Minggu, 10 Januari 2010

PROFIL KEGIATAN BELAJAR GEOGRAFI

PROFIL KEGIATAN BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Latar Belakang

Belajar di perguruan tinggi (universitas) merupakan suatu cita-cita setiap orang lulusan sekolah menengah atas atau sederjat, hal ini terbukti setiap tahun calon mahasiswa mendaftar untuk menjadi mahasiswa di perguruan tinggi, dengan harapan dapat diterima dan sekaligus dapat menyelesaikan studi dengan cepat dan tepat waktu. Harapan dan cita-cita manakala tidak dibarangi dengan tekat yang kuat serta semangat yang sungguh-sungguh tidak jarang akan mengalami kegagalan belajar di universitas. Belajar di universitas sangat jauh berbeda dengan di jenjang sebelumnya, karena selain dituntut mandiri, mahasiswa harus dapat memecahkan masalahnya dan memotivasi diri sendiri untuk setiap permasalahan yang dihadapi termasuk dalam belajar.

Para mahasiswa harus mengatur pemakaian waktu yang tepat untuk belajar, harus mengikuti kuliah-kuliah secara tertib, harus membaca dalam bahasa asing, harus membuat bermacam-macam catatan pelajaran, menyusun karangan ilmiah atau laporan, menghafal berbagai pengertian, rumus, teori, dan sering harus pula bertekun, melakukan penelitian-penelitian di laboratorium atau perpustakaan. Pendeknya para mahasiswa harus betul-betul mencurahkan pikiran, perhatian, keuletan dan energi selama bertahun-tahun apabila ingin kelak menjadi sarjana yang bermutu.

Banyak mahasiswa telah belajar sangat giat, tetapi usaha tidak memberikan hasil yang diharapkan. Dalam ujian acapkali mengalami kegagalan dan bertahun-tahun telah bekerja keras tetapi belum juga lulus dari perguruan tinggi. Memang bekerja keras saja belum menjamin seseorang akan lulus dalam ujian dan mendapat gelar kesarjanaan. Di samping kesanggupan untuk berusaha giat dan tekun diperlukan pula cara belajar yang efisien. Bahkan-mahasiswa-mahasiswa yang tergolong sangat rajin dan cerdas, banyak pula yang gagal dalam ujian disebabkan karena kurang kepandaian dan pengetahuannya dalam teknik belajar.

Keadaan demikian juga dialami oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh. Berdasarkan data Evaluasi Diri PS.P Geografi tahun 2002 diketahui bahwa hasil belajar mahasiswa PS. P Geografi dapat dikatakan belum memuaskan. Hal ini tercermin dari rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diperoleh lulusan PS. P Geografi pada tahun 2002/2003 lebih rendah (2,84) jika dibandingkan dengan rata-rata IPK lulusan Jurusan PIPS (2,89) dan IPK rata-rata lulusan Unila (2,97) pada tahun yang sama (Pidato Rektor Unila Tahun 2002). Rata-rata lama studi yang digunakan untuk mencapai IPK tersebut juga tergolong masih cukup lama (5,35 tahun) pada tahun 2002/2003, angka ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata lama studi lulusan Unila (5,59 tahun). Padahal kurikulum yang dirancang memungkinkan mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dalam waktu 4 (empat) tahun. Kenyataan ini dapat dijadikan indikasi adanya masalah dalam cara belajar mahasiswa, meskipun cara belajar bukan merupakan faktor tunggal yang berpengaruh terhadap terhadap hasil belajar.

Berbeda dengan cara belajar saat mahasiswa masih sekolah di sekolah lanjutan yang lebih mudah mendapatkan bimbingan, di perguruan tinggi mahasiswa ditempat-kan sebagai manusia dewasa yang mandiri yang harus siap mengikuti proses pembe-ajaran dengan model-model pembelajaran yang diterapkan dosen. Kemandirian bela-jar menjadi tuntutan dan modal utama dalam mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi. Oleh karena itu, kebiasaan belajar yang baik akan sangat membantu mahasiswa dalam mewujudkan cita-citanya. Hal ini tentunya dapat dicapai apabila mahasiswa telah mempunyai kebiasaan belajar atau cara belajar yang baik sejak mereka di jenjang pendidikan sebelumnya.

Penelitian tentang cara belajar mahasiwa PS. P Geografi pernah dilakukan pada tahun 1985 oleh Trisnaningsih dan Buchori Asyik (1990). Namun setelah itu, kecenderungan yang muncul dalam kegiatan penelitian dosen khusunya dosen PS. P Geografi, tema-tema penelitian tentang situasi yang berkaitan dengan cara belajar mahasiswa kurang mendapat perhatian, padahal setiap hari dosen berkecimpung dalam masalah ini. Hal ini yang mendorong ingin ditelitinya kebiasaan belajar mahasiswa PS. P Geografi, mengingat rata-rata hasil belajar mereka yang masih rendah dan rata-rata lama studi yang tergolong panjang. Biasanya semakin lama mahasiswa menjadi sarjana (lulus) ada kecenderungan masalah yang dihadapi akan semakin banyak dan kompleks pula. Oleh karena itu dengan diketahuinya kebiasaan belajar mahasiswa, akan lebih mudah untuk dicarikan jalan keluar permasalahan belajar yang dihadapinya.

1.2 Perumusan Masalah

Kebiasaan belajar mahasiswa mencerminkan cara-cara yang dilakukan mahasiswa dalam belajar. Banyak cara belajar yang dilakukan mahasiswa, namun secara umum cara belajar tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara belajar yang baik dan cara belajar yang buruk. Cara belajar tersebut akan dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi suatu kebiasaan belajar. Ada kecenderungan kebiasaan belajar yang baik mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Namun tidak semua mahasiswa mempunyai kebiasaan belajar yang baik, sehingga mahasiswa tidak dapat menyelesaikan studinya dengan baik pula. Dengan demikian, informasi mengenai kebiasaan belajar menjadi sangat penting, karena informasi ini dapat digunakan untuk refleksi diri baik bagi mahasiswa maupun dosen guna peningkatan mutu proses pembelajaran. Dari kerangka pemikiran di atas, rencana penelitian ini dirumuskan dalam bentuk permasalahan sebagai berikut:

(1) Bagaimana kebiasaan belajar mahasiswa PS. P Geografi?

(2) Apakah kebiasaan belajar mahasiswa PS. P Geografi sudah tergolong baik?

(3) Apakah masalah utama yang dihadapi mahasiswa dalam belajar?

(4) Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar mahasiswa menurut kebiasaan

belajar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara obyektif tentang kebiasaan belajar mahasiswa PS. P Geografi dengan rincian sebagai berikut:

  1. Kebiasaan belajar mahasiswa.
  2. Katagori kebiasaan belajar mahasiswa.
  3. Masalah-masalah belajar yang dihadapi mahasiswa.
  4. Perbedaan hasil belajar menurut kebiasaan belajar mahasiswa.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Buat peneliti berguna sebagai informasi penting dalam upaya membantu mahasiswa untuk pembimbingan lebih lanjut dalam kapasitas sebagai dosen pembimbing akademik.

b. Membantu mencarikan solusi yang terbaik dan berkelanjutan untuk mewujudkan kebiasaan belajar yang baik.

c. Sebagai bahan refleksi diri dan perbaikan bagi mahasiswa berkaitan dengan kebiasaan belajarnya.

d. Sebagai informasi kepada mahasiswa dan dosen tentang kebiasaan belajar mahasiswa yang dapat dipergunakan dalam perbaikan peningkatan mutu proses pembelajaran.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode komparatif deskriptif, karena selain mendeskripsikan tentang suatu fenomena, dalam hal ini adalah kebiasaan belajar mahasiswa juga menganalisis pengaruh kebiasaan belajar dengan hasil belajar mahasiswa.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa PS. P Geografi Jurusan PIPS FKIP Unila tahun ajaran 2005/2006 yang dibatasi pada mahasiswa yang angkatan 2000/2001 sampai dengan angkatan 2005/2006 sebanyak mahasiswa. Pembatasan ini dengan pertimbangan bahwa mahasiswa pada angkatan tersebut belum ada yang menyelesaikan kuliahnya atau belum lulus, sehingga dimungkinkan terwakili keane-karagaman kebiasaan belajar dan hasil belajar yang diperolehnya. Sementara mahasiswa untuk angkatan sebelum tahun 2000/2001 sudah cukup banyak yang lulus, sehingga sulit ditemui. Umumnya mereka mempunyai hasil belajar (IPK) yang sangat memuaskan (tinggi), sementara mahasiswa angkatan tersebut yang belum lulus pada umumnya hasil belajarnya rendah, karena itu dikhawatirkan kalau mereka diikutserta-kan sebagai sampel, maka sasaran penelitian ini tidak akan terwakili (akan didominasi oleh mahasiswa dengan IPK rendah).

Sampel akan diambil sesuai dengan kebutuhan, yaitu sekitar 50 persen dari populasi atau sebanyak 122 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified insidental sampling. Teknik ini digunakan mengingat populasi terdiri dari mahasiswa dengan tahun masuk dan jumlah yang berbeda. Pengambilan secara insidental didasari pada bahwa tidak semua mahasiswa dapat ditemui dalam waktu yang bersamaan, karena ada mahasiswa yang masih aktif kuliah dan ada mahasiswa yang sudah tidak aktif kuliah (mereka datang ke kampus hanya untuk keperluan konsultasi penulisan skripsi). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah IPK yang diperoleh mahasiswa sampai dengan semester ganjil 2005/2006.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang mengadop dari pertanyaan penelitian tentang Cara Belajar Terbaik di Universi-tas yang ditulis oleh Winarno Surakhmad (1982) yaitu berupa ungkapan yang dimintakan pendapat mahasiswa tentang ungkapan tersebut dan diisi oleh mahasiswa.

3.4 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi persentase dan tabel silang untuk permasalahan nomor 1 sampai nomor 3, sedangkan permasalahan nomor 4 dianalisis dengan menggunakan statistik deskripstif tabel silang atau cross table.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel pengaruh dan variabel terpengaruh. Variavel pengaruh yaitu kebiasaan belajar, sedangkan variabel terpengaruh adalah hasil belajar. Definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:

1. Kebiasaan belajar adalah suatu cara belajar yang biasa dilakukan oleh mahasiswa yang ditentukan berdasarkan jadwal belajar, menepati jadwal belajar, keteraturan belajar, materi belajar, catatan kuliah, membaca buku, dan konsentrasi belajar jadwal belajar, waktu belajar, dan catatan pelajaran. Kebiasaan belajar dikatakan baik bila responden mempunyai jadwal belajar, menepati jadwal belajar, keteraturan belajar, materi belajar, catatan kuliah, membaca buku, dan konsentrasi belajar jadwal belajar, waktu belajar, dan catatan kuliah tersendiri untuk setiap mata kuliah. Kebiasaan belajar dikatakan tidak baik apabila dua komponen dari kebisaan belajar tersebut tidak terpenuhi. Informasi mengenai kebiasaan belajar ini diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang mereka isi.

2. Hasil belajar adalah adalah nilai dari indeks prestasi kumulatif (IPK) yang diperoleh mahasiswa dari seluruh mata kuliah yang telah mereka tempuh. Data hasil belajar (IPK) diperoleh berdasarkan jawaban responden yang tulis dalam kuesioner.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identitas Responden

Identitas responden yang disajikan pada bagian ini meliputi: jumlah, latar belakang demografi, sosial ekonomi dan fasilitas belajar.

4.1.1 Jumlah responden

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 122 orang, terdiri dari mahasiswa angkatan 2001/2002 sampai dengan angkatan 2005/2006. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Responden Menurut Tahun Masuk

No.

Tahun Masuk

Laki-Laki

Perempuan

Laki-Laki + Perempuan

f

%

f

%

f

%

1

2001/2002

1

2,86

5

5,75

6

4,92

2

2002/2003

5

14,29

7

8,05

12

9,84

3

2003/2004

12

34,29

17

19,54

29

23,78

4

2004/2005

5

14,29

28

32,18

33

27,05

5

2005/2006

12

34,29

30

34,50

42

34,43


Jumlah

35

100,0

87

100,0

122

100,0

Sumber: Hasil Penelitian

Responden terbanyak (34,43 persen) adalah mahasiswa angkatan 2005/2006, kemudian mahasiswa angkatan 2004/2005 (27,05 persen) dan mahasiswa angkatan 2002/2003 (23,78 persen). Banyaknya mahasiswa angkatan 2005/2006, 2004/2005 dan 2003/2004 yang menjadi responden dikarenakan mereka masih aktif mengikuti perkuliahan, sementara mahasiswa angkatan 2002/2003 dan 2001/2002 pada umum-nya sudah menyelesaikan teori mata kuliah yang mereka tempuh, saat ini mereka sedang menyusun skripsi, sehingga tidak seluruh mahasiswa selalu hadir di kampus. Mahasiswa dua angkatan terakhir yang menjadi responden diambil secara insidental , yaitu mereka yang kebetulan datang ke kampus dijadikan sebagai responden. Hal ini dilakukan, karena kesulitan menemui mereka di luar kampus.

4.1.2 Latar Belakang Demografis Repsonden

Latar belakang demografis pada bagian ini disajikan mengenai suku bangsa, agama, dan jumlah saudara kandung responden. Dari segi suku bangsa (Tabel 2), terbanyak (41,0 persen) responden adalah Suku Jawa, kemudian Lampung (25,41 persen) dan Palembang (19,67 persen).

Tabel 2. Responden Menurut Suku Bangsa

No

Suku Bangsa

f

Persen

1

Jawa

50

40,98

2

Lampung

34

25,41

3

Palembang

24

19,67

4

Sunda

5

4,09

5

Lainnya

12

9,84


Jumlah

122

100,00

Sumber : Hasil Penelitian

Banyaknya responden Suku Jawa tidak terlepas dengan kondisi kependudukan di Propinsi Lampung yang sebagian besar (sekitar 65 persen) penduduknya adalah Suku Jawa. Sementara penduduk Suku Lampung jumlahnya sekitar 20 persen, selebihnya adalah suku-suku lainnya. Meskipun demikian responden Suku Lampung tergolong cukup banyak yang menjadi responden dalam penelitian ini. Perlu diperhatikan bahwa jumlah responden menurut suku bangsa ini tidak diambil secara proporsional sesuai dengan jumlah mereka yang kuliah di PS. P. Geografi. Penentuan mereka sebagai responden dilakukan secara kebetulan.

Dari segi agama, sebagian besar (96,72 persen) atau 118 responden beragama Islam, hanya 2,46 persen atau 3 responden yang beragama Kristen Protestan dan hanya 0,82 persen atau 1 responden yang beragama Katholik.

Selain itu, diketahui juga bahwa pada umumnya (64,75 persen) responden berasal dari keluarga besar, yaitu keluarga dengan anak lebih dari 3 orang, dan terbanyak responden memiliki jumlah saudara kandung sebanyak 3-4 orang (47,54 persen),

4.1.3 Latar Belakang Sosial Ekonomi Responden

Kondisi sosial ekonomi responden yang akan disajikan pada bagian ini meliputi, asal sekolah, kota asal sekolah, status tempat tinggal, jumlah biaya hidup per bulan. Uraian secara rinci keempat kompenen tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Responden Menurut Asal Sekolah

NO

Asal Sekolah

f

Persen

1

SMAN:

- Negeri

- Swasta

109

7

89,34

5,74

2

MAN/S

3

2,46

3

SMK

3

2,46


Jumlah

122

100,0

Sumber: Hasil Penelitian

Dari segi asal sekolah, sebagain besar (95,08 persen) atau 116 responden berasal dari sekolah menengah atas (SMA) baik negeri (89,34 persen) atau 109 responden maupun swasta (5,74 persen) atau 7 responden, selebihnya berasal dari sekolah Madrasah Aliah, dan Sekolah Menengah Kejuruan (Tabel 3). Banyaknya responden dari sekolah menengah atas tidak terlepas dengan tujuan pembelajaran pada sekolah tersebut yaitu menghasilkan lulusan yang berletar belakang ilmu pengetahuan secara umum, diharapkan mereka dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Kemudian penelusuran terhadap asal sekolah diperoleh bahwa sebagian besar (72,13 persen) atau 88 responden berasal dari sekolah menengah atas di Propinsi Lampung. Terbanyak mereka berasal dari Kota Bandar Lampung, yaitu 44 responden (36,07 persen), diikuti dari Kabupaten Tanggamus yaitu 10 responden (8,20 persen), kemu-dian disusul responden dari Kabupaten Lampung Tengah yaitu 9 responden (7,38 persen) dan responden dari Kabupaten Lampung Utara yaitu 8 orang (6,66 persen) (Tabel 4).

Kota Bandar Lampung menyumbang mahasiswa terbanyak kiranya dapat dimaklumi, karena Universitas Lampung terletak di kota ini yang tentunya mempunyai daya tarik lebih besar terhadap lulusan sekolah menengah di kota ini jika dibandingkan dengan lulusan di kota/kabupaten lainnya di Propinsi Lampung. Selain itu, Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota Propinsi memiliki fasilitas layanan sosial yang paling lengkap jika dibandingkan dengan kota dan kabupaten lainnya di Propinsi Lampung, memberikan kesempatan kepada warganya memperoleh pelayanan pendidikan yang lebih baik, sehingga kemampuannya bersaing dengan lulusan di luar Kota Bandar Lampung dalam wilayah Propinsi Lampung lebih tinggi. Oleh karena jumlah lulusan SMA dari Kota Bandar Lampung lebih banyak yang diterima di Universitas Lampung.

Kemudian untuk lulusan dari luar Propinsi Lampung yang terbanyak diterima di Unila khususnya Program Studi Pendidikan Geografi berasal dari Propinsi Sumatera Selatan, yaitu sebanyak 26,23 persen atau 32 responden.

Tabel 4. Responden Menurut Kota Asal Sekolah

No.

Kota Asal Sekolah

f

Persen

1.

Propinsi Lampung

90

73,77


Kota Bandar Lampung

44

36,07


Kabupaten Tanggamus

10

8,20


Kabupaten Lampung Tengah

9

7,38


Kabupaten Lampung Utara

8

6,56


Kabupaten Lampung Selatan

7

5,74


Kota Metro

6

4,92


Kabupaten Lampung Barat

4

3,28


Kabupaten Lampung Timur

1

0,82


Kabupaten Way Kanan

1

0,82

2.

Propinsi Sumatera Selatan

29

23,77

3.

Daerah Khusus Ibukota Jakarta

2

1,64

4.

Propinsi Jawa Barat

1

0,82


Luar Propinsi Lampung

32

26,23


Jumlah

122

100,0

Sumber: Hasil Penelitian

Keadaan ini dapat juga disebabkan oleh faktor jarak yang dekat antara kedua wilayah propinsi tersebut, sehingga banyak terjadi arus migrasi masuk dan keluar dari dan ke kedua wilayah tersebut. Faktor lain yang diduga turut berpengaruh terhadap fenomena tersebut adalah terkait dengan keberadaan PS. P. Geografi yang merupakan satu-satunya program yang ada di wilayah Sumatera bagian selatan (Sumbangsel), sehingga peminat terhadap program ini di wilayah Sumbangsel, pilihan terdekatnya adalah ke Propinsi Lampung.

Hal lain yang tidak kalah penting dalam kaitannya dengan kelancaran studi responden adalah masalah tempat tinggal responden, dalam hal ini dilihat dari status tempat tinggal responden untuk menunjukkan apakah responden tinggal bersama orangtua atau kost. Diduga responden yang tinggal bersama orangtua tidak banyak mengha-dapi persoalan non-akademis, sehingga akan lebih tenang dalam belajar. Status tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Responden Menurut Status Tempat Tinggal

No

Status Tempat Tinggal

f

Persentase

1

Kost

62

50,82

2

Ikut Orang Tua

47

38,52

3

Ikut Famili

11

9,02

4

Rumah Sendiri

2

1,64


Jumlah

122

100,0

Sumber: Hasil Penelitian

Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah responden lebih dari separoh tinggal di Kota Bandar Lampung tidak bersama orangtua mereka, umumnya mereka kost, yaitu dengan mengontrak kamar, ada yang bersama induk semangnya dan ada yang tidak bersama induk semang. Responden yang tinggal bersama orangtua sebanyak 38,52 persen (47 responden), lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah responden yang berasal dari Kota Bandar Lampung (44 responden) sebagai kota asal sekolah, padahal seharusnya jumlahnya sama. Jadi ada selisih tiga responden dalam hal ini, diduga karena pada saat penelitian terjadi migrasi keluarga dari tiga responden tersebut ke Kota Bandar Lampung.

Masalah non-akademis lainnya yang banyak berpengaruh terhadap kelancaran studi mahasiswa adalah biaya hidup. Biaya hidup diperlukan oleh semua responden baik yang tinggal bersama orangtua, famili maupun yang kost. Namun masalah ini diduga lebih berat dihadapi oleh responden yang tidak tinggal bersama orang tua, karena biasanya responden mendapat jatah biaya hidup dalam jumlah tertentu untuk waktu tertentu, mungkin per-minggu atau per-bulan, tergantung dari kemampuan orangtua dan jarak tempat tinggal orangtua (dekat atau jauh). Dalam hal ini responden harus dapat mengatur keuangannya dengan baik untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya baik untuk kebutuhan hidup maupun untuk kebutuhan kuliah. Ketidakselarasan antara biaya hidup yang diperoleh dengan kebutuhan hidup, dapat mengganggu ketenangan dan kelancaran belajar responden. Data mengenai jumlah biaya hidup responden dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Responden Menurut Jumlah Biaya Hidup

No

Jumlah Biaya Hidup (Rp)

f

Persentase

1

< 500.000,0

48

39,34

2

> 500.000,0

27

22,13

3

Tidak menjawab

47

38,52


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

Informasi mengenai biaya hidup responden tidak dapat disajikan seluruhnya dalam laporan ini, karena responden yang tinggal bersama orang tua tidak dapat memberikan jawaban jumlah biaya hidup yang mereka butuhkan setiap bulan. Hal ini dapat dimaklumi, karena pengeluaran mereka menjadi satu dengan pengeluaran seluruh anggota rumahtangga, sehingga agak sulit untuk merinci pengeluaran hanya untuk responden saja.

Data tentang jumlah biaya hidup responden yang disajikan pada bagian ini hanya untuk responden yang tidak tinggal bersama orangtua mereka, yaitu sebanyak 75 responden (61,48 persen) dari seluruh responden. Dari jumlah tersebut diperoleh informasi bahwa jumlah biaya hidup responden berkisar antara terendah Rp 100.000,0 sampai dengan tertinggi Rp 850.000,0, dengan rata-rata sebesar Rp 414.000,0 per- bulan. Angka rata-rata ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan upah minimum propinsi (UMP) per-bulan seorang pekerja di Propinsi Lampung pada tahun 2005, yaitu sebesar Rp 505.000,0. Jadi, dari keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata jumlah biaya responden per- bulannya tergolong rendah.

Selain itu data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 75 responden yang mendapat biaya hidup dengan cara dikirim oleh keluarga, sebagian besar (64 persen) atau 48 responden memperoleh kiriman uang sebesar kurang dari Rp 500.000,0 per-bulan dan hanya 27 responden (36 persen) yang biaya hidupnya sama atau lebih dari Rp 500.000,0.

4.1.4 Kondisi Fasilitas Belajar

Kondisi fasilitas belajar responden yang disajikan pada bagian ini meliputi ketersediaan ruang belajar, perabotan belajar dan buku bacaan yang dimiliki. Dalam hal ruang belajar, sangat sedikit (4,92 persen) atau 6 responden yang mempunyai ruang belajar khusus, sementara sebagian besar lainnya, yaitu 116 responden (95,08 persen) ruang belajarnya bergabung dengan kamar tidur ruang keluarga (hanya 3 responden dari 116 responden).

Selain itu, proses belajar juga harus didukung oleh perabotan belajar yang memadai seperti meja, kursi, rak buku, komputer dan sebagainya. Dalam hal ini sebagian besar (64,76 persen) atau 79 responden perabotan belajar yang dimiliki responden hanya berupa meja dan kursi, sedangkan yang tergolong cukup baik yaitu memiliki meja, kursi dan komputer ada (20,49 persen) atau 25 responden dan hanya (14,75 persen) atau 18 responden yang memiliki fasilitas belajar lengkap atau baik yaitu terdiri dari meja, kursi, komputer, rak buku dan papan pengumuman.

Kemudian dalam hal pemilikan buku bacaan, responden menjawab sudah cukup banyak (80,33 persen) atau 98 responden yang mengaku memiliki buku bacaan baik untuk mata kuliah wajib maupun pilihan serta bacaan lainnya dari majalah, jurnal dan kliping. Buku bacaan wajib disini belum mencerminkan keseluruhan dari buku bacaan wajib untuk setiap mata kuliah dalam bentuk buku teks dalam bentuk asli dalam arti bukan foto copy. Dugaan sementara buku-buku tersebut adalah dalam bentuk foto copy, biasanya diperoleh dengan cara mengfoto-copynya buku teks asli yang dipin-jami oleh dosen pengasuh mata kuliah. Dalam hal alat tulis, meskipun dalam pem-bejaran geografi diperlukan alat tulis khusus seperti Rapido untuk membuat peta secara manual, ternyata tidak seluruh responden memilikinya. Hanya ada (24,60 persen) atau 30 responden yang memiliki alat tulis khusus yang berkaitan dengan pembelajaran Geografi, selebihnya (75,42 persen) atau 92 responden menggunakan alat tulis umum. Berdasarkan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi fasilitas belajar responden tergolong kurang baik.

4.2 Kebiasaan Belajar Responden

4.2.1 Waktu Belajar

Beberapa komponen yang berkaitan dengan kebiasaan belajar akan disajikan pada uraian berikut. Dalam hal waktu belajar, umumnya (50,0 persen) atau 61 responden belajar pada waktu malam hari, cukup banyak (24,59 persen) atau 30 responden yang belajar pada waktu pagi dan malam hari, ada yang belajar hanya pada waktu pagi, siang atau sore hari saja jumlahnya sangat sedikit (4,92 responden) atau 6 responden dan selebihnya (20,49 persen) atau 25 responden mempunyai waktu belajar yang tidak teratur, kadang-kadang belajar pagi, siang, sore dan malam hari.

4.2.2 Lama Belajar

Pemilihan terhadap waktu belajar akan berpengaruh terhadap lama waktu belajar responden, karena terkait dengan tugas-tugas lain yang harus dikerjakan responden. Lama belajar responden berkisar dari terendah 10 menit sampai terlama 240 menit, dengan rata-rata lama jam belajar perminggu sebesar 93 menit. Lama jam belajar ini untuk ukuran mahasiswa tergolong lama, karena melebihi rata-rata jam belajar ideal. Sebagaimana pendapat (Gie, 1979) yang mengatakan bahwa bahwa setiap hari 1 jam selama 6 hari berturut-turut akan memberi hasil yang lebih besar daripada sekaligus 6 jam setiap kali dalam jangka waktu seminggu.

Tabel 7 Responden Menurut Lama Belajar Di Rumah

No.

Lama Belajar (dalam jam)

f

Persentase

1

<>

20

16,40

2

1 – 2

88

72,13

3

> 2

14

11,47


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pada umumnya (72,13 persen) atau 88 responden belajar selama 1-2 jam per-minggu, cukup banyak (11,47 persen) atau 14 responden yang belajar lebih dari 2 jam per-minggu. Lama belajar responden tersebut meskipun tergolong lama, namun masih termasuk baik.

4.2.3 Keteraturan Belajar

Belajar akan sangat dirasakan manfaatnya apabila dilakukan secara teratur dalam arti setiap hari belajar meskipun hanya dalam sedikit daripada belajar dalam waktu yang lama tapi tidak teratur. Namun kondisi ini belum tercermin dari kebiasaan belajar responden, hanya ada (23,77 persen) atau 29 responden yang belajarnya teratur setiap hari. Terbanyak (26,23 persen) atau 32 responden belajar hanya kalau mau kuis atau mid dan mereka yang belajar hanya kalau ada tugas jumlahnya cukup banyak (10,66 persen) atau 13 responden, bahkan ada yang belajar hanya kalau akan ujian (2,46 persen) atau 3 responden. Dalam persentase terbesar (36,89 persen) atau 45 responden belajar tidak teratur setiap hari dengan variasi jawaban diantara ada ysng belajar kalau mau mid dan ujian, ada yang belajar kalau mid dan ada tugas, ada yang belajar kalau mau mid, ujian dan ada tugas dan ada yang belajar kalau mau ujian dan ada tugas (Tabel 8).

Tabel 8 Responden Menurut Keraturan Belajar

No

Keteraturan Belajar

f

Persentase

1

Kalau mau kuis/mid/ujian/tugas

45

36,88

2

Kalau mau kuis/mid

32

26,23

3

Setiap hari

29

23,77

4

Kalau ada tugas

13

10,66

5

Kalau mau ujian

3

2,46


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

4.2.4 Jadwal Belajar

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap lama waktu belajar seseorang, diantaranya adalah jadwal belajar. Dalam hal jadwal belajar, ternyata sebagian besar (63,12 persen) atau 77 responden tidak memiliki jadwal belajar, artinya mereka belajar kapan saja mereka mau, sedangkan responden yang memiliki jadwal belajar jumlahnya hanya (36,89 persen) atau 45 responden. Meskipun sudah memiliki jadwal belajar, namun tidak seluruhnya menepati jadwal belajar tersebut, walaupun jumlah-nya sedikit yaitu hanya (20,0 persen) atau 9 responden dari 45 responden. Selebihnya 36 responden (80 persen) menepati jadwal belajar yang sudah mereka buat.

4.2.5 Teman Belajar

Hal lain yang juga dapat memperlancar atau menghambat proses belajar adalah ke-hadiran teman belajar. Dalam hal ini tidak banyak responden yang belajar di rumah dengan teman, hampir seluruh (96,72 persen) atau 118 responden belajar di rumah tanpa teman atau sendiri, selebihnya (3,28 persen) atau 4 responden menjawab kadang sendiri kadang ada temannya.

4.2.6 Suasana Belajar

Belajar tanpa teman tidak identik dengan suasana belajar yang tenang, hanya (54,92) persen atau 67 responden yang belajar dalam suasana tenang, meskipun jumlah mere-ka terbanyak. Cukup banyak (30,33 persen) atau 37 responden yang belajar sambil mendengarkan musik, bahkan ada yang sambil nonton TV meskipun jumlahnya tidak banyak (4,92 persen) atau 6 responden, selebihnya (9,84 persen) atau 12 responden belajar dalam suasana variasi diantaranya.

4.2.7 Gaya Belajar

Suasana belajar yang nyaman menghendaki gaya belajar tertentu. Dalam hal ini, gaya belajar responden terbanyak adalah sambil duduk di kursi (34,43 persen) atau 42 responden. Cukup banyak responden yang belajar sambil tiduran (28,69 persen) atau 35 responden dan duduk di lantai (23,77 persen) atau 29 responden, selebihnya (13,12 persen) atau 16 responden belajar dengan gaya yang tidak tentu.

4.2.8 Materi Belajar

Banyak hal yang bisa dipelajari dalam belajar, baik materi belajar yang berhubungan langsung dengan materi kuliah maupun yang tidak berhubungan langsung dengan materi kuliah. Dalam kaitannya dengan materi belajar (Tabel 9), responden umumnya (44,26 persen) atau 54 responden belajar hanya mengerjakan tugas. Hal ini sebenarnya mencerminkan kebiasaan belajar yang kurang baik, karena kalau tidak ada tugas, maka dimungkinkan responden tidak belajar.

Responden yang membaca literatur wajib masih sangat sedikit yaitu (18,85 persen) atau 23 reponden, sedangkan yang mengulang materi kuliah hanya (15,57 persen) atau 19 responden. Selebihnya (21,31 persen) atau 26 responden belajar selain mengulang materi kuliah, juga membaca literatur wajib dan mengerjakan tugas.

Tabel 9. Responden Menurut Materi Belajar

No.

Materi Belajar

f

Persentase

1

Mengerjakan tugas

54

44,26

2

Mengulang materi kuliah, membaca literatur

wajib dan mengulang materi kuliah

26

21,31

3

Membaca literatur wajib

23

18,85

4

Mengulang materi kuliah

19

15,57


Jumlah

122

100,0

Sumber: Hasil Penelitian

4.2.9 Catatan Kuliah

Mempelajari materi pelajaran akan lebih mudah apabila materi pelajaran tersebut disimpan dengan rapi, baik dari segi peletakannya maupun pengarsipannya, terutama untuk materi pelajaran dari kuliah yang dicatat sendiri oleh responden. Akan lebih mudah memperlajari materi kuliah yang tercatat dalam buku catatan tersendiri sesuai dengan masing-masing mata kuliah.

Tabel 10. Responden Menurut Catatan Kuliah

No

Catatan Kuliah

f

Persentase

1

Digabung menjadi satu buku untuk semua matakuliah

61

50,00

2

Dicatat di kertas lembaran terpisah-pisah

36

29,51

3

Dicatat tersendiri per-buku untuk setiap mata kuliah

21

17,21

4

Tidak mempunyai catatan baik buku maupun lembaran

4

3,28


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

Untuk catatan kuliah, penelitian ini mendapatkan bahwa separoh (50,0 persen) atau 61 responden menggabungkan catatan kuliah dalam satu buku untuk semua mata kuliah. Bahkan respponden yang mencatat dalam kertas lembaran terpisah-pisah jumlahnya kedua terbanyak (29,51 persen) atau 36 responden. Cara pencatatan seperti ini akan sangat beresiko hilang dan sulit menemukannya apabila ingin segera membacanya kembali.

Responden yang mencatat tersendiri per-buku untuk setiap mata kuliah jumlahnya cukup banyak (17,21 persen) atau 21 responden (Tabel 10). Banyaknya responden yang tidak melakukan hal ini diduga karena responden merasa tidak seluruh materi kuliah dicatat. Hal ini dimungkinkan untuk mata kuliah yang sudah memiliki bahan ajar (buku ajar), sehingga responden merasa sudah cukup dengan materi kuliah yang ada di dalam bahan ajar tersebut, tetapi bisa juga disebabkan oleh alasan lainnya (misalnya biaya terbatas).

4.2.10 Konsentrasi Belajar

Konsentrasi dalam belajar sangat diperlukan untuk dapat memahami materi belajar dengan baik, namun belum semua responden dalam penelitian ini dapat ber-konsentrasi dalam belajarnya. Penelitian ini mendapatkan bahwa responden yang dapat ber-konsentrasi dalam belajar jumlahnya lebih sedikit (37,70 persen) atau 46 responden jika dibandingkan dengan responden yang tidak dapat kosentrasi dalam belajar (62,30 persen) atau 76 responden.

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi belajar, faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri pembelajar. Oleh karena itu, dalam belajar dimungkinkan pembelajar tidak konsentrasi terhadap materi belajar yang sedang dipelajarinya. Konsentrasi belajar juga bersifat tidak setia, dalam arti konsentrasi belajar tidak selamanya terjadi selama proses belajar itu berlangsung, umumnya konsentrasi belajar lebih bisa diperoleh oleh pembelajar yaitu pada awal kegiatan belajarnya dan dalam waktu yang singkat hanya sekitar 10 menit. Setelah itu pembelajar harus lebih bekerja keras untuk memusatkan perhatiannya kepada materi belajar yang sedang dipelajarinya.

4.3 Penggolongan Kebiasaan Belajar

Penggolongan kebiasaan belajar dilakukan berdasarkan jadwal belajar, mene-pati jadwal belajar, keteraturan belajar, materi belajar, catatan kuliah, membaca buku, dan konsentrasi belajar. Penentuan kebiasaan belajar didasarkan kepada skor jawaban responden dari setiap option jawaban untuk setiap sub komponen tersebut (Tabel 11).

Tabel 11 Penentuan Skor Kebiasaan Belajar

Kebiasaan Belajar

Skor

Tinggi

Rendah

1. Jadwal belajar

1. Ada

2. Tidak ada

2

1

2. Menepati jadwal belajar

1. Ya

2. Tidak

2

1

3. Keteraturan belajar

1. Setiap hari

2. Tidak tentu

2

1

4. Materi belajar

1. Mengulang materi kuliah, mem-baca buku wajib dan mengerjakan tugas atau membaca buku wajib

2. Mengulang materi kuliah

2

1

5. Membaca buku

1. Ya

2. Tidak

2

1

6. Catatan kuliah

1. Tersendiri per-buku per-mata kuliah

2. Gabungan atau terpisah-pisah dalam kertas lembaran

2

1

7. Konsentrasi belajar

1. Ya

2. Tidak

2

1

Total

14

7

Kebiasaan belajar dibedakan ke dalam dua kategori yaitu kebiasaan belajar baik dan tidak baik. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa skor terendah yaitu 7 (tujuh) dan skor tertinggi 14, skor rata-rata sebesar 10,5. Kebiasaan belajar baik apabila skor-nya antara 10-14, dan kebiasaan belajar tidak baik apabila skornya antara 7-9. Berda-sarkan ketentuan tersebut, penelitian ini mendapatkan kebiasaan belajar responden sebagai berikut:

Penelitian ini mendapatkan bahwa skor terendah kebiasaan belajar yang diperoleh responden adalah 7 (tujuh), sedangkan skor tertingginya yaitu 13 dengan skor rata-rata sebesar 8,92. Tabel 12 juga menunjukkan bahwa sebagian besar (65,57 persen) atau 80 responden mempunyai kebiasaan belajar yang tidak baik. Umumnya mereka hanya belajar kalau akan kuis/mid/ujian atau kalau ada tugas, di luar acara tersebut repsonden tidak belajar. Padahal dalam sistem kredit semester, setiap maha-siswa dikehendaki melaku- pendalaman belajar sendiri secara rutin dalam jumlah waktu tertentu agar lebih memahami materi belajarnya. Kebiasaan belajar yang tidak baik ini tidak hanya pada responden yang sudah menyesaikan teorinya saja, tetapi juga terjadi pada responden yang berstatus mahasiswa baru (angkatan tahun terakhir yaitu 2005/2006).

Tabel 12 Responden Menurut Penggolongan Kebiasaan Belajar

No

Penggolongan Kebiasaan Belajar

f

Persentase

1

Baik (skor 10-14)

42

34,43

2

Tidak Baik (skor 7-9)

80

65,57


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

4.4 Pemahaman Responden Tentang Belajar

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai pemahaman responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar, diantaranya pemahaman tentang pengertian belajar, pema-haman tentang bagian-bagian suatu buku teks, pemahaman tentang tahap-tahap penulisan suatu karya ilmiah, dan pemahaman tentang kegiatan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan belajar.

4.4.1 Pemahaman Tentang Pengertian Belajar

Pengertian belajar dalam hal ini mencakup tentang keteraturan belajar, kemampuan belajar, faktor pendukung belajar, dan faktor penentu kecerdasan. Penelitian ini men-dapatkan bahwa pemahaman responden tentang pengertian belajar tergolong cukup baik, hanya ada (20,49 persen) atau 25 responden yang mendapat nilai kurang dari 50, selebihnya (79,51 persen) atau 97 responden mendapat nilai 50 ke atas (Tabel 13).

Tabel 13. Responden Menurut Pemahaman Tentang Pengertian Belajar

No

Nilai Pehamanan Pengertian Belajar

f

Persentase

1

<>

4

3,28

2

50 – 75

64

52,46

3

> 75

54

44,26


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

4.4.2 Pemahaman Tentang Fungsi Bagian Buku

Pemahaman tentang fungsi bagian buku teks sangat penting dalam kaitannya dengan membaca cepat untuk memahami isi suatu buku teks. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa pemahaman responden tentang fungsi bagian buku teks juga sudah cukup baik, sebagian besar (69,67 persen) atau 85 responden mendapat nilai antara 50-75, sedangkan yang mendapat nilai lebih dari 75 lebih besar (18,85 persen) atau 23 responden jika dibandingkan dengan yang mendapat nilai kurang dari 50 (11,48 persen) atau 14 responden.

Tabel 14. Responden Menurut Pemahaman Tentang Fungsi Bagian Buku

No

Nilai Pehamanan Fungsi Bagian Buku

f

Persentase

1

<>

14

11,48

2

50 – 75

85

69,67

3

> 75

23

18,85


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

4.4.3 Pemahaman Tentang Tahap-Tahap Membuat Karya Tulis

Pemahaman tentang tahap-tahap membuat karya tulis sangat diperlukan dalam mengerjakan tugas membuat makalah atau karya tulis lainnya. Pemahaman yang baik tentang hal ini akan memperlancar penyelesaian tugas-tugas tersebut. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa pemahaman responden tentang tahap-tahap membuat karya tulis terbanyak (45,90 persen) atau 56 responden pada nilai antara 50 – 75. Responden yang mendapat nilai lebih dari 75 lebih banyak (33,61 persen) atau 41 responden daripada responden yang mendapat nilai kurang dari 50 (20,49 persen) atau 25 responden (Tabel 15).

Tabel 15. Responden Menurut Pemahaman Tentang Tahap Menulis Karya Tulis

No

Nilai Pehamanan Tentang Tahap Menulis Karya Tulis

f

Persentase

1

<>

25

20,49

2

50 – 75

56

45,90

3

> 75

41

33,61


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

4.4.4 Pemahaman Responden Tentang Kegiatan Yang Berkaitan Dengan Belajar

Kegiatan yang berkaitan dengan belajar dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Pemahaman yang baik tentang hal ini akan mengarahkan pembelajar pada kegiatan yang mendukung belajar secara langsung, sehingga hasil belajar yang lebih baik. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa pemahaman responden tentang tahap-tahap kegiatan yang berkaitan dengan belajar juga sudah tergolong cukup baik, seba-gian besar (66,39 persen) atau 81 responden mendapat nilai antara 50 – 75, dan cukup banyak (25,41 persen) atau 31 responden yang mendapat nilai lebih dari 75. Hanya ada (8,20 persen) atau 10 responden yang mendapat nilai kurang dari 50 (Tabel 16).

Tabel 16. Responden Menurut Pemahaman Tentang Tahap Menulis Karya Tulis

No

Nilai Pehamanan Tentang Tahap Menulis Karya Tulis

f

Persentase

1

<>

10

8,20

2

50 – 75

81

66,39

3

> 75

31

25,41


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

4.5 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah adalah nilai dari indeks prestasi kumulatif (IPK) yang diperoleh mahasiswa dari seluruh mata kuliah yang telah mereka tempuh. Hasil be-lajar mahasiswa berkisar dari IPK terendah (2,06 ) sampai IPK tertinggi (3,82) dengan rata-rata IPK (2,96), anggka ini tergolong sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan IPK lulusan FKIP (2,92) pada tahun 2003/2004. Namun lebih rendah jika dibandingkan dengan IPK lulusan Unila pada tahun yang sama yaitu (3,03) (Pidato Rektor, 2004: 13). Sebaran mengenai IPK responden dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Responden Menurut IPK

No

Nilai IPK

f

Persentase

1

2,00 – 2,75

28

22,95

2

2,76 – 3,50

86

70,49

3

3,51 – 4,00

8

6,56


Jumlah

122

100,00

Sumber: Hasil Penelitian

Data pada Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar (70,49 persen) atau 86 res-ponden memiliki IPK dengan prediket sangat memuaskan yaitu antara 2,76 sampai 3,50 hanya ada (6,56 persen) atau 8 responden yang memiliki IPK dengan prediket terpuji. Bila IPK itu dikelompokkan ke dalam kategori sama dengan atau lebih dari tiga (>3) dan kurang dari 3 (<3),>3. Dengan demikian penelitian ini mendapatkan bahwa IPK responden tergolong baik.

Meskipun demikian, data ini belum mencerminkan IPK lulusan responden, karena seluruh responden saat penelitian ini berlangsung sedang dalam status kuliah dalam arti belum lulus. Responden dengan IPK >3,0 lebih banyak diperoleh oleh responden angkatan terakhir (2005/2006). Kalau dikaitkan dengan materi perkuliahan yang dipelajari responden, mahasiswa angkatan baru (2005/2006) masih banyak mata kuliah umum yang materi perkuliahannya masih banyak kaitannya dengan materi pelajaran ketika di sekolah menengah atas, sehingga belum ada kesulitan serius yang mereka alami. Meskipun demikian, diharapkan IPK tersebut minimal dapat diperta-hankan atau bahkan ditingkatkan, sehingga sebagian besar responden lulus dengan IPK pada kelompok nilai antara 3,50 sampai dengan 4,00.

4.6 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Dengan Hasil Belajar

Hubungan antara kebiasaan belajar dengan hasil belajar pada bagian ini di-peroleh dari hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriftif tabulasi silang (cross table). Cara ini dilakukan karena responden dalam penelitian ini tidak diambil secara random, tetapi secara insidental sesuai dengan jumlah mahasiswa yang hadir pada saat data ini dikumpulkan.

Tabel 18 Responden Menurut Kebiasaan Belajar dan Hasil Belajar

IPK

Kebisaaan Belajar

Total

Baik

Tidak Baik

> 3,00

23

(54,76)

36

(45,00)

59

(48,36)

<>

19

(45,24)

44

(55,00)

63

(51,64)


42

(100,0)

80

(100,0)

122

(100,0)

Ssumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan data pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa persentase responden yang memiliki kebisaan belajar baik lebih banyak (57,76 persen) atau 23 responden yang memperoleh IPK tinggi (>3,0) jika dibandingkan dengan persentase responden (45,24 persen) atau 19 responden yang memiliki kebiasaan belajar tidak baik dan memperoleh IPK kurang dari 3,0. Demikian pula responden yang memiliki kebiasaan belajar tidak baik (55,0 persen) atau 44 responden cenderung memperoleh IPK yang lebih rendah <> 3,0.

Dengan demikian penelitian ini mendapatkan bahwa ada hubungan yang positif antara kebiasaan belajar dengan hasil belajar. Artinya responden yang mempunyai kebiasaan belajar baik maka ada kecenderungan hasil belajarnya baik juga.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan dalam penelitian tentang Kebiasaan Belajar Mahasiswa PS.P. Geografi Jurusan PIPS FKIP Unversitas Lampung adalah sebagai berikut:

(1) Dalam hal waktu belajar, umumnya (50,0 persen) atau 61 responden belajar pada waktu malam hari.

(2) Pada umumnya (72,13 persen) atau 88 responden belajar selama 1-2 jam per-minggu, cukup banyak (11,47 persen) atau 14 responden yang belajar lebih dari 2 jam per-minggu. Lama belajar responden tersebut meskipun tergolong lama, namun masih termasuk baik.

(3) Pada umumnya (76,23 persen) atau 93 responden belajar belum teratur setiap hari, mereka belajar hanya kalau akan kuis/mid/uijan atau kalau ada tugas.

(4) Sebagian besar (63,12 persen) atau 77 responden tidak memiliki jadwal belajar, artinya mereka belajar kapan saja mereka mau, sedangkan responden yang memiliki jadwal belajar jumlahnya hanya (36,89 persen) atau 45 responden.

(5) Tidak seluruh responden menepati jadwal belajar tersebut, walaupun jumlahnya sedikit yaitu hanya (20,0 persen) atau 9 responden dari 45 responden. Selebihnya 36 responden (80 persen) menepati jadwal belajar yang sudah mereka buat.

(6) Dalam kaitannya dengan materi belajar, responden pada umumnya (44,26 persen) atau 54 responden belajar hanya karena mengerjakan tugas. Hanya ada (21,31 persen) atau 26 responden yang belajar selain mengulang materi kuliah, juga membaca literatur wajib dan mengerjakan tugas.

(7) Hampir seluruh (96,72 persen) atau 118 responden belajar di rumah tanpa teman atau belajar sendiri.

(8) Bahwa separoh (50,0 persen) atau 61 responden menggabungkan catatan kuliah dalam satu buku untuk semua mata kuliah. Bahkan responden yang mencatat dalam kertas lembaran terpisah-pisah jumlahnya kedua terbanyak (29,51 persen) atau 36 responden. Responden yang mencatat tersendiri per-buku untuk setiap mata kuliah jumlahnya cukup banyak (17,21 persen) atau 21 responden.

(9) Bahwa responden yang dapat ber-konsentrasi dalam belajar jumlahnya lebih sedikit (37,70 persen) atau 46 responden jika dibandingkan dengan responden yang tidak dapat kosentrasi dalam belajar (62,30 persen) atau 76 responden.

(10) Berdasarkan beberapa komponen yang digunakan unutk menetukan kebiasaan belajar, penelitian ini mendapatakan bahwa sebagian besar (65,57 persen) atau 80 responden mempunyai kebiasaan belajar yang tidak baik.

(11) Dalam hal hasil belajar, didapati bahwa responden dengan IPK <>3. Dengan demikian penelitian ini mendapatkan bahwa IPK responden tergolong baik.

(12) Ada hubungan yang positif antara kebiasaan belajar dengan hasil belajar. Responden yang mempunyai kebiasaan belajar baik maka ada kecenderungan hasil belajarnya baik juga.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam kaitannya dengan kebiasaan belajar responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Hendaknya responden memiliki jadwal belajar dan menepati jadwal belajar yang telah dibuatnya.

(2) Belajar tidak harus lama, tetapi hendaknya dilakukan secara teratur setiap hari dengan mempelajari materi kuliah, materi literatur wajib dan pendukung serta materi yang berkaitan dengan tugas.

(3) Memiliki catatan kuliah yang terpisah per mata kuliah untuk setiap buku catatan agar mudah mempelajarinya.

(4) Membangun suasana belajar yang nyaman agar konsentrasi belajar dapat tercapai.

(5) Meningkatkan hasil belajar untuk responden dengan IPK kurang dari 3,00

Tidak ada komentar: