Senin, 18 Januari 2010

Revitalisasi Kurikulum Sarjana Pendidikan Geografi - 2

KURIKULUM TERPADU PENDIDIKAN GEOGRAFI

Keempat faktor di atas merupakan landasan bagi revitalisasi kurikulum pendidikan geografi yang bersifat terpadu guna mendorong pengembangan pemikiran komprehensif. Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena keruangan fisik dan manusia di permukaan bumi, berupa persamaan dan perbedaannya serta interaksi antara manusia dengan lingkungan kehidupannya, berdasarkan pada pendekatan keruangan, ekologikal, dan kompleks wilayah (Suharyono dan Amien, 1994; Peet, 1998), harus mampu mensinergikan hubungan antar wilayah dan hubungan antar komponen penyusun wilayah. Dalam dunia pendidikan geografi juga harus mampu mensinergikan hubungan antar materi-materi yang bersifat mandiri dalam kurikulum.

Karakteristik keilmuan geografi tersebut menuntut adanya cara berfikir yang komprehensif dalam melihat tema-tema permukaan bumi. Cara berfikir komprehensif dalam memandang fenomena permukaan bumi merupakan kompetensi geografi yang membedakan dengan keilmuan lainnya yang sama-sama menggunakan objek muka bumi. Oleh sebab itu model kurikulum terpadu merupakan solusi tawaran bagi pengajaran di pendidikan geografi.

Kurikulum terpadu merupakan bagian dari inovasi pembelajaran yang mencoba menjawab permasalahan kehidupan yang semakin multidimensional. Pembelajaran bersifat monodimensi bagi geografi sebagai penjabaran dari spesifikasi perkembangan ilmu tentunya tetap berada di dalam suatu kerangka besar pemahaman geosistem yang sangat multidimensional. Disinilah pentingnya kurikulum terpadu sebagai pembangun pola pikir komprehensif untuk menggeser pola pikir parsial.

Definisi kurikulum terpadu dapat dibangun dari kerangka konsep, tujuan, dan implementasinya (Harsono (ed), 2005). Dari konsep paling sederhana diartikan sebagai “hubungan bermakna antara berbagai subjek”. Ciri kurikulum terpadu adalah : (1) ada kombinasi dari beberapa subjek, (2) mendorong peserta didik untuk mencari sumber belajar eksternal yang luas, (3) ada hubungan di antara beberapa konsep, (4) unit tematik merupakan organisasi dasar, dan (5) bersifat fleksibel dalam waktu dan kelompok peserta didik. Salah satu model dalam konteks pembelajaran kurikulum terpadau adalah pembelajaran berbasis masalah sebagai implementasi dari filsafat konstruktif yang selama ini dianggap memberikan pengalaman belajar yang efektif. Gambar 1 menjelaskan hal tersebut.

Pembelajaran berbasis masalah dalam konteks kurikulum terpadu menggunakan metode sarang laba-laba, yaitu adanya saling keterkaitan antara masing-masing matakuliah sehingga akan menghasilkan cara pandang yang komprehensif. Bagian tengah merupakan fokus utama kajian yang berupa tema tertentu. Keterkaitan antar matakuliah ini untuk menjembatani antar berbagai matakuliah geografi maupun ilmu bantu geografi. Pada Gambar 2 di bawah ini akan dicontohkan hubungan antar matakuliah untuk mendukung tema longsorlahan pada matakuliah geografi bencana.

Bencana longsorlahan merupakan suatu fenomena permukaan bumi yang didalamnya berperan banyak faktor pasif seperti litologi, tanah, bentuklahan, dan hidrologi. Faktor aktif sebagai pemicu biasanya curah hujan, penggunaan lahan, atau gempabumi. Keterkaitan beberapa matakuliah mampu menjelaskan secara komprehensif bencana longsorlahan. Curah hujan ekstrim yang terjadi secara lokal kadang sebagai respon dari perubahan iklim pada tingkat regional maupun global, demikian juga prilaku masayarakat lokal dalam penggunaan lahan kadang sebagai akibat dari eksploitasi sumberdaya yang berasal dari wilayah lain. Logika berfikir saling berhubungan antar banyak faktor dan antar wilayah ini merupakan kompetensi yang perlu dikembangkan oleh pendidikan geografi

Kurikulum terpadu menuntut adanya keterhubungan antar semua matakuliah. Suatu contoh akan dijabarkan usulan kurikulum pendidikan geografi. Secara garis besar matakuliah dapat dikelompokkan menjadi enam bagian yang meliputi matakuliah kepribadian, matakuliah istitusional, matakuliah dasar profesi, matakuliah keahlian, matakuliah keahlian umum, dan matakuliah keahlian pilihan. Keterpaduan antar matakuliah dalam kurikulum terpadu dibangun berdasarkan tujuan pendidikan yang tervisualkan dalam bentuk visi profil individu lulusan. Gambar 3 merupakan suatu contoh kurikulum terpadu pendidikan geografi, sedangkan rincian kurikulum pada Lampiran 1.

Dalam gambar tersebut kelompok matakuliah terbagi dalam dua kompetensi yaitu kompetensi utama dan pendukung. Kompetensi tersebut tervisualkan dalan visi profil individu lulusan. Hubungan bermakna antar matakuliah akan mengkerucut pada matakuliah keahlian pilihan yang didasarkan pada kompetensi praktis di ranah psikomotorik mengikuti tema kompetensi keilmuan dan pekerjaan masa mendatang.

Studi Tentang Pelaksanaan Pengajaran Geografi Di Sekolah Standar Nasional (Acuan Khusus Di SMP N I Karangdowo Tahun Pelajaran 2006/2007)

Siti Zahratul Hajar
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengajaran Geografi yang
dilaksanakan di Sekolah Standar Nasional.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP
Negeri I Karangdowo Tahun Pelajaran 2006/2007, yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 120 siswa dan
guru pelajaran Geografi kelas VII. Teknik cuplikan / sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Selain itu, data juga diperoleh dari wakil kepala sekolah.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, metode
wawancara dan metode observasi. Validitas data diperoleh dengan mengunakan triangulasi metode. Analisis
data yang digunakan adalah analisis evaluatif terhadap proses pengajaran yang dilakukan oleh guru
Geografi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa: pelaksanaan Pengajaran Geografi Di SMP N I
Karangdowo tahun ajaran 2006/2007 (semester gasal) sebagai Sekolah Standar Nasional sudah cukup baik.
Meski demikian, ada beberapa komponen pengajaran masih perlu ditingkatkan lagi. Terutama dalam hal
pelaksanaan pengajaran yang sesuai dengan aturan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), karena
KBK merupakan salah satu syarat khusus suatu sekolah dapat ditunjuk sebagai SSN. Komponen dalam
proses belajar-mengajar yang perlu ditingkatkan terutama dari segi guru, siswa, penggunaan metode,
ketersediaan media dan sumber belajar serta bahan ajar. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pengajaran Geografi Di SSN antara lain: 1). Guru, 2).Sumber belajar dan bahan ajar 3). Keterbatasan waktu,
4). Fasilitas dan media. Solusi yang sudah diupayakan yaitu: 1).Guru mengembangkan wawasan dan
menggunakan buku sumber yang lain. Guru juga berusaha mendorong siswa untuk terus aktif melalui
penggunaan metode diskusi. 2). Penggunaan buku penunjang oleh guru merupakan sebagai upaya untuk
menambah wawasan tentang bahan ajar dan sumber belajar. 3). Keterbatasan waktu, pemberian tugas dari
LKS juga menjadi solusi agar siswa tetap aktif di rumah meskipu acara tatap muka dalam kelas terbatas atau
terganggu. 4). Dari segi fasilitas dan media pengajaran, penggunaan papan tulis diusahakan seoptimal
mungkin.

SELUK BELUK GEOGRAFI

SELUK BELUK GEOGRAFI


Geografi yang semulanya disebut ilmu bumi, sebagai pengetahuan diajarkan di Perguruan Tinggi dengan sebutan geografi akademis dan di sekolah dasar sampai sekolah lanjutan atas dengan sebutan geografi sekolah atau geografi pengajaran. Sebutan ilmu bumi disebut sekarang kurang tepat; ilmu bumi lebihlah cocok untuk geologi (dari kata Yunani,geos dan logos),yakni suatu pengetahuan alam yang mempelajari bumi seutuhnya,dari kulit luar sampai intinya,tetapi tanpa memperhatikan hubungan bumi secara khusus dengan manusia yang mengetahuinya.

Pengajaran geografi yang diadakan sebenarnya mengandung dua tujuan :

  1. Tujuan materiil yang artinya mempelajari hal-hal untuk diketahui belaka sehingga untuk jenis ini dibutuhkan latihan mengingat.
  2. Tujuan formal yang mengandung pengembangan daya cipta,latihan sikap pribadi dan kesediaan melayani masyarakat.

Hal ini semua bertalian erat dengan didaktik dan metodik khusus geografi yang perlu diketahui oleh para guru geografi.

Geografi memandang bumi sebagai habitat manusia yaitu tempat tinggal manusia. Habitat ini terdiri atas bingkai alami (human setting atau cultural setting). Jelas bahwa geografi tak hanya mempelajari aspek alami dari bumi saja akan tetapi juga aspek manusiawi ,baik yang bercorak ekonomis,sosiologis,politis,cultural dan religius. Semua itu dipelajari dengan latar belakang lingkungan alam.

Dapat kita kaji bahwa yang mempengaruhi kehidupan manusia adalah beberapa factor yang mempengaruhi yaitu : relasi ruang (likasi,posisi,bentuk,luas,jarak),relief atau topografi (tinggi rendahnya permukaan bumi),iklim (dengan permusimannya),jenis tanah(kapur,liat,pasir,gambut),flora dan fauna,air tanah dan kondisi pembuangan air,sumber-sumber mineral (barang tambang) dan relasi dengan lautan.Seorang geograf Belanda LAMBOOY (1969),menemukan enam definisi geografi yang membuktikan tersimpannya unsure struktur ,fungsi dan proses itu,sebagai berikut :

  1. Geografi itu adalah suatu telaah tentang perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (HARTSHORNE ,geograf Inggris ). Terasa di sini pentingnya suatu proses.
  2. Geografi manusia bertugas menelaah gejala di dalam pertalian keruangannya,(SORRE,geograf Perancis). Di sini integrasi diutamakan.
  3. Tujuan geografi adalah menemukan pola dan ikatan yang azasi dari berbagai tempat yang bertalian dengan fungsinya,(BERRY,geograf Amerika). Menunjukkan pentingnya struktur yang statis hubungan antar bagian atau organisasi fungsionalnya dan proses yang dinamis.
  4. Tugas geografi adalah menyelidiki obyek yang terintegrasi dalam persebaran keruangannya ,(LESZYNSKI, geograf Polandia ).
  5. Geografi adalah ilmu tentang lokasi. (BUNGE , geograf Amerika ). Hal ini dihubungkan dengan geografi regional yang tugasnya menglkasifikasikan berbagai lokasi dan geografi teoritis yang tugasnya meramalkan berbagai lokasi.
  6. Geografi menelaah ruang serta relasi keruangan. (ULLMANN, geograf Amerika )


KEDUDUKAN MANUSIA DALAM GEOGRAFI DAN ADAPTASINYA

Human geography yang di Indonesia lebih banyak diterjemahkan menjadi geografi social dari pada geografi manusia menggunakan adaptasi lingkungan sebagai perlawanan terhadap nature determinisme yang telah usang ,tetapi yang dengan tak sadar masih juga diikuti orang,termasuk guru geografi. Adaptasi dilakukan baik oleh tetumbuhan ,hewan maupun manusia dengan caranya masing-masing yang khas. Itu sebabnya geografi biologis memecah dirinya menjadi geografi tetumbuhan dan geografi hewan.

Geografi menyajikan pengertian yang bermakna mengenai bumi sebagai habitat manusia. Penelaahan geografi boleh dikatakan mewujudkan cara memandang bumi dengan cara yang khas,yang dasarnya berupa beberapa konsep azasi yang paling bertalian. Adapun jenis konsep itu adalah : penghargaan budayawi oleh bumi,konsep regional,pertalian wilayah,interaksi keruangan,lokalisasi,skala dan konsep tentang perubahan.

ROGER MINSHULL yang dalam bukunya The changing of geography menderetkan pokok-pokok yang perlu dipahami oleh para geograf ,yaitu :

  1. Persebaran gejala-gejala di muka bumi.
  2. Hubungannya dengan gejala lain di tempat atau wilayah yang bersangkutan.
  3. Hubungannya dengan gejala di tempat atau wilayah lain.
  4. Efek satu atau lebih gejala atas yang lain.
  5. Bervariasinya gejala dari tempat ke tempat.
  6. Mengapa gejala ada di tempat tertentu,dan di tempat lain tidak ada.
  7. Pembauran gejala spatial.
  8. Gerakan gejala yang bertimbal balik.
  9. Mengapa gejala munculnya tak teratur.
  10. Bentuk jaringan aneka gejala.
  11. Kepadatan dan pengelompokan gejala .
  12. Lokasi dan lokalisasi gejala.
  13. Pembatasan adanya penduduk dan kegiatannya di suatu tempat .
  14. Efek dari kegiatan di suatu tempat terhadap tempat lain.

Geografi kependudukan pada dasarnya bersifat kuantitatif,karena sama-sama tergantung dari data statistik . Tetapi keduanya menggunakan pendekatan kualitatif. Para demograf menguji berbagai kualitas fisik,intelektual,dan watak penduduk untuk mengemukakan hubungannya dengan aspek kuantitatif,tetapi para geograf mengusahakan penguraian interelasi antara lingkungan alam dan lingkungan manusia yang rumit.

Yang pertama menelaah berfungsinya secara geografi dunia sebagai keutuhan yang kemudian dibagi lagi atas wilayah makro yang berupa benua,sub-benua dan negara-negara. Adapun yang kedua menelaah organisasi yang bercorak sosio-spatial dari wilayah secara mikro. Sehubungan ini lalu dikenal cabang geografi social yang bernama geografi kota dan geografi pedesaan. Pokok-pokok yang dibicarakan dalam geografi adalah persebaran,perbedaan pertumbuhan penduduk,kepadatan penduduk,kemudian migrasi atau gerakan penduduk.


SEJARAH PERKEMBANGAN GEOGRAFI

Di zaman Yunani kuno telah ada usaha untuk menguraikan hal ihwal negeri termasuk watak dan tabiat dari penduduknya. Tokoh HERODUTUS (485-428 SM) tak hanya menjadi bapak ilmu sejarah saja,tetapi juga bapak geografi ,ia pertama kali menguraikan seluk beluk keadaan tempat dan menerangkan mengapa halnya demikian. Lembah sungai Nil dengan tanah yang subur dibahasnya,apalagi daerah deltanya di sekitar muara itu.

Dalam memahami alam diperlukan sejarah alam dan uraian alam. Dalam hal ini geografi fisis menyajikan sejarah permukaan bumi dan dari situ dapat diuraikan aspek-aspek lain dari geografi,yaitu :

  1. Geografi matematis yang menelaah bentuk ,ukuran dan perputaran bumi serta posisinya di dalam system matahari.
  2. Geografi moral,yang menelaah berbagai adat kebiasaan dan tabiat manusia di berbagai negeri.
  3. Geografi politik,yang menelaah relasi antara unit-unit politis latar belakang alamnya masing-masing.
  4. Geografi perniagaan , yang menelaah mengapa negeri tertentu memiliki komoditi khusus sehingga terlibat dalam perniagaan dunia.
  5. Geografi teologis,yang menelaah sejauh mana latar belakang alam menjadikan bentuk ibadat lahiriah yang berlainan di berbagai negeri,padahal agamanya sama.

PENGAJARAN GEOGRAFI DI SEKOLAH

Antara geografi akademis dan geografi pengajaran terdapat hubungan yang erat mengenai hakekat dari objek studinya. Keduanya memaparkan strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya,ruang dan sumber daya yang ada di dalamnya yang kesemuanya itu terdapat di permukaan bumi.

Setiap guru geografi perlu memahami seluk beluk ilmu geografi khususnya tentang adanya pembagian dua yakni geografi alam dan geografi manusia. Di Indonesia lebih di kenal sebutan geografi alam dan geografi social. Dan geografi social memiliki dua arti.

Tiap-tiap mata pelajaran di sekolah lanjutan membutuhkan guru yang ideal. Adapun syarat untuk menjadi guru geografi yang baik,tak hanya terbatas pada pendidikan yang diikuti sebelumnya yang menghasilkan ijazah yang berwenang bagi yang bersangkutan untuk mengajar. Di samping itu masih diperlukan beberapa keistimewaan pada guru itu sendiri untuk dilatih dan dikembangkan lanjut.

Ada lima tuntutan yang perlu dipenuhi oleh guru geografi yang ideal,yaitu :

  1. Harus mempunyai perhatian yang cukup banyak kepada permasalahan manusia.
  2. Mempunyai kemampuan untuk menemukan sendiri factor-faktor lokatif,pola regional dan relasi keruangan yang terkandung oleh ataupun tersembunyi di belakang gejala-gejala social.
  3. Suka dan mampu mengadakan observasi pribadi di lapangan.
  4. Secara sederhana dapat mensintesekan data-data yang berasal dari berbagai sumber.
  5. Mampu membedakan serta memisahkan kausalitas yang sungguh,dari hal-hal yang sifatnya hanya kebetulan belaka.

Guru dalam mengajarkan geografi menggunakan didaktik geografi. Ini barulah suatu jalan belaka yang menuju kepada tujuan pengajaran geografi. Yakni menciptakan gambaran geografi pada diri siswa,sebagai suatu aspek dari kedewasaan soaial yang dikejar oleh pengajaran IPS sekarang. Adapun tujuan geografi pengajaran sekarang,mencakup kalimat ini : orientasi ke dalam ruang dan orientasi ke dalam seluruh masyarakat dunia,di mana siswa menjadi anggotanya dan di mana ia kelak sebagai orang dewasa akan memberikan sumbangannya.

Tujuan di atas merupakan pembaharuan terhadap perumusan yang lama yakni yang semula berintikan pada berfikir geografis saja. Sehabis perang dunia II ,UNESCO demi perdamaian dunia memberikan perumusan baru. Pembentukan gambaran mengenai bangsa-bangsa dengan segala perbedaannya antara satu dengan yang lain ,yang berorganisasi dengan berbagai system di permukaan bumi dengan hubungan antar yang saling menjalin. Segalanya itu dapat dilepaskan dari hubungan antara masyarakat bangsa dan latar belakang milieunya masing-masing,serta ikatannya dengan dunia.

Melalui empat macam pengajaran geografi yakni yang bersifat fisis (ilmu falak),social ekonomis dan cultural,guru geografi sebetulnya berusaha menyalurkan lima jenis sumbangan kepada pendidikan,dengan perincian demikian : wawasan dalam ruang,persepsi relasi antar gejala,rasa keindahan,kecintaan tanah air,dan saling pengertian internasional. Kelima jenis sumbangan itu perlu disadari oleh guru ,terlepas dari bentuk ujian mana yang berlaku.

Dalam membahas materi geografi di dalam pengajarannya perlu dipertimbangkan empat hal sebagai berikut :
  1. Tujuan pendidikan dan pengajaran yang mengacu pada kepentingan nasional sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional dalam GBHN.
  2. Unsur kepentingan anak didik dengan memperhatikan tingkat perkembangan jiwa anak didik.
  3. Karakteristik yang terkandung dalam ilmu geografi dengan memperhatikan pendekatan dan metodologinya.
  4. Seleksi atas materi baku yang esensial dari bidang ilmu geografi sebagai bahan acuan dalam penataan kembali penyusunan program dan materi pengajaran geografi bagi setiap jenjang sekolah

Adapun penjabaran materi geografi di sekolah meliputi aspek hakikat,nilai dan perannya. Hakikat geografi dirumuskan demikian : Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer,dengan sudut pandangan kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional) dalam kontaks keruangan (spatial).

Kemudian dalam mengajarkan geografi kepada para siswa,guru diharapkan menguasai makna dari 10 konsep asasi geografi sebagai ciri khas pengajaran geografi. Sepuluh konsep asasi itu meliputi : lokasi,jarak,keterjangkauan,pola,morfologi,aglomerasi,nilai kegunaan,interaksi dan interdepensi,diferensiasi areal (struktur/distribusi keruangan ),akhirnya proses keruangan (keterkaitan keruangan).

Studi Komparasi Hasil Belajar Geografi Antara Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial S

ABSTRAK
Oktia Fajri Puji Hidayati, 2007. Studi Komparasi Hasil Belajar Geografi
Antara Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Konvensional
Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu Sosial SMA Negeri 9 Semarang Tahun
2006/2007. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing: I. Dra. Eva Banowati, M.Si. II. Drs. Sutardji.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Konvensional,
Hasil belajar geografi.
Selama ini pembelajaran geografi yang dilaksanakan cenderung kearah
pembahasan tematik teoritik dan text book oriented, sehingga terkesan bahwa
bidang ini terdiri dari materi hafalan belaka. Berdasarkan observasi awal dan
informasi dari guru mata pelajaran geografi yang bersangkutan, pembelajaran
Geografi yang selama ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Semarang, terutama
pada Kelas XI Program Ilmu Sosial masih disampaikan dengan pembelajaran
konvensional menggunakan metode ceramah. Sementara siswa diharuskan untuk
menerima dan menghafal seluruh materi, sehingga hasil belajar yang diperoleh
kurang memuaskan. Oleh karena itu peneliti menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah yang merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam
memecahkan permasalahan dunia nyata yang pada akhirnya dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Namun, kebenaran dari argument ini perlu dibuktikan melalui
kegiatan penelitian agar diperoleh jawaban yang akurat. Permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini adalah: (1) Adakah perbedaan hasil belajar geografi yang
signifikan antara pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran
konvensional? (2) Hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang
menggunakan pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran konvensional?
(3) Apakah dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah siswa dapat
mencapai ketuntasan belajar?. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui
adakah perbedaan hasil belajar geografi yang signifikan antara pembelajaran
berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional (2) Untuk mengetahui hasil
belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan pembelajaran berbasis
masalah atau pembelajaran konvensional (3) Untuk mengetahui apakah dengan
penerapan pembelajaran berbasis masalah siswa dapat mencapai ketuntasan
belajar.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI Program Ilmu Sosial SMA
Negeri 9 Semarang yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah keseluruhan 169
siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sample yaitu dengan
mengambil dua kelas yang memiliki nilai rata-rata dan varians yang mendekati
sama. Untuk menentukan kelas kontrol dan eksperimen, dari kedua kelas yang
telah diambil sebagai sampel dilakukan random (acak). Sampel dalam penelitian
ini adalah kelas XI IS 1 sebagai kelas Eksperimen dan kelas XI IS 3 sebagai kelas
kontrol. Variabel penelitian ini, yaitu (1) pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran konvensional, dan (2) hasil belajar mata pelajaran geografi. Alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes dan lembar
ix
observasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan uji-t dan
teknik diskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok eksperimen yang
diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan kelompok kontrol
yang diajar menggunakan model konvensional berbeda secara nyata. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian uji perbedaan dua rata-rata data posttes sebesar 2,522
> harga kritik sebesar 1,66 dengan taraf kepercayaan 5% yang artinya rata-rata
hasil belajar kelompok kontrol dan eksperimen berbeda secara signifikan. Hasil
belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Hasil belajar
yang di dapatkan oleh kelompok eksperimen terbukti memberikan kontribusi
terhadap ketuntasan belajar siswa 14,274 >harga kritik 1,68 dan taraf signifikan
5%yang artinya tuntas belajar.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada
perbedaan hasil belajar Geografi antara pembelajaran berbasis masalah dengan
pembelajaran konvensional yang berarti bahwa hipotesis alternative (Ha) yang
diajukan diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak. (2) Hasil belajar Geografi pada
siswa yang diajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah nilai rata-rata
kelasnya lebih baik yaitu 77,62 daripada nilai rata-rata kelas yang diajar dengan
pembelajaran konvensional yaitu 74,67. (3) Pembelajaran berbasis masalah
mampu memberikan kontribusi terhadap ketuntasan belajar siswa. Sehingga
disarankan pembelajaran berbasis masalah perlu dilaksanakan oleh guru. Dalam
pembelajaran, guru perlu melibatkan siswa secara langsung serta dengan
pembelajaran berbasis masalah siswa diharapkan lebih memahami permasalahan
dunia nyata dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Skripsi Efektivitas Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Geografi

(Kode PEND-IPS-0003) : Skripsi Efektivitas Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Geografi Pokok Bahasan Lingkungan Hidup Di Kelas X SMA X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dan memerlukan perhatian khusus dari semua lapisan masyarakat, bukan hanya pemerintah yang bertanggung jawab atas keberhasilan dan kemajuan pendidikan di Indonesia, akan tetapi semua pihak baik guru, orang tua, maupun siswa sendiri ikut bertanggung jawab. Sekolah merupakan suatu instansi atau lembaga pendidikan yang mampu berperan dalam proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat khususnya bagi anak didik), dan proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik).
Proses pembelajaran melalui interaksi guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi suatu sistem yang utuh. Pendidikan dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih baik bahkan sempurna sehingga sangat diharapkan adanya pembaharuan-pembaharuan. Salah satu upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah pembaharuan metode atau meningkatkan relevansi metode mengajar. Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan pada umumnya. Seperti tercantum di dalam Undangundang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan, “Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Banyak hasil riset yang mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa berkorelasi positif dengan keberartian pengalaman belajar siswa. Keberartian pengalaman belajar siswa dapat diperoleh dari pemberian kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa secara mental-intelektual dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal tersebut menekankan pentingnya penyediaan kondisi yang dapat mengefektifkan belajar siswa.
Seorang guru yang baik harus mampu menyusun suatu strategi pembelajaran yang mampu membawa peran serta siswa secara aktif belajar dikarenakan kesadaran dan ketertarikan siswa yang cukup tinggi, bukan sematamata untuk memenuhi kewajiban. Guru dituntut dapat menyajikan kegiatan belajar mengajar yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang menjadikan siswa secara aktif melibatkan diri untuk belajar. Usaha guru untuk membangkitkan motivasi belajar pada siswa diarahkan pada unsur internal (siswa) dan unsur eksternal (diluar siswa). Contoh dari unsur eksternal tersebut adalah suasana kelas yang efektif untuk belajar.
Untuk mewujudkan tujuan ini sangat diperlukan peran guru secara aktif sebab guru sebagai pengelola proses pembelajaran bertindak selaku fasilitator hendaknya berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, mengembangkan bahan pengajaran dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak dan menguasai tujuan pendidikan yang harus mereka capai, oleh karena itu guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran yang dapat memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subyek utama belajar. Diharapkan dalam proses belajar mengajar dapat terjadi aktivitas dari siswa yaitu siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami. Selain itu, diharapkan pula siswa mampu berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa sendiri maupun antara siswa dengan guru apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam belajar segera mudah diselesaikan secara bersama-sama antar mereka.
Dalam memilih metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran , materi pengajaran dan bentuk pengajaran (kelompok atau individu). Metode mengajar ada beberapa macam misalnya: ceramah, diskusi, demonstrasi, inquiri, kooperatif dan masih banyak lagi. Selama beberapa kurun waktu, pembelajaran yang dianut oleh beberapa guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Oleh karena itu para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala siswa tanpa memperhatikan bahwa ketika siswa memasuki kelas, mereka mempunyai bekal kemampuan, pengetahuan, motivasi yang tidak sama. Metode pembelajaran satu arah dimana siswa hanya ditempatkan sebagai objek dan membatasi kebebasan siswa dalam berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar membuat siswa menjadi malas dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Penerapan pengajaran ceramah memungkinkan guru lebih mendominasi dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa menjadi enggan dan jenuh dalam menerima pelajaran sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai secara optimal.
Sekolah Menengah Atas Majlis Tafsir Al-Qur’an (SMA MTA) X merupakan bagian dari kegiatan pendidikan pada umumnya. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru masih banyak menggunakan metode mengajar yang didominasi metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Guru SMA MTA X memilih lebih sering menggunakan metode ceramah karena alokasi waktu yang tersedia lebih sedikit daripada pokok bahasan yang harus diajarkan kepada siswa. Dari permasalahan ini, peneliti akan mencoba salah satu metode alternatif yang dapat digunakan yakni metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams- Achievement Divisions (STAD). Metode ini untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru.
Dalam STAD guru hanya memberikan konsep-konsep pokok. Pengembangan dari konsep-konsep tersebut dilakukan oleh siswa dalam bentuk kelompok melalui soal-soal yang diberikan. Dalam kelompok, siswa mendiskusikan konsep dan soal yang diberikan secara bersama, membandingkan masing-masing jawaban dari soal yang diberikan, dan membetulkan kesalahan dalam memahami konsep, sehingga seluruh siswa akan terlibat secara langsung dalam penguasaan materi pelajaran geografi.
Pembelajaran geografi akan sangat menarik jika dikemas dalam suatu bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu, penulis mencoba mengadakan suatu penelitian dengan judul:
“Efektivitas Metode Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Geografi Pokok Bahasan Lingkungan Hidup Di Kelas X SMA MTA X Tahun Ajaran XXXX/XXXX”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
Metode pembelajaran geografi yang diterapkan selama ini pada umumnya menggunakan metode ceramah yang cenderung monoton dan kurang bervariasi sehingga berakibat rendahnya hasil belajar geografi. Dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar masih sangat kuat yang seringkali mengabaikan proses belajar melalui interaksi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa di dalam kelas.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan banyak menimbulkan kesalahpahaman, maka permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi dengan maksud untuk lebih memfokuskan pada masalah yang dikaji. Seperti yang telah disebutkan dalam Pedoman Penyusunan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas X (2002: 7) bahwa, “Kualitas penelitian ilmiah bukan terletak pada keluasan masalah, tetapi terletak pada kedalaman pengkajian pemecahan masalah”.
Dari berbagai masalah yang ada di atas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar geografi di kelas X SMA MTA X.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
”Apakah penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah?”

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan guru dapat sedikit mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi dapat diminimalkan.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang ingin meningkatkan hasil belajar geografi.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran pada khususnya dan sekolah pada umumnya.

Penerapan Metode Diskusi Syndicate Group untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS 2 Semester II SMA Laboratorium UM

ABSTRAK
Rahman, Beny. 2008. Penerapan Metode Diskusi Syndicate Group untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS
2 Semester II SMA Laboratorium UM Tahun Pelajaran 2007/2008.
Skripsi, Jurusan Geografi, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Timotius
Suwarna, M.Pd., (II) Drs. Yusuf Suharto.
Kata kunci: metode diskusi, syndicate group, motivasi, hasil belajar
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA
Laboratorium UM diperoleh data bahwa motivasi belajar siswa terhadap mata
pelajaran Geografi rendah sehingga hasil belajar Geografi pun mengalami
penurunan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan metode
pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
Geografi siswa, maka dipilih metode diskusi Syndicate Group untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran tersebut.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) apakah penerapan
metode diskusi Syndicate Group dalam pembelajaran Geografi dapat
meningkatkan motivasi belajar, serta; (2) apakah penerapan metode diskusi
Syndicate Group dalam pembelajaran Geografi dapat meningkatkan hasil belajar
Geografi, siswa kelas XI IPS 2 SMA Laboratorium UM. Penelitan ini bertujuan
untuk: (1) meningkatkan motivasi belajar Geografi siswa kelas XI IPS 2; (2)
meningkatkan hasil belajar Geografi, siswa kelas XI IPS 2 SMA Laboratorium
UM. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus
melalui 4 tahap, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,
refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Laboratorium
UM yang berjumlah 46 siswa, yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 25 siswa
perempuan yang sedang mengikuti proses pembelajaran Geografi. Teknik
pengumpulan data menggunakan pre test, lembar observasi motivasi belajar, post
tes I dan II, lembar penialain kognitif dan afektif serta pedoman wawancara. Data
yang diperoleh dianalisis secara deskripsi kualitatif dan kuantitatif.
Dari hasil analisis data diperoleh skor rata-rata motivasi belajar siswa
siklus I sebesar 6,96 meningkat menjadi 9,40 pada siklus II. Kenaikan skor ratarata
motivasi belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 2,44. Sedangkan skor ratarata
hasil belajar siswa siklus I sebesar 79,26 meningkat menjadi 83,66. Kenaikan
skor rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 4,4. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi Syndicate
Group dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS
2 SMA Laboratoriun UM.
Saran dari penelitian ini adalah bagi guru mata pelajaran Geografi SMA
Laboratorium UM disarankan untuk menerapkan metode pembelajaran diskusi
Syndicate Group dalam proses pembelajaran, terutama pada kompetensi dasar
kualitas lingkungan hidup agar dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar
Geografi siswa.

Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pembelajaran geografi materi atmosfer di SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2008/ 2009

Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pembelajaran geografi materi atmosfer di
SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2008/ 2009
Emi Susi Slamet Rahayu
ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA
Batik 1 surakarta, mengetahui bagaimana guru geografi mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, mengetahui kendala yang dihadapi dan usaha yang dilakukan guru geografi dalam
mengimplentasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada pembelajaran materi atmosfer di SMA Batik
1 Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik studi
populasi, yang mencakup guru geografi SMA Batik 1 Surakarta dan siswa kelas X1, X4, X5, X6, serta kelas
X8 pada tahun ajaran 2008 / 2009. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan teknik obeservasi, wawancara, dan dokumentasi . Teknik analisis data
menggunakan analisis perbandingan. Kesimpulan dari penelitian ini menyebutkan bahwa (1) Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan pada pembelajaran geografi materi pokok atmosfer belum optimal,
karena belum sesuai dengan prinsip pembelajaran b erbasis KTSP. Hal ini ditandai dengan proses
pembelajaran yang masih didominasi metode-metode konvensional, selain itu media dan sumber belajar
terbatas , (2) Guru geografi dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih belum
optimal, ini dapat dilihat dari penggunaan metode pembelajaran dimana guru masih sering menggunakan
metode ceramah, guru jarang melakukan evaluasi selama proses pembelajaran, selain itu belum terwujud
Pembelajaran yang Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM), sehingga siswa cenderung pasif, (3)
Kendala-kendala yang dihadapi SMA Batik 1 Surakarta dalam implementasi kurikulum tingkat satuan
pendidikan pada pembelajaran geografi materi pokok atmosfer adalah guru masih sering menggunakan
metode ceramah, sehingga siswa cenderung pasif, selain itu proses pembelajaran jadi kurang efektif karena
terbatasnya media dan sumber belajar, (4) Upaya yang dilakukan guru untuk menghadapi kendala dalam
pembelajaran geografi adalah menggunakan metode bervariasi, menggambar di papan tulis, Memberi
pekerjaan rumah pada siswa dan memberikan motivasi pada siswa

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS GEOGRAFI

ABSTRAK

XXXXXX, 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Model Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA.

Kata-kata kunci : Pembelajaran kooperatif model GI, aktivitas, hasil belajar

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pada umumnya guru geografi terpaku pada metode ceramah. Penggunaan metode pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Terbukti dari hasil observasi yang dilakukan dengan metode ceramah hasil belajar siswa menjadi rendah, ketuntasan belajar rendah dan aktivitas siswa kebanyakan pasif. Sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, perlu adanya penerapan metode lain yang dapat dijadikan alternatif pengganti dari metode ceramah. Dalam penelitian ini mencoba keefektifan dari pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok Antroposfer. Pelaksanaan pembelajaran dalam model GI ini tidak hanya guru yang berperan aktif di dalam kelas, melainkan terjadi interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa secara aktif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas dan hasil belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model GI dalam pembelajaran geografi. Untuk menjawab tujuan ini maka dirumuskan masalah bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran geografi dengan model GI dan bagaimana hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran geografi dengan model GI.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2007/2008, pada bulan Oktober-November 2007. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA dengan jumlah siswa 17. Rancangan enelitian ini disusun dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Analisis data secara deskriptif.
Hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model GI mampu meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I aktivitas dan keterampilan kooperatif siswa selama proses belajar mengajar berlangsung sebesar 87%, meningkat pada siklus 2 menjadi 92%., dan hasil belajar pada siklus I mempunyai rata-rata kelas sebesar 72,88 meningkat pada siklus II menjadi 81,82.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dengan model GI dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, khususnya di SMA. Temuan lain yang didapatkan dalam pembelajaran model GI ini adalah siswa lebih antusias dalam belajar yang bisa dilihat dari aktivitas yang tinggi saat pembelajaran berlangsung, sehingga motivasi siswa untuk belajar juga tinggi khususnya pada pokok bahasan antroposfer.
Dari hasil penelitian ini disarankan bahwa guru geografi hendaknya menerapkan model GI dalam pembelajaran geografi sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas dengan menyesuaikan dengan pokok bahasan.

Efektifitas Pembelajaran Geografi Melalui Metode Out Door Study Dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar

Minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap tercapainya prestasi atau cita-cita yang diharapkan seperti yang dikemukakan Effendi (1995) bahwa belajar dengan minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat.

Rendahnya minat belajar siswa di SLTPN 2 Candipuro terhadap mata pelajaran geografi selama ini menandakan bahwa pembelajaran geografi kurang menarik. Hal ini terbukti dari setiap hasil analisis pada setiap ulangan harian daya serap siswa di bawah 65% (tidak tuntas).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk dapat meningkatkan minat serta prestasi belajar siswa, antara lain dengan pemberian pelajaran tambahan pada kelas 3, penyediaan LKS yang dilengkapi dengan sejumlah soal-soal latihan pada kelas 1 dan 2, tetapi hasilnya masih belum memuaskan.

Dari kenyataan tersebut dapat diduga penyebab mengapa prestasi belajar siswa rendah pada setiap ulangan geografi, antara lain:

Siswa kurang memahami konsep pengajaran geografi. Jam pelajaran geografi berada pada jam terakhir. Siswa kurang termotivasi menyelesaikan tugas-tugas di rumah. Minat baca siswa terhadap buku teks geografi rendah. Siswa jarang berani bertanya pada saat proses belajar mengajar.

Dari sejumlah permasalahan tersebut di atas sebenarnya ada satu masalah utama yang perlu mendapat perhatian, yaitu yang berkaitan dengan minat siswa pada pelajaran geografi. Sebagian besar siswa kurang berminat dalam belajar geografi disebabkan guru yang masih menggunakan metode ceramah sehingga materi yang diajarkan menjadi verbal/hafalan. Kita menyadari bahwa salah satu kelemahan metode ceramah jika diterapkan secara murni adalah tidak melibatkan anak didik secara aktif dalam proses pembelajaran akibatnya materi tersebut menjadi kurang menarik.

Upaya yang diperkirakan dapat meningkatkan minat siswa pada pelajaran geografi adalah dengan menerapkan metode out door study atau metode di luar ruangan kelas dengan pemberian tugas pada siswa. Karjawati (1995) menyatakan bahwa metode out door study adalah metode dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Melalui metode out door study lingkungan diluar sekolah dapat digunakan sebagai sumber belajar. Peran guru disini adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif, kreatif dan akrab dengan lingkungaan. Metode out door study pada pengajaran geografi menjadi sarana memupuk kreatifitas inisiatif kemandirian, kerjasama atau gotong royong dan meningkatkan minat pada geografi. (Nursid Sumaatmadja, 1996). Dengan demikian diharapkan metode out door study dalam pengajaran geografi dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas II SLTP Negeri 2 Candipuro.

Pemilihan lingkungan di luar sekolah sebagai sumber belajar hendaknya disesuaikan dengan materi pelajarannya. Dalam hal ini materi yang sesuai dengan metode tersebut adalah materi kelas 2 yang banyak menyangkut sumber daya alam yang ada di sekitar kita. Melalui metode out door study, bentuk tugas yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui etektifitas metode out door study dalam meningkatkan minat belajar siswa SLTP kelas 2 dalam mata pelajaran geografi.

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat, bagi guru sebagai bahan masukan tentang penggunaan metode out door study dalam pembelajaran geografi dalam rangka menumbuhkan minat belajar siswa, sedangkan untuk siswa diharapkan dapat menumbuhkan minat dan pemahaman siswa terhadap materi geografi.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SLTP Negeri 2 Candipuro Kabupaten Lumajang, pada pertengahan bulan Juli – Oktober 2002 pada mata pelajaran geografi khususnya kelas 2C. Sekolah itu terletak di kaki gunung Semeru dan jarak dari Kecamatan sekitar 7 km. Siswa rata-rata berasal dan tingkat sosial ekonomi yang beragam.

Dalam penelitian tindakan kelas ini instrument yang digunakan adalah observasi/pengamatan untuk guru, angket dan catatan lapangan, lembar observasi digunakan oleh kolaborator untuk mengamati guru pada saat pelaksanaan KBM. Angket diberikan kepada siswa setelah penelitian tindakan pada sikius I dan sikius II untuk mengukur minat siswa terhadap pelajaran geografi. Sedangkan catatan lapangan dilaksanakan pada saat KBM sedang berlangsung dengan harapan dapat memperoleh beberapa temuan/data tentang kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Pada penelitiaan tindakan ini menggunakan 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus terdiri 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan waktunya 2 x 45 menit. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan penelitian ini menyesuaikan dengan pokok bahasan yang ada di kelas 2. Masing-masing siklus dilaksanakan dengan dilengkapi instrumen/alat observasi. Siklus pertama dirancang dengan dasar refleksi awal, selanjutnya siklus kedua didasarkan atas refleksi siklus pertama.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Siklus Pertama

Guru sudah menentukan lokasi di luar kelas untuk melaksanakan penelitian yang tidak jauh dari sekolah. Kemudian guru sudah membagi 8 kelompok, yang masing-masing kelompok anggotanya 5 siswa.

Guru membuat panduan belajar siswa pada waktu belajar diluar kelas yang nantinya dibagikan pada masing-masing kelompok.

Guru sudah menetapkan tema/materi pembelajaran. Pertemuan 1 adalah Sumber Daya Alam, pertemuan 2 adalah Jenis-jenis Sumber Daya Alam.

Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan awal :

  • Guru mengajak siswa ke lokasi di luar kelas.
  • Guru mengajak siswa untuk berkumpul menurut kelompoknya.
  • Guru memberi salam.
  • Guru memberi motivasi pada siswa tentang pentingnya lingkungan sebagai sumber belajar termasuk manfaat sumber daya alam yang ada di sekitarnya.
  • Guru memberikan panduan belajar kepada masing-masing kelompok
  • Guru memberikan penjelasan cara kerja kelompok

Kegiatan inti:

  • Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi untuk melakukan pengamatan dan diberi waktu ± 25 menit.
  • Guru membimbing siswa selama pengamatan di lapangan.
  • Selesai pengamatan siswa di suruh berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil pengamatannya.
  • Guru memandu diskusi dan siswa di beri kesempatan memberi tanggapan waktunya ± 25 menit.

Kegiatan akhir:

  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/ kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.
  • Guru memberikan kesimpulan bersama siswa.

a. Kegiatan pengamatan/observasi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan di atas yang dilakukan oleh kolaborator. Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi:

  • Urutan langkah-langkah pelaksanaan KBM
  • Kegiatan siswa dalam kerja kelompok
  • Aktifitas guru dalam mengelola KBM di luar kelas
  • Monitoring angket siswa

b. Refleksi;

Refleksi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan dan hasil kerja siswa pada siklus I, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan diantaranya dalam pengelompokan siswa, lokasi yang kurang sesuai, keterbatasan waktu (karena banyak waktu yang terbuang), dan konsentrasi/perhatian siswa mudah berubah.

SIKLUS KEDUA

a. Perencanaan tindakan pada siklus kedua dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I, antara lain:

  • Menentukan lokasi yang lebih tepat/sesuai dengan tema.
  • Membuat panduan belajar siswa yang mudah dipahami oleh siswa.
  • Menyiapkan waktu yang tepat agar tidak banyak waktu yang terbuang.
  • Menyiapkan pengeras suara (misal megaphone) untuk lebih memusatkan konsentrasi siswa.
  • Kelompok siswa disusun secara variatif agar merata antara kemampuan masing-masing siswa.
  • Menetapkan pokok bahasan/tema yang lebih menarik. Pertemuan 3 mengenai Tanah, perternuan 4 mengenai Batuan.

b. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan awal :

  • Guru langsung mengajak siswa ke lokasi.
  • Guru meminta siswa berkumpul sesuai kelompoknya.
  • Guru membuka pelajaran dan memberi salam.
  • Guru memberi motivasi yang lebih meningkatkan antusias siswa.

Kegiatan inti :

  • Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi yang sudah ditentukan dan diberi waktu ± 25 menit.
  • Guru membimbing siswa selama pengamatan.
  • Selesai waktu yang sudah ditentukan guru mengajak siswa berkumpul kembali untuk diskusi hasil pengamatannya.
  • Guru memandu diskusi dan siswa diberi kesempatan memberi tanggapan waktu yang disediakan ± 25 menit.

Kegiatan akhir:

  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.
  • Guru memberikan kesimpulan bersama siswa.

Kegiatan pengamatan/observasi Dalam siklus kedua ini tampak beberapa perubahan yang dialami siswa, yaitu semangat, pemahaman siswa terhadap pelajaran, keberanian siswa mengemukakan pendapat dan kreatifitas/keaktifan siswa mengalami peningkatan semangat siswa yang semula 95% menjadi 97,5%; pemahaman siswa yang semula 80% menjadi 97,5%, keberanian berpendapat yang semula 80% menjadi 87,5%, dan keaktifan siswa yang semula 77,5% menjadi 87,5%.

c. Refleksi

Dalam siklus ke 2 ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu kerja kelompok cenderung anak tertentu saja yang bekerja, konsentrasi siswa mudah sekali beralih karena di luar kelas sering kali banyak gangguan misalnya suara bising, orang yang hilir mudik, cuaca di luar kelas yang tidak menentu misalnya hujan atau angin dan lain-lain. Hal tersebut menuntut kepandaian guru untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan,

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Metode out door study berhasil meningkatkan minat belajar siswa kelas 2 pada materi pelajaran geografi. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan dalam 2 sikius, antara lain:

  1. Metode out door study menjadikan siswa lebih bersemangat dalam belajar, lebih berkonsentrasi pada materi, membuat daya pikir siswa lebih berkembang, suasana belajar lebih nyaman, siswa lebih dapat memahami materi pelajaran, siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan membuat siswa lebih aktif.]
  2. Metode out door study lebih efisien dan etektif jika diterapkan dengan baik, terutama pada mata pelajaran georgafi yang ruang lingkup pengajarannya berupa alam lingkungan yang menjadi ciri khasnya.

SARAN

  1. Guru geografi dapat menerapkan metode out door study melalui karyawisata ke tempat-tempat tertentu dengan harapan minat siswa terhadap pelajaran geografi semakin meningkat.
  2. Kepala sekolah hendaknya lebih banyak memberikan motivasi kepada guru mata pelajaran yang lain selain geografi agar dapat menerapkan metode out door study dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi. 1995. Filsafat Komunikasi. Bandung; Remaja. Rosdakarya.

Karjawati, 1995. Hubungan antara penggunaan metode mengajar, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dan pengataman mengajar guru dengan tingkat motivasi beiajar geografi siswa SMA Negeri di Kotamadya Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang. Program Sarjana IKIP Malang.

Sumaatmadja, N. 1997. Metodologi pengajaran geografi. Bandung. Bina Aksara

Walgito, B. 1981. Bimbingan penyuluhan di sekolah. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

The Liang Gie. 1985. Cora Belajar efisien. Yogyakarta: UGM Press.

Syaifullah. M. 1995. Motivasi belajar pembelajaran dan upaya-upaya peningkatannya. Malang: IKIP Malang.


*) Ninik Widayanti adalah guru SLTPN 2 Candipura Kabupaten Lumajang Jawa Timur.

Sumber : Buletin Pelangi Pendidikan (Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP), Volume 6 No. 1 Tahun 2003.

Penerapan Variasi Metode Pembelajaran Geografi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas VIII di MTs Al Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik.

ABSTRAK
Kusniati, Eni. 2007. Penerapan Variasi Metode Pembelajaran Geografi Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas VIII di MTs Al Asyhar
Sungonlegowo Bungah Gresik. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi FMIPA
Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Yusuf Suharto, (II) Drs. Timotius
Suwarna, M. Pd
Kata Kunci: Variasi, Metode Pembelajaran, Hasil Belajar
Dalam usaha peningkatan hasil belajar siswa maka diperlukan suatu bentuk
pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu dengan memilih metode pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa, variatif, dapat menciptakan suasana
pembelajaran menjadi menyenangkan, dapat mendorong atau merangsang siswa untuk
aktif dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan daya serap siswa ter-hadap materi
pelajaran dan siswa tidak mudah bosan, sehingga diperlukan usaha yang maksimal oleh
karena itu dalam pembelajaran diperlukan metode pembelajaran yang bervariasi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di sekolah menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran siswa kurang aktif dan sering merasa bosan karena metode yang
divariasikan adalah ceramah, tanya jawab, dan tugas rumah serta guru jarang
menggunakan media karena keterbatasan media yang dimiliki sehingga hasil belajar yang
di peroleh kurang maksimal. Dengan penerapan variasi metode pem-belajaran diharapkan
siswa dapat merasa senang, tertarik dan aktif dalam belajar sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar geografi.
Tujuan dari penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar geografi melalui
penerapan variasi metode pembelajaran.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di MTs
AlAsyhar Sungonlegowo Bungah Gresik, pada semester I Tahun ajaran 2006/2007 mulai
bulan Oktober sampai Januari 2006. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus, siklus I variasi
metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan
kerja kelompok. Sedangkan pada siklus II variasi metode pembelajaran yang digunakan
adalah ceramah, tanya jawab, tugas, diskusi, dan pratikum. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VIII B dengan jumlah siswa dalam kelas 25 orang. Analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif. Analisis data kuantitatif hasil belajar akan ditentukan dengan
menggunakan rumus nilai rata-rata.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I pembelajaran dengan
menggunakan variasi metode pembelajaran, suasana pembelajaran berbeda dengan
sebelum dilakukan penelitian yang awalnya siswa kurang aktif menjadi lebih aktif dan
aktivitas siswa bertambah tidak hanya tanya jawab saja melainkan juga kerja kelompok
dan diskusi kelompok. Dan aktivitas belajar siswa meningkat dari kriteria cukup pada
siklus I menjadi sangat baik pada siklus II, siswa terlihat begitu antusias pada saat
dilakukan demonstrasi dan pratikum karena siswa melihat dan terlibat secara langsung.
Dan dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa dari kriteria baik pada siklus I
menjadi sangat baik pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulan bahwa penerapan variasi metode
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas VIII B MTsAl
Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik. Dan temuan-temuan yang didapat adalah sebagai
berikut: (1) aktivitas siswa dengan penerapan variasi metode pem-belajaran yang
berpusat pada aktivitas siswa mengalami peningkatan; (2) variasi metode pembelajaran
dan menggunakan media pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar bertambah
menarik dan tidak mudah bosan, serta dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SEMESTER 1 POKOK BAHASAN SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI TAHUN 2007

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SEMESTER 1
POKOK BAHASAN SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI TAHUN 2007

Oleh: EDI GUMUNTUR

ABSTRAK: Komputer dapat mempercepat penyimpanan dan mengakses informasi sehingga kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan cepat, dan menyenangkan terutama pada Mata Pelajaran Geografi, Pokok Bahasan Sejarah Pembentukan Bumi SMA Kelas X Semester 1. Dewasa ini pelaksanaan pembelajaran geografi masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional (klasikal). Pada kenyataannya pembelajaran geografi lebih menarik jika media pembelajaran berbasis komputer teknologi informasi). Dalam hal ini guru menggunakan media audio-visual pada proses belajar mengajar di dalam kelas. Permasalahannya adalah bagaimana peran media animasi sebagai sarana pembelajaran geografi dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan komputer sebagai media pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan (Developmental research). Analisis data yang digunakan dalam kegiatan ini dilakukan melalui analisis data kualitatif berdasarkan persentase kriteria penilaian dan analisis kuantitatif nilai siswa. Hasil penelitian ini berupa produk CD pembelajaran media animasi untuk materi geografi SMA kelas X pokok bahasan sejarah pembentukan bumi dan post test melalui penggunaan media animasi. Setelah melakukan penelitian diketahui bahwa metode pembelajaran melalui media animasi dapat memberikan kontribusi positif pada post test yang dilakukan. Terlihat adanya peningkatan hasil post test siswa yang tuntas belajar. Pada tahun ajaran 2006/2007 tuntas belajar siswa hanya 30% pada mata pelajaran geografi kelas X semester 1 Pokok Bahasan Sejarah Pembentukan Bumi tanpa menggunakan media animasi. Kemudian pada tahun ajaran 2007/2008 pada mata pelajaran geografi pokok bahasan yang sama terlihat ketuntasan belajar siswa sebesar 67% pa.da.post test pertama, meningkat menjadi 71% pada post test kedua, dan kembali meningkat menjadi 80% pada post test ketiga. Keefektifan media juga dapat diukur dengan evaluasi (Post test) pada kelas yang menggunakan media animasi. Post test pertama menunjukkan media animasi cukup efektif (64,2), Post test kedua menunjukkan media cukup efektif (69,9) dan pada post test ketiga media sangat efektif (73,5). Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa: media animasi merupakan media yang valid/balk untuk pembelajaran geografi terlihat pada angket tanggapan siswa sebesar 80%. Media animasi mampu membantu pelaksanaan pembelajaran geografi pokok bahasan sejarah pembentukan bumi kelas X semester 1 melalui pembelajaran berbasis audio-visual. Kata Kunci: pembelajaran, media animasi, pemahaman, hasil belajar

GEODINAMIKA

GEOSPATIALMUSIC

“oleh-oleh” dari Banyuwangi
MAHASISWAGEOGRAFI
Spatial Corner