Sabtu, 13 April 2013

DASAR GEOGRAFI

Sejarah Geografi
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus,Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.

Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.


Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.

Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.

Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.

Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatikdeteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).


Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.


Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.


Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalisuntuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.

B. Perkembangan Geografi
Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gĂȘ ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").


Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

Pada zaman Yunani kuno pengetahuan manusia tentang bumi masih sangat dipengaruhi oleh mitologi. Namun, sejak abad ke-6 SM pengaruh mitologi itu terus berkurang seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan tentang bumi mulai didasarkan atas ilmu alam, ilmu pasti, dan logika. Salah satu bukti bahwa pengetahuan telah didasarkan pada logika adalah telah adanya usaha untuk menjelaskan tentang suatu wilayah termasuk perilaku penduduknya. Orang yang pertama kali menguraikan seluk-beluk keadaan suatu tempat, yang kemudian dinamakan topografi adalah Herodutus (485-428 SM).
Claudius Ptolomeus dalam bukunya yang berjudul Geographike Unphegesis (pertengahan abad ke-2) menjelaskan bahwa geografi adalah suatu bentuk penyajian dengan peta terhadap sebagian permukaan bumi yang menunjukkan kenampakan umum. Menurut Ptolomeus geografi lebih mengutamakan hal-hal atau fenomena yang bersifat kuantitatif. Pandangan dan pendapat Ptolomeus ini merupakan sumber bagi definisi geografi zaman modern.


Seorang ahli filsafat dari Arab Ibnu Khaldun (1332-1406), menulis buku kesejarahan yang dapat dikatakan sebagai embrio ilmu kemasyarakatan. Ibnu Khaldun memperhatikan permasalahan irigasi, kehidupan bangsa nomad, dan aktivitas perdagangan di daerah gurun. Ibnu Khaldun juga menguraikan penyebab munculnya kerajaan-kerajaan Islam dan meramalkan ambruknya kerajaan-kerajaan tersebut. Ibnu Khaldun termasuk ahli geografi yang telah menunjukkan contoh cara menguraikan pengaruh lingkungan alam terhadap masyarakat dalam suatu wilayah.


Pandangan Geografi Modern (abad ke-18)
Pandangan geografi modern pada awalnya dikemukakan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Kant, geografi merupakan disiplin ilmiah yang objek studinya adalah benda-benda atau gejala-gejala yang keberadaannya tersebar dan berasosiasi dalam ruang (space).

Alexander von Humboldt (1769-1859) lebih berminat pada kajian fisik dan biologi. Humboldt adalah seorang ahli geografi asal Jerman yang melakukan perjalanan ke Benua Amerika. Hasil dari perjalanannya itu adalah sebuah deskripsi tentang hubungan antara ketinggian tempat dan vegetasi yang mendiaminya. Namun demikian, Humboldt juga tetap memperhatikan keberadaan manusia, antara lain perhatiannya tentang kebudayaan penduduk Asia dan kebudayaan penduduk Amerika.

Karl Ritter (1779-1859) membuat uraian yang sejalan dengan pemikiran Humboldt, yaitu menjelaskan kegiatan manusia dalam suatu wilayah. Ritter menganggap permukaan bumi sebagai tempat tinggal manusia dan menggolongkannya menjadi wilayah alamiah, terutama berdasarkan bentang alamnya, serta mempelajari unit wilayah tersebut bagi masyarakat yang akan menempati atau pernah menempati.
Pandangan Geografi Akhir Abad ke-19

Pada akhir abad ke-19 pandangan geografi dipusatkan terhadap iklim, tumbuhan, dan hewan (biogeografi) terutama pada bentang alamnya. Perhatian utama geografi pada masa ini adalah gejala-gejala fisik sehingga gejala-gejala sosial (manusia) tidak mengalami kemajuan. Perhatian geografi terhadap manusia pada akhir abad ke-19 tetap becorak pada pandangan Ritter, yaitu mengkaji hubungan manusia dengan lingkungannya.

Friedrich Ratzel (1844-1904) mempelajari pengaruh lingkungan fisik terhadap kehidupan manusia. Menurut Ratzel aktivitas manusia merupakan faktor penting bagi kehidupan dalam suatu lingkungan. Ratzel juga beranggapan bahwa faktor manusia dan faktor lingkungan memiliki kedudukan dan pengaruh yang sama dalam membentuk lingkungan hidup.

Pandangan Geografi Abad ke-20
Salah satu ciri pandangan geografi pada abad ke-20 adalah kajiannya yang bercorak sosial budaya. Pandangan yang bercorak sosial budaya itu merupakan reaksi atas dominasi geografi alam hingga akhir abad ke-19.

Vidal de la Blache (1854-1918) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam kajian geografi harus menyatukan faktor manusia dan faktor fisik karena tujuan geografi adalah untuk mengetahui adanya interaksi antara manusia dan lingkungan fisiknya. Oleh karena itu, konsep geografi yang dikemukakan Vidal de la Blache adalah kewilayahan.

Pandangan Geografi Mutakhir
E. A. Wrigley (1965) mengemukakan pendapatnya bahwa semua metode analisa dapat digunakan dalam kajian geografi selama analisa tersebut mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Wrigley juga berpendapat bahwa geografi adalah disiplin ilmiah yang berorientasi pada masalah (problem oriented) dalam mengkaji interaksi antara manusia dan lingkungannya.

Pandangan geografi mutakhir juga ditandai oleh adanya kajian-kajian geografi yang bersifat tematik dalam suatu wilayah, terutama interaksi antara manusia dan lingkungannya. Di dalam kajian tersebut telah menggunakan metode statistik dan pemanfaatan komputer untuk menganalisa dan menyimpan data.

Geografi Ortodoks dan Geografi Terintegrasi
Perbedaan pandangan terhadap geografi menghasilkan definisi yang berbeda-beda sehingga tidak dapat diterima oleh setiap orang. Akan tetapi, meskipun pandangan para ahli berbeda-beda terhadap geografi, mereka mengakui adanya elemen-elemen yang sama dalam geografi, yaitu sebagai berikut.

Para ahli geografi mengakui adanya persamaan dengan ahli ilmu pengetahuan bumi (earth science) yang lain karena wilayah kajiannya sama, yaitu permukaan bumi dan bukan ruang yang bersifat abstrak. Menurut para ahli geografi permukaan bumi merupakan lingkungan hidup bagi manusia yang dapat mempengaruhi kehidupannya dengan mengubah dan membangunnya.

Para ahli geografi memiliki perhatian sama, yaitu persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Para ahli geografi mengkaji cara tentang pengelolaan wilayah yang tepat untuk dapat memanfaatkan ruang dan sumber daya. Para ahli geografi mengakui adanya unsur-unsur yang sama dalam geografi, antara lain jarak, interaksi, gerakan (mobilitas), dan persebaran.

Adanya persamaan-persamaan dalam kajian geografi berpengaruh terhadap perkembangan berbagai topik yang berhubungan dengan geografi. Oleh karena itu, pada saat ini kajian geografi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu geografi ortodoks dan geografi terintegrasi.

Geografi ortodoks adalah geografi yang melakukan kajian terhadap suatu wilayah (geografi regional) dan analisis terhadap sifat-sifat sistematiknya (geografi sistematik). Geografi ortodoks dibagi lagi menjadi 5 bagian sesuai dengan topik-topiknya, yaitu berikut ini.
Geografi fisik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap fenomena-fenomena fisik geosfer dan lingkungannya. Geografi fisik antara lain meliputi geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan pedologi.
Geografi manusia, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap aktivitas manusia, antara lain meliputi geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi perdesaan, dan geografi perkotaan.
Geografi regional, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap perwilayahan dan kultural. Geografi perwilayahan antara lain terdiri dari geografi daerah tropika, geografi daerah arid, dan geografi daerah kutub. Geografi kultural antara lain terdiri dari geografi Asia Tenggara, Geografi Amerika Latin, dan geografi Eropa Barat.

Geografi teknik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap bidang teknik dalam geografi, anatara lain terdiri atas kartografi dan pengindraan jauh.

Geografi filsafat, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap hakikat, sebab, asal, dan hukum yang berkenaan dengan bidang geografi, antara lain metodologi geografi dan geografi sejarah.

Geografi terintegrasi adalah kajian geografi dengan jalan memadukan antara elemen-elemen geografi sistematik dan geografi regional sehingga disebut juga geografi terpadu. Oleh karena itu, di dalam kajiannya geografi terintegrasi menggunakan tiga analisis, yaitu analisis keruangan, ekologi, dan wilayah.

Sejarah Geografi

Perkembangan Ilmu Geografi diawali oleh Bangsa Yunani yang secara aktif meneliti juga mendokumentasikan informasi dan data kegeografian sebagai sebuah ilmu dan filosofi. Pemikir utama pada awal perkembangan geografi adalah Thales (640– 546 SM) dari Miletus yang banyak melakukan perjalanan menggali informasi geografi, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Herodotus (485–425 SM) dari Messana yang membuat laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah, kemudian Phytheas yang melakukan pengukuran jarak Matahari terhadap Bumi. Perkembangan awal geografi paling fenomenal adalah dengan publikasi dari Eratosthenes (276–194 SM) dalam bukunya Geographica yang menjelaskan bahwa pad dasarnya bumi itu bulat dan Eratosthenes telah mampu menghitung keliling Bumi dengan hanya berselisih kurang dari 1% keliling sebenarnya, yang kemudian diikuti oleh beberapa pemikir - pemikir bangsa Romawi.

Pada abad pertengahan, bangsa Arab banyak memberikan sumbangsih pemikir - pemikirnya dalam mengembangkan ilmu geografi seperti Al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun.

Kemudian pada abad ke-17 hingga abad ke-19 Ilmu geografi semakin menunjukkan sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh dengan menjadi bagian kurikulum yang lengkap di berbagai universitas yang terdapat di Eropa. Pada masa ini para pemikir (ilmuan) yang mengemukakan pendapatnya adalah Bernard Varen (1622-1650) atau yang dikenal dengan Varenius dari Jerman melalui bukunya Geographia Generalis, Immanuel Kant (1724–1821) melalui buku Physische Geographie, Alexander von Humboldt(1769–1859) dikenal sebagai peletak dasar geografi fisik modern, Karl Ritter (1779–1859) dari Universitas Berlin, Friederich Ratzel (1844–1904) dari Leipzig dalam bukunya yang berjudul Politische Geographie mengemukakan konsep Lebensraum, Elsworth Huntington (1876–1947) asal Amerika Serikat mengemukakan konsepnya dalam bukunya The Pulse of The Earth dikenal sebagai determinis iklim, Paul Vidal de la Blache (1845–1918) asal Prancis merupakan pelopor posibilisme dalam geografi dengan konsepnya genre de vie, Halford Mackinder (1861–1947) dari Universitas Oxford mengemukakan makalahnya yang berjudul The Scope and Methods of Geographyyang berisi konsep man-land relation.

Ilmu Geografi selama abad ke-20 di Barat melewati empat fase utama :
Determinisme lingkunganTeori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington.
Geografi regional.Memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region yang diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatifusaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains dengan mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
Geografi kritisMuncul sebagai kritik atas positifisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi. Beberapa ahli yang beraliran ini diantaranyaYi-Fu Tuan, Karl Marx dengan pengikutnya David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis.
Perkembangan Ilmu GeografiGeografi di zaman Yunani



Zaman ini merupakan zaman awal perkembangan ilmu geografi. Ilmu geografi ini timbul karena usaha untuk mengetahui dari mana atau asal usul dari negeri serta penduduk yang hidup pada zaman tersebut. Ilmu sejarah yang mempunyai seorang tokoh bernama Herodotus sebagai bapak sejarah, mengungkapkan bagaimana seluk beluk keadaan suatu tempat atau topografi serta menerangkan sebab terjadinya. Itulah mengapa Herodotus juga disebut sebagai bapak geografi. Dalam hal ini Herodotus membahas tentang lembah sungai Nil dengan tanahnya yang subur terutama pada daerah delta sungai Nil.
Eratosthenes (176-194 SM) memastikan bahwa bumi berbentuk seperti bola dengan ukuran-ukurannya secara detail. Setelah itu dibentuk susunan garis lintang serta garis bujur bola bumi untuk menentukan letak suatu lautan, negeri, serta tempat lain meskipun masih dalam model yang sederhana sehingga lahirlah peta. Dengan adanya perubahan pola cuaca dan perbedaan iklim maka disusun sistem permusiman berdasarkan garis lintang serta garis bujur tersebut iklim digolongkan menjadi beberapa macam.

Geografi di zaman Romawi
Perkembangan ilmu geografi yang diwariskan dari zaman Yunani ini melahirkan geografi kuno yang dipelopori oleh Strabo (64 SM – 20M) yang menulis buku Geographia. Buku tersebut berisi tentang uraian tentang dunia beserta isinya.
Tokoh lain yang berperan pada zaman ini adalah Ptolomeus yang membahas tentang aspek matematis dalam geografi dan kemudian menerapkannya pada peta dan lokasinya. Posidonius kemudian berusaha lebih teliti dari Eratothenes dalam menentukan keliling bumi yang akhirnya diperoleh ukurannya hanya berselisih 7000 mil dari ukuran sekarang.

Geografi abad pertengahan
Di belahan bumi Eropa pada masa ini mengalami masa gelap perkembangan ilmu geografi hal ini disebabkan karena gambaran dunia yang berasal dari masa Yunani yang mayoritas kafir tidak sejalan dengan apa yang ada dalam Al Kitab sebagai kitab suci agama Kristen yang banyak dianut oleh bangsa-bangsa di Eropa. Pandangan yang berkembang menganggap bahwa bumi tidaklah bulat, namun berbentuk datar menyerupai cakram sehingga peta dirubah dengan kota Yerusalem sebagai pusatnya.
Dilain pihak warisan terhadap pandangan geografi dari zaman Yunani kuno dikembangkan oleh berbagai universitas Islam dari Persia hingga Spanyol. Peta bumi dilengkapi dengan hasil kunjungan para pelancong dan saudagar yang menjelajah.
Ahli geografi Arab yaitu Al Idrisi (1099 – 1166) menyempurnakan pembagian daerah iklim bumi konsep Yunani. Tokoh lain yang berperan yaitu Ibnu Batuta (1304 – 1348). Seorang filsuf Arab yaitu Ibnu Khaldun (1332 – 1406) dengan buku geografi kesejarahannya dapat dipandang sebagai cikal bakal ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
Pada zaman Renaisance buku Geographia karangan Ptolomeus mendorong bangsa Portugis dan Spanyol menjelajah karena buku tersebut telah diterjemahkan dalam bahsa Latin. Kemudian disempurnakan peta sebelumnya dengan penemuan benua Amerika oleh Colombus.
Pada Abad 17 dikenal tokoh Varenius yang membagi geografi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Geografi umum yang mencakup:
a. Terestrial yaitu pengetahuan tentang bumi beserta keseluruhannya,
b. Falakiah berupa hubungan dengan bintang-bintang sehingga muncul kosmografi,
c. Komparatif menjelaskan secara detail tentang bumi.
2. Geografi khusus meliputi:
a. Aspek langit, khususnya membahas iklim,
b. Aspek litosfer, meliputi segala yang ada di permukaan bumi,
c. Aspek manusia yang membicarakan tentang penduduk, perniagaan serta pemerintahan di berbagai negeri.
Cluverius, tokoh dari Jermandalam karyanya menerangkan tentang peralihan geografi zaman pertengahan hingga zaman modern yang merupakan pengantar dari geografi umum. Dalam bukunya dijelaskan tentang deskripsi sebagian negara-negara didunia.
Geografi modern
Geografi mulai diberi dasar filsafat yang dilakukan oleh tokoh dari Jerman yaitu Imanuel Kant. Menurutnya ilmu pengetahuan digolongkan menjadi 3, antara lain:
1. Ilmu sistematis, dengan objek studinya yaitu sesuatu yang nyata ada, misal: botani mempelajari tumbuhan, geologi mempelajari kulit bumi, sosiologi mempelajari kemasyarakatan.
2. Ilmu historis, dengan onjek kajian berupa fakta-fakta yang ada kaitannya dengan waktu, misal: sejarah, pra sejarah.
3. Ilmu Geografis, dengan objek kajian benda-benda, hal-hal, serta gejala-gejala yang tersebar dalam konteks spasial atau keruangan, misal: geografi dan kosmografi
Imanuel Kant menguraikan aspek geografi menjadi 5:
1. Matematis, menelaah bentuk, ukuran sarta perputaran bumi dan posisi terhadap matahari.
2. Moral, menelaah berbagai adat kebiasaan serta perwatakan manusia yang berbeda di setiap negeri.
3. Politik, menelaah relasi antar unit-unit politis latar belakang alam masing-masing
4. Perniagaan, menelaah adanya potensi niaga khusus pada suatu negeri hingga terlibat dalam perniagaan dunia.
5. Teologis, menelaah bagaimana latar belakang alam menjadikan bentuk-bentuk ibadat lahiriah yang berlainan di berbagai negeri.
Penjelajahan dunia juga dilakukan oleh Alexander Von Humboldt yang juga seorang ahli kosmografi. Humboldt menggolongkan ilmu menjadi 3 yaitu
1. fisiografi (ilmu alam dan sistematis)
2. natural (sejarah alam dalam waktu)
3. geografi (uraian bumi dengan persebaran spasial).
Carl Ritter memberikan deskripsi tentang geografi regional yang membagi dunia atas wilayah-wilayah yang biasanya didasarkan atas morfologinya. Setiap wilayah akan mempunyai ciri dan karakter tersendiri yang membedakan dengan wilayah lain. Pandangannya menunjukkan bahwa pada suatu unit wilayah yang berisi unsur-unsur, akan berinterelasi antar unsur secara kompleks.
Zaman pengagungan alam
Pada abad ke-19 di Amerika Serikat timbul dorongan untuk mengenal lingkungan sekitar dengan tokohnya yaitu Mayor Powell serta Marsh. Pemikirannya lebih diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya yang baik serta pengawetannya. Mereka melanjutkan pemikiran dari Humboldt dan Ritter bagaimana kondisi alam luar mempengaruhi kemajuan serta kehidupan sosial manusia.
Setelah Humboldt dan Ritter meninggal pada tahun 1859, muncul buku dari Darwin “On The Origin of Species” yang mempengaruhi pandangan ahli kembali pada konsep lama geografi, maka timbul hubungan kegiatan ekonomi dan budaya dengan lingkungan alam. Friedrich Ratzel melalui buku Antrhropogeographie menjelaskan bahwa adanya pengaruh lingkungan fisis terhadap kehidupan manusia yang sesuai dengan faham adaptasi manusia dan evolusi menurut Darwin. Dalam bukunya diuraikan tentang bagaiman kondisi penduduk beserta persebarannya dan hal yang mempengaruhi. Dijelaskan pula adanya gejala interelasi antara gejala di bumi.
Ritter dengan Ratzel menandang geografi sosial secara sistematis bukan secara regional serta bertolak pikir terhadap paham Darwin. Namun antar keduanya memiliki perbedaan , jika Ritter berkesimpulan bahwa hubungan timbal serta balik manusia dengan alam adalah sejalan sesuai dengan kehendak Pencipta, namun Ratzel memandang keberadaan manusia adalah sebagai hasil bentukan lingkungan yang berasal dari berbagai kekuatan alam yang ada dengan adaptasinya yang tepat.
Paham determinisme yang diajarkan oleh Ratzel terbawa dan diteruskan di Amerika Serikat oleh anak didik Ratzel, E.C. Semple. Pengaruhnya tampak pada muculnya Davis, Ellsworth Huntington, dan Griffith Taylor pada awal abad ke-20. pengaruh determinisme alam tampak jelas tertuang dalam buku-buku geografi sebagai buku ajar. Dalam kurun waktu 1903 – 1930 geografi terbagi menjadi geografi fisis dan geografi manusia yang mengindikasikan adanya hubungan manusia dengan alam bahwa manusia dan perilakunya merupakan produk dari pengaruh-pengaruh lingkungan alam dan mengesampingkan faktor serta pengaruh lain.
Lain cerita di Jerman, tahun 1883 paham natur-determinisme ditinggalkan karena geografiharusnya menjadi ilmu yang khorologis sebagai uraian dari suatu lokasi yang berperan memberi pengertian interelasi antara alam dan manusia yang mampu menunjukkan karakter suatu lokasi. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Von Richthofen yang kemudian dilanjutkan usahanya oleh muridnya Hettner yang mengarahkan studinya terhadap seluk beluk wilayah.menurut Hettner, geografi bukanlah ilmu yang umumtentang bumi , melainkan ilmu yang khorologis menyangkut tentang permukaan bumi terutama membahas gejala alam dengan manusia selain menilai hubungan keruangan. Tujuan utama geografi adalah menelaah wilayah untuk diterangkan secara analisis dan sintesis.
Tata kerja Hettner ini kemudian banyak dicontoh oleh para ahli geografi modern tentang deskripsi dan penjelasannya. Hal yang kurang berupa perencanaan telaah geografis.
Geografi pada abad ke-20
Dari dahulu geografi selalu berpusat pada manusia. Perkembangan ilmu geografi pada abad ke-20 pendekatannya lebih pada corak sosial dan budaya. Sebutan antropogeografi pada abad ke-19 adalah sebagai penguat bahwa geografi bukan hanya pada lingkungan alamnya saja. Kini pandangan tersebut berubah dengan bahasan topik pada geografi misalnya iklim atau relief akan berhubungan dengan kehidupan manusia sehingga tepat jika bumi dikatakan sebagai tempat tinggal manusia.
Ahli geografi Perancis Vidal De La Blache mengoreksi determinisme lingkungan dari Ratzel yang sedang berkembang. Menurutnya, bumi tidak menentukan perilaku manusia, bumi hanya menyediakan berbagai kemungkinannya, perilaku manusia ditentukan dari pilhan manusia itu sendiri. Ia menunjukkan dengan jelas bahwa manusia memiliki keterbatasan. Pilihan manusia dalam memanfaatkan lingkungan masih tergantung dari sistem nilai masyarakatnya maupun budayanya. Dengan kata lain pemanfaatan terhadap ketersediaan alam berlainan antar tempat satu dengan lainnya.
Di Rusia Melezin mendefinisikan geografi kependudukan sebagai suatu telaah atas sebaran penduduk dan relasi produktif yang terdapat di dalam berbagai kelompok penduduk, jaringan pemukiman dan fungsinya, manfaatnya sertaketepatgunaannya bagi tujuan-tujuan yang produktif dari masyarakat. Kemudian Pokshishevskii menjelaskan definisi dari Melezin dengan 4 pernyataannya yaitu:
1. Tipe ekonomi menentukan watak dan bentuk suatu pemukiman.
2. Sebaran dan organisasi teritorial dari produk menentukan segala pernyataan dari kondisi alam dan pengaruhnya atas bentuk-bentuk permukiman.
3. Adaptabilitas para migran terhadap suatu lingkungan geografis yang baru, dipengaruhi oleh kebiasaan tata kerja dan keterampilan yang telah mereka miliki sebelumnya.
4. Situasi ekonomi geografis dari kota-kota mempengaruhi tipe, fungsi-fungsi serta pemusatannya.
Geografi budaya mencakup topik-topik seperti bentuk pemukiman, tipe rumah, sebaran agama, bahasa, teknologi, ternak, tanaman, serta budaya lain. Carl Sauer tokoh dari Amerika Serikat merupakan pelopor serta peletak dasar bagi geografi budaya.
Geografi budaya pada dasarnya mempelajari tentang aspek material dari budaya itu sendiri yang memberikan corak khas terhadap suatu region atau wilayah tertentu, terutama pada kenampakan alam atau landscape. Namun kenampakan alam ini bukan hanya memberi corak khas terhadapfaktor budaya saja, namun terdapat pula kekhasan dalam beberapa faktor seperti sosial ekonomi.
Geografi agama dikembangkan oleh beberapa tokoh antara lain Jongeneel, P. Deffontaines, dan D.E. Sopher. Geografi agama bukan hanya menelaah pengaruh ruang atas agama dan gejala keagamaan namun juga sebaliknya yakni pengaruh agama dan gejala keagamaan atas keruangan. Relasi antara agama dan tata ruang sebenarnya sudah diketahui sejak zaman kuno, salah satu tokohnya yaitu Hippocrates namun baru mulai populer di zaman filsuf pencerahan salah satunya oleh Montesquieu di Prancis. Montesquieu mengungkapkan bahwa agama monotheisme seprti Yahudi, Kristen, dan Islam lahir di tepi-tepi gurun pasir dengan bentang alam yang monoton diungkapkanpula bahwa hampir semua agama besar muncul di wilayah permukaan bumi yang diapit 25 dan 35 derajat Lintang Utara.
Deffontaines membicarakan geografi agama dalam 5 pokok:
1. Agama dan geografi sebagai tempat kediaman baik bagi orang yang masih hidup maupun bagi yang sudah mati serta bagi dewa-dewa.
2. Agama dan penduduk; pengaruh agama atas daerah dan sejarah penduduk; agama dan macam-macam penduduk; agama dan kota-kota; agama dan demografi.
3. Agama dan eksploitasi; agama dan pertanian; agama dan peternakan; agama dan industri; agama dan potensi geografis daerah.
4. Agama dan lalu lintas; pengungsian para penganut agama;kegiatan ziarah; perdagangan dan pertukaran barang atas latar belakang agama; jalan sebagai alat transportasi.
5. Agama dan jenis kehidupan; kalender agama; tata kerja pemimpin agama; pekerjaan sehri-hari; kebiasaan.
Dalam geografi ekonomi tokoh yang berperan antara lai H. Robinson dengan bukunya Economic Geography (1979) membahas geografi ekonomi dengan pokok cakupannya yaitu bentuk perjuangan untuk hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan materiilnya dengan berbagai masalahnya yang terjadi di dalam kerangka interaksi keruangan. Geografi ekonomi membicarakan tentang ekplorasi sumberdaya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi, transportasi, distribusi, dan konsumsi. Sehingga Robinson telah mengaitkannya dengan geografi modern dengan tepat. Definisi dari geografi modern itu sendiri berupa pengetahuan eksak dan sistematis tentang persebaran serta penataan gejala di permukaan bumi. Geografi modern sangat diperlukan bagi perkembangan ekonomi yang efektif serta pengertiannya terhadap hubungan internasional.
Geografi Mutakhir
Roger Minshull akhir-akhir ini membahas perubahan geografi dan mencatat 3 gejala:
1. Jenis bidang khusus yang dipelajari bertambah.
2. Penyelesaian masalah ditekankan pada kausalitas dan hubungan.
3. Penelaahan fenomena diutamakan dimana fenomena tersebut terdapat.
Minshull mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari tentang:
1. bentang alam
2. tempat
3. ruang
4. pengaruh alam atas manusia
5. kovariasi pola wilayah
6. lokasi, sebaran ,ketergantungan
7. kombinasi gejala dipermukaan bumi
8. sistem alam-manusia
9. sistem manusia-alam
10. relasi dan reprositas
11. ekologi manusia
12. perbedaan wilayah dan antar hubungan gejala
Ditemukan pula tujuan studi geografi, yaitu:
1. penguraian wilayah yang berlainan
2. pemahaman atas pengaruh lingkungan alam atas manusia
3. perencanaan sosial ekonomi
4. pemahaman atas gejala-gejala kombinasinya
5. pemahaman atas persebaran dalam ruang
6. pembuatan hukum tentang perilaku dalam ruang
7. penyusunan model yang melukiskan susunan dalam ruang
Perbedaan geografi lama dengan yang baru adalah geografi lama merupakan ilmu yang bersifat retrospektif yang berorientasi pada masa lampau dari tata kerja serba ideografis. Sedangkan geografi yang kita kenal adalah ilmu yang bersifat prospektif, nomotetis yang mampu menemukan hukum-hukum dari fenomena-fenomena yang dikaji. Dengan demikian geografi mampu meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA:

Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Alumni:Bandung
www.geografiana.com
www.wikipedia.org

Pengertian, Prinsip, Pendekatan, Konsep , dan Aspek Geografi

Manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh alam lingkungannya. Mulai dari bahan makanan sampai tempat berlindung dari pengaruh cuaca, semuanya diperoleh dari alam. Kondisi alam yang penuh rintangan semakin mendorong manusia untuk mengenal alam secara mendalam. Sebagian hanya menyesuaikan diri dengan alam, sebagian yang lain berusaha mengatasinya dengan mempelajari alam dengan baik dan menggunakan teknologi yang dibuat manusia. Inilah awal lahirnya studi geografi
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, pengenalan manusia terhadap alam tidak terbatas pada kondisi alam yang ada di wilayahnya sendiri, tetapi juga sampai ketempat yang lebih jauh sesuai dengan kemampuannya. Dalam setiap perjalanannya mereka memperoleh pengetahuan tentang kehidupan manusia diberbagai kondisi alam dan lingkungannya. Kegiatan manusia banyak berhubungan dengan lingkungan alam. Hubungan ini terjadi karena adanya keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia tidak selalu dapat dipenuhi di daerahnya sendiri, sehingga harus berinteraksi dengan daerah lain. Hasil dari perjalanan manusia dituangkan dalam cerita yang berbentuk tulisan dan gambar. Sajian cerita perjalanan tersebut merupakan awal dari adanya cerita yang bersifat geografi.
Pengetahuan tentang geografi sudah lama dikenal manusia sejalan dengan peradaban manusia. Peradaban manusia berkembang karena manusia pandai memanfaatkan potensi lingkungan alam yang ada. Meskipun kadang alam membatasi manusia dalam berusaha. Interaksi manusia dengan lingkungan alam merupakan bagian penting yang dikaji dalam geografi.

Pengertian Geo
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani, GEO yang berarti bumi dan GRAPHEIN yang berarti tulisan. Jadi secara harfiah GEOGRAFI berari tulisan atau gambaran tentang bumi. GEOGRAFI sering disebut juga ilmu bumi.
Ternyata hal-hal yang dipelajari oleh geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan juga berbagai hal yang ada di dalam bumi, diluar bumi dan bahkan benda-benda luar angkasapun turut menjadi obyek kajian geografi. Dengan demikian definisi yang sangat singkat di atas perlu diperluas dan dilengkapi sehingga mencakup semua hal yang dikaji dalam studi geografi.
Para ahli mencoba untuk mendevinisikan geografi, diantaranya :

1. Eratosthenes(276-194 SM)
Eratosthenes adalah seorang ilmuwan Yunani yang memperkenalkan pengertian geografi dalam bukunya yang berjudul”Geographica”. Dalam bukunya ia menulis tentang gambaran permukaan bumi, sejarah, dan konsep utama geografi. Ia berpendapat bahwa bumi bebentuk bulat. Dan juga telah melakukan perhitungan keliling bumi yang hanya selisih kurang dari 1% keliling sebenarnya. Keliling bumi sebenarnya adalah 24.875 mil, sedangkan hasil perhitungan Eratosthenes adalah 24.650 mil.
2. Bernand Varen (1622-1650)
Bernand Varen atau lebih dikenal dengan Varenius adalah seorang geograf asal Jerman. dia seorang lulusan Ilmu kedokteran Universitas Leiden., Belanda. Dalam bukunya,”Geographia Generalis”, ia mengatakan bahwa geografi adalah campuran dari matematika yang membahas kondisi bumi beserta bagian- bagiannya juga tentang benda-benda langit lainnya.
Dalam buku itu Varenius membagi geografi menjadi dua yaitu:
1. Geografi Umum
Bagian ini membahas karateristik bumi secara umum, tidak tergantung oleh keadaan suatu wilayah. Menurut gagasan Varenius, geografi umum mencakup 3 bagian, yaitu:
a. Terestrial, merupakan pengetahuan tentang bumi secara keseluruhan, bentuk dan ukuranya.
b. Astronomis, membicarakan hubungan bumi dengan bintang-bintang yang merupakan cikal bakal ilmu kosmografi.
c. Komparatif, menyajikan deskripsi lengkap mengenai bumi, letak, dan tempat-tempat di permukaan bumi.
2. Geografi khusus
Bagian ini mendeskripsikan tentang wilayah tertentu menyangkut wilayah luas maupun wilayah sempit. Bagian ini terdiri atas 3 aspek, yaitu:
a. Atmosferis yang secara khusus membicarakan tentang iklim.
b. Litosfer yang secara khusus menelaah permukaan bumi meliputi relief, vegetasi., dan fauna dari berbagai negeri.
c. Manusia yang membicarakan tentang penduduk, perniagaan, dan pemerintah dari berbagai negeri.
3. Immanuel Kant (1724-1821)
Selain seorang geograf, Kant juga seorang filsuf. Kant tertarik pada geografi karena menurutnya ilmu itu dekat dengan filsafat. Semua gagasan Kant tentang hahikat geografi dapat ditemukan dalam buku Physische Geographie yang ditulisnya. Menurutnya, geografi adalah ilmu yang objek studinya adalah benda-benda, hal-hal, atau gejala-gejala yang tersebar diwilayah-wilayah permukaan bumi.
4. Alexander von Humboldt (1769-1859)
Pada mulanya Humboldt adalah seorang ahli botani. Ia tertarik geografi ketika ia mulai mempelajari tentang batuan. Ia diakui sebagai peletak dasar geografi fisik modern. Ia menyatakan geografi identik atau serupa dengan geografi fisik. Ia menjelaskan begaimana kaitan bumi dengan matahari dan tingkah laku bumi dalam ruang angkasa, gejala cuaca iklim di dunia, tipe-tipe permukaan bumi dan proses terjadinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan hidrosfer dan biosfer.
5. Karl Ritter ( 1779-1859)
Seperti halnya Humboldt, Ritter juga dianggap sebagai peletak dasar geografi modern. Professor geografi Universitas Berlin ini mengatakan bahwa geografi merupakan suatu telaah tentang bumi sebagai tempat hidup manusia. Hal-hal yang menjadi obyek studi geografi adalah semua fenomena dipermukaan bumi, baik organik maupun an organik yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
6. Friederich Ratzel (1844-1904)
Ratzel adalah guru besar geografi di Leipzig. Ia mengemukakan konsep geografi dalam bukunya yang berjudul Politische Geographi. Konsep itu diberi nama Lebensraum yang artinya wilayah geografis sebagai sarana bagi organisme untuk berkembang. Ia melihat suatu negara cenderung meluaskan Libensraumnya sesuai kekuatan yang ia miliki.
7. Elsworth Huntington (1876-1947)
Huntington adalah geograf asal Amerika Serikat. Melalui bukunya yang berjudul The Pulse of the Earth, ia memaparkan bahwa kelangsungan hidup dan peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh iklim. Atas dasar teorinya itu, Huntington kemudian terkenal sebagai determinis iklim (memandang iklim sebagai penentu kehidupan). Ia mengatakan, geografi sebagai studi tentang fenomena permukaan bumi beserta penduduk yang menghuninya. Ia menjelaskan adanya hubungan timbal balik antara gejala dan sifat-sifat permukaan bumi dengan pendududknya.
8. Paul Vidal de La Blache(1845-1918)
Vidal adalah seorang geograf asal Perancis. Ia adalah pelopor posibilisme dalam geografi. Posibilisme (teori kemungkinan) muncul setelah Vidal melakukan penelitian untuk membuktikan interaksi yang sangat erat antara manusia dan lingkungan pada masyarakat agraris pra modern. Ia menegaskan bahwa lingkungan menawarkan sejumlah kemungkinan (possibilities) kepada manusia untuk hidup dan berkembang .Atas dasar itu, vidal mengemukakan konsepnya yang disebut genre de vie atau mode of live (cara hidup). Dalam konsep ini, geografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaiman proses produksi dilakukan manusia terhadap kemungkinan yang ditawarkan oleh alam.
9. Rhaod Murphy
Dalam bukunya The Scope of Geography Rhaod Murphy menulis tentang ruang lingkup kajian geografi, yang terdiri atas tiga hal pokok yaitu:
1. Persebaran dan keterkaitan (relasi) manusia di bumi serta aspek keruangan dan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia.
2. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisik alam yang merupakan bagian dari kajian keanekaragaman wilayah.
3. Kajian terhadap region atau wilayah. Kajian terhadap region atau wilayah ini merupakan telaahan yang paling komprehensip dan terpadu antara unsur-unsur wilayah. Oleh karena itu kajian regional merupakan obyek formal geografi.
10. Bintarto
Bintarto adalah guru besar geografi di fakultas geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa geografi pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan dari unsur-unsur bumi.
11. Daldjoeni
Nama Daldjoeni dikenal karena buku-bukunya yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan geografi. Menurutnya, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mengajarkan manusia mencakup 3 hal pokok, yaitu spasial (ruang), ekologi, dan region (wilayah). Dalam hal spasial, geografi mempelajari persebaran gejala baik yang alami maupun manusiawi di muka bumi. Kemudian dalam hal ekologi, geografi mempelajari bagaimana manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun dalam hal region, geografi mempelajari wilayah sebagai tempat tinggal manusia berdasarkan kesatuan fisiografisnya.
12. I Made Sandy
Merupakan sal;ah satu tokoh geografi di Indonesia, menyatakan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi
13. Berdasarkan hasil seminar dan lokakarya para pakar geografi di Semarang, pengertian dan batasan geografi sebagai berikut. Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi (gejala geosfer) serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.

Ilmu Bantu dan Sarana Bantu Geografi
Dua aspek pokok geografi, yaitu aspek fisik dan aspek sosial dipelajari oleh ilmu-ilmu yang menjadi ilmu penunjang geografi. Ilmu penunjang geografi sangat diperlukan mengingat luasnya bahasan dalam geografi. Ilmu penunjang geografi tersebut antara lain sebagai berikut.
Geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan batuan penyusun bumi.
Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dan proses terbentuknya.
Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang lapisan tanah, antara lain tentang proses pembentukan dan jenis-jenisnya.
Meteorologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan atmosfer, antar lain tentang ciri-ciri fisik dan kimianya, tekanan, suhu udara, angin, dan per-awanan.
Klimatologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang iklim.
Antropogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang persebaran manusia di permukaan bumi dalam hubungannya dengan lingkungan geografi.
Demografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang kependudukan, antara lain hubungannya dengan jumlah dan pertum-buhan, komposisi, srta migrasi penduduk.
Hidrologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang lapisan air di permukaan bumi, di bawah tanah, dan di atmosfer.
Oseanografi, yaitu ilmu yang mempelajari lautan, antara lain tentang sifat air laut dan gerakan air laut.
Biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang persebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi, dan menentukan pola persebarannya.
Untuk mempermudah dalam mempelajari geografi diperlukan sarana bantu, antara lain tabel, diagram, grafik, dan peta. Sarana bantu tersebut digunakan untuk melihat secara tidak langsung atas gejala fisik dan sosial, persebaran, hubungan, serta susunan keruangannya.

Tabel- Tabel menjadi sarana bantu geografi karena memuat data, baik berupa kata, kalimat, ataupun angka tentang fenomena di permukaan bumi. Data tersebut disusun secara bersistem (sistematis), yaitu urut ke bawah atau ke samping dalam lajur dan deret tertentu dan diberi garis pembatas sehingga mudah untuk disimak.
Informasi yang disusun dalam tabel disesuaikan dengan tema atau topik yang disampaikan, contohnya berikut ini.
Tabel Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Kelembapan Udara Rata-Rata Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Produksi Jagung Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Diagram- Diagram termasuk sarana bantu geografi yang digunakan untuk menjelaskan fenomena geosfer dengan melukiskan bagian-bagiannya dan cara kerjanya secara berurutan, biasa disebut dengan diagram arus.

Grafik- Grafik termasuk sarana bantu geografi yang menunjukkan naik dan turun atau pasang surut suatu gejala atau fenomena tertentu antarwaktu dengan menggunakan garis. Sebagai contoh adalah grafik tentang pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000.

Peta- Peta termasuk sarana bantu geografi karena memuat bermacam-macam data dari permukaan bumi yang dapat diinformasikan. Untuk memudahkan penyampaian informasi, peta dibuat dengan ukuran, tema, dan topik tertentu, antara lain sebagai berikut.
Peta Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Peta Transportasi Laut di Indonesia
Peta Jenis Tanah di Indonesia
Peta Geologi di Indonesia
Peta Objek Wisata di Indonesia


Ilmu Penunjang Geografi
Mengingat bahwa di dalam objek materialnya begitu luas, maka seorang geografer harus memahami pula ilmu-ilmu lain yang berfungsi sebagai penunjang geografi yaitu antara lain:
a. Geologi, adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk permukaan bumi akibat tenaga dari dalam bumi (endogen: vulkanisme, tektonisme, gempa bumi), termasuk struktur, komposisi dan sejarahnya. Dalam kehidupan sehari-hari Geologi bermanfaat dalam bidang pertambangan. Untuk mencari bahan tambang diperlukan pengetahuan formasi dan umur dari batu-batuan.
b. Geomorfologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk muka bumi serta perubahannya akibat tenaga dari luar (Exogen: pelapukan, erosi, sedimentasi). Bahan-bahan galian yang berasal dari endapan dapat diketahui berdasarkan sejarah geomorfologinya atau sebaliknya. Contoh bahan endapan: pasir, tanah liat, dsb.
c. Meteorologi, adalah ilmu yang mempelajari atmosfer, yaitu tentang udara, cuaca, suhu, angin, awan, curah hujan, radiasi matahari, dan sebagainya. Meteorologi sangat penting bagi informasi cuaca terutama untuk penerbangan, pelayaran, pertanian dan industri.
d. Hidrologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang air di permukaan bumi/tanah, di bawah tanah; termasuk sungai, danau, mata air, air tanah dan rawa-rawa. Dalam kehidupan sehari-hari penting untuk mengetahui lapisan yang mengandung cadangan air yang cukup misalnya untuk industri dan peternakan.
e. Klimatologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim dan kondisi rata-rata cuaca. Untuk pertanian dan industri atau keperluan yang lain, mengetahui sifat iklim dan cuaca setempat sangat penting. Contoh untuk mendirikan pabrik kerupuk tentu bukan di daerah yang curah hujannya tinggi.
f. Antropologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia khususnya mengenai ciri, warna kulit, bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya. Adatistiadat penduduk perlu diketahui untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari, barang yang diperlukan, bahan makanan yang dikonsumsi, dsb.
g. Ekonomi, adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk melestarikan usaha perlu diketahui antara lain bagaimana memperoleh untung, menjual barang, menentukan “nilai” barang, memilih tempat berjualan, dsb.
h. Demografi, adalah ilmu yang mempelajari dan menguraikan tentang penduduk. Komposisi penduduk, jumlah penduduk dan sebagainya perlu diketahui untuk menentukan pola konsumsi penduduk terhadap barang tertentu.

Ilmu-ilmu Pendukung Geografi
Untuk dapat menemukan kegiatan studi, geografi didukukung oleh sejumlah ilmu.Dalam lingkup kajian fisik, geografi didukung oleh beberapa displin ilmu sebagai berikut:
1. Geologi, yaitu ilmu yang mendukung studi geografi dalam menjelaskan bagaimana bumi terbentuk dan bagaimana bumi terbentuk dari waktu kewaktu. Geologi berkaitan dengan komposisi, sejarah pembentukan, struktur bumi, termasuk pembentukan-pembentukan masa lalu yang pernah muncul di planet bumi.
2. Geomorfologi, yaitu ilmu yang secara khusus mengkaji bentuk lahan (landform) yang membentuk konfigurasi permukaan bumi dan menekankan cara terjadi dan perkembangan serta konteks kelingkunganya.
3. Oseanografi, yaitu ilmu pengetahuan dan studi eksplorasi mengenai lautan serta semua aspek yang terdapat di dalamnya. Studi tersebut antara lain mengenai sedimen dan batuan yang membentuk dasar laut ,interaksi antara laut dan atmosfera, pergerakan air laut, serta tenaga yang menyebabkan adanya gerakan tersebut, baik tenaga yang berasal dari dalam maupun berasal dari luar.
4. Hidrologi, yaitu ilmu yang berhubungan dengan air di bumi, terjadinya, sirkulasinya dan sebarannya, sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi terhadap lingkungan, termasuk kaitanya dengan makhluk hidup.
5. Meteorologi dan Klimatologi yaitu ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan mebicarakan berbagai peristiwa dalam udara. Meteorologi mengkaji keadaan cuaca, yaitu keadaan atmosfer dalam suatu tempat dalam waktu terbatas. Adapun klimatologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala cuaca yang bersifat umum, dan jangka waktu yang relatif lama dan daerah yang dikaji relatif luas.
6. Biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari persebaran organisme dalam ruang dan waktu, serta factor-faktor yang mempengaruhi, membatasi, atau menentukan pola persebaran jenis. Biogeografi menguraikan keadaan lingkungan fisik, biologi, evolusi, dan jenis makhluk hidup, yang satu sama lain saling berinteraksi, dan menyebar seperti sekarang ini.
7. Ilmu tanah. Secara umum ilmu tanah merupakan ilmu yang mempelajari hal atau sifat-sifat tanah. Ilmu ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu Pedologi dan Edaphologi. Pedologi ialah ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu bagian dari dalam dan berada di kulit bumi, yang menekankan hubungan antara tanah itu sendiri dan faktor-faktor pembentuknya. Edaphologi adalah ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai alat produksi pertanian, yang menekankan hubungan antara tanah dan tanaman. Ilmu ini erat hubunganya dengan cabang-cabang ilmu agronomi seperti fisiologi, biokimia, dan pertanian.
8. Astronomi. Mengkaji benda-benda langit di luar atmosfer bumi, seperti matahari, bulan, bintang, planet, dll
9. Geokemistri. Mengkaji komposisi kimiawi kulit bumi dan perubahan-perubahan yang berlangsung di dalamnya.

Dalam lingkup kajian Manusia, geografi didukung oleh beberapa ilmu antara lain:
1. Demografi (Geografi Penduduk). yang mempelajari /mengkaji tentang penduduk, seperti kelahiran, kematian, migrasi.
2. Ekonomi (Geografi ekonomi). Mengkaji tentang usaha-usaha manusia untuk mencapai kemakmuran serta gejala-gejalanya dan hubungan timbal balik dari usaha tersebut. Geografi ekonomi membahas bagaimana manusia mengeksploitasi sumber daya alam, menghasilkan barang-barang konsumsi, persebaran kegiatan produksi, dan interaksi wilayah.
3. Sosiologi(Geografi Sosial). Mengkaji sruktur proses-proses sosial. termasuk perubahan sosial . Geografi sosial membahas lingkungan manusia yang di dalamnya termasuk proses, struktur, dan perubahan sosial sehingga memiliki kesamaan dan perbedaan dengan wilayah lain dalam konteks keruangan.
4. Antropologi( Antropogeografi dan Geografi Budaya). Mengkaji tentang manusia, baik fisik maupun kebudayaannya. Geografi Budaya mengkaji proses-proses kebudayaan sehuhubungan dengan konteks spasial, karena kebudayaan yang terdapat di bumi merupakan karakteristik dari suatu wilayah.
5. Geografi Desa dan Geografi Kota. Mengkaji tentang ciri, pola, struktur, lingkungan, dan interaksi keruangan dari penduduk desa dan penduduk kota.
6. Geografi politik. Mengkaji kondisi-kondisi geografis ditinjau dari sudut pandang politik atau kepentingan negara.
7. Paleontologi. Mengkaji tentang fosil-fosil serta bentuk-bentuk kehidupan dimasa purba.
8. Geografi regional. Mengkaji suatu kawasan tertentu secara khusus, misalnya Asia Tenggara, Eropa Barat, Timur Tengah

Selain kajian fisik dan kajian manusia ,sekarang ini telah berkembang cabang geografi teknik dan ilmu pendukungnya antara lain:
1. Kartografi adalah ilmu dan seni yang menggambarkan permukaan bumi pada bidang datar dengan menyajikan data hasil pengukuran dan pengumpulan data gejala permukaan bumi yang telah dilakukan oleh surveyor, geograf, dan kartograf sehingga informasi pada peta mudah dibaca, dimengerti, dan ditafsirkan sesuai dengan maksud dan tujuannya.
2. Penginderaan Jauh( Remote Sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi mengenai obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadp obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.
3. Sistem Informasi Geografi ( SIG) adalah teknik geografi untuk menyajikan overlay sejumlah peta tematik sehingga menghasilkan informasi baru dalam setiap produk analisisnya
4. Geofisika. Mengkaji sifat-sifat bumi bagian dalam dengan metode teknik fisika, seperti mengukur gempa bumi, gravitasi, dan medan magnet.



Manfaat GeografiKarena kajian geografi adalah interaksi antara manusia dan lingkungan, maka geografi memberikan manfaat bagi manusia, baik individu maupun kelompok. Di dalam aktivitas pendidikan, geografi memberikan 2 sumbangan yang penting, yaitu sumbangan bersifat pendidikan (pedagogis) dan sumbangan bersifat pembentukan kepribadian.

Sumbangan Pedagogis
a. Wawasan dalam Ruang
Geografi melatih manusia untuk melakukan orientasi di bumi sebagai tempat tinggalnya dan memproyeksikan dirinya dalam ruang. Orientasi dan proyeksi tersebut meliputi semua unsur ruang, yaitu arah, jarak, luas, dan bentuk.

b. Persepsi Relasi Antargejala
Geografi dapat melatih kegiatan pengamatan dan pemahaman hubungan antargejala yang terdapat dalam suatu bentang alam. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan yang bersifat pengamatan lapangan atau kegiatan luar ruang (outdoor). Melalui kegiatan luar ruang tersebut kita dapat mengetahui setiap proses dan pola dari fenomena geosfer.

c. Pendidikan Keindahan
Buku-buku geografi yang dilengkapi dengan gambar-gambar tentang fenomena geosfer dapat menumbuhkan rasa kecintaan terhadap keindahan alam. Namun, pengamatan langsung terhadap fenomena alam yang umum terdapat di lingkungan sekitar dapat lebih meningkatkan kecintaan tersebut.

d. Kecintaan Terhadap Tanah Air
Geografi mengajak kita untuk menyadari tentang kekayaan dan kemiskinan sumber daya di tempat tinggal kita. Geografi berusaha menjelaskan potensi sumber daya yang ada di setiap wilayah sehingga dapat dimanfaatkan secara bijaksana. Potensi sumber daya tersebut tentu saja diupayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik masa sekarang ataupun masa yang akan datang.

e. Pemahaman Global
Geografi memberikan wawasan tentang wilayah-wilayah yang lebih luas selain wilayah tempat tinggal kita. Kita dikenalkan pada sifat dan karakter tempat lain sehingga kita dapat menilainya sesuai dengan sifat dan karakternya. Pemahaman terhadap wilayah global ini dapat memupuk sifat salingmenghargai dan menghormati antarbangsa.

Pembentukan Kepribadian
Kita dapat mengerti permasalahan sosial yang sangat kompleks sebagai akibat adanya perbedaan dalam lingkungan.
Kita dapat menghargai adanya fakta gejala geografi sehingga akan lebih memperhatikan berbagai masalah, baik lokal ataupun global.
Kita dapat mengetahui ketersediaan sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan.
Kita dapat menghargai kondisi perekonomian dan kultural yang saling bergantung antardaerah.
Kita dapat membentuk pribadi melalui refleksi atas lingkungannya dengan lingkungan orang lain.
Di dalam kehidupan sehari-hari geografi memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, meskipun manfaat tersebut tidak secara langsung dirasakan manusia. Contoh manfaat ilmu geografi dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut.

1. Bidang Pertanian
Kebiasaan petani dalam memulai bercocok tanam, meskipun secara tradisional, sebenarnya sudah menunjukkan bahwa petani tersebut menggunakan ilmu geografi. Perhitungan terhadap musim, jenis tanah, dan sistem pengairan merupakan contoh bahwa geografi memiliki peran yang sangat penting dalam bidang pertanian.

2. Bidang Industri
Pemilihan lokasi industri umumnya mempertimbangkan faktor biaya, baik biaya untuk bahan baku, proses produksi, maupun distribusi. Di dalam pemilihan lokasi industri tersebut faktor jarak menjadi pertimbangan yang sangat penting, baik jarak untuk memperoleh bahan baku maupun untuk pemasarannya.

Saat ini lokasi industri telah dikelola sedemikian rupa sehingga berdiri pemusatan lokasi perindustrian berupa kawasan-kawasan industri. Faktor jarak merupakan contoh bahwa geografi sangat penting dalam bidang industri.


PERANAN IGEGAMA PERLU DITINGKATKAN
Perlu adanya pendidikan kewirausahaan di Fakultas Geografi UGM dan sertifikasi bagi sarjana baru lulusan Geografi dari Badan sertifikasi Nasional serta sudah selayaknya orientasi lulusan geografi ditujukan untuk menciptakan ahli sintesis geografi agar lulusan Geografi siap bekerja / menciptakan lapangan kerja di swasta, demikian hal-hal yang dikemukakan oleh Prof. DR Aris Poniman Deputi Bidang Sumber Daya Alam Bakosurtanal sebagai panelis pada �Curah Pendapat� Ikatan Geografiwan Gadjah Mada (IGEGAMA) 12 April 2008 di Kantor Meneg LH Jakarta.

Acara �Curah Pendapat� yang sekaligus juga dilakukan acara pengukuhan pengurus IGEGAMA 2007-2010 oleh Sekretaris Umum KAGAMA Bapak Ir. Hamid, dihadiri oleh kurang lebih seratus orang alumni Geografi Gadjah Mada dari angkatan paling tua tahun 1966 sampai yang termuda tahun 2002.

Panelis kedua Kol. Drs. Rusdi Ridwan, Dipl. Cart yang merupakan alumni Geografi angkatan 1972 dan bekerja di Dinas HidroOceanografi AL, menyoroti bahwa selama ini dalam membahas RUU Batas Wilayah Negara selalu dilakukan oleh para ahli Hukum sedangkan ahli Geografi tidak pernah terlibat, padahal peranan ahli Geografi sangat penting. Kelemahan inilah yang merupakan salah satu penyebab kita kehilangan pulau-pulau terluar, seperti P. Sipadan & P. Ligitan. Untuk memperbaiki kelemahan ini, Pemerintah (Depdagri & Deplu) perlu diberi masukan oleh IGEGAMA / Fakultas Geografi. Disini peranan ahli Geografi harus menonjol sesuai dengan proporsinya dan masukan tersebut harus terkonsep dengan baik sehingga dapat meyakinkan pemerintah.

Sementara panelis ketiga Drs. Bambang Wisnu yang juga alumni Geografi Gadjah Mada angkatan 1971 sekaligus Peneliti dari LAPAN menambahkan bahwa ahli Geografi perlu mempunyai kompetensi dan pengakuan yang jelas, oleh sebab itu sertifikasi sangat diperlukan bagi Geografiwan.

Dalam diskusi �Curah Pendapat� yang dimoderatori oleh Drs. Sudariyono (alumni Geografi angkatan 1973), Deputi Komunikasi dan Administrasi Lingkungan Hidup, Kementrian Negara Lingkungan Hidup mengambil tema �Peran IGEGAMA dalam Pembangunan Nasional Berkelanjutan�, terdapat berbagai �curahan pendapat� dari para alumni yang hadir, yang intinya bahwa ahli Geografi perlu meningkatkan perannya dalam mengisi berbagai aspek kegiatan pembangunan nasional misalnya memberikan sumbang saran terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kompetensi Geografi.

DR Boedi Tjahjono alumni Geografi UGM angkatan 1980 yang saat ini bekerja sebagai pengajar di IPB menyampaikan bahwa agar Ahli Geografi dikenal dan diakui kompetensinya di mata masyarakat dan ilmu yang lain, maka para Geografiwan perlu banyak menulis di media atau menulis buku (meskipun dalam tulisan yang bersifat populer); perlu menerbitkan buku-buku Serial Geografi dengan berbagai topik, terutama buku pengayaan (bersifat ringkas, padat, dan mudah dimengerti oleh umum); ada penerbit yang siap menerbitkan buku Serial Geografi dan ini IGEGAMA harus bisa mempelopori.

Drs. Lukman Mokoginta alumni angkatan 1970, menyatakan diperlukan strategi merketing untuk mengenalkan ke masyarakat tentang peranan Geografi; Ahli Geografi perlu muncul agar bisa dikenal dan diakui oleh masyarakat misalnya perlu membentuk komisi bencana : seperti misalnya Solo River Commision.

Drs. Al. Susanto alumni angkatan 1966 mantan Sekretaris Utama Bakosurtanal menyampaikan arahannya bahwa Peranan IGEGAMA perlu dimulai dengan mencoba membantu memberikan masukan kepada pengambil kebijakan (Menteri) pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensi Geografi (keruangan, lokasi, lingkungan, peta); Setiap 3 bulan sekali perlu mengadakan suatu pertemuan (sarasehan) untuk dapat merumuskan suatu konsep yang dapat digunakan dalam memberikan masukan kepada pemerintah; Seyogyanya Fakultas Geografi mengarahkan pada pemikiran yang menyatukan antara Physical Geography dan Human Geography sehingga Unifying Geography sebagai kekuatan ilmu Geografi bisa menonjol (yang tidak dimiliki oleh disiplin ilmu yang lain); Seminar2 yang diadakan oleh IGEGAMA seyogyanya tidak hanya dari sudut pandang Geografi saja melainkan mengundang dari berbagai pandangan disiplin ilmu lain, selain itu ahli Geografi sudah harus mulai sering muncul di media masa.

Dra. Tuty Handayani, M.Si alumni angkatan 1975 Dosen Geografi di Univ. Indonesia, menyampaikan usulan perlu adanya pelatihan penulisan jurnalistik untuk Geografiwan yang diselenggarakan oleh IGEGAMA, yang diharapkan akan dapat menghilangkan kecenderungan perasaan minder sebagai Geografiwan yang sekarang masih ada; perlu dibuat masukan untuk kebijakan pemerintah antara lain melalui program prioritas untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat di pulau2 terujung agar tidak mudah untuk bergabung dengan negara-negara tetangga.

Drs. Sodiq Suhardiyanto alumni angkatan 1980 yang bekerja di bidang Swasta, menyampaikan bahwa tidak perlu minder menjadi Geografiwan, karena terbukti Geografiwan banyak diakui kemampuannya dalam melakukan pekerjaan di bidang swasta, misal dalam menangani CDM (Clean Development Mecanism) atau yang lainnya, sebagai contoh aktual adalah adanya seorang Geografiwan Amerika (Mr. Bill) yang menjadi leader di tingkat internasional dalam mengembangkan CDM di dunia.

Drs. Suprajaka alumni Geografi angkatan 1983 yang bekerja di Bakosurtanal menyampaikan bahwa Geografiwan kita sangat bagus dalam membuat peta, namun kurang dalam melakukan analisis peta (diagnosis-prognosis).

Sementara menurut Drs. Ramartua Silalahi alumni Geografi angkatan 1977 yang bekerja di Swasta adalah suatu kenyataan bahwa ada perasaan minder sebagai Geografiwan pada waktu dulu karena tidak tahu kompetensi Geografi, namun kita tetap bangga sebagai alumnus UGM; dari pengalaman yang sudah puluhan tahun di Konsultan, terbukti bahwa aplikasi ilmu Geografi sangat banyak dan ilmu Geografi berperan sangat penting untuk pembangunan nasional; Jadi Geografiwan seharusnya sebagai team leader, namun kenyataannya sangat jarang Geografiwan yang dijadikan sebagai team leader; sehingga perlu diperjuangkan eksistensi Geografi dan harus mendapat proporsi profesi yang seharusnya di tataran nasional.

Kol. Heru Sri Widyanto angkatan 1976 yang bekerja di Direktorat Topografi AD menyampaikan bahwa publikasi tentang Geografi sangat minim sehingga masyarakat banyak yang tidak tahu, maka menghimbau perlunya publikasi tulisan tentang Geografi yang dilakukan oleh para Geografiwan.

DR Muh. Dimyati sebagai Ketua Umum IGEGAMA periode 2007 - 2010, alumni Geografi angkatan 1977 yang saat ini bekerja di Menpera, mengucapkan terimakasih kepada Sekretaris Umum KAGAMA Ir. Hamid yang sekaligus juga sebagai Redaktur Jurnal Indonesia atas tawarannya dan kesediaannya untuk mengadakan training / pelatihan menulis (kajian ilmiah populer) bagi para Geografiwan, sehingga diharapkan akan banyak kajian-kajian Geografi yang dapat dipublikasikan kepada masyarakat. Lebih lanjut Ketua Umum IGEGAMA juga mengucapkan terimakasih kepada para alumni baik yang D1 sampai dengan yang Doktor bahkan yang Profesor, dari Eselon 1 sampai dengan staf dan kepada seluruh peserta yang hadir termasuk rekan-rekan wartawan atas partisipasinya pada acara �Curah Pendapat�.

Ucapan yang sama juga disampaikan kepada Mas Sudariyono n teman2 di Meneg LH yang telah memfasilitasi acara tersebut sehingga acara ini cukup sukses karena bisa dihadiri oleh 95 orang alumni (dari daftar absen) dan menghasilkan �bersama kita berhasil�.

Lebih lanjut Dimyati menyampaikan bahwa ungkapan pertama adalah �Inalilahiwainailahi roji�un� karena begitu banyaknya kita punya keinginan, dan ini merupakan tugas dan tanggungjawab pengurus dalam mengemban amanah yang cukup berat, sehingga rasanya tanpa didukung oleh teman2 Geografiwan yang hadir maka kepengurusan IGEGAMA 2007-2010 tidak mungkin bisa berjalan. Dukungan utama dan yang paling konkrit adalah yang terkait dengan recehan, karena tanpa ini organisasi tidak bisa berjalan demikian lanjut Dimyati. Dukungan kontribusi dari seluruh alumni akan dipublikasikan melalui website Geografiwan dengan alamat : www.gwan.or.id, dan Insya Allah dalam waktu dekat kita juga akan mencoba mengadakan kegiatan yang sejenis, kemungkinan sekitar lebaran yang mudah-mudahan dapat difasilitasi oleh teman-teman dari Depdagri.

Sementara itu Dekan Fakultas Geografi UGM DR. Hartono, DESS sebagai GONG PENUTUP menyampaikan bahwa, usaha Fakultas Geografi untuk memperjuangkan eksistensi dan pentingnya ilmu Geografi telah dilakukan antara lain : (i) Telah berhasilnya menyakinkan Diknas untuk menjadikan mata pelajaran geografi menjadi salah satu mata pelajaran wajib untuk Ujian Nasional di tingkat SMA, (ii) Mengadakan Olimpiade Geografi untuk SMA (hingga sekarang sudah dilakukan 3 periode). Pemenang pertama mendapat kemudahan untuk diterima di Fakultas Geografi dan beasiswa selama 4 tahun/hingga lulus, (iii) Aktif di bidang kebencanaan : misal UGM Peduli Aceh yang dimotori oleh Prof. Sutikno (hingga sekarang), (iv) Masuk dalam TTN (Tim Teknis Nasional) Banjir, yang banyak menangani masalah banjir, misalnya di daerah Cepu, Blora, Ngawi, Bojonegoro, dsb, (v) Mempelopori Museum/Laboratorium Alam Pantai (Parangtritis); Museum Gempabumi, Pusat Informasi Karst, dll, (vi) Fakultas Geografi dimasukkan ke dalam tim perumus RUU Bencana Alam, (vii) Beberapa dosen telah menjadi kolumnis di koran KR (Pak Sudibyakto, Pak Sukamdi). Sedangkan jurusan yang ada di Fakultas Geografi UGM saat ini dibagi menjadi dua yaitu Geografi & Ilmu Lingkungan dan Sains Informasi Geografi & Pengembangan Wilayah. Demikan curahan pendapat dari para Geografiwan pada acara �Curah Pendapat� 2008. (Bd.Tj./Sar)


Paradigma dalam Geografi

Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya yang dianut warga suatu komunitas tertentu.

Menurut Harvey dan Holly pengertian paradigma dibedakan atas tiga macam pengertian yaitu:
Paradigma Metafisika atau metaparadigm yang menggambarkan pandangan secara global keseluruhan sebuah ilmu, dimana mempunyai fungsi dasar yaitu, menetapkan apa saja yang sebenarnya (dan yang bukan ) menjadi urusan masyarakat ilmiah tertentu, memberi petunjuk kepada ilmuwan kearah mana melihat (dan arah mana yang tidak usah dilihat) agar menemukan apa-apa yang sebenarnya menjadi urusannya, serta memberi petunjuk kepada ilmuwan apa yang dapat diharapkan untuk ditemukan jika ia mendapatkan dan menyelidiki apa-apa yang sebenarnya menjadi urusan dalam bidang ilmunya.Paradigma ini mencakup wilayah konsensus paling luas dalam suatu disiplin dan menetapkan bagian-bagian wilayah penelitian.
Paradigma Sosiologis, pengertiannya hanya terbatas pada keberhasilan ilmiah yang konkret yang mendapat pengakuan secara universal.
Paradigma Artefak atau Construct paradigm mengandung artian paling sempit, yang dapat berarti apa-apa yang secara khas (spesifik) termuat dalam suatu buku, instrumen ataupun hasil karya pengetahuan klasik. Secara konseptual paradigma Artefak ada dalam lingkup cakupan paradigma Sosiologis, dan paradigma Sosiologis ada dalam lingkup cakupan Metaparadigm.

Dari segi ini ternyata geografi sosial sebagai ilmu telah mengalami berbagai periode perkembangannya. Masing-masing periode menunjukkan kesamaan karakter persepsi terhadap apa yang disebut sebagai suatu Paradigma.

Contoh paradigma dalam geografi sosial antara lain yaitu :
Paradigma Determinisme lingkungan yang dikembangkan oleh Ratzel
Paradigma atau faham Posibilitis sekaligus sebagai salah satu pengembang paradigma regional yang dikembangkan oleh Vidal
Paradigma Bentang alam budaya yang juga menerapkan pendekatan kesejahteraan yang dikembangkan oleh Saver
Paradigma Regional di Amerika yang dikembangkan oleh Hatshorne
Paradigma Keruangan yang dikembangkan oleh Schaefer yang merupakan penganut positivisme ilmu

Sebenarnya perkembangan keilmuan yang terjadi pada ilmu pengetahuan bersifat evolutif dan berjalan melalui kurun waktu yang relatif panjang sehingga perkembangan-perkembangan yang telah berkembang sebelumnya, sejalan dengan perkembangan kualitas ilmu pengetahuan beserta alat-alat bantu penelitian dan analisisnya.

10. Periode Perkembangan Paradigma-paradigma Tradisional

Pada masa paradigma tradisional muncul 3 macam paradigma dalam studi geografi. Secara garis besarnya dimulai sebelum tahun 1960-an, antara lain:
Paradigma Eksplorasi
Paradigma Environmentalisme
Paradigma Regionalisme

Masing-masing paradigma ini menunjukkan sifat-sifatnya sendiri dan produknya yang merupakan pencerminan perkembangan suatu tuntutan kehidupan serta pencerminan perkembangan teknologi penelitian serta analisis yang ada.

a. Paradigma eksplorasi

Menunjukkan proses perkembangan awal dari pada “geographical thought” yang pernah dikenal arsipnya. Kekuasaan paradigma ekplorasi ini terlihat dari upaya pemetaan-pemetaan, penggambaran-penggambaran tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta dasar yang berhubungan dengan daerah-daerah baru. Dari kegiatan inilah kemudian muncul tulisan-tulisan atau gambaran-gambaran, peta-peta daerah baru yang sangat menarik dan menumbuhkan motivasi yang kuat bagi para peneliti untuk lebih menyempurnakan produk yang sudah ada, baik berupa tulisan maupun peta-petanya.

Penemuan-penemuan daerah baru yang sebelumnya belum banyak dikenal oleh masyarakat barat mulai bermunculan pada saat itu. Sifat dari pada produk yang dihasilkan berupa deskriptif dan klasifikasi daerah baru beserta fakta-fakta lapangannya. Suatu hal yang mencolok adalah sangat terbatasnya latar belakang teoritis yang mendasari penelitian-penelitian yang dilaksanakan. Inilah sebabnya ada beberapa pihak yang menganggap bahwa untuk menyebut perkembangan “geographical thought”atau pikiran/ gagasan secara geografi sebagai suatu deskripsi sederhana tentang apa yang diketahui dan dihasilkan dari pengaturan (ordering) dan klasifikasi (classification) data yang masih sangat sederhana.

b. Paradigma Environmentalisme

Paradigma ini muncul sebagai perkembangan selanjutnya dari metode terdahulu. Pentingnya sajian yang lebih akurat dan detail telah menuntut peneliti-peneliti pada masa ini untuk melakukan pengukuran-pengukuran lebih mendalam lagi mengenai elemen-elemen lingkungan fisik dimana kehidupan manusia berlangsung. Paradigma ini terlihat mencuat pada akhir abad sembilan belas, dimana pendapat mengenai peranan yang besar dari “lingkungan fisik” terhadap pola-pola kegiatan manusia di permukaan bumi bergaung begitu lantang (geographical determinism). Bahkan, sampai pertengahan abad dua puluh saja, ide-ide ini masih terasa gemanya.

Bentuk-bentuk analisis morfometrik dan analisis sebab-akibat mulai banyak dilakukan. Dalam beberapa hal “morphometric analysis” pada taraf mula ini berakar pada “cognitive description”dimana pengembangan sistem geometris, keruangan dan koordinat yang dikerjakan telah membuahkan sistematisasi dan klasifikasi data yang lebih lengkap, akurat dibandingkan dengan tehnik-tehnik terdahulu.

Muncul analisis newtwork untuk mempelajari pola dan bentuk-bentuk kota misalnya, merupakan salah satu contohnya dan kemudian sampai batas-batas tertentu dapat digunakan untuk membuat prediksi (model-model prediksi)dan simulasi. Untuk ini, karya Walter Christaller (1993) merupakan contoh yang baik. Upaya untuk menjelaskan terkondisinya fenomena-fenomena tertentu, khususnya “human phenomena” oleh elemen-elemen lingkungan fisik mulai dikerjakan lebih baik dan sistematik. Akar daripada latar belakang analisis hubungan antara manusia dan lingkungan alam bermulai disini.

Perkembangannya kemudian nampak bahwa analisis hubungan antara manusia dengan lingkungan alam telah memunculkan bentuk-bentuk lain di dalam menempatkan manusia pada ekosistem. Manusia tidak lagi sepenuhnya didekte oleh lingkungan alam tetapi manusia mempunyai peranan yang lebih besar lagi di dalam menentukan bentuk-bentuk kegiatannya di permukaan bumi (geographical possibilism dan probabilism).

c. Paradigma Regionalisme

Perkembangan terakhir dari periode paradigma tradisional adalah paradigma Regionalisme. Disini nampak unsur “fact finding tradition of exploration” di satu sisi dan upaya memunculkan sistesis hubungan manusia dan lingkungannya di sisi lain nampak mewarnai paradigma ini. Konsep-konsep region bermunculan sebagai dasar pengenalan ruang yang lebih detail.

Wilayah ditinjau dari segi tipenya (formal and functional regions) wilayah ditinjau dari segi hirarkinya (the 1st order, the 2nd order, the3rd order, etc. Regions) dan wilayah ditinjau dari segi kategorinya (single topic, duoble topic, combine topic, multiple topic, total, regions) adalah beberapa contoh konsep-konsep yang muncul sejalan dengan berkembangnya paradigma regionalisme ini, dalam membantu analisis. Disamping itu “temporal analysis” sebagai salah satu bentuk “causal analysis” berkembang pula pada periode ini (Rostow, 1960; Harvey, 1969).

12. Periode Perkembangan Paradigma-Paradigma Kontemporer

Pada masa ini mulai terjadi perkembangan baru di bidang metode analisis kuantitatif dan “model building”. Perkembangan paradigma geografi pada msa ini juga disebut sebagai periode paradigma analisis keruangan (the spatial analysis paradigm). Coffey (1981) mengemukakan tentang ciri-ciri paradigma geografi kontemporer antara lain yaitu adanya sinyalemen bahwa salah satu ciri daripada geografi kontemporer adalah adanya kecenderungan spesialisasi yang dikhawatirkan akan menjauh dari fitrah geografi sendiri. Hal ini ternyata sejalan dengan apa yang masing-masing spesialisasi ini menjadi sedemikian terpisah atau salah satu sama lain sehingga hubungan intelektualnya pudar.

Kemudian dikemukakan pula bahwa untuk mengatasi agar bahaya yang disinyalir oleh para pakar mengenai pudarnya fitrah geografi adalah dengan pendekatan sistem, khususnya spatial system approach. Untuk sampai ke arah ini, dengan sendirinya pengetahuan dasar mengenai sistem sendiri harus dimiliki oleh mahasiswa geografi. Pada masa ini functional analysis, ecological analysis dan system analysis berkembang dengan baik pula sejalan dengan inovasi daripada teknik-teknik dan metode analisis (Holt-Jensen, 1980).

Ide untuk kembali ke fitrah geografi memang berulang-ulang didengungkan oleh para pakar. Hal ini memang wajar sekali karena telah disinyalir munculnya penyimpangan-penyimpangan yang dianggap mengaburkan ciri khas geografi itu sendiri. Selama perkembangannya, ada dua gerakan munculnya ide sintesis ini. Gerakan pertama kali dikemukakan oleh Ritter dimana studi Geografi tidak lain dianggap sebagai suatu “regional synthesis”. Semua fenomena dianggap berhubungan satu sama lain dan masing-masing mempunyai peranannya yang khas dalam satu perangkat sistem. Untuk itulah geografiwan harus mempelajari sintesis daripada gejala-gejala yang ada pada suatu wilayah dan yang mengungkapkan apa yang disebut sebagai “wholeness”. Ide pendekatan sistem memang tidak dapat dipisahkan dari pemikiran-pemikiran ini.

Konsep sintesis baru dikemukakan oleh Peter Haggett (1975) di dalam karyanya yang berjudul “Geography : A Modern Synthesis”. Sintesis baru ini berusaha merangkum beberapa pendekatan terdahulu sampai saat ini dengan memberi warna yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan di bidang teknologi.

13. Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi

Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.

Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan masalah.

14. Tantangan Geografi Ke Depan

a. Dampak Teknologi Komunikasi dan Internet

Sekiar tahun 1990 beredar buku megatrend 2000. Dalam buku itu Naibit dan Arburdense (1990) mensinyalair ada sepuluh kecenderungan (trend) yang akan terjadi pada tahun 2000-an, yaitu:
masyarakat informasi menjadi masyarakat industri
teknologi pasca menjadi high tech
ekonomi nasional menjadi ekonomi dunia
jangka pendek menjadi jangka panjang
sentralisasi menjadi desentralisasi
bantuan institusional menjadi bantuan diri
demokrasi representatif menjadi demokrasi partisipatif
hirarki menjadi jaringan
utara menjadi selatan
salah satu menjadi pilihan ganda

Bedasarkan ramalan itu tampak bahwa dewasa ini terjadi perubahan dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi. Informasi telah menjadi bagian penting bagi individu, masyarakat dan negara. Informasi merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari untuk pengambilan keputusan.

Keberadaan masyarakat informasi dewasa ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi komuniasi dan internet. Integrasi kedua teknologi itu telah melipatkan gandakan informasi dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang cepat. Intergrasi teknologi komputer dengan teknologi komunikasi itu telah mewujudkan suatu jaringan besar antar warga negara tanpa harus diikat dengan batas-batas negara yang bersangkutan (bordeless).

Teknologi itu telah mampu membuktikan sebagai wahana untuk mengolah (procesess) data menjadi informasi dengan cepat. Selain itu teknologi itu juga telah mampu digunakan sebagai infrastruktur untuk pengiriman data atau informasi secara cepat, murah dan praktis.

Disiplin geografi merupakan salah satu bidang ilmu yang memerlukan infrastruktur untuk mengolah data geografis menjadi informsi geografi secara cepat. Informsi geografi hasil prosesing itu dibutuhkan oleh berbagai bidang untuk pengembangan wilayah, konsrvasi sumburdaya, penataan ruang, dan sebagainya.

Dalam mempelajari obyeknya, disiplin geografi menggunakan pendekatan keruangan. Dalam pendekatan itu struktur, pola dan proses keruangan harus dapat dipelajari dengan baik dan cepat.

Untuk mempelajari aspek keruangan seperti itu teknologi komputer telah menyediakan program-program analisis keruangan yang makin praktis dan mudah dioperasikan. Dengan kemudahan itu informasi geografi dapat lebih cepat dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.

Dengan teknolgi internet informasi dapat dengan mudah dan cepat dikirim keseluruh penjuru dunia. Hal itu tidak hanya bermakna untuk penyebaran informasi, tetapi juga untuk memberikan paradigma baru dalam pengelolaan lingkungan menuju keberlanjutan. Sebagaimana permasalahan lingkungan dewasa ini yang paling serius adalah mewujudkan keberlanjutannya.

Dengan kehadiran komputer sebagai komponen teknologi informasi proses analisis dan integrasi yang rumit kalau dikerjakan secara manual akan menjadi mudah, cepat dan akurat (Sutanto, 2000). Oleh karena itu dalam 2 (dua) dekade belakangan ini peran teknologi informasi dalam aplikasi ilmu geografi berkembang dengan cepat dan mejadi kebutuhan yang penting bagi setiap warganegara untuk mengelola wilayah dan sumberdayanya. Pemanafaatan teknologi informasi dlam aplikasi ilmu geografi dikenana dengan Sistem Informasi geografi (SIG). SIG dewasa ini telah berkembang dengan pesat karena didukung dengan teknologi pengindraan jauh (inderaja) dan Global Posistion System (GPS).