Mengapa Lempeng Bumi Bisa Bergerak
GEMPA dan tsunami sebenarnya merupakan peristiwa alam yang bisa terjadi kapan pun dihampir semua bagian bumi. Untuk memahami gempa, kita harus terlebih dulu memahami tentang bumi.
Dalam buku Gempa dan Tsunami terbitan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi disebutkan, bumi berbentuk bulat mirip bola namun rata pada kutub-kutubnya. Jari-jari pada katulistiwa sepanjang 6.378 km dan pada kutub 6.356 km. Lebih dari 70 persen permukaannya merupakan lautan.
Pada bagian dalam, bumi terdiri atas kerak setebal hingga 30 km, selubung atas 700 km, selubung bawah 2.900 km, inti luar 5.160 km, dan inti dalam 6.371 km. Dari semua bagian itu, yang bersifat relatif padat hanya pada bagian kerak. Dengan kata lain, kerak bumi sebenarnya mengapung pada magma.
Pada bagian atas itulah, terdapat sekitar 20 lempeng tektonik besar. Ketebalannya kira-kira 70 km dan bergerak di atas astenosfer yang lebih cair.
Sejak awal planet ini terbentuk, inti bumi selalu cair dan panas. Panas dari bagian ini, menyebabkan cairan pada bagian selubung selalu bergolak. Ini sama dengan ketika kita merebus air. Gerakan inilah yang kemudian menyebabkan lempeng-lempeng di atasnya juga ikut bergerak saling menjauh atau mendekat.
Pada tulisan terdahulu telah disebutkan tentang teori Benua Mengapung. Adalah Alfred Wegener (1880-1930), seorang ahli geofisika yang pada tahun 1915 mengemukakan sebuah teori tersebut.
Menurutnya, 300 juta tahun lalu di bumi ini hanya ada satu benua raksasa bernama Pangea. Benua itu kemudian perlahan-lahan terpisah menjadi Laurasia dan Gondwana.
Sekitar 65 juta tahun lalu, Laurasia pecah lagi menjadi Amerika Utara dan Euroasia. Amerika Selatan saat itu juga menjauh dari Afrika Selatan. Selanjutnya, antara 10 juta dan 20 juta tahun silam Amerika Utara dan Amerika Selatan menyatu, Benua India menyatu dengan Euroasia, dan Australia terpisah dari Antartika. Pergerakan lempeng-lempeng bumi itu pula yang kemudian menyebabkan gempa bumi.
Ketika bertumbukkan dengan lempeng benua, terdapat bagian dari lempeng samudra yang menyusup di bawah lempeng benua. Hal ini karena kerapatan masa lempeng samudera biasanya lebih keras. Zona tumbukan itu disebut subduksi.
Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dan selubung bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan qeseran.
Pada saat batas elastisitas Iempeng terlampaui, akan terjadi pelepasan energi. Ini mirip karet yang tiba-tiba melenting. Inilah yang kemudian dirasakan sebagai gempa bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar