme makna.” Dengan gaya jurnalisme makna tersebut, Jakob dengan Harian Kompas-nya dinilai secara konsisten telah berupaya menyadarkan hati nurani para pembaca tentang perlunya bangsa ini menghapuskan nilai-nilai primordial dalam hubungan antarmanusia dan antarkelompok, menanamkan etika dan moral demokrasi serta keadilan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto, yang bertindak selaku promotor penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa itu, menyatakan, pemberian gelar kehormatan itu merupakan prakarsa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fisipol UGM, yang akhirnya disetujui oleh Majelis Guru Besar UGM dalam rapatnya 23 Januari 2003. Tim Seleksi Penerima Gelar Doktor Kehormatan, kata Prof Moeljarto, telah melakukan kajian secara saksama atas karya-karya Jacob Oetama selama ini sebagaimana yang terhimpun dalam beberapa buku seperti Suara Nurani, Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan, Pers Indonesia, Dunia Usaha dan Etika Bisnis, Persepektif Pers Indonesia, dan berbagai kearifan yang telah ditunjukkannya dalam kehidupan profesional di bidang pers.
Tim yang diketuai Prof Moeljarto, beranggotakan Prof Dr Sofian Effendi, Prof Dr Bambang Sudibyo MBA, Prof Dr Kunto Wibisono, Prof Dr Sunyoto Usman, dan Prof Dr Siti Chamamah Soeratno.
Jacob Oetama lahir di Borobudur, 27 September 1931. Setelah lulus Guru Sejarah B-1 (1956), lalu melanjutkan studi di Jurusan Jurnalisme Akademi Jurnalistik Jakarta dan lulus tahun 1959. Pendidikan terakhir mantan guru sejarah SLTP dan SMU di Jakarta itu di Jurusan Publisistik Fisipol UGM. Pengalaman kerja di bidang jurnalisme dimulai dari editor majalah Penabur, Ketua Editor majalah bulanan Intisari, Ketua Editor harian Kompas, Pemimpin Umum/Redaksi Kompas, dan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia. Sejumlah karya tulis Jacob Oetama, antara lain, Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin, yang merupakan skripsi di Fisipol UGM tahun 1962, Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001), serta Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002). Jacob juga berkiprah dalam berbagai organisasi dalam maupun luar negeri. Beberapa diantaranya pernah menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, Anggota Dewan Penasihat PWI, Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ), Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai, Amerika Serikat, dan Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen Serikat Penerbit Surat Kabar.
Jerry Yang & David Filo
Yahoo! Bermula dari hobi mahasiswa yang berubah menjadi brand global yang telah merubah cara orang untuk berkomunikasi satu sama lain, mencari dan mendapatkan informasi dan membeli berbagai macam barang.
Dua pendiri dari Yahoo!, David Filo dan Jerry Yang, kandidat doctor bidang teknik elektro di Universitas Stanford, yang memulainya di trailer kampus pada bulan Februari 1994 sebagai jalan untuk tetap dalam ketertarikan pribadi mereka terhadap internet. Jauh sebelum mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam daftar jaringan favorit mereka dibanding dengan desertasi doctor mereka. Bagaimanapun juga daftar Jerry and David menjadi sangat panjang dan mereka mengklasifikasikan dalam bentuk kategori. Ketika kategori semakin panjang, mereka membuatnya menjadi subkategori… dan lahir konsep inti dibalik Yahoo!.
Web site dimulai sebagai “Jerry’s Guide to the World Wide Web” tetapi juga menerima moniker baru dengan bantuan kamus. Nama Yahoo! merupakan akronim untuk “Yet Another Hierarchical Officious Oracle,” tetapi Filo and Yang memilih nama yang mereka pilih karena mereka suka dengan definisi umum dari yahoo: “rude, unsophisticated, uncouth.” Yahoo! Sendiri pertama kali dibuat di workstation mahasiswa Yang, “Akebono,” ketika software dibuat di komputer Filo, “Konishiki” – keduanya nama pemain sumo yang melegenda.
Jerry dan David segera menemukan bahwa mereka tidak sendiri untuk menemukan web site yang sangat berguna. Jauh sebelum ratusan orang yang mengakses panduan mereka dari trailer di Stanford. Dengan dukungan kolega netter membuat usaha yang digulirkan semakin banyak peminat komunitas internet yang terlibat. Yahoo! Merayakan pertama kalinya jutaan klik per harinya pada tahun 1994, yaitu tak kurang dari 100 ribu macam pengunjung yang unik.
Berdasarkan tingkat lalulintas dan antusias penerimaan terhadap Yahoo! Telah diterima, para pendiri menyadari mereka mempunyai bisnis yang potensial di tangan mereka. Pada bulan Maret 1995, kerjasama bisnis dengan para pemilik lembaga modal ventura Silicon Valley. Mereka kemudian menjalin kerja sama dengan Sequoia Capital, perusahaan yang mempunyai reputasi dalam bidang investasi termasuk untuk Apple Komputer, Atari, Oracle dan Cisco Systems. Mereka setuju untuk mendanai Yahoo! Pada bulan April 1995 dengan investasi awal mendekati dua juta dolar.
Realisasi perusahaan baru mereka mempunyai pertumbuhan potensial yang cepat, Jerry dan David memulai untuk membuat tim manajemen. Mereka merekrut Tim Koogle, seorang veteran Motorola dan alumni dari jurusan teknik Stanford, sebagai chief executive officer dan Jeffrey Mallett, pendiri Novell’s Divisi konsumen WordPerfect, sebagai chief operating officer. Mereka berhasil menyelamatkan perputaran pendanaan yang kedua pada tahun 1995 dari investor Reuters Ltd. dan Softbank. Yahoo! Diluncurkan dalam go public dengan sangat sukses pada bulan April 1996 dengan jumlah total 49 karyawan.
Saat ini, Yahoo! Inc. telah menjadi pemimpin komunikasi global lewat internet, komersil dan perusahaan media yang telah menjadi brand jasa jaringan lebih dari 232 juta individu setiap bulannya di dunia maya. Sebagai navigasi pertama secara online yang memandu dalam Web, www.yahoo.com adalah pemimpin pemandu dalam konteks lalulintas, periklanan, keperluan rumah tangga dan jangkauan pengguna bisnis. Yahoo! Adalah brand internet global pertama dan menjangkau pemirsa paling besar dalam dunia maya. Perusahaan juga membangun bisnis online dan perusahaan jasa yang mendesain produktifitas dan web untuk klien-kilen Yahoo!’s. Jasa ini termasuk dalam Corporate Yahoo!, sebuah jasa kustomisasi solusi portal untuk perusahaan; audio dan video streaming; toko hosting dan manajemen; dan jasa serta perlengkapan Web site. Jaringan perusahaan Web global termasuk dalam 25 World properties. Dengan kantor pusat di Sunnyvale, California, Yahoo! Juga telah mempunyai kantor di Eropa, Asia, Amerika Latin, Australia, Kanada and Amerika Serikat.
JOSEPH ”MR. JOGER” THEODORUS WULIANADI
PEMILIK JOGER T-SHIRT BALI
Saya memproduksi sebuah jam yang berjalan mundur, yang kami buat justru untuk orang-orang yang berpikir maju. Kami juga sekarang telah memiliki sebuah VCD yang isinya mengajak siapa saja untuk berpikir merdeka. Karena dasar dari terbentuknya jiwa yang inovatif dan kreatif itu adalah kemerdekaan, tanpa kemerdekaan tak akan ada keberanian.
Ketika Joger didirikan, banyak entrepreneur yang dilibatkan. Jadi bukan saya saja yang menjadi entrepreneur, namun semua karyawan saya juga entrepreneur. Di saat yang sama saya juga membuat mereka sebagai pemilik Joger juga. Di Joger tidak ada sentralisasi, Cuma memang kebetulan untuk masalah disain tim kreatifnya terdiri dari lima orang, dan untungnya kelimanya ada dalam diri saya, sehingga si Joger tidak pernah terjadi keributan. Hal ini saya lakukan karena pernah saya memiliki banyak ahli, namun belakangan mereka jauh lebih banyak berdebat ketimbang bekerja.
Lalu menyikap dispromotion, dalam sebuah forum saya mengutarakan kata ini, banyak yang tidak setuju dengan kata itu, apalagi kemudian banyak juga yang menanyakan atas kapasitas apa bisa mengatakan kata itu. Oleh karena itu saya membuat sendiri gelar saya yaitu BAA dan BSS kepanjangan dari Bukan Apa-Apa dan Bukan Siapa-Siapa. Lalu saya balik bertanya kepada mereka, apakah tidak boleh bagi “orang baru” seperti saya ini untuk menyatakan sebuah kebenaran.
Di Joger ternyata saya lebih berani membuat istilah-istilah baru, yang akhirnya diterima. Seperti kata dispromotion yang pada awalnya ditolak akhirnya diterima. Dispromotion itu adalah konsep berpromosi yang tidak bermaksud untuk menaikkan jumlah omzet, karena saat ini jika ada orang yang ingin membeli kaos Joger dalam jumlah banyak selalu saya tolak. Ternyata hal ini melahirkan nilai baru, dan sayangnya kembali dicurigai sebagai taktik kami dalam menaikkan jumlah omzet, saya membantahnya dengan mengatakan, secara jujur, ramah dan bermanfaat saya melakukan dispromotion ini. Jadi dispromotion sama sekali tidak ditujukan untuk mempertinggi keuntungan yang saya terima.
Akar persoalan itu bisa saja menjadi masalah yang perlu dipecahkan atau menjadi menghancurkan. Contoh belum lama ini saya membaca 7000 karyawan pabrik sandal di PHK kemudian ada salah seorang diantara mereka yang menemui dan meminta Joger menolong mereka dalam memasarkan sandal itu. Joger mau saja membantu namun Joger tidak akan menjual sandal yang “biasa-biasa saja”, sandal itu harus lain dari yang lain. Kemudian kami melihat ada peluang untuk menjual sandal dalam jumlah yang besar. Strategi penjualan yang kami terapkan adalah kami hanya menjual sandal sebelah kiri saja, dan jika membeli sebelah kiri akan mendapatkan bonus sebelah kanan. Harganya pun kami bagi dua, jadi masing-masing seharga Rp. 16.500. Ternyata menjual sandal yang biasa dengan cara yang berbeda ini sudah menimbulkan suatu permintaan baru, saat ini pabrik sudah kewalahan. Sekarang ada kekosongan di Bali karena orang merasa wajib membeli yang begini karena hal ini telah menjadi cerita. Kini orang kalau ke Bali khusus ke Joger karena orang tahu kita adalah tempat yang selalu hadir dengan ide-ide baru.
Kalau kini Joger menjadi besar bukan karena keinginan kami, namun lebih banyak karena keinginan masyarakat. Dan semenjak 1987 Joger tidak lagi Profit Oriented (berorientasi kepad akeuntungan) tetapi Happiness Oriented (berorientasi kepada kebahagiaan).
Di Joger juga ada kebebasan untuk melanggar aturan asalkan demi konsumen. Sehingga saya mengatakan bahwa kalau Anda bikin susah boss itu bahaya besar, tapi kalau bikin susah konsumen itu bahayanya jauh lebih besar.
Sebetulnya dalam bisnis yang berbasis kreatifitas dan inovasi tidak mengenal persaingan, karena jika kita melukis dan ada yang hanya menyukai lukisan kita, maka berapa pun harganya, dan betapapun lebih bagusnya lukisan yang lain, orang akan tetap mencari dan membeli lukisan tersebut. Kami di Joger memang memilih untuk lebih leluasa menciptakan konsep, kami tidak mau memproduksi sendiri dan kalau saya masuk diproduksi kelihatannya untuk besar dan resikonya nanti terlalu cepat kaya. Dan sejak kami di luar Joger dan ini salah satu cara yang dicurigai sebagai taktik, padahal tidak. Dan saya pernah ditanya di Universitas Airlangga apakah saya punyak taktik atau punya strategi, sebetulnya kami tidak punya strategi dan tidak punya taktik kami hanya punya sikap dan komitmen yang kami jalankan secara konsisten dan konsekuen.
KOLONEL HARLAND SANDERS
Kolonel Harland Sanders, lahir pada tanggal 9 September 1890. Mulai aktif dalam mewaralabakan (franchise) bisnis ayamnya pada usia 65 tahun. Saat ini, usahanya yang dikenal dengan Kentucky Fried Chicken atau KFC® telah tumbuh menjadi salah satu yang terbesar dalam sistem makanan siap saji di dunia. Sosok Kolonel Sanders, pionir dalam restoran siap saji menjadi simbol dari semangat kewirausahaan.
Lebih dari satu miliar ayam goreng hasil resep Kolonel dinikmati setiap tahunnya. Dan itu tidak hanya di Amerika Utara. Bahkan tersedia hampir di 80 negara di seluruh dunia.
Pada umur 6 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ibunya sudah tidak bisa bekerja lagi, dan Harland muda sudah harus menjaga adik laki-lakinya yang baru berumur 3 tahun dan suster bayinya. Dengan kondisi ini ia harus memasak untuk keluarganya. Pada umur 7 tahun ia sudah pandai memasak di beberapa tempat memasak. Pada usia 10 tahun ia mendapatkan pekerjaan pertamanya didekat pertanian dengan gaji 2 dolar sebulan. Ketika berumur 12 tahun ibunya kembali menikah dan ia meninggal rumah tempat tinggalnya dekat Henryville, Ind., untuk mendapatkan pekerjaan di pertanian di daerah Greenwood, Ind. Dia berganti-ganti pekerjaan selama beberapa tahun, pertama sebagai tukang parkir pada usia 15 tahun di New Albany, Ind., dan kemudian sebagai pada usia 16 tahun menjadi tentara yang dikirim selama 6 bulan di kuba.
Setelah itu ia menjadi petugas pemadam kebakaran, belajar ilmu hukum melalui korespondensi, praktik dalam pengadilan, asuransi, operator kapal feri, penjual ban, dan operator bengkel. Pada usia 40 tahun Kolonel mulai memasak untuk orang yang yang bepergian yang singgah di bengkelnya di Corbin, Ia belum punya restoran pada saat itu, tetapi ia menyajikan makanannya pada meja makannya di ruang makan di bengkelnya.
Semakin banyak orang yang datang ke tempatnya untuk makan, akhirnya ia pindah ke seberang jalan dekat penginapan dan restoran yang kapasitasnya 142 orang. Selama hampir 9 tahun ia menggunakan resep yang dibuatnya dengan teknik dasar memasak hingga saat ini.
Citra Sander semakin baik. Gubernur Ruby Laffoon memberi penghargaan Kentucky Colonel pada tahun 1935 atas kontribusinya bagi Negara bagian cuisine. Dan pada tahun 1939, Keberadaannya pertama kali terdaftar di Duncan Hines “Adventures in Good Eating.”
Pada awal tahun 1950 jalan raya baru antar negara bagian direncanakan melewati kota Corbin. Melihat akan berakhir bisnisnya, Kolonel menutup restorannya. Setelah membayar sejumlah uang, ia mendapatkan tunjangan sosial hari tuanya sebesar $105.
Percaya diri dengan kualitas ayam gorengnya, Kolonel meyakinkan dirinya untuk membuka usaha waralaba yang dimulai tahun 1952. Ia pergi jauh menyeberangi Negara bagian dengan mobil dari satu restoran ke restoran lainnya, memasak sejumlah ayam untuk pemilik restoran dan karyawannya. Jika reaksi yang terlihat bagus, ia menawarkan perjanjian untuk mendapatkan pembayaran dari setiap ayam yang laku terjual. Pada tahun 1964, Kolonel Sanders mempunyai lebih dari 600 outlet waralaba untuk ayam gorengnya di seluruh Amerika dan Kanada. Pada tahun itu, ia menjual bunga dari pembayarannya untuk perusahaan Amerika sebanyak 2 juta dolar kepada sejumlah grup investor termasuk John Y. Brown Jr., yang kemudian menjadi Gubernur Kentucky dari tahun 1980 sampai 1984. Kolonel mengingatkan untuk menjadikan terbuka perusahaannya bagi publik. Pada tahun 1976, sebuan survey independen memberi peringkat kedua dunia sebagai selebriti yang terkenal di dunia.
Dibawah pemilik baru, perusahaan Kentucky Fried Chicken tumbuh dengan cepat. Kemudian menjadi perusahaan terbuka pada 17 Maret 1966, dan terdaftar pada New York Stock Exchange pada 16 Januari 1969. Lebih dari 3,500 waralaba dan restoran yang dimiliki perusahaan beroperasi hampir di seluruh dunia ketika Heublein Inc. mengakusisi perusahaan KFC pada 18 Juli 1971 seharga $285 million.
Kentucky Fried Chicken menjadi anak perusahaan dari R.J. Reynolds Industries, Inc. (sekarang RJR Nabisco, Inc.), semenjak Heublein Inc. diakuisisi oleh Reynolds pada tahun 1982. KFC diakuisisi pada Oktober 1986 dari RJR Nabisco, Inc. oleh PepsiCo, Inc., seharga kurang lebih 840 juta dolar.
Pada Januari 1997, PepsiCo, Inc. mengumumkan spin-off restoran cepat sajinya — KFC, Taco Bell dan Pizza Hut – menjadi perusahaan restoran independen, Tricon Global Restorans, Inc. Pada Mei 2002, perusahaan mengumumkan menerima persetujuan pemilik saham untuk merubah nama perusahaan menjadi Yum! Brands, Inc. Perusahaan, yang dimiliki oleh A&W All-American Food Restorans, KFC, Long John Silvers, Pizza Hut dan Taco Bell restorans, adalah perusahaan restoran terbesar di dunia dalam kategori unit system dengan jumlah mendekati 32,500 di lebih dari 100 negara dan wilayah.
Sampai akhirnya ia terserang penyakit leukemia pada tahun 1980 di usia 90 tahun, Kolonel telah melakukan perjalanan 250,000 mil dalam satu tahun kunjungan restoran KFC mengelilingi dunia.
Dan itu semua dilakukan oleh seorang laki-laki berusia 65 tahun yang menggunakan uang jaminan sosialnya untuk memulai usaha.
Impian untuk sukses tidak harus impian masa kecil, bisa juga saat usia sudah senja.
Inilah kegigihan Kolonel Sanders pendiri waralaba ayam goreng terkenal KFC. Dia memulainya di usia 66 tahun, pensiunan angkatan darat dari negara adidaya, tidak memiliki uang sepeser pun kecuali dari tunjangan hari tuanya, yang semakin menipis. Dia memiliki keahlian dalam memasak, dia tawarkan resep masakannya ke lebih dari 1.000 restoran di negaranya. Akhirnya restoran yang ke-1008, menerima resepnya tersebut dan kini kita dapat menikmatinya di Indonesia, Kentucky Fried Chicken.
Mungkin impian Kolonel Sanders sangat sederhana, ingin memiliki uang yang layak untuk hidup di hari tuanya yang tinggal sebentar lagi.
LIEM SIOE LIONG (SOEDONO SALIM)
MEMBANGUN KERAJAAN DAGANG DUNIA
Liem Sioe Liong yang mulai mengenal Indonesia pada usia 20 tahun, kurang lebih 45 tahun lalu, mengatakan, “Anda harus dilahirkan di tempat dan waktu yang benar.” Dan, Anthony Salim – putranya yang bernama kelahiran Liem Fung Seng -, ikut berkomentar kepada majalah yang sama, “Jika anda ingin menangkap seekor ikan, pertama-tama anda harus membeli umpan.”
Kalimat pendek yang cenderung merupakan ungkapan dalam sastra Indonesia itu, sebenarnya gambaran prinsip mereka berdagang di Indonesia sampai merembes ke kancah Internasional. Dengan grup yang ia pimpin, Soedono Liem Salim kelahiran Fukien, 1916 yang bermula bersama kakaknya: Liem Sioe Hie, membantu paman mereka berdagang minyak kacang di Kudus-Jawa Tengah, anak kedua dari tiga bersaudara ini bisa menggaji 25 ribu tenaga kerja. Dari Eksekutif Senior sampai sopir truk yang jumlahnya tak kurang dari 3000 armada termasuk pengangkut semen perusahaan Liem Cs.
Terkaya di Indonesia, memiliki 40 perusahaan, Liem Sioe Liong dengan para kamradnya menghasilkan omset bisnis tak kurang dari US$ 1 milyar setahun. Konon kekayaan pribadi Liem sendiri, ada yang menyebutkan, sekitar US$ 1,9 milyar = Rp. 1,2 triliun.
Di kalangan pedagang Tionghoa Indonesia dia terkenal dengan sebutan “Liem botak”. Sejarah orang bernama Liem Sioe Liong (60 tahun) dimulai di sebuah pelabuhan kecil. Fukien di bilangan Selatan Benua Tiongkok. Dia dilahirkan di situ pada tahun 1918.
Kakaknya yang tertua Liem Sioe Hie – kini berusia 77 tahun – sejak tahun 1922 telah lebih dulu beremigrasi ke Indonesia – yang waktu itu masih jajahan Belanda – kerja di sebuah perusahaan pamannya di kota Kudus. Di tengah hiruk pikuknya usaha ekspansi Jepang ke Pasifik, dibarengi dengan dongeng harta karun kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara, maka pada tahun 1939, Liem Sioe Liong mengikuti jejak abangnya yang tertua. Dari Fukien, ia Berangkat ke Amoy, dimana bersandar sebuah kapal dagang Belanda yang membawanya menyeberangi Laut Tiongkok. Sebulan untuk kemudian sampai di Indonesia. Sejak dulu, kota Kudus sudah terkenal sebagai pusat pabrik rokok kretek, yang sangat banyak membutuhkan bahan baku tembakau dan cengkeh. Dan sejak jamam revolusi Liem Sioe Liong sudah terlatih menjadi supplier cengkeh, dengan jalan menyelundupkan bahan baku tersebut dari Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian melalui jalur-jalur khusus penyelundupan menuju Kudus. Sehingga tidak heran dagang cengkeh merupakan salah satu pilar utama bisnis Liem Sioe Liong pertama sekali, disamping sektor tekstil. Dulu juga dia, banyak mengimpor produksi pabrik tekstil murahan dari Shanghai.
Untuk melicinkan semua usahanya dibidang keuangan, dia punya beberapa buah bank seperti Bank Windu Kencana dan Bank Central Asia. Di tahun 1970-an Bank Central Asia ini telah bertumbuh menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia dengan total asset sebesar US$ 99 juta.
Salah satu peluang besar yang diperoleh Liem Sioe Liong dari Pemerintah Indonesia adalah dengan didirikannya PT. Bogasari pada bulan Mei 1969 yang memonopoli suplai tepung terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi sekitar 2/3 penduduk Indonesia, di samping PT. Prima untuk Indonesia bagian Timur.
Hampir di setiap perusahaan Liem Sioe Liong dia berkongsi dengan Djuhar Sutanto alias Lin Wen Chiang yang juga seorang Tionghoa asal Fukien.
Bogasari sebuah perusahaan swasta yang paling unik di Indonesia. Barangkali hanya Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas punya pelabuhan sendiri, dan kapal-kapal raksasa dalam hubungan perteriguan bisa langsung merapat ke pabrik.
Begitu perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin menjadi titik tolak majalah Insight, Asia’s Business Mountly terbitan Hongkong dalam penerbitan bulan Mei tahun ini, menampilkan lukisan karikatural Liem Sioe Liong berpakaian gaya Napoleon Bonaparte. Dadanya penuh ditempeli lencana-lencana perusahaannya. Perusahaan holding company-nya bernama PT Salim Economic Development Corporation punya berbagai macam kegiatan yang dibagi-bagi atas berbagai jenis divisi; masing-masing adalah: (1) divisi perdagangan, (2) divisi industri, (3) divisi bank dan asuransi, (4) divisi pengembangan (yang bergerak dibidang hasil hutan dan konsesi hutan), (5) divisi properti yang bergerak dibidang real estate, perhotelan, dan pemborong, (6) divisi perdagangan eceran dan (7) divisi joint venture. Setiap divisi membawahi beberapa arah perusahaan raksasa, berbentuk perseroan-perseroan terbatas.
Pelbagai kemungkinan untuk lebih mengembangkan lajunya perusahaan sekalipun tidak akan meningkatkan permodalan, seperti go-public di pasar saham Jakarta, – dilangsungkan group Soedono Lem Salim dengan gencar. Halangan maupun isu bisnis yang mengancam perusahaannya, nampak tak membuat Liem cemas. Seperti katanya kepada Review, “Jika anda hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang, anda akan gila. Anda harus melakukan apa yang anda yakini.” Bermodal kalimat pendeknya itu pulalah mengantar Liem Sioe Liong muda di Kudus yang juga terkenal sebagai Lin Shao Liang menjadi Soedono Salim si Raja Dagang Indonesia, belakangan ini.
MARIMUTU SINIVASAN
Marimutu Sinivasan lahir di Medan, Sumatra Utara, 17 Desember 1937. Di kota itulah pria keturunan Tamil India ini menempuh pendidikan dasar hingga universitas. Tetapi, ia tidak lama duduk di bangku kuliah Universitas Islam Sumatra Utara, karena keburu bekerja di sebuah perusahaan perkebunan. Tidak lama di sana, kemudian ia terjun ke dunia bisnis. “Saya merasa tidak cocok jadi pegawai,” katanya.
Kakek enam cucu ini mulai berbisnis tekstil pada 1958. Dua tahun kemudian ia pindah ke Jakarta. Pada 1962 ia membuka pabrik pembuatan polekat–bahan sarung–yang pertama di Jakarta. Kemudian pada 1967 ia bisa mendirikan perusahaan batik dan selanjutnya membuka pabrik penyelupan. Pada 1972, Sinivasan membeli pabrik batik di Batu, Jawa Timur.
Pada 1977 ia membangun pabrik poliester di Semarang, selanjutnya pada 1985-1986 ia membangun pabrik polimer lagi. Setahun berikutnya, ia membangun pabrik garmen di Ungaran– sekarang dikelola adiknya, Marimutu Manimaren. Kawasan pabrik Texmaco seluas 1.000 hektare di Subang, Jawa Barat, lengkap dengan sekolah politeknik mesin, diresmikan oleh menteri perindustrian waktu itu, Ir. Hartarto.
Di Serang pulalah pabrik alat berat dan mesin Texmaco dipusatkan. Salah satu produknya, truk Perkasa, dipesan 800 unit oleh TNI. Di Karawang, sebelah timur Jakarta, Texmaco juga membangun kompleks pabrik tekstil seluas 250-an hektare. Produk tekstilnya, merek Simfoni dan Texana, dikenal luas, selain untuk kebutuhan dalam negeri juga banyak dipesan beberapa perusahaan terkenal, seperti Mark & Spencer dari Inggris atau Tomy Helfinger dari Amerika Serikat.
Sinivasan memang termasuk salah seorang pengusaha nasional yang sangat sukses. Penggemar membaca ini masih menempati rumah kontrakan di Jalan Pasuruan 4 Menteng, Jakarta Pusat. Rumah bertingkat dua itu ditinggalinya bersama istrinya. Sementara itu, rumahnya sendiri di Jalan Tulungagung, tak jauh dari rumah kontrakannya, tidak ditempati. Tidak jelas apa alasannya. Di garasi rumah yang lumayan besar itu, terparkir tiga Mercedez Benz tipe 300 E dan satu BWM seri 740 iL. Sinivasan lebih suka mengendarai Volvo 960 hitam nomor B1142NO ketimbang empat mobil lainnya itu.
Ada kebiasaan menarik dari keseharian Sinivasan: ia harus tidur minimal enam jam sehari. “Kalau kurang tidur, konsentrasi saya menurun,” katanya. Rupanya, kebiasaan itu sudah “bawaan” sejak remaja. Bahkan, dulu lebih dahsyat lagi. Lelaki yang kini memimpin 30-an perusahaan ini biasa tidur sampai delapan jam sehari. Toh, ia tidak pernah kekurangan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya. “Kuncinya adalah memanfaatkan jam kerja sebaik mungkin,” katanya. Pukul 7.30, ia sudah asyik di ruang kerja dan baru pulang setelah larut malam.
Berbagai predikat negatif sudah diberikan kepadanya. Sebut saja pengusaha hitam, pengusaha edan, tukang suap, kriminal, pendiri pabrik rongsokan, dan sebagainya. Tapi, Marimutu Sinivasan, CEO Texmaco Group tampak tetap tegar. Dia tidak terlalu ambil pusing atas berbagai penilaian itu. Karena dia merasa apa yang dia buat adalah untuk kepentingan bangsa dan negara. Sinivasan berobsesi membangun industri enjiniring demi kemajuan bangsa dan negara. Pengusaha yang tak sempat main golf dan tenis ini yakin, suatu saat, bisnis enjiniring yang dibangunnya akan menjadi andalan.
Industri enjiniring, khususnya otomotif di tanah iir adalah killing field. Manakala Indonesia ingin membangun industri otomotif nasional selalu dibantai. Seperti halnya sedan Timor yang sempat menurunkan harga mobil, tapi dibantai kiri-kanan. Meski ladang pembantaian, Sinivasan tak surut. Jika Jepang dan Korsel mampu mandiri dalam bidang industri barang modal dan otomotif, Indonesia juga bisa. Indonesia tak perlu inferior. “Bung Karno bilang, kita bukan bangsa tempe, dan saya ingin mewujudkan kebenaran pandangan itu,“ ujar ayah enam anak yang merintis usaha dari nol sejak 39 tahun silam.Tanpa tedeng aling-aling, pengusaha yang tetap tampak energik itu menanggapi berbagai penilaian buruk kepadanya.
Utang Texmaco yang berjumlah Rp 16,5 triliun itu, awalnya sekitar Rp 7 triliun. Karena pinjaman diperoleh dalam dolar pada kurs Rp 2.400 per dolar AS. Waktu itu, bunga pinjaman dolar sekitar 11 persen, sedang rupiah sekitar 22 persen.
Ketika terjadi krisis ekonomi, sebagian pinjaman dolar ditukar pada kurs Rp 10.000 dan Rp 12.000 oleh bank kreditor. Dengan melemahnya nilai rupiah, maka utang Texmaco membengkak menjadi Rp 16,5 triliun. Kredit itu berjangka waktu 7-8 tahun. Tapi, konsultan, yang ditunjuk oleh BPPN, menilai bahwa kredit ini dapat dibayar kembali dalam waktu 11 tahun. Acuan restruksturisasi adalah cash flow perusahaan. Semua aset Texmaco sudah diserahkan ke BPPN.
Marimutu merasa heran kenapa ada yang mengaku pengamat ekonomi terlalu memandang negatif terhadap Texmaco. Namun dia mengagumi ekonom senior seperti Sumitro Djojohadikusum, Mohammad Sadli, Frans Seda, dan Emil Salim. Karena komentar mereka tentang suatu masalah ekonomi bersih dari unsur kepentingan. Kedekatan dengan Pak Harto dan BJ Habibie. Bahkan bisa merebut simpati Gus Dur dan Megawati. Marimutu tidak merasa ada perlakuan khusus dari para pemimpin itu. “Kalau saya diberi hak monopoli, kemudahan mendapat dana, pembebasan dari proses hukum, dan sebagainya, itu baru namanya perlakuan khusus,” katanya. Tapi, silakan teliti,mana ada bisnis tekstil yang monopoli? Begitu memasuki bisnis enjiniring, apakah Texmaco meminta hak monopoli? “Kami memasuki bisnis dengan kesadaran penuh untuk menghadapi persaingan dan pasar bebas,” ujarnya. Mengenai kedekatan dengan Soeharto? Apakah Texmaco mendapat hak monopoli selama 32 tahun seperti sejumlah perusahaan milik konglomerat tertentu?
“Saya mendapatkan kredit lewat prosedur biasa. Tidak ada unsur KKN dalam proses mendapatkan kredit. Toh, selain dari Bank domestik, Texmaco mendapat pinjaman sekitar 1,3 miliar dollar AS dari lembaga keuangan asing. Pinjaman dari lembaga keuangan asing itu tak bisa diperoleh dengan KKN, tapi berdasarkan pertimbangan bisnis murni,” tegasnya.
Sebelum krisis, 1997, Texmaco sudah menjadi nasabah BNI selama lebih dari 30 tahun. Selama kurun waktu itu, tidak pernah terjadi default pembayaran bunga maupun angsuran. Bahkan Texmaco membayar kembali 500 juta dollar AS kreditnya kepada BNI dan BRI. Setelah pengembalian uang tersebut, Texmaco memasuki bidang enjiniring dengan mengajukan 1 miliar dolar AS kredit untuk enjiniring dari BNI, BRI dan beberapa bank lainnya dalam suatu konsorsium. Permohonan itu disetujui karena track-record Texmaco dinilai patut dan layak menerima kredit tersebut.
Texmaco hanya mendapatkan penjadwalan ulang. Itu wajar, karena sesuai dengan skala usaha Texmaco dan hasil due diligence pihak ketiga . Lagi pula, sebelum krisis, Texmaco mendapat grace period sekitar dua tahun dan pembayaran kembali 5-6 tahun.
Selain itu, pemerintah kini menguasai 70 persen Texmaco (Newco). Pihak BPPN sudah menjelaskan, porsi kepemilikan 70 – 30 persen di Newco di maksudkan untuk memberikan voting rights kepada pemerintah dalam mengamankan aset-aset Texmaco. Dengan menguasai mayoritas, maka tak ada penjualan aset Texmaco yang diluar persetujuan BPPN.
Pola restrukturisasi utang Texmaco lebih tepat disebut rescheduling atau penjadwalan ulang. Bukan debt to equity swap. Dan itu sangat wajar, mengingat krisis ekonomi yang begitu dalam – yang antara lain disebabkan oleh kebijakan pemerintah – melipatgandakan jumlah utang. Dengan penjadwalan ulang, utang tetap utang, dan untuk melunasi utang itu diterbitkan exchangeable bonds.
Kwik Kian Gie saat menjabat Menko Ekuin pernah menudingnya dengan kata pengusaha hitam. Marimutu menanggapinya dingin. Menurutnya, kata pengusaha hitam itu lebih berkonotasi rasial. “Apa karena kulit saya ini hitam, maka dibilang pengusaha hitam? Mereka kerap menyebut saya pengusaha keturunan India. Padahal, saya sudah generasi ketiga di Indonesia dan sungguh-sungguh merasa sebagai orang Indonesia. tak mode lagi kita bicara soal SARA. Pengusaha hitam dalam arti moral, saya tak mengerti. Karena kita tak bisa dengan mudah menilai moral seorang, apalagi hanya berdasarkan isu,” katanya.
Texmaco dinilai piawai dalam melobi sehingga selalu survive dalam setiap rezim, mulai dari rezim Soeharto, Habibie, Gus Dur hingga Megawati.
“Kalau kami jago melobi, maka takkan ada pers yang ngerjain Texmaco. Saya akan melobi konglomerat pers, Jakob Oetama, dan para pimpinan media massa terkemuka di negeri ini,” kata Sinivasan. Dia pun mengingatkan kata-kata Goobels, menteri penerangan dan propaganda masa Hitler. Goobels bilang, kebohongan yang digulirkan terus menerus, suatu saat, akan dirasakan sebagai kebenaran. Begitu juga berita bohong tentang Texmaco.
Pabrik enjiniring Texmaco dibilang barang rongsokan. Stir dan rem truk Perkasa diisukan berkualitas jelek. Mereka tak paham atau pura-pura tak paham bahwa truk Perkasa menggunakan rem angin atau air brakes dan stirnya sudah menggunakan power steering, dan semua mengunakan lisensi dari jerman dan Inggris. Truk Perkasa sudah masuk kategori Euro I dilihat dari emisi gasnya, dan pada tahun depan menjadi Euro II. Banyak truk dan kendaraan di Indonesia saat ini masih belum masuk Euro I dalam hal polusinya.
“Mereka menyebut saya tukang suap. Ada juga berita yang menyebutkan, Rizal Ramli itu konsultan Texmaco dan Taufik Kiemas pernah menjadi komisaris Texmaco. Sejumlah media terus-menerus menghembus isu pengusaha hitam. Malah sebuah majalah berita mingguan dalam opininya menyatakan, Sinivasan adalah kriminal. Perlu ada poster ‘wanted’ lengkap dengan foto yang disebarkan ke seluruh pelosok negeri.
Opini media itu menyatakan saya tak kooperatif. Padahal, tak pernah satu kalipun saya menolak panggilan Kejakgung. Dan saya juga tak meminta pengampunan utang. Utang bukan dosa, dan kami bersedia membayar semua utang itu. Itu semua adalah trial by the press yang dilakukan dengan sistematis oleh pers yang berkolaborasi dengan kelompok kepentingan tertentu yang menghendaki Texmaco hancur.
Sejak muda, saya sangat terkesan dengan pemikiran para founding father kita. Bung Karno berupaya membangkitkan harga diri bangsa dengan menancapkan pandangan bahwa “ kita bukan bangsa tempe “. Bung Hatta menekankan pentingnya upaya meningkatkan kemampuan ekonomi rakyat, antara lain, lewat koperasi. Sedang Bung Sjahrir mengemukakan pentingnya industrialisasi, modernisasi, dan mekanisasi mulai dari desa-desa.
Saya berupaya melaksanakan gagasan para founding father dengan mengembangkan intellectual capital serta membangun industri engeneering terpadu. Saat ini, ada sekitar 3.000 sarjana yang bekerja di Texmaco. Para sarjana itu mampu mendesain, membuat mesin-mesin yang digerakkan oleh komputer yang seluruh produk elektroniknya dirancang dan dibangun di Indonesia. Mereka bisa membuat 80 persen mesin industri otomotif, traktor, diesel, transmisi, industri tekstil, alat-alat industri baja dan sebagainya. Semua itu dikerjakan putra Indonesia. Mungkin hanya sekitar 20 persen komponen yang masih diimpor.
Berapa besar aset intelektual yang sudah diciptakan Texmaco?
Mereka mampu membuat mesin tekstil, mesin perkakas berstandar dunia, dan rancang bangun. Kini mereka juga mulai membuat aneka mesin, komponen otomotif, motor, traktor, truk, hingga mobil penumpang. Inilah intangible assets atau aset maya yang tak ternilai harganya.
MARIUS “C59″ WIDYARTO
SUKSES BERBISNIS DENGAN DESAIN KREATIF
Tentu sebagian besar dari Anda pernah mendengar nama kaus bermerk C59. Kesuksesan C59 tidak lepas dari kepiawaian penggagasnya, Marius Widyarto atau yang akrab dipanggil Mas Wiwied. Bermula dari rasa gusarnya melihat teman-temannya yang memamerkan kaos bergambar kota mancanegara buah tangan dari orang tuanya usai bepergian dari luar negeri, Wiwied kemudian tertantang untuk membuat sendiri kaus bergambar patung Liberty dan kota New York dan sesumbar bahwa omnya juga baru datang dari luar negeri,sejak saat itulah ia semakin dikenal sebagai orang yang piawai membuat kaus, sampai-sampai, ketika ia bekerja di sebuah perusahaan kontraktor, ia lebih sering didatangi orang untuk urusan pesanan kaus daripada untuk pekerjaannya.
Wiwied yang sejak kecil menyukai pekerjaan prakarya memulai usahanya dari rumahnya yang berukuran 60 m2 di Gang Caladi 59, yang akhirnya menjadi nama merk kausnya dengan modal awal dari hasil penjualan kado pernikahannya dengan Maria Goreti Murniati. Mental entrepreneur Wiwied banyak ditempa ketika ia ikut seorang pengusaha keturunan di Bandung yang memperlakukannya secara keras.Pada awalnya Wiwied menjalankan usahanya dari order kanan kiri, ia juga ikut mendesain,memilih bahan, memotong,menjahit, menyablon sampai finishing disamping juga mencari order.
Usahanya meningkat ketika mendapatkan order dari Nichimen-perusahaan Jepang yang bergerak di bidang pestisida, kaus itu untuk dibagi-bagikan ke para petani.
Usahanya semakin terasa meningkat setelah mengikuti kegiatan Air Show 1986 di Jakarta yang diikuti pula oleh para peserta dari mancanegara.
Wiwied kemudian juga merambah bidang retail yang bermula dari menjual sisa order yang tidak memenuhi syarat yang ternyata juga diminati orang. Setelah usahanya meningkat, pada tahun 1992, ia kemudian pindah ke Jalan Tikukur no.10 yang kemudian memborong rumah di sekitarnya yakni no.4,7,8,9 yang kemudian ia jadikan kantor dan showroom produknya. Selain itu ia juga membuka showroom di daerah lain,seperti Balikpapan, Bali,Yogya dan kota lain sehingga kini ia memiliki sekitar 600 outlet di Indonesia dengan mempekerjakan sekitar 4000 karyawan.
Di mancanegara,Wiwied memiliki 60 showroom yang tersebar di Slowakia,Polandia, dan Czech dan bahkan kini ia juga sudah merambah jaringan Metro Dept.Store di Singapura. Keberhasilannya menembus mancanegara bermula dari beberapa stafnya yang bersekolah di luarnegeri yang biasanya membawa satu dua koper kaus C59 dan dijual pelan-pelan di sana, kemudian diadakan survey yang tenyata pasar di sana menguntungkan karena memiliki empat musim, sehingga tidak hanya bisa menjual t-shirt namun juga sweater atau jaket.
Wiwied juga memiliki sebuah pabrik di atas tanah seluas 4000m2 di daerah Cigadung, Bandung. Pabrik ini dibangun setelah mendapatkan kredit dari Robbie Djohan yang saat itu menjabat Dirut Bank Niaga pada tahun1993, ketika itu Bank Niaga memesan t-shirt ke C59. Di tahun yang sama pula ia mengubah bentuk usahanya menjadi PT. Caladi Lima Sembilan.
Keberhasilan Wiwied dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang telah ia terima, diantaranya Upakarti 1996, ASEAN Development Executive Award 2000-2001,Dan pemenang I Enterprise 50.
Filosofi bisnis Wiwied sendiri terinspirasi dari burung Caladi yang berasal dari bahasa Sunda yang berarti burung pelatuk. Wiwied mengartikan Caladi sebagai 5 citra dan 9 cita-cita, lima citra itu menggambarkan karakter sumberdaya manusia yang dimiliki C59 yakni, cakap, cerdik, cermat, cepat, dan ceria.Sedangkan 9 cita-citanya adalah customersatisfaction, company profit, confident working atmosphere, control, collaboration, clear mind, creativity, dan consultative. Wiwied juga ingin seperti burung pelatuk Woody Woodpecker yang tidak mau kalah dari pesaingnya, dan bila kita perhatikan burung pelatuk selalu fokus ketika mematuk pohon, Wiwied pun ingin selalu fokus di bidang garmen.
Salah satu kunci sukses Wiwied juga terletak pada penggalian ide desain yang tidak pernah berakhir, baginya riset desain sangatlah penting karena kekuatan produknya ada pada rancangan,apalagi industri t-shirt cepat berganti tren. Karyawannya pun mendapat kesempatan jalan-jalan untuk mencari ide-ide segar, bahkan ia membiarkan karyawannya untuk tidak masuk asalkan ketika ia masuk ia sudah membawa ide bagus.
Setiap desain yang akan dikeluarkan harus dipresentasikan lebih dulu, kemudian setelah terpilih, baru dilanjutkan dengan prosesi produksi, pemilihan bahan,teknik cetak,warna, dan sebagainya.
Wiwied juga terlihat sangat piawai membangun networking, ia selalu berusaha membangun hubungan baik dengan supplier, support, customer, dan government. Ia sangat percaya bahwa relationship adalah kunci kesuksesan dari bisnis. Wiwied mengaku kalau dia merupakan biangnya koperasi,untuk itu ia juga mendirikan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya, omset koperasinya saat ini sekitar Rp 600 juta. Ia bangga karena telah dapat mewujudkan impiannya untuk membuka lapangan kerja bagi banyak orang.
MATSUSHITA KONOSUKE
Dari beberapa nama tokoh Jepang yang berhasil membangun perekonomian Jepang, nama Matsushita Konosuke termasuk di dalam kelompok nama tersebut. Matsushita berhasil membangun kerajaan industrinya hingga mencapai tujuh ratus sembilan puluh lima perusahaan dengan jumlah karyawan sebanyak seratus lima puluh ribu orang. Setelah sukses, Matsushita menulis beberapa buah buku dan majalah yang berperan dalam menyebarkan gagasan-gagasannya untuk dapat dipahami oleh masyarakat Jepang. Ia juga mengumpulkan pemuda-pemudi Jepang yang berbakat untuk dididik dan dipersiapkan sebagai generasi penerus yang siap memimpin Jepang di masa datang.
Matsushita Konosuke dilahirkan pad tahun 1894 di Wakayama, Wilayah Barat Jepang. Sebagai seorang anak bungsu dari keluarga petani tuan tanah selama empat puluh generasi, masa muda Konosuke dapat dilalui dengan baik. Kebahagiaan ini tidak dapat dinikmati lebih lama oleh Konosuke karena ayahnya menderita rugi dalam sebuah usaha spekulasi beras. Kerugian ini mengakibatkan ayahnya menjual semua harta bendanya. Konosuke lalu meninggalkan bangku pendidikan tanpa menyelesaikan bangku pendidikan dasar. Ayahnya lalu membuka sebuah toko alas kaki kayu dan usaha ini berkembang dengan lambat. Untuk mempercepat waktu dalam mengembangkan usaha, kembali ayah Konosuke bermain spekulasi beras, dan gagal lagi. Selanjutnya ayahnya pergi ke Osaka dan bekerja sebagai buruh. Setelah menderita keugian terus-menerus, saudara-saudara Konosuke mulai meninggal satu persatu karena TBC. Dalam keadaan krisis tersebut, surat ayahnya datang yang memberitahukan bahwa di Osaka ada sebuah keluarga yang membutuhkan seorang tenaga pembantu yang masih muda. Pada usia sembilan tahun, Konosuke memulai perjalannya yang pertama menuju Osaka dengan kereta api. Perjalanan itu pada tanggal 23 November 1904 pada saat perang Rusia Jepang sedang berkecamuk dengan dahsyat. Ia sampai di Osaka dan mendapatkan pekerjaan yang diberitahukan ayahnya, yaitu pekerjaan merawat anak majikannya dengan gaji 10 sen per bulan yang dibayar dalam waktu dua kali setiap bulan. Konosuke mulai memperlihatkan bakatnya yang rajin dan penuh tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Hal ini menjadikan majikannya sangat menyukainya. Tidak bulan bekerja, Konosuke akhirnya berhenti dari pekerjaan merawat bayi, tetapi majikannya membantu Konosuke untuk mendapatkan pekerjaan baru karena menilai Konosuke sebagai seorang pekerja yang baik.
Akhirnya ia bekerja di pedagang sepeda, Dodai Shoten, di Senba, Osaka. Ia bekerja keras untuk membersihkan rumah dan barang dagangan dan mulai mempelajari cara mengelola usaha itu dan memperbaiki sepeda yang rusak. Para pelanggan juga sering memintanya untuk membelikan sebungkus rokok sambil menunggu sepedanya diperbaiki. Konosuke sadar, bahwa setiap membeli 20 bungkus rokok, ia mendapat sebungkus rokok gratis. Ia mulai terkenal di antara para pelanggan karena kecerdikan dan sifat ramahnya. Suatu hari, seorang pelanggan menanyakan prosedur pembelian sepeda. Karena majikannya sedang pergi, Konosuke lalu mengunjungi calon pembeli itu. Calon pembeli itu bersedia membeli sebuah sepeda bila diberi rabat sebesar sepuluh persen. Ketika Konosuke menyampaikan kepada majikannya, majikannya hanya bisa memberi rabat sebesar lima persen. Konosuke berusaha membujuk majikannya dengan berbagai cara, tetapi tidak berhasil. Ketika Konosuke memberitahukan kepada calon pembeli tadi dan menceritakan upaya yang dilakukannya dalam membujuk majikannya, pembeli tadi akhirnya bersedia membeli sepeda dengan rabat lima persen dan menyatakan kesediaan sebagai pelanggan selama Konosuke tetap bekerja di toko sepeda itu. Belajar dari pengalaman tersebut Konosuke menyadari sepenuhnya akan pentingnya bekerja keras dan sunguh-sungguh dalam berusaha.
Suatu saat, Konosuke menemukan seorang karyawan yang tidak jujur. Ia lalu memberitahukan hal itu kepada majikannya dan meminta karyawan tersebut agar dipecat, tetapi majikannya tidak setuju. Konosuke lalu mengancam akan mengundurkan diri bila karyawan tersebut tidak dipecat. Majikannya akhirnya menyetujui permintaan Konosuke. Konosuke berpendapat bahwa kejujuran sangat penting dalam bekerja.
Konosuke mulai tertarik pada kereta api listrik ketika trem listrik muncul pertama kali di Osaka. Tertarik akan trem listrik, Konosuke lalu bekerja di Osaka Electric Light Company sejak Oktober 1910, dengan tujuan utama untuk belajar mengenai kelistrikan. Ia bekerja pada pertama kali pada usia 16 tahun sebagai pembantu mandor yang mengatasi perbaikan kabel. Dua tahun bekerja, Konosuke memutuskan untuk sekolah pada Kansai School of Commerce and Industri, sebuah sekolah yang buka pada malam hari di Osaka. Tahap persiapan dapat diselesaikan dengan baik dalam waktu satu tahun. Untuk tingkat selanjutnya tahap listrik, Konosuke tidak dapat melanjutkan lagi karena mendapat kesulitan dalam masalah bahasa.
Usia dua puluh tahun, Konosuke memutuskan untuk menikah dan dua tahun kemudian ia diangkat menjadi penguji para mandor. Setelah bekerja selama tujuh tahun di Osaka Electric Light Company, Konosuke merasa telah memiliki pengetahuan yang memadai dalam masalah listrik dan memutuskan untuk keluar. Ia keluar pada usia 22 tahun dan dengan tabungan sebesar ¥ 20 di tambah dengan ¥ 42 dari pesangonnya. Dengan modal ¥ 62, Konosuke bermaksud untuk membuka usaha baru. Bermodalkan pengalaman memodifikasi barang, yaitu sarang lampu pijar, ia membuka usahanya. Konosuke kesulitan dalam memasarkan produksinya dan keuangannya mulai menipis. Pada saat kritis, nasib baik menyertainya ketika ia mendapat pesanan 1000 insulator kipas angin listrik. Selanjutnya, pelanggan tersebut memesan 20.000 sampai 30.000 insulator bila Konosuke mampu mengirimkan 1000 insultor sebelum akhir tahun. Konosuke lalu bekerja keras dibantu oleh iparnya. Setelah dibantu oleh beberapa sub-kontraktor lainnya, tepat pada tanggal 31 Desember, Konosuke berhasil mengirimkan insultor kipas angin listrik itu dan mendapatkan ¥ 160 sebagai imbalannya.
Dari untung yang diperoleh, Konosuke lalu menyewa gedung di jantung kota Osaka sebagai kantor pertama Matsushita Electric Manufacturing Company. Produk selanjutnya adalah kombinasi steker dengan harga 30% lebih murah dari saingannya. Produk ini segera habis diserbu pembeli. Dalam waktu dua tahun, Konosuke telah mampu memakai 30 orang karyawan. Mereka dididik untuk memproduksi peralatan listrik. Saat itu terdapat kecenderungan untuk tidak memberikan pendidikan kepada karyawan karena dipandang karyawan tersebut dapat keluar dan mendirikan perusahaan tandingan jika sudah pintar. Tetapi Konosuke berpandangan lain, ia menganggap karywan yang pandai akan mampu menghasilkan produk yang bermutu. Keyakinan ini diambil dari ajaran Bushido yang menyatakan bahwa kita tidak boleh menyerang orang yang tidak bersenjata.
Produk berikutnya adalah sebuah steker berujung dua, dan produk ini juga sangat laju di pasaran karena harga lebih murah dan kualitas yang terjamin. Untuk memperlancar usahanya, konosuke mengaktifkan sub-kontraktor dan meperluas jaringannya. Pada usia 27 tahun, Konosuke telah mampu membeli sebidang tanah dan memajukan usahanya tanpa pernah meminjam uang. Selanjutnya ia memproduksi batu baterai berbentuk lonjong untuk lampu sepeda. Ia lalu menghubungi pedagang sepeda eceran dan grosir untuk membangun jaringan penjualan. Selama tiga tahun ia membangun jaringan ini dan setiap bulan ia melakukan perjalanan dari Osaka ke Tokyo untuk mengunjungi para penyalurnya. Popularitasnya mulai berkembang dan para penyalur selalu menanti kedatangan Konosuke.
Harga jual yang ditetapkan oleh konosuke adalah sangat wajar dan konosuke selalu berhati-hati dalam menentukan harga. Konosuke sangat konsisten dengan harga yang ditentukannya dan tidak pernah memberlakukan rabat. Kepada para penyalurnya ia menekankan bahwa mereka masih tetap untung walaupun menjual dengan harga yang lebih murah. Tahun 1927 Konosuke memproduksi lampu sepeda berbentuk segi empat dengan merek National. Setelah yakin akan produksinya yang baru, Konosuke mencoba mengiklankannya dengan cara lain, Konosuke tidak menyukai cara iklan melalui media massa. Ia lalu memberikan secara gratis 10.000 lampu kepada para konsumen. Permasalahan timbul karena Konosuke hanya memproduksi kerangka luar dan tidak membuat batu baterai yang berfungsi sebagai sumber tenaga. Ia lalu meminta 10.000 buah batu baterai untuk melancarkan promosinya. Tetapi perusahaan tersebut menolak. Setelah membujuk beberapa kali tetap tidak berhasil. Konosuke teringat akan strategi “take and give”. Konosuke lalu bersedia memesan 20.000 batu baterai setiap tahun bila ia diberi contoh 10.000 secara gratis. Konosuke lalu memulai promosinya, dan dampak yang terjadi adalah Konosuke mampu menyalurkan 470.000 lampu selama satu tahun. Keuntungan besar diperoleh oleh Konosuke dari perusahaan batu baterai dan peristiwa ini terkenal sebagai legenda matsushita. Bakat utama yang menentukan keunggulan Konosuke adalah kemampuannya dalam mengorganisir jaringan sub kontraktor, memproduksi barang yang dihasilkan laba berlipat dan dapat dengan cepat memproduksi barang baru sebagai pengganti barang yang lama. Ia sangat menghormati orangtuanya dan berusha keras memenuhi pesan ayahnya yang meninggal ketika Konosuke berusia 10 tahun. Kemampuan utama yang paling mendukung usahanya adalah kelihaiannya dalam meramalkan penjualan dan keuntungan yang akan diperoleh. Kemampuannya dalam meramalkan daya tampung pasar jarang meleset.
Perang Dunia terjadi dan perusahaan Konosuke tetap berjalan tetapi dengan produk yang berbeda. Konosuke memproduksi suku cadang bagi keperluan kapal laut dan kapal terbang bagi Angkatan Perang Kerajaan Jepang. Setelah perang usai, pengaruh Konosuke dalam Kamar Dagang Osaka mulai dihapus karena keterlibatannya dalam pembuatan suku cadang untuk perang. Konosuke mencoba untuk membela diri dengan mengatakan bahwa keterlibatannya karena dipaksa oleh Angkatan Perang Kerajaan. Pembelaannya gagal dan Konosuke dilarang melakukan bisnis karena ia terliat dalam memproduksi amunisi untuk perang. 40 buah perusahaan Konosuke yang terlibat dalam perang segera dibubarkan dan Konosuke hanya dapat melakukan kontrol secara tidak langsung terhadap sisa perusahaannya karena tidak dapat memegang jabatan resmi. Atas usaha Konosuke dalam membantu untuk membentuk serikat buruh, tahun 1949 sanksi terhadap Konosuke dihapus dan ia diperbolehkan untuk melakukan bisnis kembali. Setahun kemudian, Perang Korea pecah dan Konosuke mendapat pesanan dari Angkatan Perang Amerika sebesar ¥ 400 juta. Modal baru segera diperoleh untuk menggerakkan usahanya. Tahun 50-an, Konosuke melakukan perjalanan keliling Eropa dan Amerika untuk mempelajari peluang usaha di wilayah tersebut. Hasil dari perjalannya itu adalah sebuah keputusan untuk melakukan kerja sama dengan Philip’s dari Belanda. Kerja sama dilakukan dengan modal awal sebesar ¥ 600 juta dan Philip’s memberikan modal sebesar 30% dan meminta bayaran sebesar 7% atas pengetahuan tehnik mereka. Konosuke merundingkan angka-angka tersebut dan akhirnya berhasil menekan sampai 5%. Selanjutnya ia meminta nilai sebesar 3% atas posisi penasehat pada perusahaan patungan ini. Pada awalnya Philip’s terkejut atas Konosuke, akan tetapi akhirnya mereka setuju karena atas pemintaan Konusuke, akan tetapi akhirnya mereka setuju karena kelihaian Konosuke dalam berunding. Strategi Konosuke akhirnya dapat menekan biaya kemampuan tehnik hanya tinggal 2%.
Akhirnya berdiri perusahaan patungan yang merupakan cikal bakal perusahaan Matsushita Electronics Company yang kemudian hari berkembang menjadi industri raksasa. Produksi awal dimulai dengan bola lampu, lampu tabung hampa, lampu neon dan transistor radio di Jepang. Perusahaan ini dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan keuntungan yang diperoleh sangat besar. Kerja sama ini berakhir pada tahun 1967 dan kedua perusahaan mendapatkan honor royalty masing-masing sebesar 2,5%. Sebagai seorang pionir. Konosuke menuntut seorang pimpinan untuk lebih bekerja keras. Ia menuntut seorang pimpinan untuk datang lebih awal dari bawahannya dan pulang paling akhir. Jepang tidak memiliki sumber daya alam dan sedikit terhambat dalam memulai industrialisasinya, maka tidak ada alasan untuk tidak bekerja keras jika ingin maju menyaingi negara Eropa dan Amerika, demikian ia menekankan kepada para karyawannya.
Konosuke adalah orang yang konsisten dalam memegang prinsip bisnisnya. Salah satu jaringan supermarket yang menyalurkian produk Matsushita Electronics Company, Daiel, pada tahun 1979 memiliki pangsa pasar terbesar di Jepang. Ketika mereka menjual peralatan elektronik Matsushita dengan memberikan rabat, Konosuke marah besar dan menghentikan hubungan bisnis dengan Daiel tanpa menghiraukan kekuatan jaringan pemasaran Daiei. Seorang pedagang eceran yang menjual barang Matsushita meminta kepada grosir untuk mendapatkan sebuah lukisan cat air yang ditandatangai oleh Konosuke. Pedagang kecil itu bersedia membeli sepuluh buah air conditioner bila ia mendapatkan lukisan tersebut. Mendengar permintaan itu, Konosuke menyempatkan diri untuk memenuhi permintaan pedagang eceran tersebut. Di sini terlihat kesungguhan dari Konosuke dalam melakukan usaha sampai ia bersedia memperhatikan hal yang sangat sepele.
Tahun 1975, jumlah pengangguran di Jepang mencapai satu juta orang, angka tertinggi sesudah perang. Konosuke mengatasi masalah ini dengan menerapkan sistem kerja setengah hari. Ia juga membekukan kenaikan gaji bagi manajemen menengah. Pada tahun ini ekonomi Jepang mengalami kemerosotan dan produk elektronik tidak ada yang meminta. Konosuke dengan lihai mengadakan pameran di Moskow untuk membuka jaringan pemasaran di negara komunis ini. Strategi ini dapat menyelamatkan tingkat penjualan Mitsushita. Dengan teratur dan terencana Konosuke membangun jaringan pemasaran ke luar negeri. Juni 1975, North European National Service Co muncul untuk mendukung pemasaran matsushita di daerah tersebut. Untuk pasar Amerika, Konosuke memusatkan bisnis pemasarannnya di New Jersey. Untuk kepentingan pemasaran ini, matsushita menjual obligasi sebesar US$ 100 juta. Matsushita USA lalu membangun perusahaan presisi di Filipina dan diikuti oleh pembentukan Quasar Electrik Company.
Tahun 1977, Konosuke memilih Toshihiko yamashita sebagai penggantinya untuk jabatan presiden dan Masabru Matsushita sebagai ketua Boards of Trustees, sedangkan Konosuke menjabat sebagai penasehat perusahaan. Konosuke telah mampu membangun sebuah industri yang besar dengan bermodalkan kemauan keras dan pengalaman. Seperti layaknya pengusaha lainnya, Konosuke selalu bekerja keras dan berusaha untuk tetap konsisten dengan filosofi bisnisnya, dan itu merupakan salah satu faktor keberhasilannya di samping banyak faktor lainnya. Tidak seperti kebanyakan pengusaha lainnya yang memiliki jenjang pendidikan formal yang tinggi, Konosuke dapat sukses walaupun ia tidak pernah menyelesaikan pendidikannya. Suksesnya karena kerja keras.
MOCHTAR RIADY
Orang banyak mengenal Mochtar Riady sebagai seorang praktisi perbankan jempolan dan seorang konglomerat yang visioner, pandangannya yang jauh ke depan dan sarat dengan filosofi menjadi panutan banyak para pengusaha dan para pelaku pasar. Kali ini kita akan menyoroti jalannya meniti sukses,yang tentu saja tidak semudah dibayangkan oleh banyak orang.
Mochtar Riady sudah bercita-cita menjadi seorang bankir di usia 10 tahun. Ketertarikan Riady yang dilahirkan di Malang pada tanggal 12 mei 1929 ini disebabkan karena setiap hari ketika berangkat sekolah, dia selalu melewati sebuah gedung megah yang merupakan kantor dari Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan melihat para pegawai bank yang berpakaian parlente dan kelihatan sibuk. Riady adalah anak seorang pedagang batik. Pada tahun 1947, Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda dan di buang ke Nanking, Cina, di sana ia kemudian mengambil kuliah filosofi di University of Nanking .Namun, karena ada perang, Riady pergi ke Hongkong hingga tahun 1950 dan kemudian kembali ke Indonesia.
Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, namun ayahnya tidak mendukung karena profesi bankir menurut ayahnya hanya untuk orang kaya, sedangkan kondisi keluarga mereka saat itu sangat miskin.
Pada tahun 1951 ia menikahi seorang wanita asal jember, oleh mertuanya, Riady diserahi tanggungjawab untuk mengurus sebuah toko kecil. Dalam tempo tiga tahun Riady telah dapat memajukan toko mertuanya tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Cita-citanya yang sangat ingin menjadi seorang bankir membuatnya untuk memutuskan pergi ke Jakarta pada tahun 1954, walaupun saat itu dia tidak memiliki seorang kenalan pun di sana dan ditentang oleh keluarganya. Riady berprinsip bahwa jika sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah tidak akan pernah tinggi, namun akan terjadi sebaliknya bila ditanam di sebuah lahan yang luas.
Untuk mencari relasi, Riady bekerja di sebuah CV di jalan hayam wuruk selama enam bulan, kemudian ia bekerja pada seorang importer, di waktu bersamaan ia pun bekerjasama dengan temannya untuk berbisnis kapal kecil. Sampai saat itu,Riady masih sangat ingin menjadi seorang bankir, di setiap kali bertemu relasinya, ia selalu mengutarakan keinginannya itu. Suatu saat temannya mengabari dia jika ada sebuah bank yang lagi terkena masalah dan menawarinya untuk memperbaikinya, Riady tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut walau saat itu dia tidak punya pengalaman sekalipun. Riady berhasil meyakinkan Andi Gappa, pemilik Bank Kemakmuran yang bermasalah tersebut sehingga ia pun ditunjuk menjadi direktur di bank tersebut.
Di hari pertama sebagai direktur, Riady sangat pusing melihat balance sheet, dia tidak bisa bagaimana cara membaca dan memahaminya, namun Riady pura-pura mengerti di depan pegawai akunting. Sepanjang malam dia mencoba belajar dan memahami balance sheet tersebut,namun sia sia, lalu dia meminta tolong temannya yang bekerja di Standar Chartered Bank untuk mengajarinya, tetapi masih saja tidak mengerti.
Akhirnya dia berterus terang terhadap para pegawainya dan Pak Andi Gappa, tentu saja mereka cukup terkejut mendengarnya. Permintaan Riady pun untuk mulai bekerja dari awal disetujuinya, mulai dari bagian kliring, cash, dan checking account. Selama sebulan penuh Riady belajar dan akhirnya ia pun mengerti tentang proses pembukuan, dan setelah membayar seorang guru privat ia akhirnya mengerti apakah itu akuntansi. Maka mulailah dia menjual kepercayaan, hanya dalam setahun Bank Kemakmuran mengalami banyak perbaikan dan tumbuh pesat. Setelah cukup besar, pada tahun 1964, Riady pindah ke Bank Buana, kemudian di tahun 1971, dia pindah lagi ke Bank Panin yang merupakan gabungan dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.
Mochtar Riady hampir selalu sukses dalam mengembangkan sebuah bank, dia memiliki filosofi tersendiri yang ia sebut sebagai Lie Yi Lian Dje. Lie berarti ramah, Yi memiliki karakter yang baik, Lian adalah kejujuran sedangkan Dje adalah memiliki rasa malu. Visi dan pandangan Riady yang jauh ke depan seringkali membuat orang kagum, dia dapat dengan cepat membaca situasi pasar dan dengan segera pula menyikapinya.
Salah satu contohnya ketika dia berhasil menyelamatkan Bank Buana tahun 1966. Saat itu Indonesia sedang mengalami masa krisis karena Indonesia berada pada masa perubahan ekonomi secara makro, ketika itu Riady sedang berkuliah malam di UI, disitu dia dikenalkan dengan beberapa pakar ekonomi seperti Emil Salim, Ali Wardhana,dkk. Riady segera sadar dan segera mengubah arah kebijakan Bank Buana.
Pertama, dia menurunkan suku bunga dari 20 % menjadi 12 %, padahal pada waktu itu semua bank beramai-ramai menaikkan suku bunganya. Karena suku bunga yang rendah tersebut maka para nasabah yang memiliki kredit yang belum lunas segera membayar kewajibannya. Sedangkan para usahawan yang akan meminjam diberi syarat ketat khususnya dalam hal jaminan, namun karena bunga yang ditawarkan Bank Buana sangat rendah dibanding yang lain maka banyak debitur yang masuk dan tak ragu untuk memberikan jaminan. Dengan cara itu Bank Buana menjadi sehat padahal pada waktu itu banyak klien dan bank yang bangkrut. Dengan otomatis orang mengenal siapa Mochtar Riady.
Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929 adalah pendiri Grup Lippo, sebuah grup yang memiliki lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, dan Shanghai.
Sejarah Grup Lippo bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning pada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting di Bank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin.
Di BCA Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp 5 triliun.
Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia bersemangat. Pada 1987, setelah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp 257,73 miliar. Hal ini membuat kagum kalangan perbankan nasional. Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing. Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan semenjak saat itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Grup Lippo. Saat ini Group Lippo memiliki lima cabang bisnis yakni :
1. Jasa keuangan : perbankan, reksadana, asuransi, manajemen asset,sekuritas
2. Properti dan urban development : kota satelit terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan kawasan industri.
3. Pembangunan infrastruktur seperti pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi.
4. Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektonik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling.
5. Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektronik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling.
MOORYATI SOEDIBYO
KETEKUNAN KERJA PENJUAL JAMU
Soedibyo, kelahiran Sleman. Yogyakarta, sarjana tekstil pensiunan pejabat tinggi departemen perindustrian. Sedang istrinya, yang mungkin lebih banyak diketahui, cucu Raja Surakarta Susuhunan Paku Buwono X. Pribadi mandiri yang sejak usia tiga tahun telah digembleng neneknya, tinggal bersama di Keputren Keraton. Sebagai wanita pengusaha, Mooryati adalah produsen berbagai ragam jamu dan kosmetika tradisonal, plus sekian banyak usaha bisnis lainnya.
Mooryati sangat bersemangat dalam memajukan usahanya. Sesuatu yang wajar. Bahkan sesungguhnya harus menjadi jati diri setiap pengusaha. Apalagi karena sifat bisnisnya sebuah produk, menjadi tidak relevan tuduhan menerima fasilitas. Sebab dalam hal ini, tingkat keberhasilan justru akan tergantung kepada penerimaan masyarakat pengguna produknya. Sekalipun menikmati fasilitas berlimpah, banyak produk sejenis juga bertebaran di masyarakat. Pandangan masyarakat menjadi batu ujian, kualitas produknya baik atau jelek, punya daya saing atau tidak.
Ada ungkapan klasik. Nabi tidak dikenal di kampungnya sendiri. Tahun lalu. Mooryati meraih penghargaan dari The Asian Institute of Management (AIM) di Manila. Philipina. Mooryati terpilih selaku seorang wanita pengusaha. Asia yang berhasil menerapkan prinsip manajemen modern (meski produknya tradisonal) dalam bisnis. Penghargaan ini membuktikan, sebagai wanita pengusaha, lewat penilaian para ahli manajemen Asia, Mooryati terbukti telah berada di jalur yang benar.”
Mooryati sekarang ini paling tidak tercatat sebagai direktur utama dari empat perusahaan raksasa. Bisnis utamanya, produsen jamu dan kosmetika tradional, tetap menjadi andalan. Alumni jurusan bahasa Inggris. Universitas Saraswati Solo dan pemilik ijazah tingkat V Aliance Francaise ini, pada kenyataannya juga memimpin perusahaan yang bergerak dalam bidang gedung perkantoran serta hotel berbintang. Malahan bulan lalu, di tengah kinerja berbagai bank merosot, Mooryati malahan menguasai sebuah bank papan atas. “Ah…tapi bank tersebut tidak saya beli sendirian. Saya tetap hanya dodol jamu, berjualan jamu saja,” katanya berkilah.
Roma memang tidak dibangun dalam sehari. Demikian pula kerajaan bisnis Mooryati tidak tercipta dalam sekejap. Segala macam sukses pada hari ini, bertolak belakang dengan suasana ketika pertengahan tahun 1973 Mooryati dengan modal Rp. 25.000,- merintis bisnis dengan meramu sendiri minuman beras kencur di garasi rumah, bersama dua orang pembantunya. “Saya sengaja membikin beras kencur, karena paling gampang. Bisa dikerjakan malam hari, paginya langsung saya bawa ke arisan atau ditawarkan dari rumah ke rumah…”.
Untuk menjamin mutu, bahan bakunya dibeli dari Solo, Jawa Tengah. Masa itu Mooryati harus pulang balik Jakarta-Solo sekali seminggu naik bis malam, karena modal terbatas. Dia juga harus membawa uang kontan, karena para penjual bahan (jamu) belum mengenalnya. “Semuanya saya jalani dengan ikhlas…”.
Ketekunannya berusaha bisa menjadi teladan. Tanpa menyerah, Mooryati secara cermat terus mengembangkan industrinya, terus memperluas pasar dan menapak ke atas. Dua tahun setelah produk beras kencurnya dimasyarakatkan, dengan pembantu berkembang menjadi sepuluh orang, produknya berjumlah enam macam. Tetapi baru setelah lima tahun berjalan, dengan karyawan sekitar 50 orang, produksinya mulai masuk ke salon-salon kecantikan.
Berkembangnya produksi penyebab munculnya konflik situasi. Para karyawannya harus bekerja sampai malam, mereka ikut tidur di rumah pribadinya yang sempit di Jalan Sawo. “Privacy keluarga mulai terganggu.” Di setiap tempat banyak tumpukan botol atau bahan mentah jamu berserakan, di segala sudut rumah ada orang bekerja. Maka saya segera putuskan, membikin pabrik di Ciracas. Diresmikan pada tanggal 8 April 1987 oleh Menteri Kesehatan Soewardjono Soeryaningrat..”
Berbareng dengan tumbuhnya kesadaran untuk kembali ke alam, jamu dan kosmetika tradisional buatan Mooryati mulai berkembang pesat. Produksinya tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat setempat, namun juga telah diterima luas sejak dari Jepang sampai negara-negara di Timur Tengah. Jamu tradisional tidak lagi sekedar hanya merupakan industri rumah tangga, melainkan sudah tumbuh menjadi industri sekaligus eksportir raksasa.
Lahir di Solo pada tanggal 5 Januari 1928, usianya yang sudah mulai senja sama sekali tidak pernah menyurutkan langkahnya. Mooryati masih selalu tangkas, setangkas tokoh wayang Srikandi idamannya. Apa resepnya meraih keberhasilan?
Matanya langsung bersinar. Cepat sekali jawaban Mooryati, “Singkat saja, tekun dan sabar. Kalau itu bisa dihayati, semua impian akhirnya pasti terwujudkan…”.
PUSPO WARDOYO
SUKSES BERBISNIS DENGAN MANAJEMEN KONFLIK
Bicara waralaba ayam bakar, ingat Wong Solo. Berdebat tentang Wardoyo, pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo. Malah dalam banyak hal, nama lelaki ini lebih beken ketimbang rumah makannya. Maklum, keberaniannya membuat acara Poligamy Award di suatu hotel beberapa waktu lalu, menimbulkan pro dan kontra. Apakah ia kebablasan dalam hal personal branding? Tunggu dulu. Ternyata, menurut pria kelahiran Solo 46 tahun lalu ini, apa yang ia lakukan memang disengaja. Kok bisa?
“Saya harus menciptakan konflik terus-menerus di benak orang supaya orang membicarakan saya,” ujar Direktur PT Sarana Bakar Diggaya ini blakbalakan. Bahkan ia mengungkapkan, jika perlu, ia membayar orang untuk mendemo dirinya sendiri. Tujuannya, supaya orang selalu membicarakan dirinya tanpa henti dan polemik menjadi panjang. Contohnya, isu poligami.
Bagi Puspo, apakah orang membicarakan hal positif atau negatif, untuk tahap awal bukanlah masalah. Yang penting, setiap saat orang membicarakan dirinya. Hal ini, dikatakannya, penting untuk bisnisnya. “Ketika orang membicarakan Puspo, itu berarti membicarakan Wong Solo, ” ujar suami dari empat wanita ini. Ia yakin, jika orang kenal Puspo, yang bersangkutan akan men-deliver hal itu ke Wong Solo.
Bagaimana Puspo bisa melakukan ini semua? Diceritakan, ketika pada tahun 1993 memulai bisnis ini, ia belum seterkenal sekarang. Ia memulai perjalanan usahanya dengan modal Rp. 700 ribu. Waktu itu orang mengenalnya hanya sebagai pedagang kaki lima di Bandara Polonia, Medan.
Namun suatu hari pada 1996, Koran daerah Medan, Waspada menulis seputar dirinya. Judulnya, “Puspo Wardoyo, Sarjana Membuka Ayam Bakar Wong Solo di Medan.” Sejak itu, bisnis rumah makannya sukses besar. Omsetnya naik 300%-400%. “Dari sini saya sadar dampak pemberitaan,” ujar mantan guru SMA di Bagansiapi-api, Sumatera Utara ini. Dan ia pun mulai mendekati pers.
Setelah cukup dekat dengan kalangan pers. Puspo mulai memahami cara kerja dunia pers. Antara lain, penting isu dalam pemberitaan. Sejak itu, ia mulai menciptakan isu atau konflik yang berkenaan dengan dirinya. “Isu atau konflik itu penting supaya media mau memberitakannya, tanpa kita memintanya,” ia menjelaskan. Isu-isu yang dibuatnya haruslah mengandung unsur tidak bermasalah. Malah kalau bisa, dengan isu tersebut, ia menjadi pahlawan. “karena seorang pionir adalah seorang pembuka, dan ia bisa disebut pahlawan,” katanya. Target besarnya adalah bagaimana mempromosikan bisnis.
Tentang sosok pahlawan ini, Puspo mencontohkannya dalam hal poligami. Ia memfigurkan dirinya sebagai pahlawan poligami. Sekaligus sebagai pengusaha rumah makan yang sukses dan andal. Di sini ia ingin meruntuhkan mitos bahwa poligami itu tabu.
Isu yang diluncurkan, antara lain sewaktu mendapat penghargaan Enterprise-50. Lalu, saat menerima penghargaan sebagai Waralaba Lokal Terbaik dari Presiden RI Megawati. Dan terakhir yang bikir geger Poligamy Award. Tak tanggung-tanggung, dana tak kurang dari Rp. 2 miliar dikucurkannya untuk acara ini.
Tentang isu poligami, Puspo berujar, “Ini positif dan paling efektif. Karena ada kebenaran, tapi tak semua orang berani mengungkapkannya.” Toh, ia melihat, dari sisi agama, apa yang dilakukannya tak melanggar aturan. Ia sadar, banyak orang yang setuju dan banyak juga yang tak setuju. “Ketika orang bicara poligami, tak akan pernah tuntas,” ujarnya. Hal itu, ia menambahkan, akan memunculkan konflik di antara mereka.
Puspo mengakui ia sangat terkesan dengan isu Poligamy Award. Karena, setelah acara tersebut diselenggarakan, banyak sekali tanggapan dari masyarakat. “Ini puncak promosi saya,” ujarnya bangga. Diakuinya, ini isu yang paling berat dan seru yang pernah diluncurkannya. “Karena isu ini melawan arus,” tambahnya. Isu-isu tersebut ternyata tidak dibuatnya sendiri. Ia membentuk sejumlah tim. Tim yang terdiri dari para wartawan ini tersebar di beberapa kota, antara lain Jakarta, Badung, Surabaya, Solo, Malang, Bali dan Medan. Namun, ia tak menyerahkan pembuatan isu begitu saja kepada timnya. “Semua tetap di bawah kepemimpinan saya,” katanya. Dua minggu sekali ia mengadakan rapat untuk menetapkan isu dalam satu bulan.
Hasil evaluasinya saat ini menunjukkan, nama Puspo Wardoyo sudah dikenal banyak orang. Adapun dari sisi bisnis, ia merasa relatif berhasil. Saat ini sejumlah rumah makan di berbagai kota besar dimilikinya. Sejumlah proposal kerjasama juga terus mengalir ke mejanya. Namun, kalau dibandingkan dengan rumah makannya, ia mengakui namanya cenderung lebih popular ketimbang Wong Solo. Itulah sebabnya, agar seimbang, kini ia mengupayakan agar nama rumah makannya kian dikenal. Karena hal itu, beberapa langkah kini digodoknya. Caranya? Membuat sejumlah isu baru! Pertama, isu yang berisikan pesan bahwa dirinya adalah sosok yang baik, sabar, penuh kasih sayang dengan keluarga, dan dermawan. “Saya ingin colling down setelah kasus Poligamy Award, untuk meraih simpati,” ujarnya terus terang. Berikutnya, fokus pada product branding. Sejumlah produk unggulan Wong Solo akan segera diluncurkan.
Menurutnya, selama ini Wong Solo dikenal sebagai rumah makan biasa. Padahal, usahanya ini memiliki sejumlah produk unggulan. Contohnya, beras terbaik dari Delangga. Juga, kangkung unggulan yang hidup di air panas dari Cibaya, yang karena daya tahannya yang kuat dinamakannya Kangkung Perkasa. Selain itu, ia juga memiliki beberapa produk unggulan yang namanya nyerempet-nyerempet poligami, seperti Jus Poligami, Jus Dimadu, atau Tumis Cah Poligami. Terlepas dari kontroversi yang ada, suka tidak suka, Puspo adalah salah satu pebisnis yang piawai mem-brand-kan dirinya.
RAYMOND KROC
MCDONALD DAN GLOBALISASI INDUSTRI FASTFOOD
Pada tahun 1954, seorang salesman mesin susu kocok berumur lima puluh dua tahun melihat kios hamburger di San Bernardino, California, dan membayangkan sebuah industri baru yang besar: fast food. Dalam apa yang seharusnya menjadi tahun emasnya, Raymond Kroc, pendiri dan pembangun McDonald’s Corporation, membuktikan dirinya sebagai seorang pelopor industri yang tidak kalah kemampuannya dengan Henry Ford. Dia merevolusikan industri restoran dengan memberlakukan disiplin atas produksi hamburger, kentang goreng, dan susu kocok. Dengan mengembangkan sistem operasi dan antaran yang maju, dia memastikan bahwa kentang goreng yang dibeli oleh pelanggan di Topeka akan sama dengan yang dibeli di New York City. Konsistensi seperti ini menjadikan McDonald’s nama mereka yang mendefinisikan fast food Amerika. Pada tahun 1960, terdapat lebih dari 200 saluran McDonald’s di seluruh Amerika, perluasan cepat yang dikobarkan oleh biaya franchise yang rendah. Ray Kroc telah menciptakan salah satu merek yang paling kuat sepanjang masa. Tetapi dia nyaris tidak mendapat keuntungan. Akhirnya, dia memutuskan untuk menggunakan real estate sebagai pendukung keuangan yang menyebabkan McDonald’s menjadi operasi yang menguntungkan. Pada tahun 1956, Kroc mendirikan Franchise Realty Corporation, membeli tanah dan bertindak selaku pemilik restoran bagi pembeli franchise yang penuh minat. Dengan langkah ini, McDonald’s mulai memperoleh penghasilan yang sesungguhnya, dan perusahaan pun lepas landas. Kroc kemudian memperkenalkan program periklanan nasional untuk mendukung franchise yang tersebar dengan cepat; dan setelah tampak bahwa pertumbuhan di wilayah asal perusahaan ini melambat pada awal tahun 1970-an, dia memulai dorongan yang penuh semangat dan sukses untuk membuat kehadiran global bagi McDonald’s. Sepanjang pertumbuhan perusahaan yang spektakuler, Kroc melakukan akrobat keseimbangan berjalan di atas rentangan tali yang sulit, memberlakukan standar yang keras di seluruh sistem sementara mendorong semangat wirausaha yang menyambut baik gagasan dari semua tingkat. Banyak gagasan ini yang memberikan sumbangan kepada keberhasilan perusahaan yang menakjubkan. Dalam mengumpulkan kekayaan sebesar $500 juta, raja hamburger ini mengubah lansekap budaya bangsa dan menempa sebuah industri yang termasuk di kalangan ekspor Amerika yang terbesar. Keberhasilan McDonald’s yang ditiru secara meluas menawarkan contoh yang baik sekali bagi manajer dan eksekutif zaman sekarang yang berusaha mencari efisiensi produksi yang lebih besar. Dengan menempatkan hamburger yang bersahaja di atas jalur perakitan, Kroc menunjukkan kepada seluruh dunia bagaimana cara menerapkan pross manajemen yang maju pada usaha yang paling membosankan. Supaya bisa maju dengan cara McDonald’s, perusahaan-perusahaan harus menetapkan prinsip dasar pelayanan yang mereka tawarkan, memecah-mecah pekerjaan menjadi bagian-bagian, dan kemudian terus-menerus merakitnya kembali dan menyempurnakan banyak langkah sampai sistem berjalan tanpa kekangan. Hari ini, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam antara pizza, pemrosesan klaim asuransi, atau menjual mainan mendapat keuntungan dari jenis sistem yang dipelopori oleh Ray Kroc. Sampai tingkat ketika operasi seperti ini menjaga pengendalian mutu, dan memelihara kepuasan pelanggan, keuntungan akan mengalir. Sebagai salesman mesin susu kocok, Raymond Kroc secara rutin mengunjungi kliennya. Tetapi ketika salesman berumur lima puluh dua tahun ini pergi dari rumahnya dekat Chicago ke California selatan untuk menemui dua kliennya yang terbesar, hasilnya sama sekali bukan hal rutin. Maurice dan Richard McDonald meninggalkan New Hampshire pada tahun 1930, berusaha mencari peruntungan di Hollywood. Karena tidak bisa mendapatkan hasil besar di Tinseltown, kakak beradik ini akhirnya menjadi pemilik restoran drive-in di San Bernardino, kota kecil berdebu sejauh lima puluh lima mil di sebelah timur Los Angeles. Sementara kebanyakan restoran membeli satu atau dua Prince Castle Multimixer, yang bisa mencampur lima gelas susu kocok sekaligus, McDonald bersaudara membeli delapan buah. Dan Kroc ingin tahu jenis operasi apa yang membutuhkan kemampuan membuat empat puluh gelas susu kocok pada saat saat yang bersamaan. Maka dia pergi ke San Bernardino, dan apa yang dilihatnya di sana mengubah kehidupannya. Kroc berdiri di keteduhan dua gerbang lengkung keemasan restoran yang gemerlapan, yang menerangi langit di senja kala, dan melihat antrian orang-orang yang berkelok-kelok seperti ular di luar restoran yang berbentuk segi delapan. Melalui dinding bangunan yang selurunya terbuat dari kaca, dia memandangi para karyawan pria, yang memakai topi kertas dan seragam putih, sibuk di restoran yang sangat bersih, menyajikan burger dalam piring, kentang goreng dan susu kocok kepada keluarga-keluarga kelas pekerja yang berdatangan naik mobil. “Sesuatu pasti sedang terjadi di sini, saya mengatakan kepada diri sendiri,” Kroc kemudian menulis dalam otobiografinya, Grinding It Out. “Ini pasti operasi perdagangan paling menakjubkan yang pernah saya lihat.” Tidak seperti begitu banyak operasi pelayanan makanan yang pernah ditemui oleh Krock, tempat ini mendengung seperti mesin yang ditun-up dengan sempurna. Sebagaimana Forbes menyatakannya, “singkatnya, kakak-beradik ini mendatangkan efisiensi kepada bisnis yang cepat.” Mereka menawarkan menu sembilan jenis makanan – burger, kentang goreng, susu kocok, dan pai – menyingkirkan tempat duduk, serta menggunakan alat makan kertas dan bukannya kaca atau porselen. Mereka juga merancang jalur perakitan kasaran sehingga mereka bisa melayani pesanan dalam waktu kurang dari enam puluh detik. Kroc seketika tahu bahwa dia telah melihat masa depan. “Malam itu dalam kamar motel saya, saya berpikir keras tentang apa yang saya lihat siang harinyal. Bayangan restoran McDoland’s yang tersebar di sekitar perempatan jalan di seluruh negara berpawai melalui otak saya.”
Dengan persetujuan di tangan, Kroc mulai memenuhi bayangannya tentang restoran McDonald’s yang meledak dari pantai ke pantai. Dia memulai dengan membangun mata rantai pertama kongsi restoran ini – sebuah model eksperimewntal di Des Plaines, illinois, di luar kota Chicago, yang bersifatkan harga rendah yang sama, demikian pula menu yang terbatas, dan pelayanan cepat seperti di restoran San Bernardino. Restoran yang dibuka pada tanggal 15 April 1955 ini mencapai penjualan yang terhormat sebesar $366,12 dengan cepat memasukkan keuntungan. Kroc mengawasi restoran ini dengan waspada seperti seorang ibu baru, secara pribadi memimpin kegiatan dapur dan mengorek sisa permen karet dari pelataran parkir dengan pisau raut. Bagi Kroc, meniru satu kedai tunggal kakak-beradik McDonald baru permulaannya. Supaya bisa membangun kongsi restoran, Kroc tahu bahwa dia harus memberlakukan disiplin atas industri restoran yang dikelola secara longgar. Dan itu berarti menyempurnakan prosedur operasi yang distandarkan dalam proses yang bisa ditiru. Empat puluh tahun sebelumnya, Henry Ford sudah menyadari bahwa produksi masal mobil memerlukan perkawinan antara presisi bagian-bagian mobil dan proses perakitan yang efisien. Wawan Kroc adalah menerapkan disiplin yang sama pada pembuatan sandwich. Dengan menggunakan gagasan bahwa “ada ilmu untuk membuat dan menyajikan hamburger,” Kroc memberikan kepada kepingan daging sapi gilingnya spesifikasi yang tepat – kandungan lemak: di bawah 19 persen; berat: 1,6 ons: garis tengah: 3,875 inci; bawang: ¼ ons . Kroc bahkan membangun sebuah laboratorium di pinggiran kota Chicago untuk merancang metode pembuatan kentang goreng yang sempurna pada akhir tahun 1950-an. Bukannya sekedar memasok pembeli franchise dengan rumus susu kocok dan eskrim, Kroc ingin menjual kepada mitra barunya satu sistem operasi. Dengan lain perkataan, dia membuat cap satu pelayanan. Dan ini sarana revolusioner yang akan digunakan oleh McDonald’s untuk menciptakan kongsi restoran yang di dalamnya satu restoran di Delaware dan satu restoran di Nevada akan menyajikan burger yang tepat sama ukuran dan mutunya, masing-masing berisi potongan acar yang sama, setiap burger disajikan dalam talam yang serupa bersama kentang goreng yang dimasak dengan lamanya waktu yang sama. Sebagaimana yang diingat oleh Kroc, “Kesempurnaan sulit sekali dicapai, dan kesempurnaanlah yang saya inginkan dalam McDonald’s. Segala hal lainnya sekunder bagi saya.” Tetapi tuntutan yang serba tepat melayani satu tujuan strategis. “Tujuan kami, tentu saja, adalah memastikan bisnis yang berulang berdasarkan reputasi sistem dan bukannya mutu satu restoran atau operator tunggal,” kata Kroc. Walaupun franchise McDonald’s bertumbuhan dimana-mana di seluruh daerah di Barat Tengah dan Barat seperti bunga liar setelah hujan musim semi, keberhasilan perusahaan rupanya berumur pendek. Sementara persetujuan asli yang dijalin dengan kakak-beradik McDonalds menyebabkan Kroc menyayangi pembeli franchise yang paling awal, ini juga menyebabkan perusahaan yang baru lahir ini langsung menuju kemungkinan bangkrut. Selama tahun 1960, ketika kongsi restoran ini mengeruk uang $75 juta dalam penjualan, penghasilan McDonald’s hanya $159.000. “Singkatnya, konsep Kroc untuk membangun McDonald’s, John Love. Dan rumah kartu impian Kroc mulai runtuh di bawah bobotnya sendiri. Sementara terbenam dalam utang dan tanpa pertumbuhan keuntungan yang bisa dibayangkan, Kroc menghadapi satu dilema yang klasik. Dia tidak mampu memperluas usaha. Dan dia tidak bisa tetap terapung. Untunglah, Harry Sonnenborn menemukan pemecahan. Dia berpikir McDonald’s harus mendapatkan uang dengan menyewa atau membeli lokasi yang akan dijadikan kedai dan kemudian menyewakannya kembali kepada pembeli franchise mula-mula dengan peningkatan harga 20 persen, dan kemudian 40 persen. Di bawah rencana ini, McDonald’s akan mencari lokasi yang sesuai dan menandatangani perjanjian sewa dengan bunga yang ditentukan. Strategi real estate pas sekali dengan tujuan penguasaan Kroc yang lebih besar. Bukannya menjual franchise geografis sebagai selubung, yang akan memberikan kepada pemegangnya hak untuk membangun sebanyak-banyaknya atau sesedikit-sedikitnya kedai sekehendak hatinya disuatu kawasan tertentu, Kroc hanya menjual franchise individual, dengan biaya rendah $950. Ini mematikan bahwa operator yang tidak bersedia bermain mengikuti aturannya hanya bisa membuka tidak lebih dari satu saluran. Setelah menyerahkan urusan keuangan yang stabil ke tangan Harry Sonnenborn yang ahli, Kroc mulai memperluas dan memprofesionalkan kerajaan industri yang sedang tumbuh ini. Di bawah konsepsinya yang baru, setiap pembeli franchise dan operator seperti seorang manajer pabrik. Karena mengetahui bahwa ukuran bagi kompleks industri yang maju adalah manajemen profesional, pada tahun 1961 Kroc meluncurkan satu program latihan-di restoran baru di Elk Grove Village, Illinoiss. Di sana, kelompok pelaksana melatih pembeli franchise dan operator dalam metode ilmiah mengelola McDonald’s yang sukses dan melatih mereka dalam ajaran kroc tentang Mutu, Pelayanan, Kebersihan dan Nilai. “Saya menaruh hamburger pada jalur perakitan,” Kroc suka mengatakan. Hamburger juga berisi laboratorium penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan mekanisme memasak, membekukan, menyimpan, dan menyajikan. Di mana pun juga tidak ada dikotomi antara pengendalian pusat dan otonomi operasi yang lebih kentara daripada dalam iklan. Pada hari Natal akhir tahun 1950-an, Turner dan para manajer lainnya bisa berkeliling Chicago Loop dengan “Kereta Sinterklas,” sebuah truk eskrim yang diubah menjadi restoran drive-in McDonal’s yang beroda. Namun kendati sangat menyukai cara menjajakan barang dagangan model kini ini, McDonald’s tidak mempunyai strategi periklanan untuk seluruh perusahaan. Sebaliknya, ketika operator Minneapolis Jim Zein melihat penjualannya meledak pada tahun 1959 setelah memasang iklan radio, Kroc mendorong para operator untuk memanfaatkan gelombang udara dengan kampanye mereka sendiri. Iklan yang sukses membantu penggalakan pertumbuhan yang lebih besar. Dan pada tahun 1965, dengan 710 restoran McDonald’s tersebar dalam empat puluh empat negara bagian, $171 juta dalam penjualan, dan neraca yang relatif mantap, akhirnya McDonald’s mekar sepenuhnya. Perusahaan ini go public pada tanggal 15 April, tepat sepuluh tahun sampai ke harinya setelah Kroc membuka kedai Des Plaines, menjual 300.000 saham dengan harga per lembar $22,50. Banyak saham ini yang ditawarkan oleh Kroc, yang mengeruk uang $3 juta dalam penjualan. Kroc mengerahkan uang tunai ini untuk memperluas perusahaan dan melawan pesaing yang dengan cepat menyebar di mana-mana, sebab keberhasilan perusahaan telah melahirkan banyak imitasi yang berusaha memanfaatkan industrialisasi fast food yang semakin meningkat. Melalui pertumbuhan yang pesat dan iklan yang meluas, McDonald’s pada awal tahun 1970-an menjadi kongsi restoran fast food yang terbesar di seluruh negara dan sifat yang mudah dikenali dari lansekap budaya Amerika. Dan penguasa tertinggi McDonaldland, Ray Kroc, menjadi seorang tokoh yang bertingkat nasional. Pada tahun 1972, ketika lebih dari 2.200 saluran McDonald’s mengeruk penjualan $1 milyar, kroc menerima hadiah Horatio Alger dari Norman Vincent Peale. Sementara nilai saham pemilikannya meningkat menjadi kira-kira $500 juta. Sementara produk McDonald’s menjadi makanan pokok Amerika, hal ini membangkitkan keinginan menyelidiki wartawan dan politikus pembaharuan yang suka mencari-cari kejelekan, raksasa industri profil tinggi Ray Kroc juga menarik perhatian dari banyak pihak. Sementara produk McDonald’s menjadi makanan pokok Amerika, hal ini membangkitkan sikap tinggi hati kaum elit industri makanan. Mimi Sheraton dari New york magazine menyatakan: “Makanan McDonald’s mengerikan secara tidak ketulungan, tanpa keindahan apa pun.” Para politikus juga memperhatikan. Pada tahun 1974, ketika nilai pasar perusahaan ini melampaui nilai U.S. Steel yang maju dengan lambat, Senator Lloyd Bentsen mengeluh: “Ada sesuatu yang tidak beres dengan ekonomi kita kalau pasar saham lebih banyak dalam hamburger dan lebih sedikit dalam baja.” Banyak analis yang memandang pertumbuhan McDonald’s yang pesat sebagai hal yang tidak akan bisa dipertahankan. Tetapi Kroc merasa yakin bahwa perusahaan perlu terus berkembang supaya bisa bertahan hidup. “Saya tidak percaya dengan kejenuhan,” dia berkata. “Kami berpikir dan bicara dalam tingkat seluruh dunia.” Kroc membayangkan sebuah dunia yang di dalamnya 12.000 pasang Gerbang Lengkung Keemasan akan berdiri sebagai pos luar sebuah kerajaan perdagangan yang perkasa. Mendirikan pangkalan di ibu kota negara-negara Eropa baru permulaannya. Dengan berlalunya waktu sepuluh tahun, seribu restoran yang dibuka oleh perusahaan di luar negeri menggalakkan 27 persen tingkat pertumbuhan tahunan. Kongsi restoran ini begitu universal dikenal sebagai lambang usaha Amerika dan berpengaruh, sehingga ketika gerilyawan Marxis meledakkan sebuah restoran McDonald’s di San Salvador pada tahun 1979, mereka menyatakan bahwa tindakan teroris ini sebuah pukulan mematikan terhadap “imperialis Amerika.”
“Walaupun McDonald’s mencapai sukes, dan kekayaan pribadinya mencapai $340 juta, dia selalu khawatir,” Forbes menulis pada tahun 1975, “Kalau Kroc bepergian, dia bersikeras menyuruh sopirnya membawanya paling sedikit ke enam restoran McDonald’s untuk melakukan inspeksi kejutan.”. Walaupun dia membunuh persaingan, persaingan tidak membunuh Ray Kroc. Dia meninggal dunia dalam usia lanjut pada bulan Januari 1984, pada umur delapan puluh satu tahun, tepat sepuluh bulan sebelum McDonald’s menjual hamburger yang ke-50 milyar.
SAM WALTON
WAL-MART DAN PEMBERIAN DISKON AMERIKA
Samuel Moore Walton adalah sejenis pria kota kecil. Dia hidup di lingkungan yang sama di Bentonville, Arkansas, selama empat puluh tahun. Dia bangun setiap pagi, sarapan bersama kelompok orang banyak yang sama di hotel setempat, dan kemudian, kecuali pada hari Minggu, dia pergi ke kantor. Hanya satu hal yang menggodanya untuk membolos, dan itu adalah kesempatan untuk berburu ayam hutan. Walton adalah jenis orang yang lebih suka pinjam surat kabar daripada mengeluarkan uang setalen untuk mendapatkannya. Tetapi dia juga suka mengundang suatu keluarga miskin untuk makan bersamanya.
Sam Walton tinggal di kota-kota kecil, kira-kira sebanyak 1.800, melalui toko serba ada diskon Wal-Mart miliknya. Dalam era restoran franchise, pusat perbelanjaan yang ada di mana-mana, dan penjualan eceran formula, Wal-Mart dibangun dalam menghormati individu. Itu adalah kualitas yang terpancar langsung dari pendirinya.
Dengan menguasai kira-kira 20% saham Wal-Mart, Sam Walton tampil di puncak daftar Forbes 400, dengan nilai bersih 2,8 milyar pada tahun 1985 (pemilikan ini sekarang hampir sepuluh kali lipat nilainya). Dari semua inovasinya yang membantunya menjadi milyarder, inovasinya yang terbesar sebagai CEO mungkin adalah kenyataan bahwa dia sendiri tidak berubah.
“Rahasianya adalah bekerja, bekerja, bekerja. Saya mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara melakukannya,” kata Thomas Walton tentang dua anak laki-lakinya, Sam dan James (“Bud”). Walton adalah seorang penaksir harga ladang sebagai jaminan pinjaman, pekerjaan yang tidak seberapa hasilnya selama tahun dua puluhan di Oklahoma, tempat Sam dilahirkan pada tahun 1918. Thomas bekerja dalam jam-jam yang panjang, tetapi dia dan istrinya, Nan, akhirnya memindahkan keluarganya ke sebelah kota kecil di Missouri. Si ayah mengganti karirnya menjadi menjual real estate dan asuransi, dan si ibu memulai bisnis produk susu kecil-kecilan, sedangkan anak-anak membantu orang tua mereka mencukupi kebutuhan keluarga, dengan menjual keanggotaan langganan majalah, memerah sapi, dan mengantarkan surat kabar.
Sam Walton menuntut pelajaran di Universita Missouri di Columbia, dan mendapat gelar sarjana muda dalam bisnis pada tahun 1940. Dia berpikir ingin kuliah tingkat sarjana di Timur, tetapi dia menerima satu kedudukan sebagai manajer magang di toko J.C. Penney di Des Moines, Iowa. Pemuda yang dikenal dengan sebutan “Hustler” Walton ketika kuliah ini mula-mula ingin segera terjun ke bisnis penjualan eceran. Tetapi dia terkesan oleh toko Penney, terutama oleh falsafahnya tentang pelayanan pelanggan.
“Saya tidak memulai karir sebagai bankir atau investor, atau melakukan apa saja selain melayani pelanggan,” Walton kemudian menulis dalam majalah karyawan perusahaan, Wal-Mart World. “Banyak orang yang menjalankan perusahaan besar yang belum pernah menderingkan mesin hitung, dan mereka juga belum pernah melayani pelanggan, maka saya selalu menghargai apa artinya menjadi pelayan toko dan sebesar apa seorang salesman bisa mempengaruhi pelanggan dalam hubungan bisnis.”
Tiga tahun sebelum Wal-Mart yang pertama dibuka, Sam dan Helm Walton membeli tanah seluas dua puluh akre di luar Bentonville dan memberikan tugas kepada seorang arsitek yang terkemuka untuk membangun sebuah rumah modern di atas anak sungai. Rumah ini memerlukan biaya $100.000 pada tahun 1959-jumlah yang besar sekali, tetapi itu adalah rumah terakhir yang pernah dibeli oleh pasangan ini. Keluarga Walton tidak pernah menggunakan uang dengan mencolok.
Mungkin cocok bagi seorang penjual eceran dengan diskon untuk bersifat agak kikir. Pada puncak kekayaannya yang luar biasa, S.S. Kresge biasa memasukkan kardus ke dalam sepatunya untuk menutup lubangnya. Dia bahkan berhenti main golf pada ronde pertama setelah kehilangan sebuah bola. Sam Walton tidak sepelit itu, tetapi dia mempunyai rekor hidup sederhana, untuk orang yang kaya. Dia terbang di kelas satu hanya sekali dalam hidupnya (dalam penerbangan panjang dari Amerika Selatan ke Afrika); dalam perjalanan bisnis bersama karyawan lainnya, dia siap mengikuti kebijaksanaan perusahaan menginap berdua sekamar di hotel. Mobil perusahaannya bukan limusin. Bernard Marcus, pimpinan dan pembantu pendiri Home Depot, teringat pergi ke luar untuk makan siang bersama Walton setelah pertemuan di Bentonvolle: “Saya masuk ke mobil pick-up Sam yang berwarna merah. Tidak ada AC, Tempat duduknya berbekas kopi. Dan pada waktu saya sampai ke restoran, baju saya basah kuyup. Dan itulah Sam Walton-tidak suka pamer, tidak sombong.”
Pada tahun 1970, Wal-Mart membuat penawaran saham kepada publik. Dana yang terkumpul kira-kira $5 juta untuk membantu enam buah toko lagi dan menyelesaikan pusat distribusi perusahaan yang pertama. Dengan uang ini dan penawaran saham sesudahnya, momentum akhirnya meningkat dan sesuai dengan rencana Walton: Setelah membangun tiga puluh sembilan buah toko dalam dasawarsa pertama, Wal-Mart membangun 452 toko pada tahun tujuh puluhan dan 1.237 toko pada tahun delapan puluhan. Dari tahun 1970 sampai tahun 1990, saham Wal-Mart bukan hanya mengalahkan semua saham lainnya di pasar, tetapi juga mengalahkan impian paling gila mereka yang membelinya. Seratus lembar saham, yang dibeli pada tahun 1970 seharga $1.650, nilainya menjadi $2,6 juta pada tahun 1992.
Pada tahun 1973, embargo minyak Arab menyebabkan harga energi melambung. Bagi Wal-Mart, ini merupakan kemunduran yang tidak tepat waktunya. Seperti kebanyakan orang dalam bisnis distribusi, Walton merasa seakan-akan dia seorang sandera bagi inflasi harga yang tidak rasional. Peristiwa ini mengubah caranya menjalankan bisnis. Sesudah krisis minyak, toko-toko Wal-Mart hanya dibangun dalam jarak dua belas jam bermobil dari pusat distribusi yang terdekat. Karena lokasinya berkelompok, maka toko-toko bisa dipasok secara efisien, mengurangi efek keseluruhan dari kenaikan harga bensin. “Pengecer lainnya membangun gudang untuk melayani saluran yang ada,” Forbes melaporkan kemudian, pada tahun 1982, “tetapi Walton menempuh arah yang berlawanan. Dia memulai dengan sebuah gudang raksasa, dan kemudian memunculkan toko-toko di sekelilingnya. “Dan demikianlah, Wal-Mart tidak “menjadi nasional” seketika; rencananya adalah membuat kemajuan yang tetap, satu pusat distribusi pada satu ketika, menjadi wilayah baru.
Metode Wal-Mart yang paling disukai adalah melibatkan diri dalam seluruh proses pemabrikan. Pada tahun 1984, Bill Clinton, yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Arkansas, menghubungi Wal-Mart meminta bantuan untuk pabrik pakaian di negara bagian itu yang akan kehilangan pelanggannya yang terbesar karena direbut oleh pesaing dari luar negeri. “Kita akan melihat apakah kita bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya,” kata Walton kepada Clinton, setelah membicarakan persoalan ini dnegan para eksekutifnya. Wal-Mart bersiap-siap untuk menyerahkan kepada pabrik lokal ini seluruh persyaratan untuk membuat kemeja flannel, sebuah pesanan yang sebelumnya dibeli dari Timur Jauh.
Pusat distribusi Wal-Mart menjadi faktor menonjol lainnya dalam sistem Wal-Mart. Gudang itu sendiri merupakan bagian dibelakang layanan yang membosankan dari bisnis penjualan eceran. Tetapi pusat distribusi Wal-Mart direkayasa untuk melakukan lebih dari sekedar mengumpankan produk ke toko-toko; gudang dirancang untuk menurunkan biayanya.
Pada tahun 1991, Wal-Mart memberikan sebuah hadiah kepada Walton, keberhasilan yang tidak pernah terpikirkan sebelum terjadinya: Wal-Mart mengalahkan Sears sebagai penjual eceran terbesar di seluruh negara. Sepuluh tahun sebelumnya, Wal-Mart mengumpulkan uang penjualan yang tidak seberapa sebesar $2,6 milyar, berbanding dengan penjualan Sears sebesar $20 milyar. Namun pada tahun 1991 penjualan Wal-Mart $32,6 milyar, langsung melampaui penjualan Sears sebesar $32 milyar.
SOICHIRO HONDA
(Montir tangguh yang menjadi bos industri mobil Jepang)
Soichiro Honda lahir tanggal 17 November 1906 di Iwatagun (kini Tenrryu City) yang terpencil di Shizuoka prefecture. Daerah Chubu di antara Tokyo, Kyoto, dan Nara di Pulau Honshu yang awalnya penuh tanaman teh yang rapi, yang disela-selanya ditanami arbei yang lezat. Namun kini daerah kelahiran Honda sudah ditelan Hamamatsu yaitu kota terbesar di provinsi itu.
Ayahnya bernama Gihei Honda seorang tukang besi yang beralih menjadi pengusaha bengkel sepeda, sedangkan ibunya bernama Mika, Soichiro anak sulung dari sembilan bersaudara, namun hanya empat yang berhasil mencapai umur dewasa. Yang lain meninggal semasa kanak-kanak akibat kekurangan obat dan juga akibat lingkungan yang kumuh.
Walaupun Gihei Honda miskin, namun ia suka pembaharuan. Ketika muncul pipa sigaret modal Barat, ia tidak ragu-ragu mengganti pipa cigaret tradisionalnya yang bengkok, tidak peduli para tetangganya menganggapnya aneh. Rupanya sifat itu dan juga keterampilannya menangani mesin menurun pada anak sulungnya.
Sebelum masuk sekolah pun Soichiro sudah senang, membantu ayahnya di bengkel besi. Ia juga sangat terpesona melihat dan mendengar dengum mesin penggiling padi yang terletak beberapa kilometer dari desanya.
Di sekolah prestasinya rendah. Honda mengaku ulangan-ulangannya buruk. Ia tidak suka membaca, sedangkan mengarang dirasakannya sangat sulit. Tidak jarang ia bolos. “Sampai sekarang pun saya lebih efisien belajar dari TV daripada dari membaca. Kalau saya membaca, tidak ada yang menempel di otak,” katanya.
Ketika sudah kelas lima dan enam, bakat Soichiro tampak menonjol di bidang sains. Walaupun saat itu baru belasan tahun, namun dalam kelas-kelas sains di Jepang sudah dimunculkan benda-benda seperti baterai, timbangan, tabung reaksi dan mesin. Dengan mudah Soichiro menangkap keterangan guru dan dengan mudah ia menjawab pertanyaan guru.
Beberapa waktu sebelum itu, untuk pertama kalinya Soichiro melihat mobil. “Ketika itu saya lupa segalanya. Saya kejar mobil itu dan berhasil bergayut sebentar di belakangnya. Ketika mobil itu berhenti, pelumas menetes ke tanah. Saya cium tanah yang dibasahinya. Barangkali kelakuan saya persis seperti anjing. Lalu pelumas itu saya usapkan ke tangan dan lengan. Mungkin pada saat itulah di dalam hati saya timbul keinginan untuk kelak membuat mobil sendiri. Sejak saat itu kadang-kadang ada mobil datang ke kampung kami. Setiap kali mendengar deru mobil, saya berlari ke jalan, tidak peduli pada saat itu saya sedang menggendong adik.”
Soichiro hanya mengalami duduk di bangku sekolah selama sepuluh tahun. Sesudah lulus SD, anak nakal itu dikirim ke sekolah menengah pertama di Futumata yang tidak jauh dari kediamannya. Lulus dari sekolah menengah itu ia pulang ke rumah ayahnya. Gihei Honda sudah beralih dari pandai besi menjadi pengusaha bengkel sepeda. Gihei Honda memiliki majalah The World of Wheels yang dibaca Soichiro dengan penuh minat.
Di majalah itu sebuah bengkel mobil dari Tokyo memasang iklan mencari karyawan. Soichiro buru-buru melamar dan ia diterima. Walaupun ayahnya khawatir, namun Soichiro diantar juga ke kota besar itu.
Honda hampir tidak percaya pada telinganya Honda merasa saat menunggu dipanggil belajar menjadi montir itu benar-benar merupakan ujian ketabahan yang paling berat, yang pernah dihadapinya seumur hidupnya. Di masa-masa setelah itu ia sudah tidak takut lagi menghadapi rintangan apa pun berkat ketabahan yang diperolehnya selama menjadi kacung.
Honda yang selama kariernya tidak tahu banyak mengenai uang, Cuma mendapat keuntungan sedikit sekali tahun pertama itu. Tetapi Honda merasa beruntung karena bengkelnya sukses. Ia memutuskan untuk menabung dan memperkirakan selama masa kerjanya akan mampu mengumpulkan sampai 1.000 yen.
Selama hidupnya Honda terkenal sebagai penemu. Ia memegang hal paten lebih dari 100 penemuan pribadi. Yang pertama, ditemukannya ialah teknik pembuatan jari-jari mobil dari logam. Ketika itu mobil-mobil di Jepang memakai jari-jari kayu yang mudah terbakar. Perusahaan-perusahaan Jepang segera mengekspor jari-jari logam itu sampai ke India. Pada umur 25 tahun ia memperoleh keuntungan 1.000 yen sebulan.
Perusahaan juga menghargai orang-orang muda dan selalu merekrut orang-orang muda untuk memberi “darah baru” dan gagasan segar. Ketika Honda mengundurkan diri tahun 1973, yang dipilihnya sebagai pengganti ialah Kyoshi Kawashima, kepala bagian riset perusahaan Honda. Selama sejarahnya, perusahaan Honda hanya pernah mengalami pemogokan sekali pada tahun 1954. Ketika itu Honda dan manajemen di satu pihak menghadapi pekerja-pekerja dan adik Honda di Pihak lain. Tetapi sebagai layaknya perusahaan di Jepang semuanya itu diselesaikan dengan musyawarah.
Sejak tahun 1973 Honda pindah ke pasaran kendaraan beroda empat untuk bisa tetap mengembangkan jumlah penghasilan perusahaan. Stafnya yang pada masa Honda bertambah 10% setiap tahun. Kalau mereka bertambah tua, artinya beban perusahaan akan bertambah berat. Padahal Honda menghadapi persaingan berat di pasaran dalam negeri dan luar negeri. Untuk bisa tetap menciptakan pasaran baru mereka harus selalu mencari teknik yang unik dan efisien serta menjual produk dengan harga bersaing.
Namun ketika Honda dan Fujisawa mengundurkan diri pada musim gugur tahun 1973, Honda berkata, “Saya bisa mundur tanpa perasaan khawatir, karena saya yakin perusahaan akan terus maju dengan penuh semangat, menanggulangi pelbagai kesulitan dan luwes, tanpa kehilangan kesegarannya.”
“Terus terang saya merasa muda dalam hal mental maupun fisik,” kata Honda. “Saya kira kalian tidak bisa menang dari saya. Namun saya mesti mengakui sekarang saya sering merasa iri hati pada orang muda. Saya diberi tahu bahwa di Amerika pemimpin umum perusahaan berumur 40-an dan perusahaan yang dipimpin orang berusia 60-an tahun sering mengalami stagnasi. Kita sekarang memang memasuki zaman baru yang memerlukan nilai-nilai baru. Walaupun saya dan wakil pemimpin umum merasa kami masih muda, kami kira umur kami sudah lewat untuk memimpin.”
Kalau saya menengok kembali ke belakang, saya lihat bahwa yang saya buat tidak lain daripada kesalahan, serentetan kegagalan dan serentetan sesalan,” kata Honda. “Tetapi saya juga bangga untuk keberhasilan saya. Walaupun saya sering membuat kesalahan dan kegagalan, namun semua itu tidak pernah disebabkan oleh hal sama. Saya tidak pernah mengulangi kesalahan dan saya selalu berusaha sekuat mungkin untuk memperbaiki diri. Dalam hal itu saya berhasil.
“Ia tetap memegang saham terbesar di perusahaannya. Ketika mengundurkan diri tahun 1973 penghasilannya mendekati 1,7 miliar dolar. Walaupun sudah pensiun omongannya masih didengar. Katanya, masa depan industri Jepang bukan ditentukan oleh untuk cepat, tetapi oleh mutu barang yang kita buat dan pengaruhnya terhadap kepentingan sesama manusia. Kalau kita membuat barang yang menyebabkan banyak polusi kemungkinan kita akan untung, tetapi hanya sebentar, sesudah itu bangkrut. Kami di perusahaan Honda sering bergurau: Enak juga ada perusahaan-perusahaan besar yang kerjanya hanya memikirkan untung besar saja. Akibatnya perusahaan kecil seperti Honda mendapat kesempatan untuk membuat barang yang baik.
STEVE JOBS
Lahir pada tahun 1955 Los Altos California; Bersama dengan Steve Wozniak, pendiri perusahaan Apple Komputer dan telah menjadi multi-jutawan sebelum berumur 30 tahun. Dimulai dengan perusahaan NeXT untuk membuat sistem pendidikan dengan harga yang terjangkau, menemukan bahwa menjual software lebih baik dari pada menjual hardware.
Pada February 1955, Jobs tidak merasa senang bersekolah di Mountain View, jadi keluarganya pindah ke Los Altos, California, dimana Steven melanjutkan ke sekolah tinggi Homestead. Guru elektroniknya di sekolah tinggi Homestead, Hohn McCollum, memanggilnya sebagai “something of a loner” dan “always had a different way of looking at things.”
Setelah selesai sekolah, Jobs melanjutkan mengajar di perusahaan elektronika Hewlett-Packard di Palo Alto, California. Disana dia direkrut sebagai karyawan selama musim panas. Karyawan lain di Hewlett-Packard adalah Stephen Wozniak seorang yang drop-out dari University of California di Berkeley. Seorang insinyur whiz dengan kemampuan elektronika seperti gadgets, Wozniak pada waktu itu mengenalkan “blue box,” hasil karyanya, sebuah telepon genggam ilegal yang dapat digunakan untuk komunikasi sambungan langsung jarak jauh. Jobs membantu Wozniak menjual beberapa nomor kepada pelanggan.
Steve Jobs bekerja untuk Atari setelah lulus dari Reed College, Jobs menemukan temannya Steve Wozniak. Dua desainer komputer game dan telepon “blue box”, mendapatkan lebih banyak keahlian mereka dari klub komputer Homebrew. Memulai kerja di sebuah garasi milik keluarganya, mereka mengatur usahanya ketika toko Byte di Mountain View membeli lima puluh komputer assembling mereka. Dari sinilah dimulainya perusahaan komputer Apple didirikan. Nama ini berdasarkan nama buah favorit Job dan logonya dipilih untuk mempresentasikan nama perusahaan dan kata-kata bitnya. Menjelang awal tahun 1980 Jobs mengkontrol langsung bisnis perusahaan, dengan sukses memilih presiden yang akan mengambil alih organisasi supaya lebih tinggi lagi. Dengan latar belakang tahun 1985 Jobs melepaskan kekuatannya kepada John Sculley, setelah mendapat pendanaan baru untuk melanjutkan perusahaan NeXT.
Steve Jobs melakukan inovasi ide tentang personal komputer sehingga merevolusi industri hardware and software komputer. Ketika Jobs berumur 21 tahun, dia dan temannya, Wozniak, membuat personal komputer yang disebuat Apple. Apple merubah ide orang tentang komputer dari kotak besar yang penggunaan hanya oleh perusahaan besar dan pemerintah menjadi kotak kecil yang digunakan orang biasa. Tidak ada perusahaan yang melakukan demokratisasi komputer untuk pengguna yang lebih mudah lagi dari komputer buatan perusahaan Apple. Software buatan Jobs melakukan riset untuk Macintosh yang mengenalkan tampilan windows dan teknologi mouse yang dibuat standar untuk semua aplikasi pada software.
Dua tahun setelah membuat Apple I, Jobs memperkenalkan Apple II. Apple II adalah personal komputer untuk rumah dan usaha kecil selama kurang lebih 5 tahun. Ketika Macintosh dikenalkan pada tahun 1984, yang dipasarkan untuk usaha menengah dan besar. Macintosh mengambil langkah yang pertamanya dalam mengadaptasi personal komputer untuk kebutuhan kerja perusahaan. Pekerja di kantor mendapatkan kemudahan pengetahuan komputer dalam aktifitas harian melalui tampilan Macintosh yang mudah digunakan. Steve Jobs menyadari sebagai orang muda yang brilian di Silicon Valley, karena dia melihat permintaan masa depan dari industri komputer. Dia merasa mampu membuat personal komputer untuk pasar dari produknya. “Personal komputer dibuat berdasarkan revolusi hardware pada tahun 1970 dan perubahan dramatis berikutnya akan datang pada revolusi software,” kata Jobs. Ide inovasinya dengan penggunaan yang mudah untuk Macintosh merubah desain dan fungsi dari tampilan software untuk komputer. Tampilan Macintosh memungkinkan orang untuk berinteraksi lebih mudah dengan komputer, karena mereka menggunakan mouse untuk mengklik pada display obyek pada screen untuk melakukan fungsi perintah tertentu. Macintosh mendapatkan perintah komputer yang memudahkan orang dalam menggunakan komputer. Setelah berhenti dari perusahaan Apple, Jobs akan melanjutkan tantangan dirinya untuk membuat komputer dan software untuk riset dan pendidikan dengan memulai membangun perusahaan baru seperti komputer NextStep.
SUKAMDANI SAHID G
SI RAJA HOTEL YANG AMBISIUS
Siapakah raja properti sektor perhotelan di Indonesia? Secara spontan niscaya orang akan menjawab: Sukamdani Sahid Gitosardjono. Ya, meskipun Sukamdani baru saja melepaskan jabatan sebagai direktur utama PT Hotel Sahid Jaya Internasional (HSJI) dan mempercayakan jabatan itu kini kepada mantan Dirut PT Telkom Setyanto P. Santosa, namun tak pantas disangkal Sukamdani tetap pantas dijuluki raja hotel di negeri ini. Lelaki berperawakan tegap dan murah senyum ini kini mempunyai 2.350 kamar hotel. Jaringan hotelnya berjejer mulai dari Lampung sampai Sorong di Irian Jaya. Dan, setelah dua hotelnya yang baru di Senggigi Lombok dan Ujung Pandang selesai, lengkap sudah 2.750 kamar jaringan bisnis hotel Sukamdani. Jumlahnya menjadi 14 hotel, mulai dari bintang tiga sampai bintang lima berlian.
Tak hanya itu. Masih banyak ambisi pengusaha nasional itu di bidang properti. Berdekatan dengan markas besar bisnisnya di Hotel Sahid Jaya & Tower sekarang, segera pula dibangun Grand Sahid Plaza. Hotel bertaraf internasional dengan jumlah lantai 50 itu akan menjadi hotel tertinggi di Indonesia. Belum lagi dua menara Apartemen Istana Sahid, 26 lantai, yang tampak makin mentereng. Hotel dan apartemen itu adalah tiang dari suatu proyek raksasa yang lebih besar: Superblok Sahid. Tak hanya di Jakarta di Ujung Pandang pun Sukamdani tengah menyiapkan superblok pertama di luar Jawa. Di kota ini ia bekerja sama dengan konglomerat Yusuf Kalla.
Begitu proyek-proyek besar Grup Sahid terselesaikan semuanya, akan mengukuhkan Sukamdani sebagai salah seorang raja properti negeri ini. Apalagi, khusus di bidang manajemen hotel, Sukamdani berambisi merambah pasar manajamen hotel di luar negeri. Adalah Sukamdani juga yang gusar, hotel-hotel di Indonesia dikelola oleh manajemen asing, padahal hotel itu dibangun dengan dana dari dalam negeri. Lebih dari 30 hotel ditangani oleh manajemen asing. Kita ini sebagai bangsa bagaimana? Ungkap Sukamdani dengan nada tinggi.
Kita mempunyai modal. Pertama, semangat sebagai bangsa. Kedua, kita sudah punya aset milik sendiri 14 hotel (dari hotel bintang 3 sampai 5 berlian). Ketiga, kita sudah punya organisasi dan pengalaman dalam me-manage hotel. Keempat, kita punya kepercayaan dari masyarakat. Kelima, kita punya akses pasar baik di dalam maupun luar negeri. Kita sudah 30 tahun me-mange- hotel. Dengan pengalaman itu kan kita sudah punya akses pasar.
Untuk itu, kita juga punya orang-orang yang mampu me-manage hotel. Dari 12 hotel yang sekarang ada, yang menyewa tenaga asing hanya Sahid Jaya Hotel. Hotel kita yang lainnya adalah orang Indonesia. Mereka memulai karier, bahkan ada yang dari doorman, office boy dan room boy, kini banyak yang sudah jadi general manager.
Sukamdani lahir di Solo, 14 Maret 1928. Masa kecilnya dijalani di Sukohardjo, Solo, Ketika Sukamdanii kecil, kehidupan orangtuanya prihatin. Bapaknya R. Sahid Djogosentono membuka usaha jahitan. Sedang ibunya membuka warung kecil-kecilan yang menjual makanan kecil. Dalam usia 8 tahun, Sukamdani sudah membantu kedua orang tuanya mencari nafkah. Selain membantu bapaknya, ia juga membantu ibunya berjualan. “Untuk menyiapkan keperluan barang dagangan, saya ke pasar berbelanja membeli sabun, teh, rokok, pisang dan kelapa,” cerita Sukamdani. Tiap kali dagangan laku, ibunya memberi persenan. Uang itu ditabung. Kalau sudah banyak Sukamdani membeli ayam. “Kalau ayam sudah banyak, saya jual lalu dibelikan kambing. Setelah kambing saya banyak, saya jual untuk beli kerbau,” kenangnya. Di saat liburan Sekolah Sukamdani membantu menuai padi di sawah.
Tahun 1952, Sukamdani muda merantau ke Jakarta untuk memperbaiki nasib, Waktu turun dari kereta api di Stasiun Gambir, modalnya hanyalah sebuah kopor dan sebuah sepeda. Ia sempat bekerja di Depdagri. Tapi dengan pertimbangan penghasilan, lalu keluar dan bekerja di percetakan NV Harapan Masa. Dengan penghasilan yang pas-pasan, Sukamdani berani menikah dengan Juliah, kekasihnya waktu di Solo. Pasangan itu menyewa rumah berdinding gedeg. Kamarnya hanya satu berukuran 3 x 3.
Karena keuletannya, apalagi setelah membuka usaha percetakan sendiri, Sukamdani berhasil membeli tanah di tempat ia menyewa rumah itu. Dan, tanah itu, tak lain adalah tempat berdirinya Hotel Sahid Jaya sekarang di Jalan Sudirman. “Dulu rumah saya di sini,” kenang Sukamdani.
Kerja keras dan keuletan akhirnya mengantarkannya sebagai raja properti perhotelan. Selain bisnis, Sukamdani aktif di berbagai organisasi. Ia juga penerima 15 tanda jasa dan bintang kehormatan, dari pemerintah RI maupun dari negara sahabat.
SURYA PALOH
SUKSES ANAK KOLONG DALAM BISNIS MEDIA
Surya Paloh, 40 tahun, lahir di Tanah Rencong, di daerah yang tak pernah dijajah Belanda. Ia besar di kota Pematang Siantar, Sumut, di daerah yang memunculkan tokoh-tokoh besar semacam TB Simatupang, Adam Malik, Parada Harahap, A.M. Sipahutar, Harun Nasution. Ia menjadi pengusaha di kota Medan, daerah yang membesarkan tokoh PNI dan tokoh bisnis TD Pardede. Aktifitas politiknya yang menyebabkan Surya Paloh pindah ke Jakarta, menjadi anggota MPR dua periode. Justru di kota metropolitan ini, kemudian Surya Paloh terkenal sebagai seorang pengusaha muda Indonesia.
Surya Paloh mengenal dunia bisnis tatkala ia masih Remaja. Sambil Sekolah ia berdagang teh, ikan asin, karung goni, dll. Ia membelinya dari dua orang ‘toke’ sahabat yang sekaligus gurunya dalam dunia usaha, lalu dijual ke beberapa kedai kecil atau ke perkebunan (PTP-PTP). Di Medan, Surya Paloh mendirikan perusahaan karoseri sekaligus menjadi agen penjualan mobil.
Sembari berdagang, Surya Paloh juga menekuni kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Sosial Politik, Universitas Islam Sumater Utara, Medan. Di kota yang terkenal keras dan semrawut ini, keinginan berorganisasi yang sudah berkembang sejak dari kota Pematang Siantar, semakin tumbuh subur dalam dirinya. Situasi pada saat itu, memang mengarahkan mereka aktif dalam organisasi massa yang sama-sama menentang kebijakan salah dari pemerintahan orde lama. Surya Paloh menjadi salah seorang pimpinan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI)
Setelah KAPPI bubar, ia menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekber Golkar. Beberapa tahun kemudian, Surya Paloh mendirikan Organisasi Putra-Putri ABRI (PP-ABRI), lalu ia menjadi Pimpinan PT-ABRI Sumut. Bahkan organisasi ini, pada tahun 1978, didirikannya bersama anak ABRI yang lain, di tingkat pusat Jakarta, dikenal dengan nama Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI).
Kesadarannya bahwa dalam kegiatan politik harus ada uang sebagai biaya hidup dan biaya perjuangan, menyebabkan ia harus bekerja keras mencari uang, dengan mendirikan perusahaan atau menjual berbagai jenis jasa. Ia mendirikan perusahaan jasa boga, yang belakangan dikenal sebagai perusahaan catering terbesar di Indonesia. Keberhasilannya sebagai pengusaha jasa boga, menyebabkan ia lebih giat belajar menambah ilmu dan pengalaman, sekaligus meningkatkan aktifitasnya di organisasi.
Menyusuri kesuksesan itu, ia melihat peluang di bidang usaha penerbitan pers. Surya Paloh mendirikan Surat Kabar Harian Prioritas. Koran yang dicetak berwarna ini, laku keras. Akrab dengan pembacanya yang begitu luas sampai ke daerah-daerah. Sayang, surat kabar harian itu tidak berumur panjang, keburu di cabut SIUPP-nya oleh pemerintah. Isinya dianggap kurang sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Indonesia.
Kendati bidang usaha penerbitan pers mempunyai risiko tinggi, bagi Surya Paloh, bidang itu tetap merupakan lahan bisnis yang menarik. Ia memohon SIUPP baru, namun, setelah dua tahun tak juga keluar. Minatnya di bisnis pers tak bisa dihalangi, ia pun kerjasama dengan Achmad Taufik Menghidupkan kembali Majalah Vista. Pada tahun 1989, Surya Paloh bekerja sama dengan Drs. T. Yously Syah mengelola koran Media Indonesia. Atas persetujuan Yously sebagai pemilik dan Pemrednya, Surya Paloh memboyong Media Indonesia ke Gedung Prioritas. Penyajian dan bentuk logo surat kabar ini dibuat seperti Almarhum Prioritas. Kemajuan koran ini, menyebabkan Surya Paloh makin bersemangat untuk melakukan ekspansi ke berbagai media di daerah. Disamping Media Indonesia dan Vista yang terbit di Jakarta, Surya Paloh bekerjasama menerbitkan sepuluh penerbitan di daerah.
Pada umurnya yang masih muda, 33 tahun, Surya Paloh berani mempercayakan bisnis cateringnya pada manajer yang memang disiapkannya. Pasar catering sudah dikuasainya, dan ia menjadi the best di bisnis itu. Lalu, ia mencari tantangan baru, masuk ke bisnis pers. Padahal, bisnis pers adalah dunia yang tidak diketahuinya sebelum itu. Kewartawanan juga bukan profesinya, tetapi ia berani memasuki dunia ini, memasuki pasar yang kelihatannya sudah jenuh. Ia bersaing dengan Penerbit Gramedia Group yang dipimpin oleh Yakob Utama, wartawan senior. Ia berhadapan dengan Kartini Grup yang sudah puluhan tahun memasuki bisnis penerbitan. Ia tidak segan pada Pos Kota Group yang diotaki Harmoko, mantan Menpen RI. Bahkan, ia tidak takut pada Grafisi Group yang di-back up oleh pengusaha terkenal Ir. Ciputra, bos Jaya Group.
Kendati kondisi pasar pers begitu ramai dengan persaingan. Surya Paloh sedikit pun tak bergeming. Bahkan ia berani mempertaruhkan modal dalam jumlah relatif besar, dengan melakukan terobosan-terobosan baru yang tak biasa dilakukan oleh pengusaha terdahulu. Dengan mencetak berwarna misalnya. Ia berani menghadapi risiko rugi atau bangkrut. Ia sangat kreatif dan inovatif. Dan, ia berhasil.
Surya Paloh menghadirkan koran Proritas di pentas pers nasional dengan beberapa keunggulan. Pertama, halaman pertama dan halaman terakhir di cetak berwarna. Kedua, pengungkapan informasi kelihatan menarik dan berani. Ketika, foto yang disajikan dikerjakan dengan serius. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan koran ini dalam waktu singkat, berhasil mencapai sirkulasi lebih 100 ribu eksemplar. Tidak sampai setahun, break event point-nya sudah tercapai.
Ancaman yang selalu menghantui Prioritas justru bukan karena kebangkrutan, tetapi pencabutan SIUPP oleh pemerintah. Terbukti kemudian, ancaman itu datang juga. Koran Prioritasnya mati dalam usia yang terlalu muda. Pemberitaannya dianggap kasar dan telanjang. Inilah risiko terberat yang pernah dialami Surya Paloh. Ia tidak hanya kehilangan sumber uang, tetapi ia juga harus memikirkan pembayaran utang investasi.
Dalam suasana yang sangat sulit itu, ia tidak putus asa. Ia berusaha membayar gaji semua karyawan Prioritas, sambil menyusun permohonan SIUPP baru dari pemerintah. Namun permohonan itu tidak dikabulkan pemerintah. Beberapa wartawan yang masih sabar, tidak mau pindah ke tempat lain, dikirim Surya Paloh ke berbagai lembaga manajemen untuk belajar.
Pers memang memiliki kekuatan, di negara barat, ia dikenal sebagai lembaga keempat setelah legislatif, yudikatif dan eksekutif. Apalagi kebesaran tokoh-tokoh dari berbagai disiplin ilmu atau tokoh-tokoh dalam masyarakat, sering karena peranan pers yang mempublikasikan mereka. Bagaimana seorang tokoh diakui oleh kalangan masyarakat secara luas, kalau ia di boikot oleh pers. Dengan demikian, bisnis pers memang prestisius, memberi kebanggaan, memberi kekuatan dan kekuasaan. Dan, itulah bisnis Surya Paloh.
WALT DISNEY
MEMBANGUN KERAJAAN HIBURAN KELUARGA
The Wonderful World of Disney dan merupakan gambaran seseorang yang telah berhasil mencapai segala sasaran cita-citanya. Kehidupan Walt Disney dapat diringkas dalam pedoman yang diikuti oleh semua orang kaya. Barang siapa ingin suskes, harus bekerja berat, pantang menyerah, dan lebih mengikuti kegandrungan. Walter Elias Disney dilahirkan di Chicago pada tanggal 5 Desember 1901. Ibunya, Flora Call, adalah wanita Jerman, sedangkan ayahnya, Elias Disney, seorang keturunan Irlandia Kanada
Namun ada satu gagasan yang selalu mengusik pikiran Walt Disney gagasan bekerja sendiri terutama karena ia telah mendengar bahwa sebagian karyawan akan tidak diperlukan bila musim sibuk berlalu. Ia gembira dengan prospek itu karena dua hal. Pertama, ia ingin berdiri sendiri, dan kedua, ia sangat ingin melakukan sesuatu yang baru dan orisinil, tidak hanya memenuhi keinginan bos dan para pelanggan. Disney, bersama dengan seorang teman, Ube Iwerks, mendirikan agen seni periklanannya yang pertama. Pelanggannya yang pertama adalah suatu rangkaian restoran. Disney dan temannya berhasil membuat kesepakatan dengan restoran untuk membangun bengkel kerjanya di bangunan restoran baru itu tanpa membayar sedikit pun. Sebagai imbalan, mereka harus membuat poster-poster iklan untuk restoran itu.
Di samping bekerja untuk memenuhi kontrak ini, mereka bebas untuk mengerjakan proyek lain. Untuk menarik pelanggan, Walt merancang suatu rencana khusus. Ia akan pergi ke suatu toko atau perusahaan dan mencari tahu apakah mereka mempunyai suatu bagian seni. Orang yang memegang pimpinan mungkin menjawab bahwa bagian itu tidak diperlukan. Lalu Walt akan menawarkan jasanya atas dasar freelance, hubungan lepas. Kalau perusahaan itu tidak mempunyai pekerjaan yang harus dikerjakannya, tidak apa-apa. Tetapi kapan pun ada pekerjaan semacam itu yang harus dikerjakan, Walt dan temannya siap memberikan jasanya. Dalam waktu singkat, cara kerja semacam itu memungkinkan Walt dan temannya menabung cukup banyak uang yang tak mungkin dikumpulkannya andaikan mereka bekerja pada satu perusahaan saja.
Bisnis ini tampak memberikan harapan besar, tetapi pada suatu hari Walt menemukan suatu iklan dalam koran yangmenyatakan bahwa Kansas City Film Ad Company memerlukan seorang kartunis. Ia menghadapi dilema: Apakah ia akan mempertahankan bisnisnya dengan Ube atau akan mencoba memenuhi impian sejak masa kanak-kanaknya untuk membuat animasi kartun? Sekali ia telah menguasai kemahiran baru, tak ada yang akan menghalangi dia memulai usahanya sendiri kembali.
Pertimbangan ini mendorong dia memberatkan menerima pekerjaan itu. Pada tahun 1920, Disney akhirnya memasuki dunia animasi kartun. Ia akan segera menciptakan sebuah nama bagi dirinya di bidang itu, dan tokoh-tokoh perannya akan menjadi populer di seluruh dunia.
KC Film Ac Company memegang tanggung jawab atas segala aspek iklan film dan tak berapa lama menyadari kemampuan kartunis muda ini. Tak lama sesudah mulai, Walt diberi tugas membuat poster seorang pria yang mengenakan topi menurut mode mutakhir. Walt menggambar poster itu, tetapi hidung orang itu digantikan dengan gambar bohlam! Ketika poster itu ditampilkan di layar, bos berseru: “akhirnya muncul sesuatu yang baru di tempat ini: Saya sudah bosan dengan wajah-wajah cantik ini.”
Keorisinilan dan visi Walt tentang barang-barang di sekelilingnya membuat beberapa teman dan atasan kurang senang. Mereka sebenarnya iri dan menganggap dia pengacau. Oleh sebab itu, mereka tidak mau membiarkan dia mencoba suatu teknik baru untk menyempurnakan kartun-kartunnya. Ia mempunyai gagasan cemerlang membuat beberapa lukisan dan seluloid, lalu memotretnya dan menumpuknya dan akhirnya memfilmkannya. Pimpinan tidak mau mendengar hal semacam itu. Mereka merasa bahwa cara kerja mereka yang lama sudah cukup memberikan hasil sampai saat itu. Mereka tidak melihat alasan untuk mengubah teknik-teknik mereka, karena dengan cara itu pun para pelanggan sudah puas. Walt Disney tahu bahwa dia benar. Setelah berbulan-bulan membujuk bosnya, Walt akhirnya diperbolehkan membawa pulang salah satu kamera perusahaan untuk melakukan beberapa percobaan. Sejak saat itu, Walt Disney tidak pernah lagi berpaling ke belakang.
Di sebuah garasi kosong yang sudah dirombak jadi studio, ia mulai membuat film-film animasi pendek dengan menggunakan teknik hasil rekaannya. Ia kemudian memperlihatkan hasilnya kepada seorang pemimpin bisokop terkenal. Orang itu sangat terkesan. Sketsa-sketsa dan teknik film Walt sangat berbeda dengan yang sudah-sudah. Film kartunnya yang pertama segera diputar di bioskop-bioskop.
Pada mulanya kartun-kartun ini dimaksudkan untuk menggantikan iklan-iklan agar penonton terus menikmati apa yang muncul di layar selama selang waktu. Walt menyebut film-film itu “Laugh-O-Grams.” Film-film kartun Walt disenangi penonton dan sejak itu di Kansas City Walt Disney tidak lagi diejek sebagai si orang muda eksentrik” tetapi disegani. Gajinya naik. Dalam waktu singkat Disney menjadi orang terkenal di kota itu.
Ia mengembalikan kamera yang dipinjamnya dan membeli kamera sendiri dengan uang simpanannya. Film-film kartun menjadi semakin populer. Walt Disney menyewa ruang kantor yang lebih luas untuk usaha kecilnya, Laugh-O-Grams Corporation dengan modal awal sebesar $15.000. Ia mempekerjakan beberapa magang dan seorang salesman untuk mempromosikan Laugh-O-Grams di New York City. Impiannya untuk mandiri menjadi kenyataan pada waktu ia baru berumur 20 tahun.
Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari KC Film untuk bekerja sendiri sepenuhnya. Tetapi sukses tidak terjadi dengan sendirinya. Biaya produksi tinggi dan sikap perfeksionis Walt Disney (yang membuat dia menanamkan kembali semua uang hasilnya untuk memperbaiki hasilnya), disamping pasaran yang sangat terbatas, segera mengakibatkan kebangkrutan.
Ini merupakan masa suram dalam hidupnya; ia telah beranggapan bahwa masa sulitnya akhirnya berlalu. Ia tidak beruang sedikitpun dan terpaksa tinggal di bengkel dengan makan dan tidur di sebuah bangku kecil, satu-satunya perabot yang dia miliki. Lebih jelek lagi, sekali seminggu ia harus pergi ke stasiun kereta api untuk mandi.
Akhirnya ia berhasil mendapatkan kontrak pembuatan kartun animasi untuk mendidik anak-anak pentingnya menyikat gigi. Pada suatu malam, dokter gigi yang memesan kartun ini datang menemuinya dan mengajak dia ke kantornya. “Tidak bisa,” jawab Disney. “Mengapa?” tanya dokter itu. “Karena saya tidak punya sepatu. Satu-satunya sepatuku ada di tempat tukang sepatu untuk direparasi, dan saya tidak punya uang untuk mengambilnya.”
Walaupun menghadapi keadaan yang serba menyusahkan. Walt Disney tidak putus asa. Ada sebuah gagasan di otaknya. Pada suatu malam bulan Juli 1923, dengan membawa semua uang di dalam saku baju setelan tuanya dari kain minyak berwarna abu-abu, pemuda kurus kering ini naik kereta api menuju Hollywood. Ia bertekad kuat untuk menjadi orang penting dalam dunia perfilman.
Ketika tiba di Hollywood, Walt Disney hanyalah satu di antara banyak orang yang mengharapkan mewujudkan cita-citanya. Kakaknya Ray telah tinggal di California beberapa waktu lamanya, dan ia dengan senang hati mengundang adiknya tinggal di rumahnya. Walt mulai mengunjungi studio-studio film satu per satu. Ia bersedia bekerja apa saja asal ada hubunganya dengan berfilman.
Untuk maju dalam suatu bidang keahlian khusus, orang harus masuk ke dalamnya apa pun pengorbanannya. Disney segera menyadari betapa sulitnya masuk ke studio-studio film Hollywood. Banyak orang lain sebelum dia telah melamar kerja, tetapi ditolak. Walt Disney tidak menjadi patah semangat karenanya. Kalau ada orang lain yang berhasil masuk, mengapa ia tidak? Di matanya, ada dua macam orang: Mereka yang merasa kalah dan terlantar bila mereka tak dapat menemukan pekerjaan dan mereka yang dapat mencari penghasilan dengan cara apa pun dalam masa sulit. Disney selalu berusaha keras agar termasuk dalam golongan kedua.
Pengalaman mengajar dia bahwa orang harus sepenuhnya mengandalkan diri sendiri. Ia kembali ke papan gambar dengan kemauan keras untuk mencari tempat bagi dirinya. Ia menggambar film-film komik dengan maksud dijual kepada pengusaha bioskop. Ia hanya menggunakan kembali pengalaman yang sudah diperolehnya di Kansas City dengan Laugh-O-Grams. Ada seorang pemilik gedung bioskop yang begitu tertarik sehingga ia membeli berseri-seri film komik. Ia bahkan memesan rangkaian cerita Alice in Wonderland yang telah mulai dibuat oleh Walt Disney di Kansas. Kepada Disney ditawarkan uang $1.500. Jumlah sebesar itu jauh lebih besar daripada yang diharapkan. Rangkaian seri Alice in Wonderland ini diputar berurutan sampai tiga tahun. Dengan hasil penjualannya Walt Disney bisa membeli rumah dan bahkan membangun studio filmnya sendiri. Sesudah film-film Alice in Wonderland, Walt ingin menciptakan sesuatu yang baru dan yang benar-benar orisinil. Maka lahirlah makhluk kecil cerdik yang disebutnya “Mickey Mouse”, nama yang diberikan oleh istri Disney, Lillian Bounds. Mickey Mouse dengan cepat menjadi bintang tenar di seluruh dunia, dan bahkan lebih terkenal daripada banyak bintang Hollywood. Walaupun demikian, pada mulanya para produser menyambut kedatangan Mickey dengan kurang bersemangat.
Kira-kira pada waktu itu, film berbicara mulai muncul dan orang mulai memboikot film bisu. Disney pun bereaksi. Dengan kelompok pembantunya, ia memperkenalkan suatu metode baru untuk mensikronkan suara dan animasi. Walt terus mencari teknik-teknik baru untuk memperbaiki kemahirannya. Ia menerapkan pula proses: “teknikolor” yang baru. Dengan teknik baru ini ia tidak perlu lagi menggunakan kombinasi dua warna. Dalam film Bambi, ia menggunakan 46 rona warna hijau untuk hutannya. Kartun berwarnanya yang pertama, Silly Symphony, membuat para penggemar film kegirangan.
Disney makin menyadari bahwa kalau ia mau terus berkarya dengan skala yang lebih besar, ia harus membangun suatu kelompok berotak cerdar, artinya ia harus mengelilingi dirinya dengan asisten-asisten orang pintar yang mampu menawarkan produk bermutu. Untuk memantapkan diri, kami tahu bahwa kami harus melatih sendiri para asisten.
Disney merasa bahwa para kartunis yang bekerja padanya terlalu sering menggunakan cara-cara tipu daya kuno. Ia tahu bahwa satu-satunya cara mengubah keadaan ini adalah dengan mengadakan kursus-kursus latihan bagi mereka. Tujuannya sederhana: memperbaiki mutu lukisan dan teknik animasi. Ketika perusahaannya terus bertambah besar, ia memutuskan pada tahun 1930 untuk mendirikan sekolahnya sendiri, tempat ia akan mengajarkan segala teknik animasi kartun kepada calon-calon kartunis. Sekolah itu segera mulai tampak seperti kebun binatang. Soalnya, untuk membuat tokoh-tokoh kartunnya lebih realistic Disney telah mengubah ruang kelasnya menjadi laboratorium biologi kehidupan nyata dengan berbagai binatang yang diamati oleh para siswa dalam aneka perilaku dan sikapnya selagi tidur, jaga, makan, dan lain-lain. Pengamatan ini akan membantu dia pula untuk membuat film-film dokumenter tentang keajaiban alam pada waktu yang akan datang. Pada tahun 1938, Disney memperkenalkan film animasi panjang tajuk karangannya yang pertama, Snow white. Untuk membuat film ini ia membutuhkan waktu dua tahun penuh kerja keras. Film tersebut merupakan salah satu karya besarnya.
Tidak lama sesudah itu, ia membangun studio film modern di Burbank, California. Di tempat itu ia akan mempekerjakan sebanyak 1.500 orang. Sampai di situ ia tampaknya telah mencapai apa yang diimpikannya. Setahap demi tahap ia menjadi apa yang diinginkannya dahulu. Saya hanya bekerja dengan baik kalau ada hambatanm yang harus kuatasi. Saya khawatir bila segala sesuatu berjalan dengan terlalu lancar karena saya takut terjadinya perubahan mendadak dalam situasi ini.
Setelah Perang Duinia II, Ray dan Walt Disney menerima beberapa kontrak dari ketentaraan untuk membuat film dokumenter dan poster perang. Begitu perang selesai, bisnis makin sibuk bagi Disney Studios, dan Walt semakin mencurahkan perhatiannya pada keahlian seninya. Ia sering bekerja sampai larut malam. Konon, ia sering membongkar-bongkar keranjang sampah kertasnya untuk melihat isinya. Pada keesokan harinya ia akan menyuruh aistennya untuk meneliti apa yang ditemukannya; katanya, potongan-potongan kertas ini sering kali mengandung gagasan besar. Pada masa itulah Walt Disney menciptakan kebanyakan film besarnya, antara lain Cinderella, Peter Pan dan Bambi.
Pada tahun 1950-an, impian fantasmagorik Walt Disney-Disneyland mulai berkembang. Pada waktu itu, semua temannya, terutama bankir-bankirnya, menyatakan bahwa proyek ini gila-gilaan. Sekali lagi, Disney akan menunjukkan bahwa impian manusia dapat menjadi kenyataan.
Gagasan menciptakan Disneyland muncul, ketika ia berjalan-jalan di taman dengan kedua putrinya, Sharon dan Diana. Ia membayangkan sebuah taman wisata sangat luas tempat anak-anak dapat bertemu dengan tokoh kartun yang mereka sayangi. Ketika Walt Disney akhirnya memutuskan untuk proyek tersebut, tidak ada seorang pun atau apa pun dapat mengubah keputusannya.
Disneyland akhirnya terwujud di Anaheim, California, pada tahun 1955. Hari itu hari besar bagi Walt Disney. Ia berkata: Andaikata saya mendengarkan saya sendiri, tamanku ini tidak akan selesai. Inilah, akhirnya, sesuatu yang dapat saya sempurnakan terus-menerus. Pada tahun 1985, Disneyland menyambut pengunjungnya yang ke-250 juta. Ketika Walt Disney meninggal pada tahun 1966, bioskop kehilangan salah seorang penciptanya yang paling besar. Dua prinsip penting telah memotivasi seluruh hidupnya: melakukan apa yang dia nikmati dan percaya akan gagasan-gagasannya. Tanpa prinsip-prinsip ini, ia tak akan pernah menjadi Walt Disney yang besar: penerima 900 tanda kehormatan, 32 Oscar, lima Emmy, dan lima doktor honoris causa, perintis sejarah animasi dan salah seorang manusia terkaya di dunia. Ia telah mewujudkan impian-impiannya jauh melebihi harapannya yang paling muluk.
TIP & TRIK
Sepuluh Tip Mendapatkan Uang
1. Tak seorang pun mendapat modal karena mata biru mereka yang indah
Proyek harus memiliki konsep yang jelas dan berbeda. Rencana bisnis harus memasukkan rencana keuangan yang cerdas dan dapat dimengerti.
2. Euforia tidak mendapat tempat
Ingatlah selalu bahwa realisasi memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak.
3. Presentasl pertama Anda pada penanam modal potensial selalu memiliki perbedaan besar dengan presentasi Anda yang kesepuluh
Jadi, presentasikan kepada seseorang yang jika ia berkata ‘tidak’ , Anda tidak merasa keberatan. Mottonya adalah’belajar dengan melakukan.’
4. Ide bagus untuk memiliki rencana target
Namun jangan batasi referensi Anda. Kadang secara tak terduga ada orang akan menawarkan bantuan.
5. Bahkan jika presentasi atau wawancara berubah menjadi lebih sulit dari yang pernah Anda bayangkan, jangan putus asa.
Memang selalu sulit untuk menggulirkan bola. Namun sekali itu berhasil, ia akan membentuk gulungan bola salju yang terus membesar.
6. Para pengusaha muda yang tidak bersedia menyerahkan sebagian saham mereka pada penyokong dana potensial yang ingin berpartisipasi dalam perusahaan sangat jarang bisa berhasil.
7. Hati-hati, waspadailah perusahaan keuangan yang memberi janji muluk namun menginginkan uang tunai terkebih dahulu.
Bisnis keuangan penuh sesak oleh individu-individu meragukan.
8. Menerbitkan informasi
Ini menjadikan keinginan penyokong dana untuk berinvestasi dalam perusahaan Anda- dan ini menarik konsumen baru.
9. Kerja sama
10. Jangan menyerah.
Anda Seharusnya Bisa
Di awal 90-an sebtuah organisasi terkenal memutuskan untuk menawarkan paket pesniun dini kepada sejumlah pegawai. Banyak yang menerima paket tersebut dan sebagai konsekuensinya terhadap sejumlah posisi di seluruh organanisasi yang perlu diisi. Untuk merangsang semangat dan keberanian staf yang tertinggal, organisasi membuka lowongan bagi orang-orang yang telah bekerja di dalam perusahaan.
Seorang pria yang menjadi petugas kebersihan organisasi tersebut selama 8 tahun secara lisan mengajukan permintaan promosi kepada manajernya untuk posisi caretaker. Dengan 8 tahun pengalaman, tanpa seharipun cuti sakit selama itu, dan dukungan dari semua orang yang telah ia layani, ia sungguh tepat dengan pekerjaan semacam itu dan layak mendapatkan promosi.
Setelah menyelesaikan urusannya dengan para pensiunan, sang manajer mencari syaf yang lebih beerkualitas dan menginginkan sebuah penilaian kompetensi bagi semua stafnya yang masih ada, yang mengajukan lamaran dipromosikan mengisi jabatan yang kosong. Orang yang melamar untuk promosi itu ketakutan saat diberi tahu ia harus mengikuti tes untuk mengukur kompetensinya pada pekerjaan baru yang ia inginkan. Padanya, ia membuka rahasia gelapnya pada rekan-rekan kerjanya selain menggoreskan tanda tangan, ia tidak dapat menulis, daan kemampuan membacanya juga tidak lebih baik. Ia lebih ketakutan lagi saat dipanggil oleh manajemen untuk mengkonfirmasi alasannya menolak mengikuti tes. Satu hal berakibat pada hal lain, manajemen menyampaikan padanya bahwa dengan keadaannya yang buta huruf, ia tidak ada tempat di organisasi ini, bahkan untuk menjadi petugas kebersihan. Kompensasi satu-satunya untuk ini semua adalah pembayaran yang memadai untuk pelayanan 8 tahunnya. Orang itu meninggalkan perusahaan Minggu berikutnya.
BERKEMBANG DENGAN FRANCHISE
Pilihan tepat mengembangkan bisnis masa depan adalah model franchise
Sebab, bisnis franchise tak hanya menguntungkan pemilik merek saja,
Tapi juga menguntungan pengguna merek
BARU saja saya membuka cabang dengan sistem franchise di tiga kota.. Sebelumnya, cabang yang ada selama ini kami buka dengan dikelola sendiri. Sistem ini, saya kira sangat tepat untuk kila kembangkan. Di saal ekonomi mulai membaik, usaha kita bisa tetap berkembang meski tidak dengan menyiapkan dana sendiri. Justru dengan sistem franchise kita akan mendapatkan dana awal dan royalti.
Franchise adalah pemberian hak pada seseorang dalam penggunaan merek, untuk menjalankan usaha dalam kurun waktu. Sistem ini lebih menguntungkan untuk mengembangLan usaha kiia dibanding cara lainnya. Biayanya lebih rendah dari pada cara lainnya, dan kita tak perlu mengalokasikan modal untuk tempat usaha dan yang lainnya. Selain, tak perlu merogoh kocek untuk investasi lagi, ternyata keuntungan yang bisa dipetik oleh kita sebagai pemilik merek dari cara berekspresi model ini, cukup besar. Bahkan, kerap kali usaha yang dikelola ini lebih maju ketimhang harus membuka cabang sendiri. Ternyata sistem ini juga lebih mudah segera menciptakan lapangan kerja.
Menurut saya, bisnis franchise cukup menjanjikan. Karena banyak produk lokal yang bisa dikembangkan dengan sistem franchise. Maka, sebelum kita menentukan sistem ini, kita harus jeli dan hati- hati dalam menentukan pewaralabanya. Dapatkah dia atau pewaralaba menjalankan usaha yang dikembangkan dengan sistem franchise.
Menurut hasil pemantuan Asosiasi Waralaba Indonesia dari 292 perusahaan lokal yang menyelenggarakan waralaba. Ini sebenarnya merupakan, peluang bisnis yang menarik kita kembangkan. Hanva saja, itu di perlu diikuti dengan membuat Standard Operating Procedure (SOP), Guaranteed income level, Complete Training & Continued Support, dan lainnya yang merupakan rangkaian dari proses franchise itu sendiri. Tentu saja, produk yang diwaralabakan itu harus merupakan produk yang disukai atau dibutuhkan oleh pasar. Cara mengembangkan bisnis dengan melibakatkan nama besar sekaligus penularan trik-trik dagang dalam memperoleh keuntungan itu.
Bisnis franchise ini sebenarnya tak hanya menguntungkan pemilik merek saja. Tapi bagi yang menggunakan merek tersehut juga memetik untung cukup besar. Walaupun, untuk membeli merek tersebut, dia mesti merogoh kocek yang tidak sedikit, kendati tidak semahal fee franchise asing, sarana pendukung plus pelatihan atau training bagi karyawan.
Saya yakin, dana yang dikeluarkan pembeli merek itu akan akan cepat kembali. Sebab dalam sistem ini, semuanya telah ada hitungannya secara rasional. 0leh karena itulah, jika Anda ingin mengemhangkan bisnis ke depan, maka cara yang paling cepat dan menguntungkan adalah model franchise.
CLUB THE FISH MARKET
Membuat restoran sekaligus menjadi tempat rekreasi
merupakan sesuatu peluang bisnis yang menarik
Sebuah restoran yang bagi saya unik yaitu: Namanya: Restoran Club The Fish Market. Restoran Pasar Ikan ini terletak bersebelahan dengan Club Store, di dekat Bengkel Café.
Uniknya, dan itu menarik bagi saya, adalah dalam ruangan restoran itu ada ratusan jenis ikan laut dan ikan tawar yang masih segar-segar. Bahkan, saya lihat ada iuga seperti ikan hiu, ikan Kue, ikan Pari, Lobster, dan lain-lain. Bagi tamu yang ingin menikmati sajian di restoran ini, dipersilahkan memlih sendiri ikan apa saja yang ingin dinikmatinya. Nah, setelah ikan itu diambil dan dibersihkan, dicuci dan dimasukkan plastik, kemudian ditimbang berat ikan. Setelah itu, langsung bayar.
Ada sebab, mengapa banyak tamu yang tertarik pada restoran ini? Menurut saya, karena restoran ini tidak hanya menjual makanan, tapi juga rnenjual atmosfer. Manajemen restonan ini, mampu berkomunikasi dengan baik terhadap setiap tamu yang datang. Sehingga, menjadikan restoran ini memiliki citra tersendiri.
Tamu yang banyak datang di Restoran Club The Fish Market ini, seolah tak memperdulikan harganya. Bagi mereka yang terpenting, berada di restoran itu, seperti sedang rekreasi. Saya sempat merenungkan apa yang saya lihat ini. Saya yakin, jika restoran semacam ini ada peluang bisnis yang daerah atau tempatnya ada potensi laut.
MANAJEMEN PADANG
Saya kira, manajemen model “padang” layak juga diterapkan
di sektor jasa maupun prodksi lainnya
ADA sebuah manajemen yang menarik di Indonesia, setidaknyn itu menurut saya, yaitu manajemen restoran padang. Mengapa demikian? Itu karena model manajemen ini menerapkan transparansi dalam keuangan dan pembagian keuntungannya lewat sistem bagi hasil.
Dampak dari model manajemen ini, memang tidak hanya pada faktor manajerial semata, tetapi juga & berdampak pada faktor pelayanan. Dimana, pelayanan yang serba cepat menjadikan restoran padang dikenal. Kita pun juga bebas memilih menu. Menu pun & bervariasi, begitu juga minumannya. “Menu Nano-Nario” begitulah, banyak orang yang menyebut buat aneka menu yang dihidangkan dan pasti dijamin halal.
Selain itu, kelebilhan restoran padang adalah selain pelayanan cepat, juga lebih terkesan fleksibel. Artinya, hidangan yang kita pesan itu bisa saja dimakan di restoran tersebut, tapi kita bisa juga meminta karyawan restoran padang untuk membungkusnya dan kita santap di rumah. Dan Satu lagi masakan padang punya rasa yang khas, dan meemenuhi selera hampir seluruh masyarakat dari berbagai negara. Selain itu, faktor kebersihan ruangan juga selalu mendapat prioritas.
Dalam manajemen ini, memang ada pemilik modal, dan ada pula tim manajemennya, dimana ada manajer dan karyawan. Pada karyawan sendiri ada yang bagian dapur induk (koki), book keeper (pembukuan), pantry (buat minuman). palung (pembawa makanan),teller (pembayar suplier), kasir, waiter dan waitress. Saya juga melihat, selain transparan, model manajemen bagi hasil itu menjadikan restoran padang punya ciri khas sendiri.
Dan, yang menarik adalah hubungan antara pemilik modal dengan manajemen lebih sebagai mitra. Karena apa? Mereka tidak mendapatkan gaji, namun mereka mendapatkan bagian dari keuntungan bersih restoran. Jadi dalam memberikan keuntungan itu, memang ada pembagian untuk penanam modal sendiri dan ada bagian keuntungan manajemennya atau karyawannya. Itu biasanyn dibagikan setelah keuntungan dikurangi 2,5% untukk zakat.
Sedang pendapatan karyawan adalah dengan sistem ipoin. Jadi, setiap karyawan punya poin atau nilai. Dan, biasanya perhitungannya dilakukan setiap 100 hari sekali. Nilai tertinggi ada pada karyawan yang bekerja di dapur induk (koki). Mengapa ? untuk, memberikan pada bagian inilah yang mampu memberikan nilai rasa menu’ makanan maupun minuman yang dihidangkan.
Saya kira, manajemen semacam ini, akan membuat mereka yang bekerja di restoran padang selalu punya semangat tinggi. Dengan semakin tinggi semangat mereka bekerja, menjadikan hasil yang diterima banyak. Selain itu, sistem keuangannya yang selalu trasparan menjadikan setiap karyawan level apa pun tahu, berapa omset perusahaan dalam setiap harinya.
Oleh karena itu, saya kira manajemen padang ini bisa sebagai alternatif, dan cukup bagus untuk diterapkan pada sektor jasa maupun produksi lainnya. Dan satu hal Lagi yang menarik adalah, karyawan restoran padang dengan manajemen seperti itu, tidak membuat setiap karyawan, menanyakan kapan SK (surat keputusan) pengangkatan kerja. Mereka juga tidak akan menanyakan kapan naik gaji. Sebaliknya, justru mereka akan berupaya, bagaimana harga poinnva bisa selalu naik. Karena, harga poin itulah yang akan menentukan jumlali penghasilan setiap bulan. Jadi yang menentukan penghasilan adalah ditinya sendiri .
MANAJEMEN SARI BUNDO
Kebersamaan antara profesi, Hubungan baik pimpinan dan karyawan Akan membuat bisnis kita tetap bertahan
Walau karyawannya sebagian sudah punya cucu. Saya melihat loyalilas mereka bekerja di Sari Bundo, karena paling tidak manajemen bagi hasil yang diterapkan – Dengan sistem seperti ini- seperti kebanyakan restoran padang – manajemen di situ terbuka atau transparan – Faktor kekeluargaan demilkan kuat. Dan, kebersamaan antara sesama profesi, hubungan baik pimpinan dan karyawan, juga ikut menjadikan rumah makan ini tetap bertahan.
Soal upah bagi mereka prinsipnya adalah berat sama dipikul ringan sama dijinjing Sehingga, mulai pimpinan sampai karyawan memiliki rasa tanggungjawab untuk tetap mempertahankan bahkan meningkatkan “brand image” dari Sari Bundo.
Dan anehnya bila ada saudara-saudara pemilik rumah makan Sari Bundo juga ingin membuka cabang dengan memakai merek Sari Bundo, tidak menjadi masalah. Boleh-boleh saja. Agaknya, manajemen Sari Bundo, Jalan Juanda Jakarta ini masih percaya, bahwa membantu orang lain untuk berhasil itu perlu.
Saya mencatat, setidaknya ada empat hal pokok , mengapa dia tetap bisa tertahan sampai sekarang meski di saat krisis ekonomi sekalipun, selain penerapan manajemen terbuka tadi, juga karena: Pertama, rasa rasa masakan. Setiap menu yang ada memang lezat rasanya. Bumbunya sangat terasa. Ikan masih fresh, terasa enak dimakan.
Kedua. rasa layanan. Layanannya memang serba cepat.
Ketiga, lokasinya yang strategis. Manajemen Sari Bundo menyadari, bahwa lokasi rumah makan yang stralegis juga akan lebih mendekatkan dengan konsumen. Meski, bangunanrya tidak terkesan mewah dan besar. Karena lokasinya memang sangat strategis, di Jalan, Juanda Jakarta. Apalagi tamu di layani dengan ramah.
Keempat ,nama Sari Bundo yang terkenal itu. Tamu yang menikmati sajian masakan padang di rumah makan terkenal, seperti Sari Bundo, membuat para tamu merasa mantap. Artinya, sebelum mereka ke Sari Bundo, seolah belum makan masakan padang.
BISNIS MBAH MO
Tradisi mentoring merupakan cara yang ampuh
Untuk alih pengetahuan, alih ketrampilan,,
Transfer budaya, dan etos kerja entrepreneur
ANDA penggemar bakmi godhog (rebus) khas Yogya? Bila ya. pasti pernah mencicipi bakmi godhog Mbah Mo di Dusun Code, tiga kilometer arah Timur Kota Bantul Yogyakarta, atau kurang lebih 15 kilometer arah Setaan Kota Yogya.
Mbah Mo, nama panggilata Mbah Atmo, juga berfungsi sebagai “merek dagang” dari jasa, produk, sekaligus warungnya. Ia membuka dagangannya mulai pukul 5 sore hingga pukul 10 malam. Ingin tahu siapa pelanggannya? Sebagai gambaran, 90% pelanggannya datang dari Yogyakarta, Magelang, Klaten, bahkan Jakarta. Kebanyakan pelanggannya menggunakan kendaraan roda empat.
Membebaskan ‘rasa kangennya” terbadap bakmi buatan Mbah Mo, yang menurut saya memiliki ciri khas yang tiada duanya. Namun, Mbah Mo yang spesial bagaikan koki hotel berbintang itu, merupakan jasa sekaligus produk yang memilkii kelebilhan dibanding produk sejenis ( deferent advantage). Hal itu masih ditambah lagi dengan kemasan suasana (atmosphere) pedesaan yang’ngangeni’
Menurut Mbah Mo. promosi pun tak pernah ia lakukan. Saya kira, proses yang terjadi adalah pemasaran tradisional dari rnulut ke mulut (word by mouth), tentunya “kesadaran” Mbah Mo, bahwa produk yang berkualitas adalah kekuatan pemasaraannya. Dan, Mbah Mo mengais omset dengan menghabiskan 10 kilogram mie, dan 10 ekor ayam.
Bisnis Mbah Mo dirintis sejak 1986. Memang, bertahun-tahun sebelumnnya, Mbah Mo pernah berjualan pecel dengan konsumen tetangga dan warga sekitar. Unik terjun ke bisnis barunya ini, Mbah Mo harus melakukan magang atau mentoring, guna menimba pengalaman membuat bakmi. Orang yang dijadikan mentor untuk membuat bakmi yang lezat adalah kakak iparnya sendiri, yang juga berjualan bakmi dan tinggal di Yogyakarta.
Pengalaman Mbah Mo yang mendapat mentoring dan kakak iparnya ini, mengingatkan saya pada apa yang dikatakan Steven R. Covey, bunyinya: “Kalau Anda memberikan ikan pada seseorang, berarti Anda memberi makan sehari. Kalau Anda memberi pancing pada sesesorang, berarti Anda memberi makan seumur hidup,”
Pandangan Covey ini oleh rekannya, Raymond WY. Kao, dikembangkanmenjadi: “Se- andainya Anda memberi pancing, kemudian mendidik cara memancing, dan sekaligus menanamkan tanggungjawan moral, maka Anda berarti ikut membangun suatu negara.”
Saya melihat, ternyata tradisi mentoring merupakan cara ampuh untuk alih pengetahuan, alih ketrampilan sekaligus transfer budaya, dan etos kerja entrepreneur. Seperti Mbak Mo, tradisi mentoring sebenarnya dapat dikembangkan dalam masyara- kat, bila kita ingin melahirkan lebih banyak lagi wiraushawan baru dalam masyarakat.
Perencanaan dan Strategi
Strategi dan Keuntungan usaha
Apa yang diinginkan konsumen?
- Konsumen menginginkan nilai dan kenyaman.
- McDonald, mengklaim bahwa sebagian sukses mereka adalah dari menjadi lebih dari sekadar fast food-itu adalah pengalaman dan perasaan yang Anda dapat saat mengunjungi toko mereka.
- Banyak nama merek produsen pakaian mengklaim bahwa produk mereka hanyalah kedua yang terpenting setelah’citra’ yang sebemarnya ingin dibeli oleh pembeli dan lebih penting lagi untuk dikenakan dan tampil.
- Menagkap pangsa pasar adalah mengenai memenangkan bagian dari pikiran konsumen
Saat menyusun strategi, ingatlah bahwa strategi yang bergantung pada harga untuk memenangkan bisnis, tidak akan menjadi strategi yang unik. Tak ada hal yang unik mengenai harga
Merencanakan bisnis Anda
1. Pertimbangkan memulai sebagai penyalur tunggal atau partnership sederhana
2. Evaluasi berbagai kesempatan dan ide Anda.
3. Tentukan apakah bisnis Anda akan merupakan kegiatan konsultasi, menjual eceran, menjual produk, kombinasi beberapa hal yang disebutkan sebelumnya, atau suatu jenis bisnis yang tidak tradisional.
4. Tentukan apakah Anda akan mengembangkan sendiri bisnis Anda, embeli bisnis yang sudah ada atau membeli franchise.
5. Tuluslah garis besar konsep bisnis Anda.
6. Jika Anda perlu melindungi ide produk atau jasa Anda, tulislah outline Anda dalam surat tertutup, cantumkan rincian kerja, dan penelitian, beri tanggal, daftarkan pada notaris.
7. Selanjutnya simpan jurnal aktivitas awal dalam pengembangan ide Anda menjadi produk atau jasa yang aktif untuk bisnis Anda.
8. Pilih dan tentukan visi dan tujuan bisnis Anda. ( paling banyak 25 kata )
9. Tentukan pasar umum yang akan diraih.
10. Tentukan produk atau jasa awal yang akan ditawarkan.
11. Perkirakan biaya pembukaan bisnis.
12. Kenali sumber daya yang Anda miliki dan sumber pendanaan yang tersedia.
13. Miliki ide berapa banyak kredit yang dapat Anda peroleh dari supplier potensial Anda.
14. Tentukan sumber dan/atau keahlian apa yang tidak Anda miliki. Lalu susun outline mengenai kemungkinan mengisi gap ini.
15. Putuskan apa yang Anda inginkan dari bisnis ini, sekarang dan di masa mendatang.
Setelah Anda melewati daftar periksa awal ini, jika Anda merasa tetap termotivasi untuk menciptakan bisnis Anda sendiri, mulailah dengan detail proses pembangunan bisnisnya.
Haruskah Anda Mendirikan Perusahaan Sendiri?
Membentuk perusahaan Anda sendiri tidaklah mudah dan menuntut komitmen dan ketahanan uang luar biasa.
Jika Anda dapat membantu mayoritas pertanyaan di bawah ini dengan ‘ya’ yang pasti, maka layaklah mempertimbangkan detail ide membentuk perusahaan sendiri.
1. Apakah saya seorang pemimpin?
2. Apakah saya seorang ambisius?
3. Apakah saya senang belajar?
4. Dapatkah saya mengevaluasi pengalaman?
5. Dapatkah saya bekerja atas inisiatif sendiri?
6. Apakah saya berani mengambil risiko?
7. Apakah saya bertahan atas kekalahan dan kemunduran?
8. Apakah saya memiliki ide sendiri?
9. Dapatkah saya buat ide-ide tersebut dipahami orang lain?
10. Dapatkah saya bekerja keras untuk mencapai tujuan?
11. Dapatkah saya bernegosiasi secara terampil?
12. Apakah saya berhasil membuat kontak kilat?
13. Apakah saya senang meraih lebih dari yang lain?
14. Dapatkah saya mengatur orang degan baik?
15. Apakah saya percaya pada orang lain?
16. Apakah saya mengerti dan bersimpati pada kesalahan orang lain?
17. Dapatkah saya memuji atau bahkan, mendekati seseorang tanpa menyerang mereka?
18. Apakah saya memiki ingatan yang baik?
19. Apakah saya memiliki pendidikan yang memadai?
20. Dapatkah saya menyusun rencana jangka panjag?
21. Apakah saya aktif sccara intelektual?
22. Apakah saya kritis terhadap diri sendiri?
23. Apakah kondisi fisik saya cukup bagus untuk menanggung beban tambahan?
24. Apakah keuangan saya terkontrol?
25. Apakah basis finansial saya sehat pada pembagian saya?
26. Apakah keluarga dan teman-temarn saya percaya apa yang saya sedang lakukan?
27. Apakah saya siap mengorbankan waktu hura-hura, hobby dan liburan?
28. Apakah keinginan saya sendiri untuk bekerja pada diri sendiri?
29. Apakah saya mampu menjadi antusias?
30. Apakah saya menjaga perspektif dalam situasi stres?
TAK SUKA BISNIS BESAR
Ketentraman hati ada kalanya lebih peluang
Dari pada keuntungan bisnis
ANDA penggemar soto? Kalau ya, pasti Anda telah mengenal atau bahkan telah menjadi pelanggan tetap Soto Kadipiro, yang terletak di jalan Wates Yogyakarta itu. Di restoran yang didirikan 1921 oleh Pak Karto Wijoyo (alm), dan sejak 1975 dikelola putra sulungnya. Pak Widadi (60 th) sampai sekarang ini, secara terbuka memaparkan tulisan besar pada sebuah papan yang dipasang di restoran tersebut, Isinya, “TidaL Buka Cabang di Jakarta dan di kota lainnya”
Menurutnya, ia sengaja tak buka cabang di kota lainnya, meski banyak pihak yang menawarinya kerjasama. Hal itu, katanya, ia ingin hidup tenteram dengan bisnisnya sekarang.
Selain itu, memegang teguh nasehat orang tuanya yaitu untuk selalu, hidup sederhana, ulet. sabar, jujur dalam bisnis, dan nrimo dengat apa yang di dapat sekarang. Maka tak mengherankan, filosofinya berbunyi, Kamulyaning urip iku, dumunung ono tentreme ati”. Artinya, sesungguhnya kebahagian orang hidup itu hanya pada ketenteraman hati. Saya kira, tak sedikit pengusaha atau entrepreneur kita yang justru lebih senang bisnisnya tidak terlalu besar, seperti Pak Widadi dengan Soto Kadipironya. Artinya, dia sama sekali tak suka kalau bisnisnya jadi besar. Karena, dia merasa bisa menikmati asyiknya berbisnis dan merasa tenteram. Dan sebenarnya masih banyak ,contoh pengusaha kita lainnya yang seperti itu.
Contoh ini justru menanrik bagi saya. Dan, setelah saya kaj lebih jauh, ternyata sikap mereka tak suka bisnis besar, karena Pertama, mereka masih ada perasaan takut kehilangan suasana kekeluargaan. Jadi, mereka itu sudah terlanjur kental dengan suasana kekeluargaan seperti itu, apalagi di awal-awal lahir pengembangan bisnisnya. Dimana, dia tahu potensi setiap karyawannya. Bisa bekerja langsung dengan mereka, dan bahkan bisa mengatur operasional kegiatan bisnisnya. Sebab jika bisnisnya berkembang besar, tentu suasana seperti itu aan berubah. Dia tak lagi bisa langsung bekerja dengan karyawannya. Dan, tentu saja hal ini akan menyulitkannya untuk mempertahankan suasana kekeluargaan.
Kedua, mereka lebih senang dengan posisinya sekarang. Bisa tetap memegang kendali bisnisnya dan tanpa adanya delegasi. Ketiga, karena mereka lebih senang pada upaya pemberdayaan sumber daya manusianya atau karyawannya, dan bukan pada kontrol.
Tipe pengusaha seperti ini biasanya visinya sederhana. Dan, misinya lebih pada aspek kekeluargaan. Sebab, baginya aspek kesejahteraan yang diinginkannya, dan hal itu bisa diraihnya tanpa harus lebih dulu menunggu bisnisnya besar. Sehingga, tidak mengherankan sosok pengusaha seperti ini lebih cenderung suka memelihara pasar lama, yang dia jadikan sebagai bagian dari sifat kekeluargan. Oleh karena itulah, agar bisnisnya tetap seperti sekarang , mereka biasanya tak ada keinginan membuka cabang di luar kota, seperti Soto Kadipiro tersebut. Dengan begitu otomatis mengurangi pelanggannya dan jam operasionalnya. Soto Kadipiro hanya buka pukul 08.00 sampai 14.00 WIB.
Rupanya orang seperti ini Widadi termasuk orang yang percaya pada Craig J. Cantoni, seorang pakar entrepreneur yang berpendapat, bahwa :” Bisnis besar hanya akan mengurung kita dalam kotak-kotak organisasi sempit dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk kita bisa berkreasi dan meraih kesenangan.
“TUKANG JAHIT” ALA TENSIA
Pasar dulu kita ciptakan, baru pabrik kita bangun
PERNAH sautukali saya diajak seorang peserta”Entrepreneur University “, ke Jakarta. Tujuan, kita ingin melihat bagaimana perusahaan Tensia Manufacturing yang terletak di kawasan Cibubur, Jakarta, dalam menjalankan bisnisnya.
Apa yang saya lihat sungguh di luar dugaan. Bahkan karena yang saya lihat perusahaan yang cukup besar, tapi yang membuat saya kagum adalah kegiatan bisnisnya, yaitu membuatkan produk consumer good atau home care bermacam- macam merek. Perusahaan ini menjalankan bisnisnya dengan membuatkan produk atau barang-barang kebutuhan rumah tangga, seperti: shampoo, pembersih lantai, pembasmi serangga, parfum, sabun mandi, dan lain-lain. Mereknya pun berbagai macam, ada merek import, ada pula lokal, yang iklannya sering kita jumpai di media massa.
Saya jadi tahu, ternyata perusahaan, ini bekerja ini seperti layaknya “tukang jahit”. Dimana perusahaan lain bisa meminta Tensia untuk membuatkan produk yang mereka inginkan. Ini memberi keuntungan, bahwa apabila kita ingin memasarkan suatu produk tertentu, kita tidak mesti harus membuat sendiri, tapi dapat memesan melalui perusahaan semacam Tensia tersebut. Hanya saja, kita tidak semudah itu pesan padanya. Tentu saja, itu karena ada persyaratannya, yaitu antara lain: tidak boleh memalsu produk orang lain, dan ada batas minimal order. Menurut saya, kita sebagai seorang entrepreneur sebetulnya bias membuka bisnis dengan cara “menjahitkan” seperti ala Tensia ini. Asal saja kita punya ide bisnis, saya kira ide bisnis apapun,. Perusahaan tersebut memang hanya membuatkan produk yang kita pesan, dan tidak ikut memasarkan, supaya netral. Karena bisa saja dia membuat produk yang sama, tetapi merek berbeda, sehingga persaingan itu terjadi di pasar. Kalau kita tidak punya gudang pun, perusahaan itu bisa menyiapkan gudangnya. Sedangkan distribusinya, dia bias juga mencarikannya.
Saya pikir mereka cukup kreatif, Tensia menciptakan peluang bisnis yang kita garap. Artinya, tanpa kita punya pabrik sendiri, kita bisa pesan, seperti yang kita inginkan. Hanya saja, kita memang harus berani memasarkannya. – Setelah pasar berkembang, kita bisa buat sendiri. Sebab, tanpa punya pasar, tentu apapun jenis produk yang kita “jahitkan” , kalau tidak laku, kita akan rugi.
Pendeknya, pasar dulu yang kita ciptakan, setelah pasar berkembang baru, pabrik kita bangun. Dengan demikian, kita bisa saja memulai , usaha sekalipun tak punya pabrik. Ide bisnislah yang menjadi sangat penting untuk kita miliki. Artinya, begitu ide bisnis muncul, kita”menjahitkan” pada pihak lain. Dan setelah itu kita pasarkan. Anda berani mencoba?
2 komentar:
Terima kasih atas tulisannya, untuk menggugah semangat berwirausaha bersama.
Terima kasih banyak bos atas postingannya.
www.archief.ucoz.net
Posting Komentar