Senin, 05 April 2010

SEJARAH BUMI DAN JAGAD RAYA

SEJARAH BUMI DAN JAGAD RAYA
Bayangkan dirimu di suatu malam yang cerah berjalan di tepi pantai berpasir, lihatlah ke langit, kamu akan melihat bintang-bintang kemilau dengan cahayanya, sungguh megah alam semesta ini dengan segala benda yang ada di dalamnya. Banyak sekali benda-benda angkasa di langit. Ada bintang, planet, bulan, meteor dan sebagainya. Dapatkah kamu melihat pergerakan dari benda-benda angkasa itu? Benda-benda di ruang angkasa itu sesungguhnya merupakan sesuatu yang dinamis. Ada yang sedang mengembang, mati, bahkan terbentuknya benda langit yang baru. Begitu juga bumi, pernahkah kamu merasakan pergerakannya? Tentunya tidak, padahal bumi kita ini terus-menerus berputar pada porosnya. Sebagai awal marilah kita pikirkan bagaimana alam semesta ini terbentuk, dengan segala hukum dan susunannya yang rapi tiada terkira.

1.1 Teori Alam Semesta Kekal
Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.

Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan". Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.

Tidak ada komentar: