Selasa, 14 Juli 2009

TEORI TERBENTUKNYA TATA SURYA


Teori Planetesimal dikembangkan oleh Thomas C. Chamberlin dan Fores R. Moulton pada tahun 1905. Menurut teori ini, matahari merupakan benda yang sudah ada di antara bintang-bintang yang lain. Pada suatu waktu, ada sebuah bintang yang mendekati matahari. Ketika bintang tersebut berpapasan dengan matahari, ada bagian dari matahari yang tertarik ke arah bintang tersebut karena adanya gaya tarik gravitasi yang bekerja di antara bintang dan matahari, sehingga terbentuk semacam sayap matahari. Ketika bintang tersebut menjauh dari matahari, gaya gravitasi yang bekerja semakin melemah sehingga bagian-bagian dari sayap matahari tersebut ada yang kembali ke matahari, tetapi ada yang membeku dan tidak kembali ke matahari. Bagian-bagian yang tidak kembali membentuk gumpalan yang disebut planetesimal. Setelah lama, beberapa gumpalan menyatu membentuk planet-planet yang bergerak mengelilingi matahari.
Kelemahan teori ini adalah bahwa semestinya, gas-gas yang tertarik ke arah bintang tidak berputar mengelilingi matahari, tetapi lebih mungkain melayang bebas di angkasa.

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[
Teori Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon.Buffon menyatakan bahwa tata surya berasal dari materi Matahari yang terlempar akibat bertumbukan dengan sebuah komet.

Teori pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys.Mereka berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang melintasi Matahari.Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian mengelilingi Matahari.Gas-gas panas tersebut kemudian berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit.
======================================…

Kesimpulan

Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa tata surya kita pada dasarnya terbentuk dari bolakabut raksasa (nebula) yangberputar pada porosnya. Putaran tersebut menyebabkan bagian-bagian yang kecil dan ringan terlempar keluar dan bagian yang terbesar dan berat berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Putaran tersebut juga menyebabkan temperatur bola kabut raksasa semakin meningkat dan terbetuklah matahari. Sementara itu, bagian yang ringan terlempar ke luar mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Gumpalan-gumpalan tersebut membentuk planet-planet yang terjadi seperti sekarang ini

Catatan

Dari sekian banyak teori yang paling mendekati kebenaran adalah teori Big Bang atau sering disebut sebagai ledakan besar yang terkendali. Bukti kebenaran teori big bang adalah jagat raya dari tahun ketahun semakin mengembang dan semakin luas.

Dua atom yang paling penting dalam astronomi adalah helium dan hidrogen. Di angkasa, atom-atom hidrogen tersebar sebagai individu atau sebagai molekul. Sedangkan helium, tetap menjadi atom yang melayang-layang dengan bebas.



Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.

G.P. Kuiper. Credit:wikipedia.org



Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya. (Sumber: wikipedia.org)



Teori Steady State atau teori keadaan tetap ini merupakan teori alternatif dari teori big bang yang menjadi teori standar terbentuknya alam semesta. Teori Steady State ini menjelaskan bahwa material baru secara terus menerus terbentuk sejalan dengan mengembangnya alam semesta. Terbentuknya material baru ini mengikuti kaidah-kaidah kosmologi sempurna, yaitu homogen dan isotropis, sehingga alam semesta tetap dalam keadaan stabil (steady state).

Agar kestabilan alam semesta tetap, maka terbentuknya materi-materi baru memiliki kecepatan yang sangat lambat (para ilmuwan berpendapat 1 atom hidrogen per centimeter kubik setiap 1 milyar tahun).

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sir James Jeans pada tahun 1920. Teori ini kemudian disempurnakan oleh Fred Hoyle, Thomas Gold, dan Herman Bondi sekitar tahun 1948.

Teori Steady State belakangan banyak ditinggalkan sejalan dengan temuan-temuan baru dari hasil penelitian dan pengamatan dari teori terbentuknya alam semesta model big bang.

Ada beberapa teori yang menjelaskan proses terbentuknya tata surya. Bahkan hingga sekarang para ahli terus menggali pengetahuan untuk menemukan teori yang dianggap paling tepat yang menjelaskan terbentuknya tata surya. Teori-teori yang telah ada sebenarnya adalah teori hasil dari eksperimen ataupun perhitungan secara matematis. Berikut ini beberapa teori tentang terbentuknya tata surya yang terkenal :

Teori "Big Bang" (Teori Letusan atau Dentuman Besar)

Teori ini menyimpulkan bahwa tata surya terbentuk akibat adanya satu ledakan yang sangat dahsyat yang terjadi kira-kira 13.750 juta tahun lalu (perkiraan umur alam semesta). Akibat ledakan tersebut terlontar materi-materi dalam jumlah yang sangat banyak ke seluruh penjuru alam semesta. Material-material inilah yang kemudian menjadi bentuk bintang, planet, satelit, debu kosmis, asteroid ataupun partikel-partikel kosmis lainnya.

Teori ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1927 oleh Georges Henri Edouard Lemaitre (17 July 1894 – 20 June 1966), seorang biarawan Katolik dari Belgia, ahli astronomi dan profesor fisika pada Catholic University of Louvain. Teorinya didasarkan atas teori relativitas Einstein dan asumsi-asumsi sederhana seperti homogenitas dan isotropi ruang. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Edwin Powell Hubble (November 20, 1889 – September 28, 1953) pada tahun 1929.



Teori Nebular (Teori Kabut Tebal)


Di dalam ilmu cosmogony, teori nebular ini adalah teori yang paling luas diterima untuk menjelaskan pembentukan dan evolusi dari tata surya. Teori ini dikemukakan pertama kali olehEmanuel Swedenborg pada tahun 1734. Pada awalnya teori ini hanya diterapkan untuk sistem tata surya matahari kita, tetapi sekarang para ahli mencoba menerapkannya untuk model alam semesta.

Teori ini menjelaskan, di alam semesta terdapat kabut yang sangat luas dan tebal yang terdiri dari gas hidrogen dan bahan-bahan masif yang membentuk gumpalan kabut raksasa (giant molecular clouds / GMC). Akibat pengaruh gaya gravitasi, molekul-molekul dari gas dan bahan masif menyatu membentuk bintang. Proses pembentukan satu bintang ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Matahari, bintang yang terdekat dengan kita, membutuhkan waktu 100 miliar tahun untuk terbentuk secara sempurna. Kabut yang mendingin kemudian terbentuk menjadi planet-lanet dan satelit serta benda-benda langit lainnya.

Teori ini kemudian dikembangkan oleh Imanuel Kant pada tahun 1755. Menurutnya, awan kabut yang disebut nebulae yang terdiri dari debu, gas dan plasma, yang bergerak berputar, akibat secara perlahan, akibat gaya gravitasi secara bertahap bersatu membentuk bintang dan planet-planet.

Teori ini kemudian dikembangkan oleh Pierre Simon Marquis de Laplace. Menurutnya gas-gas panas yang berputar pada sumbunya membentuk cincin-cincin. Sebagian cincin tersebut terlempar keluar dan tetap berputar. Cincin yang terlempar ini kemudian mengalami pendinginan, sehingga terbentuk gumpalan seperti bola yang akhirnya menjadi planet-planet.

Tidak ada komentar: