Minggu, 18 Desember 2011

Menjadi Intrapreneur Dan Entrepreneur

Intrapreneur merupakan seorang entrepreneur di dalam suatu perusahaan. Seorang Intrapreneur berusaha mengungkapkan idenya agar diterima oleh perusahaan tempat dia bekerja dengan cara meyakinkan orang tertentu dalam perusahaan tersebut. Hal tersebut berbeda dengan seorang entrepreneur yang tidak terikat dengan suatu perusahaan. Terdapat juga berbagai kelebihan dan kekurangan tersendiri dari seorang entrepreuner dan intrapreneur.
Dari segi funding dan branding, seorang intrapreneur akan mendapatkan dana dari perusahaan tempat dia bekerja dan bisa menggunakan brand perusahaan.
interpreneur adalah entrepreneur yang menggunakan internet sebagai tempat dan sarana melakukan perniagaan.
Untuk menjadi seorang entrepreneur, agar melakukan usaha yang sesuai dengan keahlian dan apa yang kita sukai.
"Angel investor", merupakan investor yang melakukan investasi jangka panjang sehingga bisa dijadikan batu lompatan bagi entrepreneur muda dengan melakukan semacam mentoring dan sharing experiences.

Ciri-ciri Entrepreneur

• Semangat Berprestasi

• Sibuk Mencari Peluang

• Think Big & Whole

• Intuisi Tajam dalam Berbisnis

• Berani dan Siap Mengambil Risiko

• Toleran terhadap Ambiguitas

• Optimis dan Segera’Bangun’ saat Jatuh

• Cepat Berhitung & Mengambil Keputusan

• Terpacu untuk lebih ‘Sejahtera’



‘Passion’ yang Tak Ada Batasnya

To love what you do and feel that it matters – how could anything be more fun..? Katharine Graham.

Saya tidak tahu kapan teman anak saya, pengusaha cafĂ© ,club dan restoran, beristirahat dan tidur. Malam hari ia berkeliaran di salah satu restorannya, menyapa tamu, mengontrol bar dan mencicipi makanan. Siang hari, ia berada di kantor dan mengontrol pembelian. Setiap akhir minggu, kita akan mendapatkan sms darinya pribadi mengenai event-event spesial yang sedang berlangsung di cafenya. Kecintaan pada pekerjaan memang tidak berbeda dengan mengerjakan hobi: tidak kenal waktu. Ini juga adalah rahasia para entrepreuner. Seorang entrepreuner tidak menghitung jam kerja, karena fokus totalnya adalah pada keberhasilan. Inilah sebabnya keberhasilan juga lebih di depan mata daripada orang orang yang sekedar berjiwa ‘pegawai’.


Action, Action, Action!

Beda semangat entrepreuner dengan pekerja biasanya juga terletak pada implementasi. Seorang entrepreneur tidak kenal kata menunggu atau mengobservasi saja. Dia adalah pemain dan partisipan dalam setiap kegiatan.

Semangatnya adalah ‘action’. Kesadaran bahwa problem solving dan risk taking hanya bisa dilakukan sempurna melalui komunikasi yang lancar dan terbuka, membuat para entrepreuner senantiasa mengasah ketrampilan komunikasinya. Mereka adalah ‘speaker’ sejati. Hal ini jugalah yang menyebabkan para entrepreuner ini mudah menampilkan optimisme, yang kemudian ditularkan ke lingkungan sekitarnya, yang lalu berbalik menjadi bersemangat men-support kesuksesannya.

Bagaimana dengan individu yang sudah terlanjur menjadi ‘pegawai’ dan belum pernah terpikir untuk mengarahkan diri menjadi entrepreneur? Kita tidak perlu menjadi entrepreuner. Yang perlu dikembangkan adalah semangat dan mindset-nya, karena dalam perusahaan yang maju, para ‘intrapreneur’ (eksekutif berjiwa entrepreuner) juga tetap bisa berkarya dengan leluasa.