Struktur Bumi (Pendahuluan)
Sejarah umat manusia mencatat ketika astronot Amerika Serikat berhasil mencapai bulan, saat ini dirayakan sebagai pencapaian manusia yang sangat besar di bidang ruang angkasa. Sejak saat itu pengetahuan kita terus berkembang mengenai alam semesta ini, bahkan untuk benda langit yang jaraknya sangat jauh sekali mencapai jutaan tahun cahaya. Tetapi ada yang mengganjal, pengetahuan kita mengenai isi bumi kita sendiri yang sangat minim. Bagian kerak bumi yang menjadi sasaran penyelidikan geologi adalah bagian lithosfera atau kulit bumi. Pengetahuan kita mengenai kerak bumi baru terbatas pada kedalaman yang bisa dijangkau oleh pengeboran melalui ekplorasi batuan, pembuatan terowongan dan lembah-lembah dalam hasil erosi sungai. Sedangkan bagian yang lebih dalam lagi masih merupakan teka-teki dan pengetahuan mengenai bagian dalam ini hanya didasarkan pada hipotesis-hipotesis saja. Bagaimana gambaran sesungguhnya lapisan bumi sampai inti bumi yang berjarak kurang lebih 6000 km? Padahal pencapaian terdalam dalam pemboran kulit bumi hanya mencapai 15 KM. Pada beberapa lokasi memang ditemukan batuan yang terbentuk pada kedalaman 100-200 KM tersingkap di permukaan bumi, tetapi tetap saja hanya memberikan informasi yang sangat sediikt. Kita pasti bertanya, bagaimana mengetahui keadaan dalam perut bumi, sementara kita tidak dapat langsung masuk ke dalam perut bumi secara langsung atau sampai saat ini belum ada teknologi pemboran yang bisa masuk sangat jauh ke dalam perut bumi. Ada upanya yang pernah dilakukan dalam suatu proyek (DSDP = Deep Sea Driling Project), suatu proyek penelitian pemboran laut dalam yang dilakukan pada palung-palung laut, tetapi hasilnya kalau di bandingkan dengan ketebalan bumi secara keseluruhan apa yang dilakukan itu masihlah sangat sedikit. Lalu bagaimana kita dapat mengetahui gambaran keseluruhan dari perut bumi? Suatu pertanyaan yang sampai saat ini terus dicari jawabannya oleh para ahli kebumian sampai saat ini. Plato salah seorang ahli pikir (ahli filsafat) adalah yang pertama-tama mengemukakan pendapat bahwa bumi itu terdiri massa cair pijar yang di kelilingi oleh lapisan batuan atau kerak bumi. Massa cair pijar ini berasal dari inti bumi, kadang-kadang keluar ke permukaan bumi melalui pipa-pipa gunungapi dalam bentuk lava.
Ada suatu cara untuk mengetahui isi perut bumi, yaitu dengan memanfaatkan gelombang seismik, ada dua utama yang harus digunakan, yaitu sumber energi gelombang (misalnya ledakan) dan alat penangkapnya (semacam mikropon). Sumber energi gelombang utama adalah gempabumi. Bagaimana cara kerja penggunaan gelombang ini untuk mengetahui isi perut bumi? Sebagai ilustrasi, pernahkah kamu melihat buah melon? Semua orang pasti sudah tahu buah ini, tetapi tahukah kamu bagaimana caranya menentukan apakah buah melon itu sudah matang atau belum. Sebagai contoh salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memukul-mukul buah melon itu, hanya dari gelombang suara kita dapat mengetahui keadaan bagian dalam dari buah melon. Buah melon yang belum matang dan sudah matang mempunyai kadar air yang berbeda, dan ketika ditepuk-tepuk menghasilkan suara yang berbeda. Begitu juga dengan para ahli geologi menggunakan gelombang seismik untuk mempelajari keadaan dalam perut bumi. Untuk memahami proses ini, kita harus mengetahui beberapa sifat dari gelombang, yaitu:
1. Dalam suatu benda yang homogen, gelombang memancar dalam suatu lapisan konsentris dan dalam kecepatan yang kontans.
2. Kecepatan dari gelombang seismik tergantung kepada sifat bahan yang dilaluinya. Kembali ke contoh sifat gelombang suara, suara merambat lebih cepat dalam air dibandingkan melalui udara. Kecepatan suara di udara bermacam-macam tergantung kepada suhu dan kelembabannya. Suara berjalan lebih cepat pada suhu yang hangat, air yang mengalir. Sama dengan kecepatan gelombang seismik yang berbeda tergantung kepada material yang dilewatinya. Sebagai tambahan, kekakuan dan masa jenis dari batuan berpengaruh terhadap kecepatan gelombang yang melaluinya.
3. Ketika gelombang melalui satu material ke material yang lain, gelombang ini membias dan kadang-kadang juga memantul. Pembiasan dan pemantulan mudah terlihat dalam gelombang yang ringan. Jika kita menyimpan pensil dalam gelas yang diisi air, pensil akan terlihat melengkung. Tentunya pensil ini tidak melengkung, ini dikarenakan cahaya yang melengkung. Cahaya menurun kecepatannya ketika melewati dari udara ke air dan sebagai perubahan kecepatan itu, cahaya menjadi membias, sehingga melengkung. Jika kita melihat ke dalam cermin, cahaya dari wajahmu memantul dari lapisan perak yang ada di bagian belakang kaca, sehingga menghasilkan gambar wajahmu. Gelombang seismik memantul seperti hal ini.
4. Gelombang P adalah gelombang yang tertekan dan melalui semua media (gas, cair dan padat) yang mana gelombang S hanya dapat melalui material padatan.
Diposkan oleh Nendy di 7/30/2008 02:20:00 AM 0 komentar
Minggu, 27 Juli 2008
Teori Big Bang
Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah 'diciptakan dari ketiadaan', dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini, para astronom yang meyakini paham materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak hingga. Alasan penolakan ini terungkap dalam perkataan Arthur Eddington, salah seorang fisikawan materialis terkenal yang mengatakan: "Secara filosofis, gagasan tentang permulaan tiba-tiba dari tatanan Alam yang ada saat ini sungguh menjijikkan bagi saya".
Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut steady-state yang mirip dengan teori 'alam semesta tetap' di abad 19. Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang 'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.
Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium. Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat.
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang” (QS. Al-Mulk, 67:3)
(Source: Harun Yahya)
Diposkan oleh Nendy di 7/27/2008 01:25:00 AM 0 komentar
Jumat, 18 Juli 2008
Pembentukan Planet
Berdasarkan teori saat ini, panas yang berasal dari gaya tarik gravitasi dari protosun memanaskan bagian dalam dari awan nebular. Kemudian, ketika mengembang sistem tata surya diperkirakan berbentuk seperti cakram, keadaan berubah dan cakram mendingin. Pada saat mendingin, gas menjadi padat seperti hujan yang jatuh atau bintang-bintang salju ketika udara lembab mendingin dalam bagian atas atmosfir di bumi. Pembentukan dari partikel-partikel kecil dari pemadatan benda-benda sebagai langkah awal dari evolusi planet. Sebagai butiran-butiran kecil dari abu yang berputar di sekitar matahari yang mengembang, butiran ini saling mendekap satu sama lain seperti bintang-bintang salju saling bersatu ketika jatuh selama badai salju. Pada saat kejadian ini, butiran-butiran menjadi gugusan bersama ke dalam suatu rumpun yang halus dengan diameter kira-kira mencapai satu milimeter. Satu kali terbentuk, gugusan yang halus ini saling bertumbukan satu sama lain dan saling bersatu, perlahan-lahan membentuk lapisan-lapisan yang berbatu. Ketika lapisan ini bertambah besar, dia mulai menggunakan kekuatan gravitasi yang besar untuk menarik butiran, rumpun-rumpun dan bahan-bahan lainnya. Pertumbuhan ini berlanjut sampai sejumlah planet yang kecil yang disebut planetesimal terbentuk. Planetesimal memiliki panjang ratusan kilometer. Berdasarkan perkiraan, kesemua proses, dari asal dari awan yang pertama sampai terbentuk planetesimal, berlangsung lebih dari satu periode kira-kira selama 400 juta tahun. Kemudian, dalam waktu yang relatif singkat, kira-kira 10.000 tahun, planetesimal bertumbukan satu sama lain membentuk planet.
Diposkan oleh Nendy di 7/18/2008 04:29:00 AM 0 komentar
Senin, 07 Juli 2008
Astronomi Mengatakan: Alam Semesta Diciptakan
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini "bergerak menjauhi" kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.
Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus "mengembang".
Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang. Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui sebagai ilmuwan terbesar abad 20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini, hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai 'kesalahan terbesar dalam karirnya'.
Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "Dia Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)
(source: Harun Yahya)
Diposkan oleh Nendy di 7/07/2008 11:07:00 PM 1 komentar
Rabu, 25 Juni 2008
SEJARAH BUMI DAN JAGAD RAYA
Bayangkan dirimu di suatu malam yang cerah berjalan di tepi pantai berpasir, lihatlah ke langit, kamu akan melihat bintang-bintang kemilau dengan cahayanya, sungguh megah alam semesta ini dengan segala benda yang ada di dalamnya. Banyak sekali benda-benda angkasa di langit. Ada bintang, planet, bulan, meteor dan sebagainya. Dapatkah kamu melihat pergerakan dari benda-benda angkasa itu? Benda-benda di ruang angkasa itu sesungguhnya merupakan sesuatu yang dinamis. Ada yang sedang mengembang, mati, bahkan terbentuknya benda langit yang baru. Begitu juga bumi, pernahkah kamu merasakan pergerakannya? Tentunya tidak, padahal bumi kita ini terus-menerus berputar pada porosnya. Sebagai awal marilah kita pikirkan bagaimana alam semesta ini terbentuk, dengan segala hukum dan susunannya yang rapi tiada terkira.
1.1 Teori Alam Semesta Kekal
Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.
Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.
Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan". Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar