Sabtu, 10 April 2010

Apakah Fungsi Mangrove?

Salah satu yang paling penting dan terkenal adalah sebagai pencegah abrasi pantai. Akar-akar mangrove yang unik dan menarik (ada yang berbentuk cakar ayam, pensil, dan lain-lain), mampu menjebak sedimen, sehingga membentuk dataran baru. Fungsi lain yang tak kalah pentingnya adalah sebagai peredam gelombang tsunami. Fakta di NAD membuktikan bahwa perumahan penduduk yang terlindung oleh mangrove tidak banyak mengalami kerusakan, apabila dibandingkan dengan perumahan yang tak terlindung. Hal ini karena gelombang tsunami mampu diredam hingga sekian persen (oleh mangrove), sehingga kekuatannya saat menerpa perumahan bisa tereduksi dan tak terlalu besar lagi.

Mangrove bisa dibudidayakan menjadi bibit-bibit mangrove yang siap jual. Di Rembang Jawa Tengah, terdapat komunitas petani mangrove yang sudah maju. Mereka mampu menjual hingga ribuan bibit mangrove kepada berbagai pihak/instansi yang memerlukan. Bibit-bibit mangrove tersebut digunakan sebagai green belt untuk merehabilitasi pantai/pesisir yang rusak karena abrasi.

Selain itu, mangrove berguna pula sebagai obat anti kanker, konstruksi, pariwisata penyamak kulit, arang, bahan makanan, dan lain sebagainya. Jadi kalau ada anggapan bahwa mangrove = tusuk gigi dan kayu bakar, itu adalah anggapan salah, yang perlu segera diluruskan.
6.Temperatur Air Laut

Temperatur Air Laut
Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara absolut juga nol (dalam skala Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d. 35oC.

Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan (kompresi) atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita ingin membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan. Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang lain. Di laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam), maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah daripada temperatur sebenarnya.

Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius. Sementara itu, jika temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan energi panas dan transpor energi panas, harus digunakan satuan Kelvin. 0oC = 273,16K. Perubahan 1oC sama dengan perubahan 1K.

Seperti telah disebutkan di atas, temperatur menunjukkan kandungan energi panas, dimana energi panas dan temperatur dihubungkan melalui energi panas spesifik. Energi panas persatuan volume dihitung dari harga temperatur menggunakan rumus Q = densitas*energi panas specifik*temperatur (temperatur dalam satuan Kelvin). Jika tekanan tidak sama dengan nol, perhitungan energi panas di lautan harus menggunakan temperatur potensial. Satuan untuk energi panas (dalam mks) adalah Joule. Sementara itu, perubahan energi panas dinyatakan dalam Watt (Joule/detik). Aliran (fluks) energi panas dinyatakan dalam Watt/meter2 (energi per detik per satuan luas).

Salinitas di Estuaria
Mengapa Salinitas di daerah Pantai Estuaria rendah?
Salinitas di estuaria dipengaruhi oleh musim, topografi estuaria, pasang surut, dan jumlah air tawar. Pada saat pasang-naik, air laut menjauhi hulu estuaria dan menggeser isohaline ke hulu. Pada saat pasang-turun, menggeser isohaline ke hilir. Kondisi tersebut menyebabkan adanya daerah yang salinitasnya berubah sesuai dengan pasang surut dan memiliki fluktuasi salinitas yang maksimum (Nybakken, 1988).

Rotasi bumi juga mempengaruhi salinitas estuaria yang disebut dengan kekuatan Coriolis. Rotasi bumi membelokkan aliran air di belahan bumi. Di belahan bumi utara, kekuatan coriolis membelokkan air tawar yang mengalir ke luar sebelah kanan jika melihat estuaria ke arah laut dan air asin mengalir ke estuaria digeser ke kanan jika melihar estuaria dari arah laut. Pembelokkan aliran air di belahan bumi selatan adalah kebalikan dari belahan bumi utara (Nybakken, 1988).

Salinitas juga dipengaruhi oleh perubahan penguapan musiman. Di daerah yang debit air tawar selama setengah tahun, maka salinitasnya menjadi tinggi pada daerah hulu. Jika aliran air tawar naik, maka gradient salinitas digeser ke hilir ke arah mulut estuaria (Nybakken, 1988). Pada estuaria dikenal dengan air interstitial yang berasal dari air berada di atas substrat estuaria. Air interstitial, lumput dan pasir bersifat buffer terhadap air yang terdapat di atasnya. Daerah intertidal bagian atas (ke arah hulu) mempunyai salinitas tinggi daripada daerah intertidal bagian bawah (ke arah hilir).

Kamis, 08 April 2010

Desa Kota

Pengertian Desa Kota
Indonesia merupakan negara yang memiliki sebutan sebagai negara agraris yang sedang berkembang, disebut negara agraris karena penduduknya tinggal di pedesaan dengan aktifitas sebagai petani, tanahnya cukup subur dan lahan pertaniaannya cukup luas Suatu negara yang ingin maju tentunya berupaya mengolah dan memanfaatkan semua potensi baik sumberdaya alam maupun potensi sumberdaya manusia.


Negara Indonesia termasuk negara yang memiliki kekayaan alam yang beraneka ragam jenisnya dan jumlahnya cukup banyak. Sebuah lokasi berkembang menjadi suatu desa atau kota. Kunci keberhasilannya tergantung pada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya yang ada.


Dalam pembentukan sebuah desa terdapat tiga unsur pokok, yaitu :
- Daerah/ wilayah yang merupakan tempat tinggal dan tempat beraktivitas.
- Penduduk adalah terkait dengan kualitas dan kuantitasnya.
- Tata kehidupan atau aturan-aturan yang berhubungan langsung dengan keadaan masyarakat dan
adat istiadat setempat.




Dalam perkembangan suatu tempat menjadi suatu desa atau kota tidak terlepas dari keinginan serta kemampuan manusia yang tinggal di tempat itu, karena desa dan kota pada dasarnya adalah sama, merupakan tempat tinggal penduduk. Yang membedakan adalah perkembangannya. Untuk lebih jelas mari kita perhatikan bersama pengertian desa dan pengertian kota.


Desa adalah permukiman penduduk yang letaknya di luar kota. Biasanya penduduknya beraktivitas sebagai petani.


Dalam pengertian luas R.Bintarto.(1977) Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.


Menurut Sutarjo Kartohadi Kusumo (1965), bahwa Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat.


Pada definisi kota terdapat beberapa aspek yang menjadi dasarnya adalah aspek morfologis; jumlah penduduk; sosial; ekonomis; dan hukum. Kota merupakan tempat tinggal penduduk yang heterogen dengan latar belakang budaya yang berbeda ragam dan aktivitas penduduknya lebih bersifat ekonomis matrialistis dan mengarah pada sistim industri.


Jadi pemahaman kota senantiasa erat kaitanya dengan, penduduknya heterogen, aktivitasnya bersifat industrialisasi, kepadatan sangat tinggi dan hubungannya bersifat individualistis.


Menurut .R.Bintarto (1968) Kota adalah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai oleh strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak matrialistis. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 4/1980 Kota adalah wadah yang memiliki batasan administratif wilayah seperti kotamadya dan kota administrasi.


Jadi dalam perkembangannya sebuah kota berdasarkan tahap perkembangannya kota dimulai dari tahap :
1. Eopolis yaitu tahap perkembangan daerah kota yang sudah diatur ketahap kehidupan kota (kota kecamatan )


2. Polis yaitu tahap perkembangan kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris (kota kabupaten)


3. Metropolis, yaitu tahap perkembangan kota sudah mengarah ke sektor industri


4. Megapolis, yaitu tahap perkembangan kota yang telah mencapai tingkat tertinggi diantaranya dengan dengan pemekaran atau perluasan kota


5. Trianopolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya sudah sulit dikendalikan baik masalah lalulintas, pelayanan maupun kriminalitas


6. Nekropolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya mulai sepi bahkan mengarah pada kota mati.
Potensi Desa Kota


Awal terbentuknya sebuah desa di masa lalu sangatlah unik karena tidak terlepas dari potensi yang ada pada saat itu dan teknologi yang mereka miliki, misalnya dari yang bersifat nomaden kemudian menetap di suatu tempat dengan mengelompok yang disebut pradesa, kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan potensi yang ada pada desa.


Desa sebagai kesatuan masyarakat memiliki kesamaan tiga hal yang dalam bahasa Jawa adalah : rangka (wilayah), darah (satu keturunan), dan wilayah (ajaran/ adat istiadat) dan ini merupakan sebuah modal/potensi yang dikembangkan untuk terbentuknya sebuah desa.


Potensi apakah yang dimiliki desa sehingga dapat dimanfaatkan dan menjadi sebuah desa berkembang maju. Mari kita lihat dan baca serta pahami dengan baik.


Dua macam Potensi Desa yaitu:
1. Potensi fisik yang meliputi, tanah air, iklim dan cuaca, flora dan fauna


2. Potensi non fisik, meliputi; masyarakat desa, lembaga-lembaga sosial desa, dan aparatur desa, jika potensi dimanfaatkan dengan baik, desa akan berkembang dan desa akan memiliki fungsi, bagi daerah lain maupun bagi kota.


Fungsi desa sebagai berikut :
1. Desa sebagai Hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)


2. Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan


3. Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota


4. Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia
Desa pun berkembang dan kriteria yang dipakai untuk menentukan klasifikasi desa adalah adat istiadat, ekonomi, prasarana, serta tingkat kemampuan mengelola potensi yang ada.


Secara hirarkhis perkembangan desa sbb:
1. Desa Swadaya, yaitu desa yang memiliki potensi tertentu tetapi dikelola dengan sebaik-baiknya.


2. Desa Swakarya, yaitu desa dalam keadaan peralihan dan sudah mendapatkan pengaruh dari luar untuk mengolah potensinya sehingga desa ini sudah sedikit lebih berkembang.


3. Desa Swasembada, yaitu desa yang karya masyarakatnya sudah mampu melaksanakan pembangunan dan potensinya sudah memberikan daya dukung bagi pembangunan desanya sehingga desa ini sudah dikatakan makmur.




Pola Tata Ruang Desa Kota


Desa merupakan suatu lokasi di pedesaan dengan kondisi lahan sangat heterogen dan topografi yang beraneka ragam. Pola tata ruangnya sangatlah tergantung pada topografi yang ada. Pola tata ruang merupakan pemanfaatan ruang atau lahan di desa untuk keperluan tertentu sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan berguna bagi kelangsungan hidup penduduknya.


Pemanfaatan lahan di desa dibedakan atas dua fungsi, yaitu:
1. Fungsi sosial adalah untuk perkampungan desa.


2. Fungsi ekonomi adalah dimanfaatkan untuk aktivitas ekonomi seperti , sawah, perkebunan, pertanian dan peternakan
Dalam penataan ruang desa maupun kota diperlukan empat komponen, yaitu :
1. Sumberdaya alam,
2. Sumberdaya manusia,
3. IPTEK dan
4. Spatial (keruangan)
Pola tata ruang desa pada umumnya sangat sederhana, letak rumah di kelilingi pekarangan cukup luas, jarak antara rumah satu dengan lain cukup longgar, setiap mempunyai halaman, sawah dan ladang di luar perkampungan.


Pada desa yang sudah berkembang pola tata guna lahan lebih teratur, yaitu adanya perusahaan yang biasa mengolah sumberdaya desa, terdapat pasar tradisional, tempat ibadah rapi, sarana dan prasarana pendidikan serta balai kesehatan. Semakin maju daerah pedesaan, bentuk penataan ruang semakin teratur dan tertata dengan baik.


Pola persebaran dan pemukiman desa menurut R Bintarto (1977) sebagai berikut:
1. Pola Radial
2. Pola Tersebar
3. Pola memanjang sepanjang pantai
4. Pola memanjang sepanjang sungai
5. Pola memanjang sepanjang jalan
6. Pola memanjang sejajar dengan jalan kereta api


Bentuk dan pola tata ruang kota, dalam penataannya tidak terlepas memperhatikan corak kehidupan penduduk, karena penduduk kota sudah memiliki corak ragam kehidupan yang heterogen, sehingga pola pola tataguna lahan untuk ruang di kota sudah dirancang dengan baik terutama memperhatikan pengadaan sarana perkotaan dengan baik dan terpadu yang meliputi :
1. penyediaan air bersih
2. drainase yang baik
3. pengelolaan sampah
4. sanitasi lingkungan
5. perbaikan kampung
6. pemeliharaan jalan kota
7. perbaikan prasarana fungsi pasar.
Jadi bagaimana pola tata ruang kota ?
Pola keruangan kota kaitannya dengan tataguna lahan, wilayah perkotaan meliputi :


+ Kota / Inti kota
+ Sub daerah perkotaan
+ Jalur tepi daerah perkotaan
+ Jalur tepi daerah perkotaan paling luar
+ Jalur batas desa – kota pedesaan


Berdasarkan lokasi pusat kegiatan kota dikelompokan menjadi :
1. Pusat kota
2. Selaput inti kota
3. Kota satelit
4. Sub Urban


Interaksi Desa Kota


Terbentuknya wilayah/ tempat menjadi sebuah desa pedasaan atau perkotaan merupakan hasil hubungan antar unsur-unsur di desa dengan unsur-unsur yang ada di kota, istilah lain disebut dengan interaksi desa – kota.


Interkasi desa – kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang didengar atau surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa fisik maupun non fisik.


Bentuk interaksi desa – kota :
a. Kerjasama antar penduduk
b. Penyesuaian terhadap lingkungan
c. Persaingan fasilitas hidup
d. Asimilasi.


Interaksi antara desa - kota melahirkan suatu perkembangan baru bagi desa maupun bagi kota. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki desa maupun kota, dan adanya persamaan kepentingan.
Pola Keruangan Desa & Kota


Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Desa Kota


Edward Ulman (1987) memberikan penjelasan tentang faktor yang mempengaruhi interaksi desa – kota adalah :
a. Regional Complementarity (adanya wilayah yang saling melengkapi)
b. Interventing Opportunity (adanya kesempatan untuk berintervensi)
c. Spatial Transfer Ability (adanya kemudahan pemindahan dalam ruang )

INTERAKSI DESA KOTA

INTERAKSI DESA KOTA

A. DESA

1. Definisi

· Menurut Bintarto (1983: 11), desa adalah merupakan suatu hasil perpaduan antara kegiatan kelompok manusia dengan lingkungannya.

· Menurut Kartohardikusumo dalam Bintarto (1983:11), desa merupakan suatu kesatuan hokum tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri

· Menurut UU No 22 Tahun 1999, bab I, pasal I. Desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempatberdasarkan asal usul serta adat istiadat setempat yang diakui dalam system pemerintahan nasional di daerah kabupaten

2. Potensi Desa

Secara umum, potensi adalah segala sesuatu yang dimiliki tetapi belum dimanfaatkan. Selama belum dimanfaatkan maka potensi suatu wilayah tidak akan memberi manfaat apapun bagi masyarakat. Menurut Bintarto (1983:11) potensi desa dapat diartikan sebagai berbagai sumber daya alam (fisik) dan sumber daya manusia (non fisik) yang tersimpan dan terdapat di suatu desa

a. Potensi Fisik

Potensi-potensi fisik yang dimiliki perdesaan adalah sebagai berikut.

1) Tanah, meliputi berbagai sumber tambang dan mineral, lahan untuk tumbuhnya tanaman.

2) Air, dalam artian sumber air yang meliputi keadaan atau kondisi, tata airnya untuk irigasi, pertanian dan kebutuhan hidup sehari-hari.

3) Iklim, peranannya sangat penting bagi desa yang bersifat agraris.

4) Ternak , sebagai sumber tenaga, bahan makanan,dan pendapatan.

5) Manusia, sebagai sumber tenaga kerja potensial (potential man power), baik pengolah tanah, dan produsen dalam bidang pertanian, maupun tenaga kerja industri di kota

b. Potensi Non fisik

Potensi-potensi non fisik yang dimiliki perdesaan adalah sebagai berikut.

1) Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong-royong. Gotong-royong merupakan suatu kekuatan berproduksi atau kekuatan membangun atas dasar kerja sama, dan saling pengertian

2) Lembaga-lembaga sosial, yaitu lembagalembaga pendidikan dan organisasiorganisasi sosial yang dapat memberikan bantuan sosial dan bimbingan terhadap masyarakat.

3) Aparatur atau pamong desa, untuk menjaga ketertiban dan keamanan demi kelancaran jalannya pemerintahan desa.

3. Perkembangan Desa

Menurut Bintarto (1983:11) potensi antara satu desa dengan desa yang lainnyatidak sama, karemna keadaan geografis dan penduduknya berbeda, luas tanah, macam tanah dan tingkat kesuburan tanah yang tidak sama. Sumber air dan tata air yang berlainan menyebabakan cara penyesuaian atau corak kehidupannya berbeda. Keadaan penduduk dan dasar kehidupan masyarakat desa yang berbeda mengakibatkan adanya berbagai karakteristik dan berbagai tingkat kemajuan desa yaitu :

a. Desa yang kurang berkembang

b. Desa yang sedang berkembang

c. Desa berkembang atau desa maju

4. Struktur Ruang Desa

Bentuk permukiman antara desa satu dengan desa lain mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut terjadi karena faktor geografi yang berbeda. Secara umum permukiman pedesaan berbentuk memusat, linier, terpencar, dan mengelilingi fasilitas tertentu.

a. Bentuk Perdesaan Memusat

Bentuk perdesaan memusat banyak ditemukan di daerah pegunungan. Bentuk perdesaan ini terpencar menyendiri (agglomerated rural settlement). Biasanya dihuni oleh penduduk yang berasal dari satu keturunan sehingga merupakan satu keluarga atau kerabat

mengumpul 2.jpg

Gambar 1. Pola permukiman memusat (citra Ikonos google earth)

b. Bentuk Perdesaan Linier

Bentuk perdesaan linier banyak ditemukan di daerah pantai, jalan raya, dan sepanjang sungai. Bentuk perdesaan ini memanjang mengikuti jalur jalan raya, alur sungai atau garis pantai. Pola ini digunakan masyarakat dengan tujuan untuk mendekati prasana transportasi (jalan dan sungai) atau untuk mendekati lokasi tempat bekerja, seperti nelayan di pinggiran pantai


sejajar jalan.jpg

Gambar 2. Pola permukiman linear (citra Ikonos google earth)

c. Bentuk Perdesaan Terpencar

Bentuk perdesaan yang terpencar cenderung menyendiri (disseminated rural settelment). Biasanya perdesaan seperti ini hanya merupakan farm stead, yaitu sebuah rumah petani yang terpencil, tetapi lengkap dengan gudang alat mesin, penggilingan gandum, lumbung, kandang ternak, dan rumah petani

d. Bentuk Perdesaan Mengelilingi Fasilitas

Bentuk perdesaan seperti ini umumnya ditemukan di daerah dataran rendah, di mana banyak fasilitas-fasilitas umum yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fasilitas tersebut misalnya mata air, danau, waduk, dan fasilitas lain

Gambar 3. Perdesaan Mengelilingi Fasilitas

B. KOTA

1. Definisi

· Menurut Bintarto (1983:36), kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen dan kehidupan materealistis. Kota juga dapat diartikan sebagai sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsurunsuralami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materealistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.

· Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.4 tahun 1980 menyebutkan bahwa kota terdiri atas dua bagian. Pertama, kota sebagai suatu wadah yang memiliki batasan administratif sebagaimana diatur dalam perundang-undangan. Kedua, kota sebagai lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non-agraris, misalnya ibu kota kabupaten, ibu kota kecamatan, serta berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan permukiman.

2. Struktrur Ruang Kota

Kota ideal adalah kota yang mempu mengakomodasi dan menyelaraskan antara aktivitas masyarakat dan bentuk penggunaan lahannya. Untuk itu banyak pemikiran tentang konsep kota ideal yang diwujudkan dalam teori-teori kota ideal.

a. Holmer Hoyt (Sector Theory)

Menurut Holmer Hoyt dalam Daldjoeni (1992:153) bahwa struktur ruang kota cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor dari pada berdasarkan lingkaranlingkaran konsentrik. CBD terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya menye-rupai irisan kue bolu. Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.

Gambar 4 Teori sector Holmer Hyot

Susunan kota menurut teori sektor

1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.

2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.

3. Sektor kaum buruh rendahan , yaitu kawasan permukiman kaum buruh.

4. Sektor perdagangan besar dan industry kecil termasuk zona transisi

5. Sektor permukiman kaum elit, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.

b. Ernes W. Burgess (Teori Memusat/ Konsentris)

Menurut Burgess dalam Hadi Sabari Yunus (2004:5) mengemukakan teori memusat atau konsentris yang menyatakan bahwa daerah perkotaan dapat dibagi dalam enam zona

Gambar 5. Teori memusat W. Burges

1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel restoran dan sebagainya.

2. Zona peralihan, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonomi.Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.

3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini workingmen’s homes.

4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.

5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.

6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.

c. CD Harris & EL Ullman (Teori Berganda/Multiple Nuclei)

Menurut Harris dan Ullman dalam Daldjoeni (1992:158) menilai bahwa kota tidak seteratur penggambaran Burgess karena antar kawasan kota seolah berdiri sendiri. Sruktur ruang kota tidaklah sesederhana dalam teori konsentris. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya urutan-urutan yang teratur yang dapat terjadi dalam suatu kota terdapat tempattempat tertentu yang befungsi sebagai inti kota dan pusat pertumbuhan baru.

Gambar 6. Teori berganda Haris-Ulman

1. Pusat kota atau Central Business District (CBD).

2. Kawasan niaga dan industri ringan.

3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh.

4. Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah

5. Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya.

6. Pusat industri berat.

7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran.

8. Upakota, untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma.

9. Upakota (sub-urban) kawasan industri.

DAFTAR PUSTAKA

· Jayadinata,Johara T. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan wilayah.Bandung:ITB

· Sajogyo dan Pudjiwati Sajogjo.1992. Sosiologi Pedesaan: Yogyakarta. UGM Press

· Bintarto. 1983.Interaksi Desa-Kota Dan Permasalahannya: Yogyakarta. Gmalia

Indonesia

· N. Daldjoeni. 1992. Geografi Baru. Bandung: Penerbit Alumni

· Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.4 tahun 1980

· UU No 22 Tahun 1999, bab I, pasal I

· Prasongko, Eko Titis dan Rudi Hendrawansyah. Geografi SMA kelas XII: Jakarta. Pusat Perbukuan Depdiknas

· Anjani, Eni dan Tri Haryanto. Geografi Untuk Kelas XII SMA/MA: Klaten.PT. Macan Jaya Cemerlang

EROSI

Anda tentu sudah tahu pengertian erosi? Apa saja jenis-jenis erosi oleh air, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi erosi, dan bagaimana agar tanah menjadi awet? uraian berikut ini akan membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selamat belajar. Sukses untuk Anda!
Erosi adalah suatu proses penghancuran tanah (detached) dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Di Indonesia erosi yang terpenting adalah disebabkan oleh air.
Jenis-jenis Erosi oleh Air
1. Pelarutan

Tanah kapur mudah dilarutkan air sehingga di daerah kapur sering ditemukan sungai-sungai di bawah tanah.


2.

Erosi percikan (splash erosion)


Curah hujan yang jatuh langsung ke tanah dapat melemparkan butir-butir tanah sampai setinggi 1 meter ke udara. Di daerah yang berlereng, tanah yang terlempar tersebut umumnya jatuh ke lereng di bawahnya.


3.

Erosi lembar (sheet erosion)


Pemindahan tanah terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang paling atas. Erosi ini sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.


4.

Erosi alur (rill erosion)


Dimulai dengan genangan-genangan kecil setempat-setempat di suatu lereng, maka bila air dalam genangan itu mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran air tersebut. Alur-alur itu mudah dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.


5.

Erosi gully (gully erosion)


Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur tersebut di atas. Karena alur yang terus menerus digerus oleh aliran air terutama di daerah-daerah yang banyak hujan, maka alur-alur tersebut menjadi dalam dan lebar dengan aliran air yang lebih kuat. Alur-alur tersebut tidak dapat hilang dengan pengolahan tanah biasa.


6.

Erosi parit (channel erosion)


Parit-parit yang besar sering masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti. Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding tebing parit di bawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala meander dari alirannya dapat meningkatkan pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu.


7.

Longsor


Tanah longsor terjadi karena gaya gravitasi. Biasanya karena tanah di bagian bawah tanah terdapat lapisan yang licin dan kedap air (sukar ketembus air) seperti batuan liat. Dalam musim hujan tanah diatasnya menjadi jenuh air sehingga berat, dan bergeser ke bawah melalui lapisan yang licin tersebut sebagai tanah longsor.

Sedimentasi

Sedimentasi
Batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di padang pasir misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan berpindah ke tempat lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya angkut besar.
Lalu, apa yang dimaksud dengan sedimentasi? Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air tadi. Karena itu pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut.
Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil pengendapan ini biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini sangat baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian mencari pasir, kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual.
Di danau juga bisa terjadi endapan batuan. Hasil endapan ini biasanya dalam bentuk delta, lapisan batu kerikil, pasir, dan lumpur. Proses pengendapan di danau ini disebut sedimen limnis.
Bagaimana pengendapan terjadi di darat? Misalnya guguk pasir di pantai berasal dari pasir yang terangkat ke udara pada waktu ombak memecah di pantai landai, lalu ditiup angin laut ke arah darat, sehingga membentuk timbunan pasir yang tinggi. Contohnya, guguk pasir sepanjang pantai Barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara itu. Di Indonesia guguk pasir yang menyerupai di Belanda bisa ditemukan di pantai Parang Tritis Yogyakarta.
Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar. Hasil pengendapan di laut ini disebut sedimen marin. Pengendapan di laut dapat menghasilkan:
1.
Delta. Delta terjadi di muara sungai yang lautnya dangkal dan sungainya membawa banyak bahan endapan. Bentuk delta dapat dikelompokkan dalam 4 macam, yaitu:
a.
Delta lobben, bentuknya menyerupai kaki burung. Biasanya tumbuh cepat besar, karena sungai membawa banyak bahan endapan. Contohnya delta Missisippi.


Gambar 11. Delta Lobben.

b.
Delta tumpul, bentuknya seperti busur. Keadaannya cenderung tetap (tidak bertambah besar), misalnya delta Tiger dan Nil.


Gambar 12. Delta Tumpul.

c.
Delta runcing, bentuknya runcing ke atas menyerupai kerucut. Delta ini makin lama makin sempit.


Gambar 13. Delta Runcing.


d.
Estuaria, yaitu bagian yang rendah dan luas dari mulut sungai.


Gambar 14. Estuaria


2.
Endapan kapur, yang terdiri dari sisa binatang karang, lokan, atau rangka ikan. Endapan kapur ini biasanya terjadi di laut dangkal.

3.
Endapan pasir silikon, dihasilkan dari bangkai plankton yang berangka silikon. Endapan ini terjadi di dasar laut yang dalam.
Batuan endapan yang berasal dari hasil penghancuran itu adakalanya mengalami penyatuan kembali menjadi gumpalan besar karena terikat oleh zat kapur atau oksida silikon. Jika yang diikatnya terdiri dari kerikil runcing, tajam dan menghasilkan bongkahan, maka pengendapan ini disebut breksi. Namun apabila bongkahan itu terdiri dari batu-batu bulat akan menghasilkan konglomerat.
Sedimentasi atau pengendapan yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu lama dapat mengubah permukaan bumi menjadi dataran yang lebih tinggi. Pengikisan oleh tenaga air atau mungkin angin di daerah pegunungan mengakibatkan adanya pengendapan di daerah yang agak rendah, sehingga lama kelamaan berubah menjadi dataran tinggi. Misalnya Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Gayo.
Di daerah sekitar pantai yang lautnya dangkal sedimentasi dapat menghasilkan dataran rendah. Sungai yang secara terus menerus membawa bahan endapan akan mengendap di laut sehingga menjadikan sebuah daratan. Misalnya dataran rendah Pulau Jawa, atau pantai Timur Sumatera merupakan daratan hasil sedimentasi.
Apakah sampai di sini Anda bisa paham? Jika Anda masih ragu-ragu, coba pelajari sekali lagi! Amati pula gambar dan penjelasannya dengan teliti! Apabila sudah benar-benar paham, tugas Anda selanjutnya adalah mengerjakan tugas di bawah ini
Pelapukan | Erosi | Sedimentasi | Latihan Kegiatan 2

Vulkanisme

Vulkanisme
Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme. Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya.
Lalu apa yang disebut magma? Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya. Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma.
Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika gerakan magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan.
Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:

1.
Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
2.
Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
3. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.
4.
Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
5. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
6.
Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.


Gambar 6. Penampang gunung api.
Tentunya Anda masih ingat bahwa jika aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi, maka gerakan ini dinamakan ekstrusi magma. Jadi ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan.
Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:

1.
Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2.
Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km persegi.
3.
Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.

Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi sentral, yaitu:

1.
Gunung api perisai. Gunung api ini terjadi karena magma yang keluar sangat encer. Magma yang encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk lereng sangat landai. Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya: Gunung Maona Loa dan Maona Kea di Kepulauan Hawaii.

2.
Gunung api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yang dikeluarkan relatif sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit. Gunung api ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat (efflata). Di bekas kawahnya seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi air dan tidak mustahil menjadi sebuah danau. Misalnya Danau Klakah di Lamongan atau Danau Eifel di Prancis.

3.
Gunung api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif dan efusif yang bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya berlapis-lapis dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang paling banyak ditemukan di dunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi, Semeru, Merbabu, Kelud, dan lain-lain.

INDONESIA PENGRUSAK HUTAN TERWAHID DI DUNIA?!

INDONESIA PENGRUSAK HUTAN TERWAHID DI DUNIA?!

Indonesia dicatat dalam Buku Rekor Dunia Guinness Edisi Tahun 2008 sebagai penghancur hutan tercepat. Dalam buku rekor dunia yang akan diluncurkan pada bulan September 2008 tersebut mencatat bahwa Indonesia telah menghancurkan luas hutan yang setara dengan 300 lapangan sepakbola setiap jamnya. Menyandang gelar pada buku rekor ini adalah hal yang memalukan bagi Indonesia. Sangatlah menyedihkan dan tragis bahwa di antara negara-negara dengan tutupan hutan tersisa yang masih luas, Indonesia menjadi yang tercepat dalam kehancuran hutannya.
Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah dan setengah dari yang masih ada terancam keberadaannya oleh penebangan komersil, kebakaran hutan dan pembukaan hutan untuk kebun kelapa sawit. Pencantuman rekor dalam buku Guinness akan tercatat sebagai berikut: “Dari 44 negara yang secara kolektif memiliki 90% hutan di dunia, negara yang meraih tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di dunia adalah Indonesia, dengan 1.8 juta hektar hutan dihancurkan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005–sebuah tingkat kehancuran hutan sebesar 2% setiap tahunnya atau 51 km2 per hari”.
Rekor Indonesia sebagai penghancur hutan tercepat juga menyebabkan negara ini menjadi pencemar rumah kaca ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Cina. Hingga sebesar 25% dari emisi gas rumah kaca disebabkan oleh pembukaan lahan hutan.
Untuk itu, Greenpeace menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk melakukan penghentian penebangan sementara (moratorium) terhadap seluruh operasi penebangan hutan skala komersial di seluruh kawasan hutan alam di Indonesia. Moratorium adalah langkah awal untuk menghentikan laju deforestasi yang tak terkendali.
Menurut pendapat saya langkah awal ini juga memberikan kesempatan kepada hutan untuk memulihkan dirinya. Moratorium juga harus digunakan untuk mengkaji ulang dan mengubah arah kebijakan terkait dengan hutan yang masih tersisa di Indonesia yang seperti kita ketahui bahwa, kebijakan hanya mendorong kepentingan-kepentingan yang mendukung terjadinya kehancuran dibandingkan perlindungan. Sektor kehutanan di Indonesia telah dan masih dirusak oleh ketidakpastian hukum, korupsi dan penjarah hutan yang semuanya masih belum berhasil dikontrol oleh pemerintah Indonesia. Akan tetapi sepertinya pemerintah Indonesia telahbukan malah memeperbaiki keadaan malah semakin memperburuk dengan hadirnya PP No2 tahun 2008.
Pada tanggal 4 Februari 2008 Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.2 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan diluar Kegiatan Kehutanan dengan membuka banyak peluang- peluang oleh orang-orang yang “tertarik” untuk mengelolanya. Peluang-peluang tersebut adalah peluang pembukaan hutan lindung dan hutan produksi untuk kegiatan bahan pertambangan, infrastruktur telekomunikasi dan jalan tol dengan tarif sewa seharga Rp 120, sedangkan untuk hutan produksi dan Rp 300 per meter persegi per tahun.
Secara singkat, PP tersebut merupakan turunan dari Perpu No 1/2004 yang memeberikan izin bagi usaha pertambangan di hutan lindung. Perpu yang kemudian diperkuat dengan keppres No.41 tahun 2004 tentang Perizinan atau Perjanjian di Bidang Pertambangan di Kawasan Hutan, bersama DPR kemudian ditetapkan menjadi UU No. 19 tahun 2004.
Dalam banyak kajian disebutkan bahwa UU No. 19/ 2004 tentang penetapan Perpu No. 1 tahun 2004 tentang perubahan atas UU N0.41 tahun 1999 tentang kehutanan menjadi undang-undang tidak memenuhi syarat sebagai suatu produk perundang-undangan, merupakan bentuk tindakan sewenang-wenang dalam menggunakan kekuasaan (dotournament de pouvoir) dan bertentangan dengan tata cara pembuatan Perundang-undangan yang baik serta melanggar ketentuan konstitusi, pembukaan alinea 1, 2, dan 3, pasal 1 ayat (1) dan (2) dan (3), pasal 20a, dan pasal 22 ayat (1) UUD 1945.
Tambang dihutan jelas akan menimbulkan kerusakan permanen. Aktivitas penambangan memiliki daya musnah yang luar biasa. Tidak saja terjadi pada kawasan yang dibuka namun juga pada kawasan hilir yang ditempati oleh komunitas-komunitas masyarakat. Secara pasti, PP ini akan memuluskan pemusnahan 925 ribu hektar hutan lindung di Indonesia yang akan dilakukan oleh 13 perusahaan. PP yang tidak menyebutkan sama sekali bahwa aturan ini ditujukan juga 13 perusahaan yang ada juga berpotensi untuk memuluskan jalan bagi 158 perusahaan tambang lainnya untuk mengobrak abrik 11.4 juta hektar hutan lindung. Semuanya bisa dilakukan dengan hanya membayar Rp 300 per meter per segi.
Hingga disini terjadi ketidak konsistenan Pemerintah Indonesia. Dalam pertemuan para pihak di Bali (UNFCC) pemerintah telah mendeklerasikan niatnya menjadi pionir dalam penurunan emisi global dengan melakukan penyelamatan kawasan hutan. Sementara dengan PP ini, pemerintah justru melanjutkan blunder pemerintah sebelumnya dengan memfasilitasi penghancuran hutan lindung, dengan biaya yang bahkan lebih murah dari sepotong pisang goreng.
Indonesia haruslah tegas, walaupun dalam keterpurukan ekonomi tidaklah pantas jika mengorbankan hutan yang beribu-ribu hektar hanya untuk keuntungan yang tak sekira. Hendaknya lebih bijak dalam perumusan kebijakan yang menyangkut keberlangsungan hidup ragam hayati, hewani dan juga kita, manusia.

Yogyakarta 2008

GEOGRAFI DESA KOTA

Kota Dilihat Dari Aspek Fisiografi, Sosial,Ekonomi, Budaya, Politik Dan Tekhnologi
OLEH Yorsi Nuzulia

Seperti yang kita ketahui, dalam kehidupan sehari-hari kota selalu tampak sibuk. Warga kota yang menjasi penghuni kota memerlukan tempat berteduh, tempat bekerja, tempat bergaul dan tempat menghibur diri. Oleh karena itu kota dapat kita lihat dari segi fisiografis, ekonomi, budaya, sosial dan politik.

Di dalam sejarah perkembangan kota dapat dibagi menjadi 3 zaman :
1. kota-kota pada waktu lampau (cities of the past) tergolong antara lain : kota-kota oriental, kota-kota Yunani, kota-kota Romawi, dan lainnya yang merupakan kota-kota kebudayaan kuno.
2. kota-kota pada zaman pertengahan (medieval cities) di mana pada abad ini banyak dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan Romawi.
3. kota-kota pada zaman modern, di mana pola dan perkembangannya sangat ditentukan oleh factor-faktor politik dan ekonomi.

Pengertian Kota
Menurut Prof. Bintarto pengetian kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan adanya kepadatan penduduk yang tinggi, strata social dan ekonomi yang heterogen, dan materialistis. Kota (city) adalah bentang budaya yang ditimbiulkan oleh unsure-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup padat dan besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dengan daerah belakangnya(hinterland).
Pengertian kota yang lain dapat diartikan sebagai suatu daerah yang memiliki gejala pemusatan penduduk yang merupakan suat perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi, kultur, yang terdapat di daerah tersebut dengan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya. Kota merupakan suatu sistam jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial, ekonomi yang heterogen, dan berorientasi pada matrealistik.

Pola - pola kota
1. Pola Sentralisasi
Pola sentralisasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang cenderung berkumpul atau berkelompok pada satu daerah atau wilayah utama. Area utama tersebut merupakan daerah yang ramai dikunjungi serta dilewati oleh banyak orang pada pagi, siang, dan sore hari namum sunyi di malam hari.
2. Pola Desentralisasi
Pola desentralisasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang cenderung menjauhi titik pusat kota atau inti kota sehingga dapat membentuk suatu inti / nukleus kota yang baru.
3. Pola Nukleasi
Pola nukleasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang mirip dengan pola penyebaran sentralisasi namun dengan skala ukuran yang lebih kecil di mana inti kegiatan perkotaan berada di daerah utama.
4. Pola Segresi

Pola segresi adalah pola persebaran yang saling terpisah-pisah satu sama lain menurut pembagian sosial, budaya, ekonomi, dan lain sebagainya.
Dan jika kita umpamakan dengan papan permainan dart atau papan target anak panah, maka pusat kota berada pada pusat papan dart atau papan target anak panah dan begitu seterusnya garis-garis lingkaran yang mengelilinginya berurutan adalah wilayah sub urban atau suburb, kemudian diikuti dengan daerah urban dan yang terakhir adalah daerah rural yang masih-masing memiliki sifat dan ciri-ciri tersendiri.
Urutan-urutannya adalah sebagai berikut :

1. City
City adalah pusat kota yang menjadi pusat sub urban, urban, dan rural area.
2. Suburban / Faubourgh
Sub urban adalah daerah tempat atau area di mana para penglaju / commuter tinggal yang letaknya tidak jauh dari pusat kota. penglaju atau kommuter adalah orang-orang yang tinggal di pinggiran kota yang pulang pergi ke kota untuk bekerja setiap hari.
3. Suburban Fringe
Sub urban fring adalah area wilayah yang mengelilingi daerah sub urban yang menjadi daerah peralihan kota ke desa.
4. Urban Fringe
Urban fring adalah daerah perbatasan antara kota dan desa yang memiliki sifat yang mirip dengan daerah wilayah perkotaan. Urban adalah daerah yang penduduknya bergaya hidup modern.
5. Rural Urban Fringe
Rural urban fringe adalah merupakan daerah jalur yang berada di antara desa dan kota.
6. Rural
Rural adalah daerah pedesaan atau desa yang penduduknya hidup sederhana.

a. kota dilihat dari segi morfologi dan fisiografinya
Kota ditimbulkan karena unsur fisiogarafis, artinya karena setlemnent yang dipilih manusia pada mulanya selalu memeperhatikan topografi daerah, tanah dan iklim serta kesuburan tanahnya.
Di Indonesia yang pada saat ini sedang dilaksanakan ialah pembangunan kota-kota di daerah baru, dalam hal ini di daerah transmigrasi seperti kota Metro, kota SUkadana dan kota-kota transmigarn lainnya. Dan untuk ini dikenal dengan sebutan clearing towns. Jadi pola kota juga disesuaikan dengan lokasi dan topografi setempat. Mengenai pengaruh geografis terhadap pemusatan penduduk yang menjadi factor utama ialah pengeruh lintang tempat.

Selain dari factor lokasi dan lintang tempat juga factor logis mempunyai perenana terhadap terjadinya perkembangan kota. Antar lain :
- Sidney, menjadi kota penting Karen daerah litoral mengalami upgwarping.
- Constantine di Algeria Barat terdapat di daerah Natural Brridges.
- Rivier de loupe merupakan fall down village di Itali
- Kota-kota disepanjang Canadian Pacific Railways terdapat di Opens Plains
Dan kota-kota di pantai utara jawa ternyata lebih banyak jumlahnya dari pada dibagian selatan. Ini disebabkan karena reliefnya yang datar dan tanahnya yang merupakan alluvial eostal plain.

Pengertian kota dapat ditinjau dari unsur morfologinya. Kenampakan kota secara morfologi adalah kenampakan-kenampakan tertentu yang mempunyai cirri khas fisikal sebuah kota. Untuk melihat di mana batas-batas kota yang dimaksud, maka dapat dilihat dengan menggunakan foto-foto udara sampai batas-batas tertentu dapat dipergunakan untuk mendeteksi kenampakan fisikal suatu kota.
Berikut merupakan delapan interprestasi yang dapat digunakan untuk mencari batas-batas kota secara morfologi, yaitu :

-pola (pattern)
-struktur (structure)
-bentuk (shape)
-site
-ukuran( size)
-rona (rone)
-bayangan (shadow)
-tekstur (texture)

Maka kota dilihat dari tinjauan morfologi dapat diartikan sebagai suatu daerah yang tertentu dengan karakteristik tata guna lahan non agararis, suatu tata guna lhan dimana sebagian besar tertutup oleh bangunan yang bersifat non residential maupun residential (secara umum building coveragelebih banyak dari pada vegetation coveragesett) dengan pola jaringan jalan yang kompleks, dalam satuan yang kompak dan relative besar dari pada satu-satuan permukiman disekitarnya, sementara itu daerah yang bersangkutan adalah mulai terjamah fasilitas- fasilitas kota yang ada.
Dari segi demografi penduduk kota sangat pesat pertumbuhannya, karena selain penduduk asli kota juga banyak para pendatang yang tinggal di daerah perkotaan tersebut, sehingga secara demografi pendududk kota sangantlah besar.

b. kota dilhat dari segi ekonominya
Struktur penduduk kota dilihat dari segi ekonomi dapat dilihat dari berbagai jenis mata pencahariaan penduduk kota. Jenisa mata pencahariaan penduduk kota yang ada yaitu diluar bidang pertanian sepeti perdagangan, kepegawaian, jasa dan industry.
Interaksi kota dalam bidang ekonomi terlihata dengan adanya lapangan perdagangan, transportasi, dan komunikasi. Tingkat harga barang relative sama, sehingga masing-masing kota dapat tukar menukar berbagai barang kebutuhan yang diperlukan. Sedangkan kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan kegiatan perdagangan di kota juga lebih teratur. Misalnya, terdapat pasar-pasar , bank-bank, stasiun dan lain-lain yang banyak dapat memasukkan uang bagi kota yang dapat diperguanakan untuk pembiayaan pemeliharaan kota.

Daerah slum / slums adalah daerah yang sifatnya kumuh tidak beraturan yang terfapat di kota atau perkotaan. Daerah slum umumnya dihuni oleh orang-orang yang memiliki penghasilan sangat rendah, terbelakang, pendidikan rendah, jorok, dan lain sebagainya. Di jakarta dan sekitarnya banyak terdapat daerah slum baik di tengah maupun pinggiran kota. Berikut ini adalah ciri-ciri daerah slum :

1. Banyak dihuni oleh pengangguran
2. Tingkat kejahatan / kriminalitas tinggi
3. Demoralisasi tinggi
4. Emosi warga tidak stabil
5. Miskin dan berpenghasilan rendah
6. Daya beli rendah
7. Kotor, jorok, tidak sehat dan tidak beraturan
8. Warganya adalah migran urbanisasi yang migrasi dari desa ke kota
9. Fasilitas publik sangat tidak memadai
10. Warga slum yang bekerja kebanyakan adalah pekerja kasar dan serabutan
11. Bangunan rumah kebanyakan gubuk / gubug dan rumah semi permanen

c. kota dilihat dari segi sosialnya
kota sebagi ciri sosial dapat dikemukakan debagai berikut:
- Pelapisan sosial kota. Perbedaan tingkat pendidikan dan stratus sosial dapat menimbulkan suatu keadaan yang heterogen. Heterogenitas tersebut dapat berlanjut dan memacu adanya persiangan, lebih-lebih apabila jumlah penduduk di koata semakin bertambah banyak, dan dengan adanya sekolah-sekolah yang beraneka ragam terjadilah pelbagai spesialisasi di bidang keterampilan maupun bidang jenis mata pencahariaan. Dalam hal ini, pelapisan sosial ekonomi dapat ditemukan sebagai salah satu ciri sosial di kota.

- Individualisme, perbedaan status sosial ekonomi maupun cultural dapat menumbuhkan sifat “individualisme”sifat kegotong royongan yang murni sudah jaranga dapat dijumpai di kota. Andaim kata ada sudah dalam bentuk lain. Dalam hal ini pergaulan tatap muka secara langsung dan dalam ukuran waktu yang lama sudah mulai jrang terjadi, karena komunikasi lewat telepon sudah menjadi alat penghubung yang bukan lagi merupakan suatu kemewahan. Selai dari pada itu karena tingkat pendidikan warga kota Yang cukup tinggi maka segala persoalan diusahakan diselesaikan secar perorangan atau pribadi tanpa meminta pertimbangan keluaraga lain.walaupun demikian, bangsa Indonesia dengan falsafah, jiwa dan pandangan Pancasilanya tifak mudah meninggalkan cara hidup gotong royong yang sudah berakar lama dan telah menjadi cirri dan pola hidup bangsa Indonesia (Bintarto;1980)

- Toleransi sosial. Kesibuak masing –masing warga kota dalam tempo yang cukup tinggi dapat mengurangi perhatiannya kepada sesamanya. Apabila iniberlebihan maka mereka mampu akan mempunyai sifat tak acuh atau kurang mepunyai toleransi sosial. Di kota masalah ini dapat diatasi dengan adanya lembaga atau yayasan yang berkecimpungan dalam hal-ikhwal kemasyarakatan.

- Jarak sosial. Kepadatan penduduk di kota-kota memang pada umumnya sapat dikatakan cukup tinggi. Biasanya sudah melebihi 10.000 orang/kmpersegi. Jadi secara fisik di jalan, di pasar, di took, di bioskop, dan di tempat yang lain warga kota berdekatan tetapi dari segi sosial berjauhan, karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan.

- Penilaian sosial. Perbedaan status, perbedaan kepentingan, dab situasi kondisi kehidupan kota memepunyai pengaruh terhasap sistem penilaian yang berbeda mengenai gejala-gejaa yang timbul di kota. Penilaian dapat didasarkan pada latar belakang pendidikan, dan pada latar belakang filsafat.

d. Kota dilihat dari aspek perkembangan tekhnologinya
Kemajuan tekhnologi sangat mempengaruhi dunia industri. Revolusi industri dan elektrifikasi meneybabkan orang bebas memilih tempat tinggal. Radio, televisi, internet dan alat-alat pengangkutan bermotor mempunyai peran penting yang tidak dapat diabaikan dalam proses perkembangan kota. Daerah perkotaan atau urban areas dapat menjadi lebih luas, karena faktor jarak tidaklah menjadi masalah penghambat lagi.

Kota merupakan tempat utama di sebuah daerah yang mengadopsi canggihnya tekhnologi. Tekhnologi sangat berperan dalam setiap aktivitas masyarakat di sebuah perkotaan. Hampir semua aktivitas terdapat peran tekhnologi di dalamnya. Komunikasi dan transportasi yang merupakan kegiatan vital sudah sangat diprmudahkan oleh tekhnolgi. Handphone, pengiriman email melalui interenet, menjangngkau daerah yang jauh (luar daerah) dapat dijangkau dengan cepat dengan menggunakan pesawat.
Tekhnologi di perkotaan tidak hanya berperan untuk komunikasi, transportasi dan industry saja, akan tetapi dalam hal kesehatan masyarakat perkotaan sudah memanfaatkan penemuan-penemuan dari tekhnologi. Oleh karena itu dampak dari tekhnologi, baik untuk perkembangan sebuah kota yaitu membuat aktivitas lebih baik, cepat, flexible, dan kualitas kesehatan meningkat dengan penggunaan tekhnologi yang tepat guna.

e. kota dilhat dari aspek budayanya
Budaya merupakan sebuah hasil dari kegiatan manusia yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga telah berakarar di lingkungan masyarakat. Kebudayaan di kota tentunya lebih kompleks di bandingkan dengan daerah perdesaan, karena kota merupakan daerah sentral kegiatan dimana dapat menarik semua lapisan masyarakat baik berasasal dari daerah tersebut, maupun dari daerah lain yang menawarkan sejuta kemungkinan seperti yang dapat kita mabil contoh yaitu kota Jakarta yang merupakan kota megapolitan.
Di kota Jakarta teredapat banyak budaya yang terpengaruh satu sama lain, karena merupakan tempat berkumpulnya banayk orang dengan latar belakang yang berbeda. Semakin banyak suatu kota dihuni dengan orang-orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda maka kota tersebut akan tumbuh dengan budaya yang kompleks juga.
Seperti yang kita ketahui Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan, sedangkan masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang tinggi.
Kadang kala perbedaan nilai budaya tersebut menyebabkan berbagai problema disekelilingnya. Yaitu :

1. konflik (pertengkaran),
2. kontroversi (pertentangan),
3. kompetisi (persaingan)
Sedangkan di dalam tubuh kota itu sendiri telah tertanam ciri-ciri khasnya, yaitu:
1. Pola interaksi masyarakat perkotaan bersifat vertikal.
2. Pola interaksi masyarakat kota adalah individual.
3. Pola solidaritas sosial masyarakat kota terbentuk karena adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat.

f. kota dilihat dari aspek politiknya
Kota merupakan pusat dari kegiatan daerah disekelilingnya. Dapat kita ambil contoh, sebuah provinsi memiliki sebuah ibu kota provinsi yang merupakn kota bagi kabupaten-kabupaten di dalamnya. Kota yang memegang otonomi daerah memiliki sebuah sistem demokrasi yang menghantarkan kegiatan-kegiatan di dalamnya menjadi terstruktur dan teorganisir.

Politik di kota lebih kompleks dibandingkan yang terjadi di desa. Acap kai terjadi persaingan perebutan kekuasaan dalam kancah politik di perkotaan. Hal tersebut memberikan dampak baik positiv maupun negative dalam perkembangan kota itu sendiri. Pengaruh positivnya yaitu, persaingan dalam kegitan politik menuntuk manusia untuk meningkatkan kulitas dirinya agar dapat bersaing dengan yang lainnya sehingga terjadilah peningkatan pendidikan. Akan tetapi dampak negatifnya persaingan politik yang terjadi di kota sering kali dilakukan secara tidak sehat. Banyak oknum politik yang menggunakan berabagai cara untuk mendaptkan keingin pribadi atau organisasinya. Ini menumbuhkan sebuah dilemma budaya yang tidak sehat, yang sekarang banyak kita kenal dengan buadaya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).


DAFTAR PUSTAKA
Bintarto, pengantar geogarafi kota, LIP SPRING, LIP SPRING, Yogyakarta, 1997.
Bintarto, Penunutun Geografi Sosial, LIP SPRING, LIP SPRING, Yogyakarta, 1965.
Bintarto, Pengantar Geografi Pembangunan, PT. PB. “Kedaulatan Rakyat” Yogyakarta, 1975.
Bintarto, Interaksi Desa Kota dan permasalahannya, penerbit Golia Indonesia. 1989.
Johara T., Jayadinata, Tata Guna Lahan dalam Perencanaan Perdesaan perkotaan dan wilayah, penerbit ITB, Bandung, 1999.

Planet "Nibiru" pertanda Kiamatkah?

Planet "Nibiru" pertanda Kiamatkah?
Hari ini karena ujan, tidur sore jadi nyeyak banget. Saking nyenyaknya tiba-tiba ada sms dari DOI, yah mau gak mau terpaksa bangun sebentar, minimal liat tuch isi sms-nya apaan. Karena kalau gak kayak gitu bisa cilaka nantinya jika tuch sms penting. Bisa ntar......... diomelin ama DOI.

Kuraih dech tu HP, sssstttt....... Setelah dibuka ternyata isi smsnya tergolong iseng seh klo boleh dibilang. Isi smsnya adalah ngasih tau tentang sosok planet yang diberi nama "Nibiru" atau dikalangan ilmuwan sering disebut "Planet X", disebut demikian karena keberadaannya yang masih belom jelas.

Karena penasran juga akhirnya, searching juga lewat Om Google. Setelah baca-baca artikel terkait diperolehlah beberapa rangkuman ceritanya sebagai berikut:

Planet X "NIbiru"ini tertarik (ditarik) oleh gaya grafitasi matahari yang besar dalam tata surya kita, sehingga kemudian ia masuk ke dalam orbit planet-planet dalam keadaan berbalik arah, dan suatu masa nanti planet X akan bertabrakan dengan bumi. Ilmuwan menyebut 50 tahun lagi planet X (Nibiru) ini akan memasuki orbit tata surya kita, sejak ia ditemukan tahun 2003 lalu. Berarti kiamat boleh terjadi pada 2053?

Awal munculnya teori "Planet-X"
===============================
Jadi, dari manakah cerita planet Nibiru ini berasal? Jawabannya yang mungkin terkit adalah sekitar tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul yaitu "The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas" yang dikarang oleh oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.

Kemudian Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?

Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.

Dalam pendefinisian yang paling murni yang masuk ke logika adalah, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.

Kapan sendiri pastinya kedatangan planet X sendiri masih belum dapat dipastikan secara pasti, jadi semuanya masih berupa dugaan.

Fenomena Cahaya Elektro

Fenomena Cahaya Elektro
Teori komprehensif tentang cahaya diawali oleh kepeloporan Christiaan Huygens, yang mengemukakan teori gelombang tentang cahaya, dan secara khusus menunjukkan bagaimana cahaya dapat berinterferensi untuk membentuk muka gelombang dan menjalar menurut garis lurus. Namun, teori ini mendapat kesulitan ketika harus diterapkan pada benda atau materi lain, dan yang kemudian lebih terjawab oleh teori korpuskular tentang cahaya yang dikemukakan oleh Isaac Newton. Newton mengemukakan bahwa cahaya terdiri dari sekumpulan partikel yang sangat kecil, dan melalui pandangan itu ia dapat dengan mudah menjelaskan tentang peristiwa fenomena pantulan (refleksi) cahaya. Dan dengan susah payah, ia juga dapat menjelaskan tentang fenomena pembiasan (refraksi) yang disebabkan oleh lensa, dan juga penguraian cahaya matahari menjadi pelangi oleh prisma. Selama lebih dari satu abad pendapat Newton tentang partikel ini dapat diterima tanpa terbantahkan.


Zaman Young, Fresnel, dan Maxwell.

Pada awal 1800an, percobaan celah ganda yang dilakukan Young dan Fresnel mengemukakan pembuktian atas teori gelombang Huygens. Percobaan ini menunjukkan bahwa apabila cahaya dilewatkan melalui suatu kisi kisi (grid), maka hal tersebut akan menampilkan suatu pola interferensi, yang sama dengan pola yang dihasilkan oleh interferensi yang terjadi pada gelombang air. Dari pola tersebut, panjang gelombang cahaya dapat ditentukan besarnya. Pembuktian dari percobaan tersebut tidak segera dapat menggantikan perbedaan pandangan mengenai cahaya sebagai berkas gelombang atau partikel. Namun pembuktian itu mulai mendominasi pemikiran ilmiah pada saat pertengahan tahun 1800an itu, bahwa cahaya lebih bersifat gelombang, karena percobaan itu juga dapat menjelaskan tentang fenomena polarisasi, sementara teori partikel tidak dapat.

Menjelang akhir tahun 1800an, Maxwell menjelaskan pendapatnya bahwa cahaya itu merupakan penjalaran dari gelombang elektromagnetik, seperti yang dikemukakan melalui persamaan Maxwell. Persamaan persamaan yang dikemukakan oleh Maxwell inipun bahkan diverifikasi melalui serangkaian percobaan, dan ini menyebabkan pandangan Huygens mengenai sifat cahaya makin dapat diterima dimana mana.


Formulasi Planck mengenai radiasi benda hitam (black body radiation).

Pada tahun 1901, Max Planck menerbitkan suatu analisis dari hasil pengamatannya ketika ia berhasil me-reproduksi suatu spektrum cahaya yang diemisikan oleh suatu benda yang memancarkan cahaya. Untuk menuntaskan kesimpulannya itu, Planck harus membuat sebuah asumsi (pemodelan) matematika yang khusus yang berkenaan dengan energi osilator yang terkuantisasi (atau atom benda hitam) yang memancarkan radiasi. Namun kemudian Einsteinlah yang belakangan mengemukakan bahwa radiasi elektromagnetik itulah sebenarnya yang terkuantisasi dan bukannya energi radiasi dari atom.



Penjelasan Einstein mengenai efek fotolistrik

Efek fotolistrik

Pada tahun 1905, Albert Einstein memberikan penjelasan mengenai efek fotolistrik, yang hingga saat itu merupakan eksperimen tentang cahaya yang tidak dapat dijelaskan oleh teori gelombang. Ia melakukannya dengan membuat dalil tentang keberadaan foton, yaitu kuanta energi cahaya dengan kualitas ukuran partikulat.

Pada efek fotolistrik, dapat diamati bahwa pancaran cahaya yang jatuh pada sepotong logam tertentu akan mengarah kepada pembentukan arus listrik bila disana terdapat rangkaian listrik tertutup. Diperkirakan, cahaya tersebut menumbuk dan melepaskan elektron elektron tersebut dari logam, hingga menyebabkan timbulnya arus.Namun demikian, juga teramati bahwa sementara suatu cahaya biru yang tidak terlalu terang cukup untuk menyebabkan timbulnya arus, namun cahaya merah yang sangat terang dan kuat tidak dapt menghasilkan arus listrik sama sekali.

Menurut teori gelombang yang berlaku, kekuatan atau amplitudo gelombang cahaya berhubungan langsng dengan terangnya, artinya suatu cahaya yang terang harusnya cukup kuat untuk membentuk arus yang besar. Namun dalam hal ini tidak demikian kejadiannya. Einstein menjelaskan teka teki ini dengan mendalilkan (mengemukakan postulate) bahwa elektron elektron dapat menerima energi dari medan elektromagnetik hanya dalam ukuran ukuran diskret saja atau kuanta yang disebut foton tadi. Yaitu jumlah energi E yang berkaitan dengan frekuensi, f dari cahaya, yang dinyatakan dalam persamaan :

E=hf

Dimana h adalah konstanta Planck (6.626 ¡Á 10-34 J detik). Hanya foton yang memiliki frekuensi yang cukup tinggi (diatas nilai ambang tertentu) yang dapat melepaskan elektron hingga terbebaskan dari ikatan atomnya. Sebagai contoh, foton cahaya biru memiliki cukup energi untuk membebaskan sebuah elektron dari logam, tetapi foton cahaya merah tidak. Cahaya yang lebih kuat yang berada diatas frekuensi ambang dapat melepaskan elektron elektron lebih banyak, namun cahaya yang frekuensinya dibawah ambang tidak dapat melepaskan elektron. Einstein mendapatkan hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1921 untuk teori efek fotolistrik yang dikemukakannya.


Hipotesis de Broglie

Formulasi de Broglie ini baru dikonfirmasi tiga tahun kemudian dari perlakuan terhadap elektron (yang tentunya berbeda dengan foton dalam massa diamnya) yang didapat dari pengamatan terhadap peristiwa difraksi elektron pada dua eksperimen yang berbeda. Di Universitas Aberdeen, George Paget Thomson melewatkan seberkas elektron melalui selembar lapisan logam tipis dan mengamati perkiraan pola interferensinya. Sedangkan di laboratorium Bell (Bell Labs), Clinton Joseph Davisson dan Lester Halbert Germer melakukan percobaan dengan cara mengarahkan berkas elektron itu melalui suatu kisi kisi kristal.

De Broglie memperoleh hadiah Nobelnya dalam bidang fisika pada 1929 untuk hipothesis yang dikemukakannya. Sedangkan Thomson dan Davisson berbagi hadiah Nobel dalam bidang fisika pada tahun 1937 untuk hasil penelitian mereka.


Prinsip ketidakpastian Heisenberg

Pada mulanya Heisenberg menjelaskan hal yang dikemukakannya itu sebagai konsekuensi atau akibat dari proses pengukuran. Menurutnya pengukuran posisi secara akurat akan mempengaruhi momentum dan sebaliknya. Ia mencontohkannya dengan mengemukakan percobaan mikroskop sinar gamma yang sangat tergantung kepada hipotesis de Boglie. Sekarang akhirnya dapat dipahami, bahwa hanya bagian inilah yang dapat menjelaskan fenomena ketidakpastian, termasuk yang terjadi dalam partikel sendiri, bahkan sebelum pengukuran itu dilakukan.

Pada kenyataannya, penjelasan modern mengenai prinsip ketidakpastian ini, yang merupakan perluasan dari interpretasi Kopenhagen yang pertamakali dikemukakan oleh Bohr dan Heisenberg, terutama tergantung kepada sifat alamiah gelombang. Sama seperti halnya tidak memungkinkan untuk membicarakan lokasi tepat untuk kedudukan gelombang pada sepotong tali, partikelpun tidak memiliki posisi yang sangat tepat yang dapat ditentukan. Begitu juga tidak memungkinkan bila ingin menetapkan panjang gelombang untuk sebuah gelombang pulsa yang menjalar pada seutas tali, partikelpun tidak memiliki momenta yang sangat tepat (yang berbanding terbalik terhadap panjang gelombang). Lebih lanjut dikemukakan, bila posisi itu secara relatif dapat didefinisikan dengan tepat, maka suatu gelombang sebenarnya lebih mendekati bentuk pulsa sehingga panjang gelombangnyapun sulit ditentukan, dan begitu pula momentum. Dan sebaliknya, ketika momentum (dan juga panjang gelombang) dapat didefinisikan dengan tepat, maka gelombang itu akan terlihat panjang dan berbentuk sinusoid, dan karena itu posisinya tidak dapat didefinisikan dengan tepat.

De Broglie juga telah mengemukakan apa yang disebutnya sebagai gelombang pemandu (pilot wave) untuk menjelaskan sifat dualitas gelombang-partikel. Dalam pandangan ini, setiap partikel dinyatakan sebagai memiliki posisi dan momentum tertentu, tetapi harus dipandu oleh fungsi gelombang yang diturunkan dari persamaan Schrodinger.

Pada mulanya teori gelombang pemandu ini ditolak, karena menimbulkan efek non-lokal
apabila diterapkan untuk sistem yang melibatkan lebih dari satu partikel. Sifat ketidak lokalan ini kemudian ditetapkan sebagai ciri integral dari teori integral, dan David Bohm memperluas model de Broglie lebih mempertegas keberadaan sifat tersebut. Menurut mekanika Bohm, dualitas gelombang-partikel ini bukan merupakan sifat dari materi sendiri, melainkan suatu penampilan yang ditimbulkan oleh gerakan partikel yang menjadi pokok dari persamaan pemanduan atau potensial kuantum.


Lebih lanjut mengenai karakteristik gelombang elektromagnetik

Radiasi Elektromagnetik (EM) merupakan suatu bentuk gelombang yang merambat dengan sendirinya dalam ruang atau melalui suatu materi. Komponen listrik dan magnetik pada peristiwa radiasi elektromagneik itu berosilasi pada fase yang sama dan masing masing saling tegak lurus satu terhadap lainnya dan menjalar atau berpropagasi ke arah yang sama dengan penjalaran energinya. Radiasi elektromagnetik diklasifikasikan kedalam beberapa jenis menurut frekuensi gelombangnya. Jenis jenis ini termasuk gelombang radio, gelombang mikro, radasi terahertz, radiasi infra merah, cahaya tampak, radiasi ultra violet, sinar-X dan sinar gamma (dalam urutan frekuensi rendah hingga frekuensi tinggi). Diantara keseluruhan spektrum, gelombang radio merupakan radiasi gelombang radio mempunyai panjang gelombang terpanjang, sementara sinar gamma sejauh yang diketahui merupakan radiasi dengan panjang gelombang terpendek. Diantara daerah spektrum tersebut, suatu celah kecil daerah frekuensi, disebut sebagai spektrum tampak atau cahaya, dapat dicitra oleh mata kebanyakan mahluk hidup atau organisme, dengan variasi batas penglihatan yang berbeda beda. Dalam kaitan dengan radiasi EM, istilah cahaya kadang kadang digunakan dalam pengertian yang lebih luas.

Radiasi EM membawa atau mengandung energi serta momentum didalamnya, yang dapat dilepaskan untuk dipindahkan ketika berinteraksi dengan materi. Suatu teori kuantum mengenai interaksi diantara radiasi elektromagnetik dengan materi, seperti misalnya dengan elektron, dijelaskan oleh teori elektrodinamika kuantum. Konsep mengenai gelombang elektromagnetik pertama kali di-postulat-kan oleh James Clerk Maxwell yang kemudian di-konfirmasi oleh Heinrich Hertz. Maxwell mendapatkan persamaan bentuk gelombang listrik dan magnetik, yang menyatakan sifat medan listrik dan megnetik yang menyerupai gelombang, maupun kesimetrisannya. Karena kecepatan rambat gelombang EM yang diperkirakan dengan menggunakan persamaan gelombang tersebut sama dengan besar kecepatan cahaya hasil pengukuran, maka Maxwell kemudian menyimpulkan bahwa cahaya itu adalah gelombang elektromagnetik.

Menurut persamaan Maxwell, medan listrik yang bervariasi terhadap waktu akan membangkitkan medan magnetik dan sebaliknya. Oleh sebab itu, mean listrik yang berosilasi akan menghasilkan medan magnetik yang berosilasi, yang selanjutnya akan menghasilkan medan listrik dan begitulah selanjutnya. Medan medan yang berosilasi inilah secara bersamasama membentuk medan yang disebut sebagai medan elektromagnetik.


Sifat sifat gelombang EM.


Gelombang elektromagnetik dapat digambarkan sebagai gelombang medan listrik dan magnetik yang berosilasi serta mampu merambat dengan sendirinya secara transversal (tegak). Diagram berikut menunjukkan suatu gelombang datar yang terpolarisasi secara linier merambat dari sebelah kiri ke kanan. Medan listrik digambarkan berada di bidang vertikal, sementara medan magnetik pada bidang horisontal. Sebagaimana halnya sifat gelombang pada umumnya, medan listrik dan magnetik juga mengikuti sifat dan hukum superposisi, oleh sebab itu medan medan yang ditimbulkan oleh partikel partkel tertentu ataupun medan medan listrik atau magnetik yang berubah ubah akan memberikan kontribusi pada medan medan yang dibentuk oleh akibat yang lain. Dan karena yang terlibat disini adalah medan listrik dan magnetik yang merupakan vektor, maka kedua jenis medan tersebut akan saling menjumlahkan satu dengan lainnya dalambentuk penjmlahan vektor.

Sifat sifat itu akan mengakibatkan berbagai fenomena termasuk peristiwa refraksi maupun difraksi yang dapat terlihat pada cahaya tampak. Sebagai contoh misalnya, suatu gelombang EM yang menjalar menumbuk struktur suatu atom, maka gelombang tersebut akan menginduksi gerakan osilasinya kepada atom atom tersebut, yang mengakibatkan atom atom tersebut akan mengemisikan gelombang EM mereka sendiri. Munculnya emisi gelombang EM yang baru ini tentu saja akan memberikan dampak terhadap gelombang EM pendatang yang menumbuk atom atom itu tadi melalui perisiwa interferensi.

Karena cahaya berosilasi, maka cahaya tidak akan terpengaruh apa apa ketika ia bergerak dalam lingkunngan medan listrik maupun manetik yang statis yang ada dalam suatu medium linier seperti misalnya dalam vakum (ruang hampa). Namun dalam media yang non-linier, seperti misalnya dalam kristal, tetap terjadi interaksi antara cahaya dengan medan listrik atau magnetik yang statik. Interaksi khas seperti ini termasuk diantaranya apa yang disebut sebagai efek Faraday dan efek Kerr.

Pada peristiwa refraksi, suatu gelombang yang melintas dari suatu medium ke medium lain yang mempunyai rapatan yang berbeda akan berubah kecepatan maupun arahnya ketika emasuki daerah medium tersebut. Perbandingan dari indeks refraktif dari media yang bersangkutan akan menentukan derajat refraksi, seperti yang disimpulkan pada hukum Snellius. Cahaya juga mengalami dispersi yang menjadikannya terurai menadi spektrum warna cahaya tampak ketika cahaya tadi diarahkan melalui sebuah prisma. Dan
hal tersebut juga diakibatkan oleh terjadinya refraksi.

Fisika yang berkaitan dengan radiasi elektromagnetik digolongkan sebagai elektrodinamik, yang merupakan salah satu cabang dari pengetahuan tentang elektromagnetisme.

Radiasi EM menunjukkan ciri ciri baik dari sifat gelombang maupun partikel pada saat yang bersamaan. Hal ini kemudian dikenal sebagai dualitas gelombang-partikel. Bila radiasi EM itu diukur dalam batasan waktu dan jarak yang cukup besar, maka sifat gelombangnya akan lebih terlihat dengan jelas. Sementara itu apabila radiasi EM tersebut diukur dalam skala waktu dan jarak yang kecil, maka sifat partikelnya akan terlihat lebih jelas. Kedua simpulan tersebut telah dikonfirmasi melalui berbagai cara percobaan dan penelitian.

Contoh eksperimen yang dapat menunjukkan sifat keduanya, yaitu gelombang dan partikel sekaligus, yaitu pada peristiwa difraksi foton tunggal. Ketika foton tunggal dilewatkan melalui dua celah, maka ia dapat melewati kedua celah tersebut dan kemudian saling ber-interferensi terhadap dirinya sendiri, sebagaimana halnya terjadi pada gelombang. Namun kejadiannya hanya dapat dideteksi dengan menggunakan photomultiplier atau detektor peka lainnya dan hanya satu kali saja. Peristiwa interferensi diri serupa dapat juga diamati ketika suatu foton tunggal dilewatkan melalui interferometer Michelson atau interferometer lainnya.

Suatu aspek penting dari sifat cahaya adalah frekuensi. Frekuensi suatu gelombang merupakan kecepatan getaran atau osilasi yang diukur dalam satuan hertz, yang kemudian merupakan satuan sistem internasional (SI) untuk frekuensi. Satu hertz adalah sama dengan gerakan satu getaran dalam satu detik. Cahaya biasanya terdiri dari sejumlah spektrum frekuensi yang bila digabungkan akan menjadi penjumlahan frekuensi yang membentuk gelombang resultan. Perbedaan frekuensi ini menyebabkan perbedaan sudut refraksi ketika gelombang elektromagnetik harus menempuh medium yang mempunyai indeks refraksi tertentu.

Suatu gelombang digambarkan terdiri dari pengulangan puncak dan lembah, dan jarak antara dua puncak atau lembah yang berturutan disebut sebagai panjang gelombang ,yang disimbolkan dengan .. Spektrum gelombang elektromagnetik juga memiliki perbedaan dalam ukuran, dari yang berukuran besar seukuran dengan lapangan sepak bola hingga yang terkecil dengan ukuran lebih kecil dari inti atom. Frekuensi merupakan perbandingan terbalik terhadap panjang gelombang, menurut persamaan :




Model Partikel

Dalam model partikel radiasi EM, karena energi gelombang EM itu dalam keadaan terkuantisasi, dalam hal ini gelombang EM itu akan terdiri dari paket paket energi yang diskret. Paket paket energi atau kuanta ini disebut juga sebagai foton. Frekuensi gelombang EM tersebut berbanding lurus terhadap besarnya energi partikel. Selain itu, karena foton itu di-emisi-kan itu dan diserap (diabsorpsi) oleh partikel bermuatan, maka mereka itu berlaku sebagai pembawa (transporter) energi.

Dimana E adalah energi, h adalah konstanta Planck, dan f adalah frekuensi. Pernyataan yang menyangkut foton dan energi ini merupakan sebuah kasus tertentu yang berkaitan dengan tingkat energi dari osilator elektromagnetik yang bersifat umum, dimana energi rata ratanya, yang digunakan untuk menghasilkan hukum radiasi Planck tersebut, ternyata sangat berbeda dengan hasil yang diperkirakan dengan menggunakan prinsip ekuipartisi pada suhu rendah. Oleh sebab itu prinsip ekuipartisi dianggap gagal bila didasarkan pada efek kuantum yang terjadi pada suhu rendah.

Ketika sebuah foton diabsorpsi oleh sebuah atom, maka atom tersebut akan mengeksitasian sebuah elektron dan memindahkannya ke tingkat energi yang lebih tinggi. Bila energi itu cukup besar, sehingga elektron itu dapat berpindah ke tingkat energi yang paling tinggi, maka elektron tersebut dapat melepaskan diri dari gaya tarik positif inti atom itu dan bahkan mungkin dapat terbebaskan dari ikatan dengan atom dalam suatu proses yang disebut sebagai fotoionisasi. Sebaliknya, bila elektron tersebut turun ke tingkat energi yang lebih rendah, maka ia akan melepaskan suatu foton cahaya yang energinya sama dengan perbedaan tingkat energinya. Karena tingkat energi elektron elektron pada atom bersifat diskret, maka setiap elemen dapat mengemisikan atau mengabsorpsi foton sesuai dengan karakteristik frekuensinya masing masing.

Fenomena yang ditunjukkan oleh efek ini menjelaskan tentang peristiwa absorpsi sebagian atau beberapa bagian dari spektra cahaya oleh materi. Bila terdapat pita pita gelap dalam spektrum maka hal itu disebabkan oleh atom atom dari medium yang berinteraksi dengan foton menyerap frekuensi cahaya yang berbeda beda.

Komposisi dari medium yang absorpsi dilewati oleh cahaya akan menentukan sifat dari spektrum absorpsi. Sebagai contoh, pita pita gelap pada cahaya yang diemisikan oleh sebuah bintang yang jauh letaknya itu disebabkan oleh atom atom yang ada di atmosfir bintang tersebut. Pita pta itu menunjukkan tingkat tingkat energi yang memungkinkan ada atom atom tersebut.

Fenomena yang sama juga berlaku untuk peristiwa emisi. Ketika elektron turun kembali ke tingkat energi yang lebih rendah, suatu spektrum akan di-emisi-kan yang merepresentasi-kan perpindahan antar tingkatan energi elektron elektron tersebut. Hal inilah yang menunjukkan spektrum emisi dari nebula (yaitu sekelompok bintang dilangit yang terlihat menyerupai kabut yang bercahaya).



Mekanisme Pembentukan Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik dibangun oleh muatan muatan yang bergerak (arus listrik). Perubahan medan listrik akan menginduksi perubahan pada medan magnetik, dan sebaliknya perubahan medan magnetik akan menginduksi perubahan pada medan listrik.Medan medan ini masing masing menyimpan energi pada setiap satuan volumenya. Sekali terbentuk, perubahan medan medan elektrik dan magnetik ini akan saling mendukung satu terhadap lainnya. Dan menurut hukum kekekalan energi yang berlaku, maka penjalaran gelombang elektromagnetik di ruang hampa (dalam bentuk energi kinetik) tidak akan berubah, yang berarti tidak akan terjadi perubahan pada kecepatannya. Dan oleh karena itu pula gelombang tersebut akan bergerak atau menjalar maju dengan kecepatan yang tetap, yaitu kecepatan cahaya. Dalam bidang fisika dan kimia, sifat dualitas gelombang-partikel merupakan konsep yang ditunjukkan oleh semua materi dan energi, yaitu sifat yang menyerupai gelombang dan sekaligus menyerupai partikel. Dalam konsep utama dari mekanika kuantum, pengertian dualitas ini menegaskan ketidak lengkapan konsep klasik dalam menjelaskan sifat dari obyek (dalam hal ini tentang cahaya) sebagai ¡°partikel¡± atau sebagai ¡°gelombang¡±. Berbagai interpretasi mekanika kuantum juga diupayakan untuk dapat menjelaskan.kedua penjelasan yang seolah oleh bertentangan (paradox) ini.

Pendapat mengenai dualitas ini berakar kepada perdebatan mengenai sifat asal dari cahaya dan materi pada tahun 1600an, ketika teori teori yang saling bertentangan tentang cahaya dikemukakan oleh Christiaan Huygens dan Isaac Newton. Melalui upaya yang dilakukan oleh Albert Einstein, Louis de Broglie, dan banyak ahli lainnya, maka teori ilmiah yang berlaku hingga saat ini menyatakan bahawa semua partikel memiliki sifat gelombang. Fenomena ini telah di-verifikasi tidak hanya untuk partikel partikel elementer saja, tetapi juga untuk ikatan antar partikel, seperti atom atau bahkan molekul. Pada kenyataannya, menurut perumusan tradisional mekanika kuantum non-relativistik, dualitas gelombang-partikel ini berlaku untuk semua obyek, termasuk yang berukuran makroskopik (besar). Sifat gelombang benda benda berukuran besar memang tidak mudah atau tidak dapat di-deteksi karena panjang gelombangnya sangat kecil.

Menjelang abad ke-19, pada kasus yang berkenaan dengan teori atom, pernyataan bahwa
materi terbentuk dari obyek obyek partikulat (sangat kecil) atau yang disebut atom telah dikenal masyarakat ilmiah pada saat itu Elektrisitas, yang pada awalnya diperkirakan merupakan suatu fluida, sekarang dipahami terdiri dari partikel partikel yang disebut elektron, sebagaimana yang didemonstrasikan oleh J.J. Thomson, yang melalui penelitiannya yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Ernest Rutherford, telah menemukan, dengan memanfaatkan berkas sinar katoda, bahwa muatan listrik pada kenyataannya akan bergerak dalam ruang hampa dari katoda ke anoda. Singkatnya, ada pemahaman bahwa pada umumnya benda benda yang ada disekeliling kita itu terbentuk dari sekumpulan partikel.

Pada saat yang bersamaan, sifat sifat yang berkaitan dengan gelombang juga makin dipahami melalui fenomena gelombang seperti dari peristiwa difraksi dan interferensi gelombang. Cahaya dipercayai sebagai suatu bentuk gelombang, sebagaimana ditampilkan pada percobaan celah ganda oleh Thomas Young atau efek difraksi Fraunhofer yang dengan jelas menunjukkan sifat dasar cahaya yang menyerupai sifat sifat pada gelombang yang dapat dilihat.

Hinga saat itu kedua pandangan yang berbeda ini berjalan sendiri sendiri. Namun ketika menginjak abad ke-20, muncul masalah, yaitu ketika Albert Einstein melakukan analisis mengenai efek fotolistrik pada 1905, yang menampilkan kenyataan bahwa cahaya (gelombang elektromagnetik) juga mempunyai sifat seperti partikel. Hal ini kemudian makin ditegaskan melalui penemuan hamburan Compton pada 1923. Selanjutnya, diperkirakan juga bahwa difraksi elektron dapat dilakukan dan secara eksperimen dapat dikonfirmasi. Hal itu menunjukkan juga bahwa elektron elektron juga mempunyai sifat seperti gelombang disamping sifat yatanya sebagai partikel.

Kesimpangsiuran dan pertentangan pendapat mengenai sifat partikel dan gelombang ini terselesaikan dengan munculnya mekanika kuantum pada paruh awal abad ke-20, yang pada akhirnya menjelaskan tentang sifat dualitas gelombang-partikel ini. Mekanika kuantum mengemukakan suatu kerangka teori yang lengkap untuk memahami bahwa semua materi dapat memiliki karakteristik yang dapat dihubungkan dengan partikel dan gelombang, seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Dan pada akhir abad ke-20 dicapai kesimpulan yang sangat tepat yang berkaitan dengan sifat dualitas ini dalam bentuk hubungan dualitas Englert-Greenberger.


Sifat kuantum cahaya.

Proses kuantum mendominasi bidang fisika atomik dan molekular. Disini pembahasannya akan dibatasi pada masalah absorpsi, emisi, dan emisi yang distimulasi saja yang penting untuk memahami fenomena laser dan aplikasinya Transisi atomik yang mengakibatkan terjadinya emisi atau absorpsi (penyerapan) cahaya pada umumnya dilakukan oleh transisi elektron, yang dapat digambarkan sebagai berpindahnya elektron antar tingkatan energi yang terkuantisasi.

PENGENALAN GEOGRAFI FISIK

PENGENALAN GEOGRAFI FISIK
Geografi fisik merupakan bagian dari ilmu geografi. Banyak orang mengartikan geografi sebagai ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan peta. Pengertian ini masih bersifat parsial, ilmu geografi sebenarnya adalah ilmu mengenai fenomena alam dan manusia dalam dimensi spasial. (geography is the study natural and human constructed phenomena relative to a spatial dimension)

Ilmu geografi mengalami banyak perkembangan dan pengembangan. Banyak ilmu baru lahir sebagai cabang dari ilmu geografi, termasuk diantaranya geografi fisik. Untuk mendapat pemahaman yang lebih tajam mengenai ilmu geografi fisik ini berikut akan dibahas sekilas mengenai sejarah evolusi ilmu geografi.


Sejarah Geografi dan Geografi Fisik

Ilmu geografi berawal sekitar 4000 tahun yang lalu, dimana geografi bertujuan untuk memetakan objek-objek dan tempat-tempat yang telah dijelahi. Pada saat itu peradaban Cina, Mesir, dan Phoenician telah memulai eksplorasi ke berbagai wilayah. Bukti sejarah pertama yang ditemukan berasal dari peta Babilonia tertanggal 2300 BC.

Yunani kuno mengaplikasi bentuk geografi lebih ke pembuatan peta, atau yang sekarang dikenal dengan kartografi. Filsuf dan llmuwan Yunani juga tertarik mempelajari karakteristik alam dan manusia, salah satu nya adalah Herodotus (circa 484 - 425 BC) yang menulis berbagai buku mengenai Geografi fisik dan manusia (Human and Physical Geography) dari kerajaan persia.

Selain itu Yunani kuno juga tertarik untuk mempelajari bentuk, ukuran dan geometri bumi. Aristoteles (circa 384 - 322 BC) membuat hipotesa dan menunjukkan secara ilmiah dari bentuk bayangan bulan bahwa bentuk bumi adalah bentuk sferis (spherical shape). Kemudian Eratosthenes (circa 276 - 194 BC) menghitung panjang keliling bumi di ekuator adalah 40,233 km melalui perhitungan relasi geometri sederhana. Perhitungan keliling bumi menggunakan teknologi satelit modern adalah 40,072 km!

Pengetahuan dari bangsa yunani mengenai geografi ini ini kemudian terwariskan ke bangsa romawi, yang banyak menggunakan ilmu geografi untuk melakukan ekspansi militer, selain juga menambah wawasan ilmu geografi. Strabo (circa 64 BC - 20 AD) menulis 17 seri buku dengan judul "Geographia". Strabo mengabadikan eksplorasinya di bumi dalam perspektif geografi. Beliau mendeskripsikan Cultural Geographies dari beragam kebudayaan dari mulai Inggris hingga India, dari Ethiopia hingga Iceland. Starbo juga membuat definisi geografi sebagai berikut: "describe the known parts of the inhabited world ... to write the assessment of the countries of the world [and] to treat the differences between countries".

Pada abad kedua masehi, Ptolemy (circa 100 - 178 AD) membuat berbagai kontribusi terhadap geografi. Publikasinya dalam Geographike hyphegesis or "Guide to Geography" menggabungkan dan merangkum berbagai informasi geografi dari jaman Yunani dan Romawi. Beliau juga menciptakan 3 metode proyeksi bumi ke peta, perhitungan koordinat berbagai lokasi di bumi, dan memperkenalkan istilah lintang-bujur atau latitude-longitude

Selama jaman Renaissance (1400 to 1600 AD) banyak perjalanan geografi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di eropa. Perjalanan-perjalanan ini banyak dibiayai karena keuntungan komersial yang dapat diperoelh dari hasil eksplotasi kekayaan alam yang dilakukan. Perjalanan-perjalan yang dilakukan juga menambah banyak wawasan dan ilmu pengetahuan yang baru. Yang terkenal adalah Christopher Columbus, Vasco da Gama, Ferdinand Magellan, Jacques Cartier, Sir Martin Frobisher, Sir Francis Drake, John dan Sebastian Cabot, dan John Davis. Pada jaman ini juga Martin Behaim pada tahun 1492 membuat globe sferis yang mendeskripsikan bumi dalam bentuk 3-dimensi. Globenya ini banyak menginspirasi penjelajah bahwa mereka dalam mengelilingi bumi.

Peta yang dibuat oleh Oliva pada 1560, mendeskrpisikan bagian dunia yang telah diketahui pada masa itu. Pada abad ke-17, Bernhardus Varenius (1622-1650) mempublikasikan referensi geografi berjudul Geographia generalis (General Geography: 1650). Di bukunya ini Varenius membagi geografio dalam 3 disiplin. Yang pertama, bagian yang memperlajari bentuk dan dimensi bumi. Kedua, mempelajari pasang surut, variasi iklim dan fenomaena lainnya yang terkait dengan pergerakan bulan dan matahari. Kedua bagian ini kemudian berkembang menjadi Geografi fisik. Bagian yang terakhir adalah bagain yang mempelajari mengenai kebudayaan, yang kini dikenal sebagai Cultural Geography.

Pada abad ke-15, filsuf Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mengatakan bahwa pengetahuan manusia dapat dibagi dalam 3 kategori. (1) pengetahuan berdasarkan tipe objek yang dipelajari. Zoology mempelajari hewan, botany memperlajari flora, geology mempelajari batuan, dsb. (2) pengetahuan berdasarak dimensi temporal, yang dikenal sebagai sejarah. (3) pengetahuan yang mempelajari fakta dan fenomena melalui hubungan spatial, atau dikenal sebagai geografi. Kant juga membagi geografi ke dalam 6 cabang: Physical, Mathematical, Moral, Political, Commercial, and Theological Geography.

Pada 1800-an, geografi banyak mengalmi perkembangnan di Eropa dan Amerika Serikat. Di Jerman, Alexander von Humboldt, Carl Ritter, dan Fredrich Ratzel banyak membuat kontribusi untuk human and physical geography. Kosmos (1844) mempelajari geologi dan geogrfai fisik dari bumi. Pada akhir abad ke-19, Ratzel berteori bahwa distribusi dan kebudayaan manusia banyak dipengaruhi oleh linkungan alam. Geographer Perancis Paul Vidal de la Blanche mengatakan bahwa manusia merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi lingkungan. Ide bahwa manusia memodofikasi lingkungan fisik bumi juga tercetus di Amerika Serikat. Pada tahun 1847, George Perkins Marsh mengatakan bahwa kegiatan manusia banyak memberikan dampak yang buruk pada lahan bumi, terutama dengan deforestasi dan perubahan lahan yang dilakukan manusia. Hal ini tertuang dalam bukunya Man and Nature atau The Earth as Modified by Human Action, yang dipublikasikan tahun 1864. beliau saat itu telah memberikan peringatan akan konsekuensi ekologis dari kegiatan manusia.

Selama 50 tahun pertama tahun 1900an, banyak penelitian geografi yang dilakukan menggunakan metode deskriptif untuk menjawab research questions. Mulai tahun 1950an, penelitian geografi mengalami perubahan dalam metodologi, dan mulai terjadi revolusi kuantatif dimana orang lebih mempertanyakan proses terjadinya suatu fenomena. Hingga kini, orang memakai pendekatan seperti ini terlebih dengan perkembangan computer dan teknologi.

Pada tahun 1964, William Pattison mempublikasikan artikel pada Journal of Geography (1964, 63: 211-216) yang menyebutkan bahwa Geografi modern terbagi atas 4 tradisi:
1. Spatial Tradition – investigasi fenomena geografi dari perspektif spasial.
2. Area Studies Tradition – studi geografi pada suatu area di muka bumi baik skala local, skala regional, maupun skala global.
3. Human-Land Tradition – study geografi menyangkut interaksi manusia dengan lingkungan.
4. Earth Science Tradition – studi fenomena alam dari perspekti spasial, yang lebih dikenal sebagai geografi fisik.

Pada saat ini, tradisi akademik Pattison masih merupakan kajian utama investigasi geografi, namun seiring dengan peningkatan populasi manusia dan perubahan lingkungan yang ditimbulkannya, banyak investigasi menyangkut bagaimana manusia merubah lingkungan dan pengaruhnya terhadap kehidupan. Penelitian yang dilakukan mengarah untuk mencari cara mereduksi pengaruh negative yang dapat timbul. Penelitian ini menyangkut degradasi lingkungan dari hidrosfer, atmosfer, litosfer, dan biosfer, penggunaan sumber daya alam, bencana alam, environmental impact assessment; dan efek dari urbanisasi dan perubahan lahan terhadap lingkungan alaminyua.

Dari bahasan diatas, kita dapat menyimpulkan definisi geografi secara sederhana adalah sebuah bidang ilmu yang mengkaji fenomena alam secara spasial. “Geography is the field of knowledge that is concerned with how phenomena are spatially organized”.

Secara umum ilmu geografi menjawab 3 pertanyaan:
 where – dimana terletak
 why – mengapa terletak di situ
 how – bagaimana bias terletak di situ

Geografi Fisik mencoba menjelaskan bagaimana pola spasial dan orientasi dari fenomena alam yang terjadi. “Physical Geography attempts to determine why natural phenomena have particular spatial patterns and orientation”. Geografi Fisik merupakan pengetahuan tentang lingkungan bumi dan dinamikanya, serta kaitannya dengan manusia. Jadi Geografi merupakan bidang ilmua yang membahas elemen-elemen penting lingkungan fisik manusia secara bersama dan interrelasi.

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri dijelaskan definisi Geografi sebagai ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi. Sedangkan Geografi Fisik adalah cabang ilmu geografi tentang ciri-ciri dan sifat-sifat permukaan bumi, atmosfer, iklim, dan sebagainya.


Elemen Geografi

Dari bahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa geografi memiliki setidaknya 2 bidang kajian dengan metologi yang serupa: Geografi Fisik (Physical Geography) dan Geografi Manusia (Human Geography). Geografi fisik fokus pada unsur-unsur fisik atau fenomena alam, sedangkan Geografi manusia fokus pada manusia dan aktifitasnya.

Subdisiplin primer Geografi Fisik mempelajari atmosfer bumi (Meteorology and Climatology), kehidupan flora dan fauna (Biogeography), bentuk fisik permukaan bumi (Geomorphology), tanah (Pedology), dan air (Hydrology). Sedangka ilmu yang dipelajari di Geografi Manusia yaitu kehidupan bermasyarakat dan kebudayaannya (Social and Cultural Geography), perilaku (Behavioral Geography), ekonomi (Economic Geography), politik (Political Geography), and system kota (Urban Geography). Perbedaan antara keduanya diberikan pada Tabel 1, sehingga dapat lebih dipahami dan dimengerti fokus kajian dan perbedaan kajian dari kedua subbidang ilmu geografi ini.

Geografi disamping melakukan riset dasar, juga memelihara hubungan dan integritas perspektive yang menghubungkan pengetahuan dari beberapa disiplin ilmu. Geografi merupakan sebuah disiplin ilmu yang mengintegrasikan beranekaragam subjek. Hampir semua area pengetahuan manusia dapat juga dipelajari dari perspektif spasial. Diagram hubungan ilmu geografi dengan disiplin lain diperlihatkan pada Gambar 5.

Setiap bidang geografi terkait dekat dengan disiplin sumbernya (common-source). Misalnya geografi kultural terhubung dekat dengan antropologi, geografi politik dengan ilmu politik, geografi populasi dengan demografi.

Fokus ilmu geografi fisik adalah layer kehidupan, zona dangkal daratan dan lautan yang mengandung banyak organik hidup, biosfir. Perhatian utama dari ilmu geografi fisik adalah masalah kualitas layer kehidupan. Kualitas mengandung arti jumlah faktor-faktor fisik yang membuat layer kehidupan dapat digunakan sebagai habitat bagi seluruh tanaman dan hewan, tapi khususnya bagi manusia.

Kualitas itu ditentukan oleh faktor-faktor, kekuatan, dan input-input yang datang dari atmosfir dan lithosfir. Atmosfir membentuk iklim, yang menyebabkan terjadinya pertukaran panas dan air dengan daratan. Atmosfir juga menyediakan elemen-elemen vital untuk kehidupan seperti karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen. Lithosfir mempunyai unsur-unsur landscape-pegunungan, bukit, dan dataran-menyediakan habitat yang bervariasi untuk tumbuhan. Lithosfir juga sumber dasar elemen-elemen nutrien yang dibutuhkan untuk tumbuhan dan hewan. Air adalah bentuk material kehidupan penting lainnya, yang meresap pada layer kehidupan. Dalam segala bentuknya, air yang ada di bumi disebut hidrosfir.

Diantara atmosfir, lithosfir, dan hidrosfir dalam hubungannya dengan biosfir, terjadi suatu sistem aliran zat dan energi secara berkesinabungan. Sistem aliran ini berkenaan dengan energi matahari dan melibatkan udara, air, zat mineral, atau organisme hidup.

Memahami geografi fisik suatu daerah adalah vital ketika merencanakan suatu kelangsungan hidup bumi. Kelangsungan hidup tidak hanya bergantung pada ketersedian air dan makanan, tapi juga bergantung pada apakah lingkungan terhindar dari polusi dan perusakan yang dapat menurunkan daya dukung dari tanah itu sendiri. Tujuan utama dari geografi fisik yaitu mengevaluasi pengaruh manusia pada lingkungan alam.

Subdisiplin dari ilmu Geografi Fisik:
1. Geomorfologi (Geomorphology)
Adalah ilmu yang mempelajari pembentukan permukaan bumi. Mempelajari evolusi lereng, pembangunan daratan dan plateau, dan proses-proses terbentuknya bukit pasir dan goa dan tebing (elemen-elemen fisik dari bentang daratan). Pergerakan dari udara, es, gelombang air berkontribusi dalam pembentukan bentang daratan.
2. Klimatologi (Climatology)
Yaitu mempelajari iklim dan distribusi spasialnya. Merupakan kombinasi antara ilmu meteorologi (suatu ilmu cabang dari fisika yang mempelajari penomena atmosfir) dan geografi fisik. Klimatologi studi tentang: klasifikasi iklim, perubahan iklim, pola vegetasi, formasi tanah, dan hubungan antara sosial manusia dan iklim.
3. Biogeografi (Biogeography)
Adalah gabungan antara bidang ilmu biologi dan geografi fisik. Biogeografi dibagi dalam tiga bidang spesialisasi yaitu fitogeografi (spesialisasi dalam bidang botani), zoogeografi (spesialisasi dalam bidang hewan), dan ekologi.
4. Geografi tanah (Soil Geography)
Mempelajari pola-pola spasial tanah, distribusi, dan hubungannya dg iklim, vegetasi, dan manusia.
5. Geografi laut (Marine Geography)
Terkait dengan disiplin oseanografi. Dari sisi aspek sosial bidang ini mengkaji batas-batas laut, kompetisi sumber daya laut, dan hukum laut. (berkaitan erat dengan bidang geografi politik). Dari sisi fisik, bidang ini banyak mengkaji garis pantai dan tepi laut, mulut sungai dan unsur-unsur bentang daratan yang berkenaan dengan batas-batas laut kontinen.
6. Sumber daya air (Water Resources)
Adalah perpotongan antara bidang studi geografi fisik dan hidrologi. Mempelajari secara sistematik persediaan air yang ada dipermukaan dan sub-permukaan yang berpotensi bagi kehidupan manusia.

Dalam beberapa textbook, Geografi fisik juga dikaitkan dengan ilmu lainnya seperti geologi, ekologi, oseanografi, kartografi dan astrinomy.


Sejarah Geografi Fisik

Pada periode 1850 to 1950 terdapat 4 ide yang mempengaruhi disiplin imlu geografi fisik:
(1). Uniformitarianism – teori ini menangkal bahwa kondisi bumi sesaat adalah akibat kekuatan alam yang dasyat. Teori ini mengatakan bahwa kegiatan manusia dan alam dari masa lalu dan masa sekarang akan mempengaruhi bumi di kemudian hari.
(2). Evolution - Charles Darwin's Origin of Species (1859) mengatakan bahwa seleksi alam akan menentukan individu mana yang akan bertahan hingga masa depan, dan bahwa setiap individu akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk dapat bertahan hidup.
(3). Exploration and Survey – pada tahun 1900an bidang Geografi fisik banyak ditunjang dengan pengumpulan data dari hasil eksplorasi dan survey bumi. Pengumpulan data yang dilakukan termasuk data ketinggian, klasifikasi dan deskripsi lahan, pengukuran volume aliran sungai, pengukuran berbagai fenomena terkait dengan iklim dan cuaca, klasifikasi tanah, organisme, komunitas biologi dan ekosistem.
(4). Conservation – pada tahun 1850an mulai digiatkan upaya perlindungan alam menyusul terjadinya banyak perusakan alam akibat kegiatan manusia. hal ini antara lain tercetus oleh George Perkins Marsh (1864) dalam bukunya "Man in Nature" atau "Physical Geography as Modified by Human Action".

Setelah tahun 1950, terdapat dua kekuatan yang mempengaruhi ilmu Geografi fisik:
(1). The Quantitative Revolution – pengukuran menjadi focus utama dalam penelitian Geografi fisik, terutama untuk uji coba suatu hipotesis. Pengukuran ini melibatkan pemetaan, modeling, statistic, matematika, dan uji coba hipotesis. Para ilmuwan kini cenderung mempelajari proses terjadinya suatu fenomena alam ketimbang hanya mendeskripsikannya.
(2). The study of Human/Land Relationships – pengaruh dari kegiatan manusia terhadap lingkungan menjadi lebih tampak setelah tahun 1950. Sebagai respon, para ilmuwan Geografi fisik mulai mempelajari bagaimana pengaruh dari kegiatan manusia terhadap lingkungan. Penelitian yang banyak dilakukan menyangkut degradasi lingkungan dan penggunaan sumber daya alam, bencana alam, environmental impact assessment; dan efek dari urbanisasi dan perubahan lahan terhadap lingkungan alaminya.


Masa Depan Geografi Fisik

Kedepannya trend dari penelitian Geografi fisik akan mengarah ke beberapa hal yakni:
(1). Applied Physical Geography akan terus berkembang untuk melakukan analisis dan koreksi dari masalah lingkungan yang diakibatkan oleh manusia. Informasi teoritik dari Geografi fisik adalah penting untuk memanage dan memecahkan masalah terkait dengan fenomena alam yang ditemukan di dunia nyata.
(2). Remote Sensing – perkembangan teknologi memunculkan banyak instrument untuk memonitor sumber daya bumi dan lingkungan. Remote sensing akan menjadi tools yang akan semakin dipergunakan. Penggunaannya yang paling familiar adalah untuk memonitor iklim bumi untuk melakukan prediksi.
(3). Geographic Information Systems (GIS) – GIS memadukan basis data dengan koordinat spasial pada peta digital di computer. GIS akan menjadi semakin penting untuk manajemen sumber daya.

Geografi fisik adalah suatu bidang ilmu yang membahas elemen-elemen penting lingkungan fisik manusia secara bersama dan inter-relasi. Fokus ilmu geografi fisik adalah layer kehidupan, zona dangkal daratan dan lautan yang mengandung banyak organik hidup, biosfir. Perhatian utama dari ilmu geografi fisik adalah masalah kualitas layer kehidupan. Sebelum tahun 1950, geografi fisik dipengaruhi oleh uniformitarianism, teori evolusi, eksplorasi bumi, dan gerakan konservasi alam. Setelah tahun 1950, dua kekuatan yang mempengaruhi ilmu Geografi fisik adalah Revolusi kuantitatif dan studi dari relasi manusia/lahan. Kedepannya, Geografi fisik akan mengarah ke Applied Geografi Fisik, pemanfaatan Remote Sensing, dan Sistem Informasi Geografik.